Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

(PEMBAGIAN HADIST BERDASARKAN KUALITAS SANAD)

MATA KULIAH : ULUMUL HADIST

DOSEN PENGAMPU : RAB’UL HABIBI, M.PD

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Arya Prasetyo : 2211101181

Elsa Darmayanti : 2211101224

Reza Amar Fauzan : 2211101032

Sarda Dewi : 2211101160

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS

SAMARINDA

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang membahas mengenai pembagian hadist berdasarkan kualitas
sanad. Makalah ini disusun dengan usaha semaksimal mungkin dengan berbagai referensi
berupa buku, jurnal dan internet sehingga pembuatan makalah ini dapat berjalan lancar.

Terima kasih kami sampaikan kepada bapak Rab’ul habibi, M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah ulumul hadis. Penyusunan makalah ini sesuai dengan materi yang diberikan
kepada kelompok kami. Kelompok 1 sebagai penulis makalah ini menyadari masih banyak
kekurangan ataupun kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami menerima berbagai kritik dan saran guna penyempurnaan makalah ini.
Dengan harapan makalah ini dapat berguna dalam memberikan ilmu pengetahuan dan
informasi bermanfaat bagi para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Makalah ..................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Hadist Berdasarkan Kualitas Sanad ............................................................................ 3

B. Hadist Shahih ............................................................................................................ 3

C. Hadist Hasan .............................................................................................................. 6

D. Hadist Daif ................................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 14

B. Saran .......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadist merupakan sumber ajaran agama islam, disamping Al-qur’an. Bila dilihat dari segi
periwatannya jelas berbeda antara Al-qur’an dengan hadist. Untuk Al-qur’an semua
periwayatan berlangsung secara mutawatir, sedangkan periwayatan hadist sebagian
berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahead. Berawal dari hal
tersebut sehingga timbul berbagai pendapat dalam menilai kualitas sebuah hadist sekaligus
sebagai sumber perdebatan, yang akibatnya bukan kesepakatan yang didapatkan tetapi
sebaliknya justru perpecahan.

Kemudian berawal dari sebuah pertanyaan, “apakah hadis ini atau hadist itu dapat dijadikan
hujjah atau tidak?” salah satu kelompok dengan kuat mempertahankan pendapatnya
sementara kelompok lain dengan gigih bersikap serupa.

Mayoritas ulama’ berbeda pendapat dalam pengkajian hadist. Hadist yang sering dijumpai
tidak serta merta dapat diterima secara langsung, hadist yang didapati perlu adanya pencarian
jati diri hadist tersebut untuk dijadikan landasan hidup.

Bertitik tolak dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk memuat pembagian hadist yang
selama ini beredar terutama hadist dari segi kuantitas dan kualitas sanadnya, mudah-mudahan
dapat mengurangi tingkat kekeliruan dalam memahami hadist, baik dari segi kuantitas dan
kualitas sanadnya. Penulis menyadari didalam makalah sangat jauh dari kesempurnaan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat diharapkan sebagai kontribusi
merevisi makalah ini

B. Rumusan Masalah

A. Apa Yang Di Maksud Kualitas Sanad Hadist ?

B. Apa Yang Di Maksud Dengan Hadist Shahih ?

C. Apa Yang Di Maksud Dengan Hadist Hasan ?

D. Apa Yang Di Maksud Dengan Hadist Dhaif ?

1
C. Tujuan Penulisan

A. Untuk Mengetahui Penjelasan Kualitas Sanad Hadist.

B. Untuk Memngetahui Apa Yang Di Maksud Hadist Shahih.

C. Untuk Mengetahui Apa Yang Di Maksud Hadist Hasan.

D Untuk Mengetahui Apa Yang Di Maksud Hadist Dhaif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kualitas Sanad Hadist

Berdasarkan kualitas sanad dan perawinya, hadits dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan
yakni shahih, hasan, dan dhaif.Secara bahasa, hadist artinya sesuatu yang baru, dekat, atau
singkat. Mengutip buku Pengantar Studi Ilmu Hadits karya Syaikh Manna al-Qaththan, hadits
juga bisa berarti sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang
kepada orang lain. Secara istilah, hadits adalah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW,
baik berupa ucapan, perbuatan, ataupun pengakuan.

