Anda di halaman 1dari 10

ILMU RIJAL AL-HADITH

Dosen pengampu: Dr.H Ahmad Suyuti ,M.Ag,M.Si

Disusun oleh Elliza irmawati 10010120005

JURUSAN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNANAMPEL SURABAYA 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah sega;la puji bagi Allah tuhan semesta alam yang senantiasa
melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita,sehingga kita bisa melangsungkan
aktivitas hingga saat ini.Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada putra padang
pasir yakti Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jalan yang
gelap gulita menuju jalan yang terang benderang sekaligus sebagai uswatun hasanah
bagiumatnya diseluruh penjuru dunia.
Makalah ini membahas tentang “Al ilmu rijalul hadist ” Beberapa hambatan dan
kesulitan kami hadapi dalam proses pembuatan, namun kami sadari bahwa semua itu adalah
rintangan yang harus dihadapi demi hasil yang baik. Kami berharap makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca, dan bisa membantu saat dibutuhkan sebagai pendukung mata
kuliah Study Al-hadist.

Lamongan 1 oktober 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A.LatarBelakang.................................................................................................................................4
C.Tujuan.............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A.ILMU RIJAL AL-HADIST....................................................................................................................5
B.SEJARAH MUNCULNYA ILMU RIJALUL HADIST................................................................................6
C.URGENCI ILMU RIJALUL HADIST....................................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................9
A.Kesimpulan.....................................................................................................................................9
B.Saran..............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A.LatarBelakang
Menurut bahasa (lughat), hadith dapat berarti baru, dekat (qarib) dan cerita(khabar). Sedangkan
menurut istilah ahli hadith ialah “segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau dan segala keadaan
beliau”. Akan tetapi para ulama Ushul Hadith, membatasi pengertian hadits hanya pada ”Segala
perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir Nabi Muhammad SAW, yang bersangkut paut dengan
hukum.

Dalam kehidupan sehari-hari,umat muslim sering mendengar istilah ilmu hadith. Apalagi
dikalangan para ulama dan umat muslim pastinya sudah tidak asing lagi dengan istilah ini,
tapi yang dipertanyakan sekarang ini apakah ulama  dan umat muslim yang sering mendengar
bahkan menjadikannya landasan dalam berargumen itu paham akan kandungan dan
pengertian dari ilmu hadith serta cabang-cabangnya? Jika diteliti, pastinya seorang ulama
sudah tau tentang ilmu hadis itu sendiri,tapi apakah ulama itu tau akan cabang-cabangnya dan
pengertian dari cabang-cabang ilmu hadith sendiri. Banyak sekali jumlah cabang ilmu hadith,
para ulama menghitungnya beragam. Ibnu al-S}ala>h menghitungnya 65 cabang, bahkan ada
yang menghitungnya 10 hingga 6 cabang. Muhammad Ajja>j al-Khat}i>b sendiri
membaginya kedalam 52 cabang akan tetapi yang dibahas hanyalah 6 didalam kitabnya. Pada
makalah ini akan dibahas apa saja cabang ilmu hadith itu menurut Muhammad Ajja>j al-
Khat}i>b itu sendiri. Adanya yang membagi 65,10,dan 6 adalah perbedaan pendapat ulam
yang mana membaginya menurut kepentingan masing-masing dan ada yang menghitungya
secara terperinci dan juga secara global.

Hadith juga merupakan sesuatu yang dijadikan sumber hukum islam yang kedua. Hadist
merupakan tata perilaku, perbuatan dan juga perkataan nabi yang dijadikan contoh untuk
seluruh umat manusia. Pembahasan mengenai hadith sangatlah luas. Agar dapat memahami
hadith lebih jelasnya, maka perlu dilakukan spesifikasi dalam pembahasan ruang lingkup
tertentu dalam hadith. Ada beberapa ilmu yang terbagi untuk mendalami hadith menjadi lebih
detail. Ilmu-ilmu tersebut antara lain: ilmu Rijal al Hadith, ilmu jahr wa ta’dil, ilmu Gharib al
Hadits, asbaab wurud, nasikh mansukh, mukhtalaf hadits, dan ilmu ilal al hadist.Pada
makalah ini saya akan membahas salah satu ilmu hadith yakni ilmu rijal al-hadith.

