Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH NAMA CABANG-CABANG ILMU HADIST

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Hadist

Di susun oleh :
Kelompok 6
Amelia Kharisma Putri (11040122137)
Akbar Ramadhan Pamungkas (11020122047)
Ananda Putri Raissa (11020122053)

KELAS A3.1
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualikum warahmatullahi wabarakatu.


Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dalam penyusunan maupun
pengkajian baik isi maupun bentuk penulisannya, karena keterbatsan yang kami miliki.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui dan mempelajari tentang Cabang-Cabang
Ilmu Hadist.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga selesainya penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua, dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kami khusus dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin ya rabbal’alamin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatu.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1LATAR BELAKANG....................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................4
1.2TUJUAN..........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
2.1 CABANG-CABANG ILMU HADIST..........................................................................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................9
1.1KESIMPULAN...............................................................................................................................9
1.2SARAN............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hadist merupakan sumber sumber ajaran islam, yang kedua dari al-quran. Pengertian
hadist sendiri menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat
atau waktu yang singkat. Hadist juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain. Mengingat hadist ialah
sumber kedua dalam referensi pengambilan hukum, hinga sangat berarti untuk kita umat
islam untuk menekuni dan menggali hadist-hadist

Hadist nabi diriwayatkan dalam rentan waktu yang cukup panjang semenjak masa
nabi hingga hadist-hadist itu di bukukan oleh para mukharrij hadist. Karna itu, ada hadist
yang bersambung sanad nya, ada pula yang terputus, ada hadist yang diriwayatkan oleh
banyak periwayat pada tiap-tiap generasinya ada pula yang sedikit, ada hadist yang
dipastikan tidak berasal dari rosululloh.

Hadist dilihat dari beberapa segi antara lain dari segi persambungan sanad yang
membahas tentang hadist yang tersambung sanadnya dan yang terputus dapat
mempengaruhi kualitas kesahihan suatu hadist.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja cabang-cabang ilmu Hadist?
2. Apa yang dimaksud dengan hadist
3. Ada berapa berapa cabang-cabang ilmu Hadist?

1.2 TUJUAN

Bertujuan agar mahasiswa mampu memahami, menganalisis, dan menjelaskan


tentang pembagian hadist di tinjau dari segi persambungan sanad, kuantitas sanad,
kualitas sanad dan matan, dan dari segi penisbatan hadist.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 CABANG-CABANG ILMU HADIST

Ilmu hadist mempunyai banyak sekali cabang, Ibnu ash sholah menyebutkan bahwa
ada 65 cabang ilmu hadist, kemudian Imam as Suyuthi mengatakan ada 93 cabang,
sedangkan Subhi Sholih hanya meringkasnya menjadi 6 cabang ilmu hadist dalam kitabnya.
Kami selaku penulis hanya akan menjelaskan tentang 5 cabang ilmu hadits yaitu :

1. Ilmu Rijalil Hadis

Ilmu Rijalil Hadis merupakan Ilmu yang secara spesifik mengupas keberadaan
para rijal hadis atau para perawi atau transmitter hadis. Ilmu Rijalil Hadis memiliki
dua cabang, yakni Ilmu Tarikh ar-Rijal- didefinisikan Muhammad Ajjaj al-Khatib
sebagai Ilmu yang membahas keadaan para perawi dari segi aktivitas mereka dalam
meriwayatkan hadis dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil, Ilmu yang membahas tentang cacat
dan keadilan para periwayat hadis menggunakan redaksi khusus dan membahas pula
tingkatan-tingkatan redaksi itu. Dengan demikian, Ilmu Rijal al-Hadis dalam
mengkaji para perawi pada dasarnya memiliki dua scope bahasan, yang pertama
biografi atau sejarah para perawi sebagai cakupan Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan kedua,
sebagai tahapan kelanjutan bahasan pertama, yakni mengkaji rawi dari segi justifikasi
kualitas rawi. Kemunculan kajian Rijal al-Hadis yang menjadikan manusia sebagai
subyek-ahli hadis-sekaligus obyek-rawi hadis- sejalan kemunculan periwayatan hadis
itu sendiri, yakni sejak masa Nabi. Hanya, sebagai bangunan Ilmu tersendiri, baru
mewujudkan diri bersamaan dengan kemunculan ilmu-ilmu hadis yang lain yakni
setelah upaya kodifikasi hadis mulai dirintis. Hal ini memiliki pengertian, bahwa
semenjak masa Nabi sudah ada rintisan untuk memfilter berita dari sisi “siapa
penyampai berita-nya”, sebagaimana dituntunkan sendiri oleh al-Qur’an Q.S al-
Hujurat (49);6 yang bermuatan seruan untuk melakukan tabayyun atau konfirmasi
dalam menerima informasi. Terlebih dalam dataran praktis, Nabi sendiri melakukan
penilaian terhadap para sahabat, seperti Khalid saif min suyufillah, fulan bi’sa akhul
asyirah, dsb. Diantara kitab Rijal Hadis yang sampai pada kita, ada kitab-kitab yang
secara khusus hanya memuat rawi-rawi dalam kitab hadis tertentu, seperti Rijalu
Shahih Muslim karya Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Asfahani (w. 428 H), al—Jam’u
baina Rijal al-Shahihain buah tangan Ibn al-Qirani (w. 507 H), al-Ta’rif bi Rijal al-
Muwatta’ karya al-Tamimi (w. 416 H). Ada pula kitab-kitab yang khusus memuat
rawi kutub al-sittah, seperti Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi, Tahzdib al-Tahzdib
karya Ibnu Hajar al-Asqalani, Khulasah Tazhib al-Kamal karya al-Khazraji. Ada pula
kitab-kitab yang khusus memuat para rawi yang siqah seperti: Kitab al-Siqqat karya
Muhammad bin Ahmad bin Hibban al-Busti, Kitab al-Siqqat karya al-Ijli. Diantara
kitab-kitab yang secara spesifik memuat para perawi yang lemah atau masih
diperselisihkan dan diperbincangkan kualitasnya seperti Kitab al-Du’afa karya al-
Uqaili, al-Kamil fi Du’afa al-Rijal karya al-Jurjani dan Mizan al-I’tidal fi Naqd al-
Rijal karya al-Zahabi.

