Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN HADITS DARI SEGI KUALITAS

Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Hadits

Dosen Pengampu: Dr. Masrap, M.Ag


.

Disusun Oleh:

Nur Lailatul Maghfiroh (21.01.00.098)

Sarah Salsabila (21.01.00.107)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-HIKMAH JAKARTA

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tinjauan Hadits Dari Segi Kualitas” tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Hadits.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Masrap, M.Ag. selaku dosen
pembimbing pada mata kuliah ini, karena atas bimbingan dan pengarahannya selama
penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis
sampaikan satu-persatu.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Cilandak, 10 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................3

A. Pengertian Hadits .........................................................................................................3


B. Pembagian hadits dari segi Kualitas............................................................................. 3

BAB III PENUTUPAN ..........................................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan banyak bermunculan penelitian
tentang kajian keilmuan Islam, terutama dalam ilmu hadits banyak sekali bahasan dalam
ilmu hadits yang sangat menarik dan sangat penting untuk dibahas dan dipelajari,
terutama masalah ilmu hadits.
Sebagian orang bingung melihat jumlah pembagian hadits yang banyak dan
beragam.Tetapi kemudian kebingungan itu menjadi hilang setelah melihat pembagian
hadits yang ternyata dilihat dari berbagai tinjauan dan berbagai segi pandangan, bukan
hanya segi pandangan saja. Misalnya hadits ditinjau dari segi kuantitas jumlah
perawinya, hadits ditinjau dari segi kualitas sanad dan matan.Untuk mengungkapkan
tinjauan pembagian hadits maka pada bahasan ini hanya akan membahas pembagian
hadits dari segi kualitas hadits secara rinci.

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut
1. Apa pengertian Hadits?
2. Apa saja Pembagian hadits dari segi Kualitas?

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengertian Hadits,
dan Pembagian hadits dari segi Kualitas.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hadits
Hadits adalah setiap perkataan, perbuataan, atau ketetapan yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam bahasa lain, hadits ialah setiap informasi yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Misalnya, ketika kita mengatakan
“Rasulullah SAW pernah berkata” atau “Rasulullah SAW pernah melakukan..”, secara
tidak langsung pernyataan tersebut sudah bisa dikatakan hadits. Namun persoalannya,
apakah pernyataan tersebut benar-benar kata Rasulullah atau tidak? Karena belum tentu
setiap informasi yang mengatasnamakan Rasulullah benar-benar valid dan banyak juga
berita tentang Rasulullah dipalsukan untuk kepentingan tertentu. Sebab itu, mengetahui
kebenaran sebuah informasi yang mengatasnamakan Rasulullah (hadits) sangatlah
penting.

B. Pembagian Hadits Dari Segi Kualitas


Para Ulama ahli hadis membagi hadis dilihat dari segi kualitasnya, menjadi tiga
bagian, yaitu: hadis shahih, hadis hasan, dan hadis dhaif.
1. Hadis Shahih
Kata shahih (‫ )الصحيح‬dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari (‫)السقيم‬
orang yang sakit, jadi maksudnya hadis shahih adalah hadis yang sehat dan benar
tidak terdapat penyakit dan cacat. Sedangkan secara istilah menurut Ulama hadis,
misalnya Ibn ash-Shalah yaitu:
”Hadis yang muttashil (bersambung) sanadnya (sampai kepada Nabi),
diriwayatkan oleh orang adil dan dhobith (kuat daya ingatannya) sempurna dari
sesamanya, selamat dari kejanggalan (syadz) dan cacat (illat)”.
a. Syarat-syarat hadits shahih yaitu:1
1) Sanadnya bersambung
2) Perawinya bersifat adil
3) Perawinya bersifat dhabith

1
Yunahar Ilyas, Pengembangan Terhadap Hadits, Lembaga Pengkajian Dan Pengalaman Islam (Lppi),
Yogyakarta, Cet-Pertama, hlm. 6.