B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada cabang-cabang ilmu hadist adalah:
1.Apa yang dimaksud dengan ilmu Rijal al Hadith ?
2.Kapan munculnya ilmu rijalul hadith?
3.Apa saja urgensi ilmu rijalul hadith?

C.Tujuan
Adapun Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.Mengetahui pengertian ilmu rijalul hadith.
2.Mengetahui sejarah munculnya ilmu rijalul hadith.
3.Mengetahui urgensi ilmu rijalul hadith.
BAB II
PEMBAHASAN

A.ILMU RIJAL AL-HADITH

Ilmu Rijalil Hadith merupakan Ilmu yang secara spesifik mengupas keberadaan para
rijal hadith atau para perawi atau transmitter hadith. Ilmu Rijalul Hadith memiliki dua
cabang, yakni Ilmu Tarikh ar-Ruwat - didefinisikan Muhammad Ajjaj al-Khatib sebagai
Ilmu yang membahas keadaan para perawi dari segi aktivitas mereka dalam
meriwayatkan hadith,ilmu ini mencangkup penjelasan tentang keadaan para
perawi ,wafatnya,guru-gurunya, perjalanan-perjalanan ilmiyah yang mereka lakukan,
dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil, Ilmu yang membahas keadaan para perawi dari segi
diterima tidaknya periwayatan mereka,dengan ilmu ini dapat dibedakan mana yang
shahih dan mana yang cacat ,yang diterima dan mana yang ditolak karena masing-
masing tingkatan jarh dan ta’dil memiliki akibat hukum yang berbeda-beda.
Ilmu rijal al-hadith ini merupakan ilmu yang sangat penting karena mencangkup
kajian sanad dan matan dan dengan ilmu ini kita dapat mengetauhui keadaan perawi
yang menerima hadith dari Nabi SAW dan keadaan perawi yang menerima hadith
dari para sahabat dan sesudahnya.
Kitab kitab yang disusun pada ilmu ini juga banyak sekali macamnya .Ada yang
hanya menerangkan para perawi perawi yang dipercaya saja, ada yang menerangkan
riwayat-riwayat ringkas dari para sahabat saja ,ada yang menerangkan riwayat
umum para perawi ,menerangkan riwayat perawi yang lemah, menerangkan sebab-
sebab dicacat dan sebab dipandang adil dengan kata –kata yang digunakan ,dan
tingkatan-tingkatan ucapan.
Adapun kitab-kitab yang membahas keadaan para perawi dari golongan sahabat
adalah:
a) Ulama pertama yang menyusun kitab riwayat ringkas dari para sahabat
adalah: al-Bukhari [256H] ,dalam bukunya al-Tabaqat’kemudian dilanjutkan
oleh muhammad ibnu sa’ad[230] sesudah laihirnya beberapa ahli yang lain
.Diantaranya adalah ibn Abdil Bar[463 H] ,dengan judul al-isti’ab.
b) Permulaan abad ke tujuh Hijriyah ‘Izzuddin ibn ‘Athir [630H] berusaha
mengumpulkan kitab-kitab yang telah disusun sebelum masanya dalam
sebuah kitab-kitab besar yang berjudul Usd al-ghabah .
c) Pada abad ke sembilan Hijriyah ,al-hafidz ibn hajar al-athqalani menyusun
kitab al-Isabah. Dalam kitab ini adalah kumpulan al-Isti’ab dengan Usd al-
Ghabah dan ditambahkan dengan yang belum ada dalam kitab-kitab tersebut.
B.SEJARAH MUNCULNYA ILMU RIJALUL HADITH.