Ilmu ini berkembang seiring perkembangan periwayatan hadits dalam islam,


para ulama memberi perhatian pada ilmu ini untuk mengetahui orang-orang yang
meriwayatkan hadits, mereka menanyakan kepada para periwayat tentang umur,
tempat tinggal, cara mendapatkan hadits dari guru mereka dan mengetahui
kesinambungan sanad atau terputusnya serta membedakan yang mursal dari yang
marfu’

Tujuan ilmu ini adalah untuk mengetahui bersambung tidaknya sanad suatu
hadits, maksud persambungan sanad adalah pertemuan langsung apakah perawi berita
itu bertemy langsung dengan gurunya atau pembawa berita atau tidak, atau hanya
pengakuan saja.

2. ILMU GHARIBIL HADITS

Gharib dari segi bahasa yakni jauh. Imam abu sulaiman al-khattabi berkata
“asing dalam perkataan adalah jauh dari pemahaman seperti jauhnya seseorang dari
rumah atau tempat tinggalnya”. Atau ada pula yang mengatakan bahwa asing dalam
perkataan adalah jauhnya makna dari pemahaman kecuali setelah melalui proses
pemikiran. Sedangkan menurut istilah makna gharib dalam konteks ilmu hadist adalah
sebagaimana yang dijelaskan oleh para pakar, seperti ibn katsir mengenalkan bahwa
gharib adalah hal-hal penting yang berkaitan dengan pemahaman, ilmu dan
pengaplikasian suatu hadis. Jalauddin as-suyuthi menjelaskan bahwa gharib adalah
apa-apa yang ada dalam matan hadis dari lafad samar yang jauh dari pemahaman,
dikarenakan sedikit penggunaannya. Gharib al-hadits ini adalah cabang ilmu yang
penting, bergelut dalam ilmuini adalah sulit sehingga mengharuskan panjang lebar
pembicaraannya, karena kita tidak boleh menafsirkan perkataan Nabi Saw
sembarangan dengan prasangka. Ketiga abu zahrah gharib mengatakan bahwa Gharib
al-Hadits adalah Apa-apa yang ada di dalam hadis, kalimat-kalimat samar yang jauh
dari pemahaman karena sedikit penggunaannya.

3. ILMU SABAB AL WURUDIL HADITS

Sabab Al Wurudil Hadist adalah salah satu ilmu yang menjelaskan tentang
sebab datangnya sebuah hadist dan menjelaskan keadaan sesial yang terjadi pada saat
hadist itu disampaikan. Ilmu ini menjadi salah satu bukti bahwa keadaan sosial itu
memengaruhi konteks munculnya sebuah hadist, karena arti dari sabab al wurud
adalah perkara yang membatasi makna dari satu hadits, dari segi umum atau khusus,
mutlak dan selanjutnya. Ilmu ini juga penting dalam konteks hadist, salah satunya
untuk menghapus yang tidak jelas yang terdapat dalam sebuah hadist. Ada tiga
macam sabab al wurud:

1. Karena ada ayat al-quran yang kurang jelas atau sulit untuk dimengerti, sehingga
membuat nabi memberikan hadist yang menjelaskan ayat tersebut.
2. Karena ada suatu hadist yang kurang jelas atau sulit untuk dimengerti, sehingga
membuat nabi memberikan hadist lain untuk menjelaskan untuk menjelaskan hadist
tersebut.
3. Karena adanya suatu perkara yang disebabkan oleh sahabat yang memaksa nabi untuk
meluruskannaya dengan suatu hadist.