2
4) Matannya tidak syazdz atau janggal
5) Matannya tidak mengandung ‘illat.
b. Macam-macam hadits shahih yaitu:2
1) Shahih lidzatihi
Yaitu hadits shahih yang memenuhi syarat-syarat diatas, contoh
Rasulullah SAW bersabda:
“ islam itu dibangun diatas lima perkara; syahadat bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, menegakkan sholat,
menunaikan zakat, puasa bulan ramadhan, dan berhaji”.
2) Shahih lighairihi
yaitu hadis yang keadaan perawinya kurang Hafidz dan dhobit tapi mereka
masih terkenal sebagai orang yang jujur hingga hadistnya berderajat Hasan.
Namun kemudian ditemukan hadis-hadis itu dari jalur lain yang serupa atau
lebih kuat, yang dapat menutupi kekurangan yang ada pada jalur rawi
sebelumnya contoh Hadits Shahih lighairihi:
‫ك اص اَلة‬
ِّ ‫ْو اَل َأ ْن َأ ُش َّق عا اَل ُأ َّم يِت َأ ْو عا اَل النَّ ياس ا ََل ام ْرُتُ ُ ْم يِب ي ِّلس او ياك ام اع ُ ي‬
“Seandainya aku tidak menyusahkan umatku, pastilah Aku perintahkan
mereka untuk menggosok gigi tiap akan salat.” (HR Bukhari Muslim)
hadis ini bila kita sandarkan riwayatnya dari Bukhari dan Muslim, menjadi
hadis yang shahih dengan sendirinya”.
2. Hadis Hasan
Dari segi bahasa hasan berasal dari kata al-husnu (‫ )الحسن‬bermakna al-jamal
(‫ )الجمال‬yang artinya keindahan. Menurut istilah para Ulama memberikan definisi
hadis hasan secara beragam. Namun, yang lebih kuat sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam an-Nukhbah3 yaitu:
“Hadis hasan adalah bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil,
kurang sedikit kedhobithannya, tidak ada keganjilan (syadz), dan tidak ada’illat.”
Kriteria hadits hasan hampir sama dengan hadis shahih. Perbedaannya hanya
terletak pada sisi kedhabithannya. Hadis shahih kedhabithannya seluruh perawinya
harus zamm (sempurna), sedangkan dalam hadis hasan, kurang sedikit
kedhabihtannya jika dibanding dengan hadis shahih.

2
Muhammad Fu’adabdul Baqi, Shahih Bukhari-Muslim, (Jakarta: Gramedia, 2017), hlm. 22.
3
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Sinargrafika Offset, 2010), hlm. 159.

3
Hadis hasan terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Hasan lidzatihi
Hasan lizatihi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Rowi yang adil tapi
hafalannya kurang sempurna dengan sangat bersambung dan tidak terdapat
keganjilan dan kecacatan. Jadi, tidak ada perbedaan antara hadis ini dengan
Hadits Shahih lizatihi kecuali dalam satu persyaratan, yaitu hadis Hasan idzatihi
itu kalah dalam sisi hafalan. Misalnya perkataan nabi Muhammad SAW “shalat
itu dibuka dengan bersuci, diawali dengan takut dan diakhiri dengan salam.”
2) Hasan lighoirihi
adalah hadis yang dhaif-nya ringan dan memiliki beberapa jalan yang bisa
saling menguatkan satu dengan yang lainnya karena menimbang di dalamnya
tidak ada Pendusta atau Rowi yang pernah tertuduh membuat Hadits palsu.
Misalnya, hadis dari Umar Ibnu Khattab ra berkata “bahwasanya Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam jika mengangkat kedua tangannya
Dalam Doa maka beliau tidak menirukannya hingga mengusapkan kedua tangan
ke wajahnya.” (HR Tirmidzi)
Ibnu Hajar dalam bulughul maram berkata “Hadis ini memiliki banyak
hadis penguat dari riwayat Abu Daud dan yang selainnya.” Gabungan hadis-
hadis tersebut menuntut agar hadis tersebut dinilai sebagai hadis Hasan. Dan
dinamakan Hasan karena jika hanya melihat masing-masing sanadnya secara
terpisah maka hadis tersebut tidak mencapai derajat Hasan. Namun, bila dilihat
keseluruhan jalur periwayatan, maka hadis tersebut menjadi kuat hingga
mencapai derajat Hasan.4
3. Hadits Dha’if
Hadits dhaif ialah hadis yang tidak memenuhi syarat maqbul (diterima) atau
lebih.5 Bisa dikatakan juga hadits yang tidak menyandang sifat-sifat Hadits Shahih,
dan tidak pula memiliki sifat-sifat hadis Hasan. Sebab-sebab hadis dhaif yaitu:
1) Karena Gugurnya Rawi
yang dimaksud dengan gugurnya rawi adalah tidak adanya satu atau
beberapa rawi, yang seharusnya ada dalam suatu sanad, baik pada permulaan
sanad, maupun pada pertengahan atau akhirnya. Ada beberapa nama bagi hadis