1.   Mulainya Penggunaan Isnad


Penggunaan isnad ini sebenarnya telah ada di masa sahabat Rasulullah  Saw yaitu
bermula dari sikap taharri (kehati-hatian) mereka terhadap berita yang datang kepada mereka,
sebagaimana diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq  dalam kisah nenek yang datang
meminta bagian warisan, kemudian kisah Umar bin Al Khaththab  dalam peristiwa isti’dzan
(minta izinnya) Abu Musa, juga kisah tatsabbut (klarifikasi) Ali bin Abi Thalib  dimana
beliau meminta bersumpah bagi orang yang menyampaikan padanya hadits Rasulullah
SAW.Hanya saja makin banyaknya pertanyaan terhadap isnad dan makin intensnya orang
meneliti dan memeriksa isnad, itu mulai terjadi setelah terjadinya fitnah Abdullah bin Saba
dan pengikut-pengikutnya yaitu di akhir-akhir kekhalifaan Utsman bin Affan  dan
penggunaan sanad terus berlangsung dan bertambah seiring dengan menyebarnya para
Ashabul-ahwaa(pengikut hawa nafsu) di tengah-tengah kaum muslimin, juga banyaknya
fitnah yang mengusung kebohongan sehingga orang-orang tidak mau menerima hadits tanpa
isnad agar supaya mereka mengetahui perawi-perawi hadits tersebut dan mengenali keadaan
mereka. Imam Muslim meriwayatkan dengan isnadnya dari Muhammad bin Sirin
bahwasanya beliau berkata:

« ‫ت ْالفِ ْتنَةُ قَالُوا َس ُّموا لَنَا ِر َجالَ ُك ْم فَيُ ْنظَ ُر إِلَى أَ ْه ِل ال ُّسنَّ ِة فَي ُْؤخَ ُذ َح ِديثُهُ ْم َويُ ْنظَ ُر إِلَى‬
ْ ‫لَ ْم يَ ُكونُوا يَسْأَلُونَ ع َْن اإْل ِ ْسنَا ِد فَلَ َّما َوقَ َع‬
ُ ُ َ
‫َع فاَل ي ُْؤ َخذ َح ِديثهُ ْم‬ ْ َ
ِ ‫أ ْه ِل البِد‬ «
Artinya: “Dahulu orang-orang tidak pernah menanyakan isnad, akan tetapi setelah

terjadi fitnah maka dilihat hadits Ahli Sunnah lalu diterima dan dilihat haditsnya ahlil-bida’

lalu tidak diterima (ditolak)”


Ali ibnul Madini mengatakan bahwa Muhammad bin Sirin adalah orang yang selalu
melihat hadits dan memeriksa isnadnya, kami tidak mengetahui seorang pun yang lebih
dahulu darinya.

2. Munculnya Ilmu Rijalul Hadits


Kemunculan ilmu Rijal merupakan buah dari berkembang dan menyebarnya
penggunaan isnad serta banyaknya pertanyaan tentangnya. Dan setiap maju zaman, maka
makin banyak dan panjang jumlah perawi dalam sanad. Maka perlu untuk menjelaskan
keadaan perawi tersebut dan memisah-misahkannya, apalagi dengan munculnya bid’ah-
bid’ah dan hawa nafsu serta banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena itu tumbuhlah
ilmu Rijaal yang merupakan suatu keistimewaan ummat ini di hadapan ummat-ummat
lainnya.
Akan tetapi kitab-kitab tentang ilmu Rijal nanti muncul setelah pertengahan abad-2.
Dan karya tulis ulama yang pertama dalam hal ini adalah kitab At Tarikh yang ditulis oleh Al
Laits bin Sa’ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh yang disusun oleh Imam Abdullah bin
Mubarak (wafat 181 H). Imam adz Dzahabi menyebutkan bahwa Al Walid bin Muslim
(wafat 195 H) juga memiliki sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu secara berturut-turut muncul
karya-karya tulis dalam ilmu ini, dimana sebelum masa kodifikasi ini pembahasan tentang
perawi hadits dan penjelasan hal ihwal mereka hanya bersifat musyafahah(lisan), ditransfer
sedemikian rupa oleh para ulama dari masa ke masa.