4. ILMU JARH WA TA’DIL HADITS

Al-Jarh secara bahasa merupakan isim mashdar yang berarti luka yang
mengalirkan darah atau sesuatu yang dapat menggugurkan kesalahan seseorang - Al-
Jarh menurut istilah yaitu terlihatnya sifat pada seorang perawi yang dapat
menjatuhkan keasalahannya, dan merusak hafalan dan ingatannya, sehingga
menyebabkan gugur riwayatnya, atau melemahkannya hingga kemudian ditolak. - At-
Tajrih yaitu memberikan sifat kepada seorang perawi dengan sifat yang menyebabkan
pendla‟ifan riwayatnya, atau tidak diterima riwayatnya. - Al-„Adlu secara bahasa
adalah apa yang lurus dalam jiwa; lawan dari durhaka. Dan seorang yang „adil artinya
kesaksiannya diterima; dan At-Ta‟dil artinya mensucikannya dan membersihkannya.
- Al-„Adlu menurut istilah adalah orang yang tidak nampak padanya apa yang
merusak agamanya dan perangainya, maka oleh sebab itu diterima beritanya dan
kesaksiannya apabila memenuhi syarat-syarat menyampaikan hadits (yaitu : Islam,
baligh, berakal, dan kekuatan hafalan). - At-Ta‟dil yaitu pensifatan perawi dengan
sifat-sifat yang mensucikannya, sehingga nampak ke„adalahannya, dan diterima
beritanya. Lebih jelasnya, ilmu pengetahuan yang membahas tentang kritikan adanya
'aib atau memberikan pujian adil kepada seorang rawi disebut dengan "Ilmu Jarh wa
al Ta;dil". Ilmu Al-jarh wat-ta’dil adalah ilmu yang menerangkan tentang cacat-cacat
yang dihadapkan kepada para perawi dan tentnag penta’dilannya (memandang lurus
perangai para nabawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan untuk menerima
atau menolak riwayat mereka. Para ulama memperbolehkan Al-Jarh wat-Ta’dil untuk
menjaga syariat/agama ini, maka para perawi pun juga diperbolehkan bahkan
memperteguh dan mencari kebenaran dalam masalah agama lebih utama daripada
masalah hak dan harta.

Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil tumbuh bersam-sama dengan tumbuhnya


periwayatan dalam islam, karena untuk mengetahui hadis-hadis yang shahih perlu
mengetahui keadaan rawinya, secara yang memungkinkan ahli ilmu menetapkan
kebenaran rawi atau kedustaannya hingga dapatlah membedakan antara yang diterima
dengan yang ditolak. Al-jahr dan At Ta’dil dalam ilmu hadist menjadi berkembang di
kalangan sahabat, tabi’in dan para ulama setelahnya hingga saat ini karena takut pada
apa yang diperingatkan Rasulullah. Hadis-hadis yang shahih dan yang lemah
hanyalah dengan penelitian para ulama’ yang berpengalaman yang dikaruniai oleh
Allah kemampuan untuk mengenali keadaan para perawi. Maka penyampaian hadits
dan perawinya itu adalah sama dengan penyampaian untuk agama. Oleh karenanya
kewajiban syar’i menuntut akan pentingnya meneliti keadaan para perawi dan
keadilan mereka, yaitu seorang yang amanah, alim terhadap agama, bertaqwa, hafal
dan teliti pada hadits, tidak sering lalai dan tidak peragu.

Ilmu Jarh Wa Al-Ta’dil sangat dibutuhkan untuk menentukan kualitas perawi


dan nilai hadisnya. Membahas sanad terlebih dahulu harus mempelajari kaidah-kaidah
Ilmu Jarh Wa Al-Ta’dil yang telah banyak dipakai para ahli, mengetahui syarat-syarat
perawi yang dapat diterima, cara menetapkan keadilan dan kedhabitan perawi dan hal-
hal lain yang berhubungan dengan bahasan ini. Ilmu ini dipergunakan untuk
menetapkan ‘apakah periwayatan seorang perawi itu bisa diterima atau harus ditolak.
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Itulah cabang-cabang ilmu hadist, masing-masing berdiri sendiri dengan bahasan yang
sangat luas dan dengan pembagian yang sangat banyak sebagaimana yang telah
disampaikan oleh para ulama. Jika ditelaah dari sekian cabang hadits yang telah ditulis,
ada yang pembahasannya berkaitan dengan sanad, dan ada pula yang berkaitan dengan
matan, serta ada pula yang berkaitan dengan keduanya, sanad dan matan.

1.2 SARAN

Setelah kita mengetahui tentang ilmu hadist, dan cabang-cabang ilmu hadits
hendaknya kita dapat memahami ilmu yang telah kita pelajari dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Al-qathhan, M. S.(2017). Pengantar Studi Ilmu Al-Quran & Hadist. Jakarta Timur:Ummul Qura
Prof. Dr. H. Idris, M.Ag.(2021). Studi Hadis. UIN Sunan Ampel Surabaya

Anda mungkin juga menyukai