4
Muhammad Fu’adabdul Baqi, Shahih Bukhari-Muslim, (Jakarta: Gramedia, 2017), hlm. 23-24.
5
Hafidz Hasan Al-Masudi, Minhatul Mughist Ilmu Mustholah Hadis, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm. 19.

4
Dhaif yang disebabkan karena gugurnya Rawi antara lain yaitu hadis Mursal,
hadis munqathi’, hadis mu’dhal, dan hadis muallaq.
a) hadis Mursal
Menurut bahasa, berarti hadis yang terlepas. Para ulama memberikan
batasan bahwa hadis Mursal adalah hadis yang gugur akhirnya di akhir
sanad. Yang dimaksud dengan rawi di akhir sanad ialah rawi pada tingkatan
sahabat yang merupakan orang pertama yang meriwayatkan hadits dari
Rasulullah SAW. (penentuan awal dan akhir sanad adalah dengan melihat
dari roh yang terdekat dengan imam yang bukan hadis, seperti Bukhari,
sampai kepada Rawi yang terdekat dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam). Jadi hadits mursal adalah hadis yang dalam sanadnya tidak
menyebutkan sahabat nabi, sebagai rawi yang seharusnya menerima
langsung dari Rasulullah SAW.
b) Hadis Munqathi’
Menurut etimologi ialah hadis yang terputus-putus. Para ulama memberi
batasan bahwa hadis munqahti’ adalah hadis yang gugur satu atau dua orang
rawi tanpa beriringan menjelang akhir sanadnya. Bila rawi di akhir sanad
adalah sahabat nabi, maka rawi menjelang akhir sanad adalah tabiin. Jadi,
padahal hadits munqathi’ bukanlah rawi di tingkat sahabat yang gugur,
tetapi minimal gugur seorang tabiin. Bila dua rawi yang gugur, maka kedua
Rawi tersebut tidak beriringan, dan salah satu dari dua rawi yang gugur itu
adalah tabiin.
c) Hadits Mu'dhal
Menurut bahasa, adalah hadis yang sulit dipahami. batasan yang
diberikan para ulama bahwa hadits mu’dhal adalah hadis yang gugur dua
orang rawinya atau lebih, secara beriringan dalam sanadnya.
d) Hadits Muallaq
Menurut bahasa, hadis muallaq berarti hadis yang tergantung. Batasan
para ulama tentang hadis ini ialah hadis yang gugur satu rawi atau lebih di
awal sanad atau bisa juga bila semua rawinya digugurkan (tidak
disebutkan).
2) Karena Cacat Pada Matan atau Rawi
Banyak macam zat-zat yang dapat menimpa rawi ataupun matan. Seperti
Pendusta, fasiq, tidak dikenal, dan berbuat bid’ah yang masing-masing dapat

5
menghilangkan sifat adil pada rawi. Seiring keliru, banyak waham (keraguan)
hafalan yang buruk, atau lalai dalam mengusahakan hafalannya, dan menyalahi
rawi-rawi yang dipercaya. Ini dapat menghilangkan sifat dhabit pada perawi.
Adapun cacat pada Matan, misalkan terdapat sisipan di tengah-tengah lafadz
hadis atau diputarbalikkan sehingga memberi pengertian yang berbeda dari
maksud lafadz yang sebenarnya.