C.URGENCI ILMU RIJALUL HADITH


Secara eksplisit, penelitian atau kritik hadith selalu diarahkan pada kritik sanad/kritik
eksternal/naqd al-khariji dan kritik matan/kritik internal/naqd al-dakhili. Pada naqd
al-khariji, kajian difokuskan pada kualitas para perawi dan metode periwayatan yang
digunakan. Apakah kredibilitas para perawi dalam hadith tersebut diakui dan apakah
adat tahammul dan ada’nya menunjukkan bahwa itu otentik hadis Nabi.
Berangkat realitas focus kajian kritik sanad pada penelitian kualitas para rawi, maka
keberadaan ilmu rijalil hadith tidak bisa dipandang sebelah mata. Pertama, karena
dengan ilmu ini terkuak data-data rijalil hadist yang terlibat dalam civitas
periwayatan hadith dari masa ke masa semenjak zaman Rasulullah, baik dari segi
biografi maupun dari segi kualitas rijalnya. Kedua, dengan ilmu ini diketahui pula
sikap dan pandangan para ahli hadith yang menjadi kritikus (jarihun dan mu’addilun)
terhadap para rawi yang menjadi transmitter hadith dan sikap mereka dalam
menjaga otentisitas hadith-hadith Nabi. Ketiga, ini yang paling urgen, dengan ilmu ini-
meski tidak secara langsung-dapat diketahui kualitas dan otentisitas suatu hadith.
Terorientasinya ilmu Rijalil Hadith yang memiliki anak cabang Ilmu Tarikh al-Ruwah
(sejarah hidup Rawi) dan Ilmu Jarh wa al-Ta’dil (justifikasi kualitas pribadi dan
intelektualitas rawi), menjadikan kajian historis merupakan sesuatu yamg teramat
penting untuk ilmu ini.
Sebagai produk historisitas yang terikat spatio-temporal tertentu, Ilmu Rijalil Hadith-
yang menjadikan manusia sebagai subyek dan sekaligus obyeknya-harus dapat
memaparkan bahasan dan temuannya dalam skala intersubyektif. Kajian Ilmu Rijalil
Hadith yang mengarahkan para figure rawi dalam dataran teoritis seharusnya
menginformasikan jawaban terhadap pertanyaan what, who, where dan why.
Idealitas yang demikian tentu perlu diupayakan semaksimal mungkin, karena
dataran realitas berbicara lain. Dalam dataran realitas, bagaimanapun juga harus
diakui aktivitas Ilmu Rijalil Hadith yang melibatkan tokoh dan pakar yang hidup
beberapa abad sebelumnya sampai pada masanya terpaku pada kajian terhadap
kitab-kitab yang berkompeten tentang itu. Dus, kajian terhadap rawi yang memiliki
rentang waktu yang panjang dari masa sekarang pada akhirnya merupakan kajian
terhadap produk-produk tertulis yang mereka wariskan kepada kita.
Dengan menjadikan kitab-kitab Rijalil Hadith sebagai acuan, memunculkan banyak
persoalan. Bagaimana sebenarnya kedudukan kitab-kitab tersebut dengan
mempertimbangkan data-data yang umumnya diberikan. Ini sangat penting, karena
realitas kajian yang dilakukan seorang peneliti biografi dan kualitras pribadi maupun
intelektualitas rawi pada umumnya tidak berhenti pada kajian terhadap beberapa
orang, tetapi terhadap ribuan bahkan puluhan ribu rawi yang semasa maupun yang
hidup beberapa abad sebelumnya, yang seringkali memiliki kesamaan nama sampai
beberapa tingkat. Mungkinkah ahli hadith/kritikus dapat memahami secara
menyeluruh terhadap berpuluh ribu rawi.
Persoalan semakin bertambah dengan adanya realitas perbedaan metode yang
digunakan para peneliti rawi dalam menuliskan karyanya yang nantinya dijadikan
acuan bagi orang-orang yang hidup sesudahnya. Ada yang disusun berdasarkan
abjad, ada yang berdasar tabaqah dan ada yang didasarkan pada criteria-kriteria
tertentu. Kondisi inilah yang menyulitkan bagi pengkaji Ulum al-Hadith, karena
adanya keharusan merujuk sebanyak mungkin kitab-kitab dengan berbagai
metodenya untuk mendapatkan data yang selengkap mungkin.
Diskurusus yang muncul dalam penilaian ahli hadis terhadap rawi sebagai final step
ialah adanya perbedaan kaedah yang dipegangi ahli hadis dalam memberikan
penilaian seringnya terjadi perbedaan pandangan di kalangan mereka. Sebagaian
menilai seorang rawi dengan predikat “cacat”, sementara yang lain menilai
sebaliknya. Kenyataan inilah yang membawa pada perbedaan sikap dalam
menghadapi fenomena penilaian yang tidak seragam terhadap rawi yang sama. Ada
ahli hadis yang menentukan penilaian rawi berdasarkan pandangan mayoritas, ada
pula yang menentukan didasarkan pada penilaian yang diikuti argumentasi yang
jelas, dan sebagainya.

