Disusun oleh :
ILMU HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Macam-macam
periwayatan” ini dengan lancar. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terutama kepada
bapak Dr. Badri Khaeruman, M. Ag
Penulis berusaha dalam pembuatan makalah ini sebaik dan seoptimal mungkin, akan
tetapi jika terdapat kekurangan dan kesalahan, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Namun demikian,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menjadi sumbangan yang berarti
bagi kemajuan pendidikan.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Pengertian Riwayat Bi Al-Lafzh Wa Bi Al Ma’na......................................................................5
B. Pengertian Riwayat Bi Al-Lafzh dan Contohnya.........................................................................5
C. Pengertian Riwayah bil ma’na......................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................................9
Kesimpulan............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan bukti histories ini menggambarkan bahwa periwayatan dan
perkembangan hadist sejalan seiring dengan perkembangan lainnya menatap persektif
keilmuan hadits bergambar jelas bahwa ajaran hadits ternyata mempunyai andil besar
dalam mendorong kemajuan umat islam. Sebab hadist nabi sebagaimana Al Qur’an telah
memerintahkan orang-orang beriman menuntut pengetahuan dengan demikian disiplin
ilmu hadits justru menybabkan kemajuan umat islam.
Dengan demikian menempatkan posisi yang perlu pengkajian secara komfrehensif
untuk menjamin keasliannya. Periwayatan hadits telah menempuh rentang waktu yang
amat panjang. Bahkan menurut Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib dalam bukunya yang berjudul
al-sunnah Qabl al-Tadwin sebagaimana yang dikutip oleh Buchari dalam Kaidah
Keshahihan Matan hadits mengungkapkan bahwa kodifikasi hadits (tadwin) hadits secara
resmi dan massal dalam arti sebagai kebijakan pemerintah, barulah terjadi atas perintah
Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz dengan tenggang waktu sekitar 90 tahun sesudah Nabi
SAW wafat.
Untuk dapat menentukan apakah sebuah Hadits layak untuk menjadi rujukan
dalam hukum islam , tentu memerlukan suatu cabang Ilmu yang lazim disebut Ilmu
Ushulul Hadits atau Ilmu Hadits, Dengan Ilmu tersebut kita dapat menggali sumber-
sumber Hukum Islam yang banyak terkandung dalam Hadits. Disamping sebagai sumber
kedua dalam hukum Islam Hadits juga sebagai media dalam memahami Al Qur’an karena
tidak sedikit ayat-ayat Al Qur’an yang masih bersifat Global dijelaskan dalam Hadits Nabi.
Dengan demikian periwayatan hadis menjadi problematic dan banyak mengundang
kritik dari para orientalis yang cukup tajam dan bahkan memandang apriori terhadap
otentisitasnya. sebab studi periwayatan hadis, persoalan bentuk periwayatan juga menjadi
isu yang krusial. Hal ini karena perdebatan masalah tersebut juga berimplikasi terhadap
keautentikan suatu hadis. Dengan demikian apakah periwayatan suatu hadis harus dengan
lafadz (riwayat bi al-lafzh) yang persis disampaikan Nabi SAW ataukah cukup dengan
maknanya (riwayat bi al-ma’na), menjadi isu penting dikalangan ulama hadis.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Riwayat Bi Al-Lafzh dan Contohnya
2. Pengertian Riwayah bil ma’na dan Contohnya
3. Pandangan Para Ahli tentang Riwayat bil al lafdzi dan bi al ma’na
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
Kesimpulan
Dari kajian di atas maka dapat diperoleh poin-poin sebagai berikut :
1. Dengan ucapan dan tutur bahasa sebagaimana yang didengar dari Nabi SAW, dengan
tidak mengurangi atau menambahnya. Inilah yang kemudian dikenal dengan
periwayatan hadis secara lafdzi. Hadis yang diterima dengan cara ini ditetapkan oleh
para ulama sebagai hujjah dengan tidak ada khilaf.
2. Dengan pengertian atau maksudnya, sedangkan lafaz dan ucapan (susunan bahasa)
disusun sendiri. Hal inilah yang kemudian disebut dengan periwayatan hadis secara
makna.
3. Periwayatan hadis dengan makna diperlukan syarat-syarat tertentu yang akan
memelihara kemurnian dan keotentikan hadis.
4. Meskipun pendapat yang populer membolehkan periwayatan dengan
makna, namun menuntut persyaratan berat bagi perawinya dan periwayatan hadis
dengan lafaz lebih diprioritaskan dan diutamakan.
5. Penulisan periwayatan hadis secara makna hanya boleh dilakukan oleh mereka yang
benar-benar memenuhi syarat. Sehingga bagi mereka yang syaratnya belum
mencukupi sebaiknya tidak usah melakukan periwayatan secara makna. Hal ini untuk
menjaga supaya hadis tetap menjadi acuan yang otentik tanpa campur tangan manusia
yang mau merubah (memalingkan) isi hadis tersebut.
6. Harus memperhatikan pedoman dan ilmu-ilmu yang baku bagi mereka yang akan
melakukan periwayatan secara makna.
DAFTAR PUSTAKA
Ajjaj Al Khatib, M. (1963). Ushul Hadits Ulumuhu wa Mustalahu. Beirut: Darul Fikr.