Ada beberapa nama bagi hadis Dhaif yang karena cacat pada rawi atau matan:
1) Hadis Maudhu’
Menurut bahasa, hadis ini memiliki pengertian hadis palsu atau dibuat-
buat. Pada ulama memberikan batasan bahwa hadis maudhu’ ialah hadis yang
bukan berasal dari Rasulullah SAW akan tetapi disandarkan kepada dirinya.
golongan-golongan pembuat Hadits palsu yakni musuh-musuh Islam dan
tersebar pada abad-abad permulaan sejarah umat Islam, yakni kaum Yahudi dan
Nasrani, orang-orang munafik, zindiq, atau sangat fanatik terhadap golongan
politiknya, mazhabnya, atau kebangsaannya.
2) Hadits Matruk atau Hadis Mathruh
Hadis ini, menurut bahasa berarti hadis yang ditinggalkan atau dibuang.
Para ulama memberikan batasan bahwa hadis matruk adalah hadis yang
diriwayatkan oleh orang-orang yang pernah dituduh berdusta (baik berkenaan
dengan hadis ataupun mengenai urusan lain), atau pernah melakukan maksiat,
lalai, atau banyak wahamnya.
3) Hadits Munkar
Hadis munkar secara bahasa berarti hadis yang diingkari atau tidak
dikenal. batasan yang diberikan para ulama bahwa hadits munkar ialah hadis
yang diriwayatkan oleh rawi yang lemah dan menyalahi perahu yang kuat.
4) Hadits Muallal
Menurut bahasa hadis muallal berarti hadis yang terkena ‘illat. para
ulama memberi batasan bahwa hadis ini adalah hadis yang mengandung sebab-
sebab tersembunyi, dan ‘illat yang menjatuhkan itu bisa terdapat pada sanad,
mantan, ataupun keduanya.

6
5) Hadis Mudraj
Hadis ini memiliki pengertian hadis yang dimasuki sisipan, yang
sebenarnya bukan bagian dari hadis itu. contoh, Rasulullah bersabda “saya
adalah za’im dan za’im itu adalah penanggung jawab bagi orang yang beriman
kepadaku, dan berhijrah dengan tempat tinggal di taman surga”. Kalimat akhir
dari hadis tersebut adalah sisipan (dengan tempat tinggal di taman surga),
karena tidak termasuk sabda Rasulullah SAW.
6) Hadits Maqlub
Menurut bahasa, berarti hadis yang diputarbalikkan. para ulama
menerangkan bahwa terjadi pemutarbalikan pada matannya atau pada nama
rawi dalam sanadnya atau penukaran suatu sanad untuk matan yang lain.
7) Hadis Syadz
Secara bahasa, hadis ini berarti hadis yang ganjil. Batasan yang diberikan
para ulama, hadis syadz adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang
dipercaya, tapi hadis itu berlainan dengan hari-hari yang diriwayatkan oleh
sejumlah rawi yang juga dipercaya. Haditsnya mengandung keganjilan
dibandingkan dengan hadis-hadis lain yang kuat. Keganjilan itu bisa pada
sanad, pada Matan, ataupun keduanya.6

6
Muhammad Fu’adabdul Baqi, Shahih Bukhari-Muslim, (Jakarta: Gramedia, 2017), hlm. 24-27.

7
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari pemabahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa tinjauan hadits dari segi
kualitasnya ada tiga macam yaitu:
1. Hadits shahih adalah hadis yang sehat dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat.
yang terdiri dari dua macam hadits yang pertama shohih lidzatihi yang ke dua shahih
lighairihi.
2. Hadits hasan adalah Hadis hasan adalah bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh
orang adil, kurang sedikit kedhobithannya, tidak ada keganjilan (syadz), dan tidak
ada’illat yang terdiri dari dua macam yaitu hasan lidzatihi dan hasan lighairihi.
3. Hadits dha’if adalah hadis yang tidak menyandang sifat-sifat Hadits Shahih, dan
tidak pula memiliki sifat-sifat hadis Hasan.
4. Sebab sebab hadits dhaif ada dua yaitu: karena gugurnya rawi dan karena cacat pada
matan atau rawi.

B. Saran
Pemakalah mengharapkan agar apa yang telah dijelaskan di atas dapat dipahami
oleh pembaca sekalian, sekaligus bermanfaat bagi kita semua. Selanjutnya, kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan sebagai pembangun guna memperbaiki dalam
pembuatan makalah berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Sinargrafika Offset, 2010), hlm. 159
Hafidz Hasan Al-Masudi, Minhatul Mughist Ilmu Mustholah Hadis, (Surabaya: Al-
Hidayah), hlm. 19.
Muhammad Fu’adabdul Baqi, Shahih Bukhari-Muslim, (Jakarta: Gramedia, 2017), hlm.
23-24.

Anda mungkin juga menyukai