Namun sebenarnya, diskursus yang lebih penting bukan sekedar pada


ketidakseragaman penilaian ulama’ hadis terhadap rawi yang dikritiknya ataupun
ketidakseragaman kaedah jarh dan ta’dil yang dipeganginya. Tetapi lebih pada
realitas keberadaan kritikus-bagaimana kondisi sosio-kulturalnya, ada tidaknya
persoalan pribadi antara penilai dengan rawi yang dinilai, apa spesialisasi kritikus,
atas dasar parameter apa kritukus melakukan aktivitas penilaian,
metode/pendekatan apa yang dipergunakan kritikus dalam mengumpulkan data dan
menilai para rawi serta dapat tidaknya penilaian kritikus diterima secara akademis-
terhadap rawi yang dikritiknya.
Dengan demikian pada dasarnya persoalan yang ada dalam aktivitas kritikus sanad
melalui wadah Ilmu Rijalil Hadis adalah bagaimana metodologi yang diberlakukan
ulama’ hadis dalam melakukan penilaian dan bagaimana pula metodologi yang
seharusnya berlaku dalam Ilmu Rijalil Hadis.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Ilmu rijal hadith inilahir bersama-sama dengan peristiwa nyata hadith dalam islam dan
mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan persoalan di sekitar sanad .Ulama
memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya agar mereka dapat mengetahui tokoh-
tokoh yang ada dalam sanad .ulama akan menanyakan umur para perawi,tempat
mereka,sejarah mendengar,(belajar) mereka dari para guru, disamping bertanya tentang para
perawi itu sendiri.Hal ini mereka lakukan demi mengetahui keshahihan sima’ yang dikatakan
oleh perawi dan demi mengetahui sanad-sanad yang mustahil dari yang terputus,yang mursal,
dari yang marfu’ dan lain lain.

B.Saran
1.Untuk mengetahui informasi tentang sebuah Hadis baik dari segi sanad maupun matannya
maka perlu di ketahui terlebih dahulu ilmu-ilmu yang mempelajari tentang hal tersebut.

2.Untuk mendapatkan informasi yng sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus sesuikan
dengan kitab yang membahas tentang informasi tersebut.

 DAFTAR PUSTAKA
Subhi As-Shalih Dr. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta 2007
Nawir Yuslem, DR. MA, Ulumul Hadis, Mutiara Sumber Widya (angota IKAPI) 2001
Tengku Muh Muh. Zuhri, Prof. Dr. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Tiara
Wacana Yogya (anggota IKAPI), Yogyakarta 2003
ammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr. Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits, Pustaka Rizki
Putra, Semarang 2005
Prof.Dr.H.Abu Azam Al Hadi .,M.Ag ,studi Hadith.

Anda mungkin juga menyukai