Di dalam kitab Sunan Abī Dāwūd terdapat kitab sebanyak 35 buah kitab dan di antaranya
adalah Kitab al-Adab. Di dalam kitab al-Adab itu mengandungi 108 bab dengan 502 hadis
keseluruhannya, dan salah satu bab yang terdapat di dalam kitab tersebut adalah terkait
tentang birrul wālidaī n (berbakti kepada kedua orang tua), dengan 9 hadis kesemuanya. Jadi
di antara 9 hadis tersebut, yang menjadi tumpuan dan pokok utama penulis untuk diteliti
adalah pada hadis pertama dalam bab tersebut.

Namun persoalannya, apakah pernyataan tersebut benar-benar kata Rasulullah atau tidak?
Karena belum tentu setiap informasi yang mengatasnamakan Rasulullah benar-benar valid
dan banyak juga berita tentang Rasulullah dipalsukan untuk kepentingan tertentu. Sebab itu,
mengetahui kebenaran sebuah informasi yang mengatasnamakan Rasulullah (hadits)
sangatlah penting. Para ulama hadits membagi hadits berdasarkan kualitasnya dalam tiga
kategori, yaitu hadits shahih, hadits hasan, hadits dhaif. Urainnya sebagai berikut:

B. Pengertian Hadist Shahih

Dari segi bahasa Shahih berarti dhiddus saqim, yaitu lawan kata dari sakit Sedangkan dari
segi istilahnya, hadis shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
perawi yang adil dan dhabit dari sejak awalhingga akhir sanad, tanpa adanya syadz dan illat 1

1 Sonia Purba Tambak Dkk, Kualitas Kehujjahan Hadist, Didalam Jurnal : Jurnal Of Islamic Education Studies,
Vol.3, No. 1, 2023, H. 118

3
. ‫ث ُُُ ِلسْنا ُ َُدُه بِنَ ْق ِد ِل ْ ال ْ عضد ِل ْال ُمس ُْن َُد‬
ُ ‫ى‬
ْ ‫فهو ْ ال َح ِد‬ ْ ‫اَما َّ ْ ال َح ِد‬
َّ ‫ى تُ ال‬
َ ُ ‫ص ِح ْى ُح‬
‫ى ُك ُو ُْن شاَذًا‬
َ ‫تص الضَّا ِب ِط َع ِن ْ ال ْع َُد ِل الضَّا ِب ِط ا َ ُِل ُ م ْنتحا َ ُه َوا َل‬
ِ ‫ى‬ ْ ‫اَّ َُل ِذ‬
َ ‫ى‬
‫َوا َل ُ م َّعلُ َل‬

Artinya : “Adapun hadist shahih ialah hadist yang sanadnya bersambung (sampai kepada
Nabi), diriwayatkan oleh (perawi) yang adil dan dhabit sampai akhir sanad, tidak ada
kejanggalan dan berillat”.

2. Syarat-Syarat Hadis Shahih2

Dari pengertian di atas bahwa suatu hadis dapat dikatakan shahih apabila memenuhi lima
syarat, yaitu:

a. Bersambung sanadnya, maksudnya tiap-tiap rawi dapat saling bertemu dan menerima
langsung dari guru yang memberinya dan tidak terdapat rawi yang gugur.

b. Perawinya adil, terdapat beberapa kriteria yaitu beragama Islam, dewasa, sehat jasmanai
dan rohani, mukallaf, memelihara muru’ahnya, dan tidak mengikuti salah satu pendapat
mazhab yang bertentangan dengan dasar syara’.

c. Perawinya dhabith, maksudnya kuatnya daya ingat perawi hadis terhadap hadis yang
didengar maupun menyampaikannya sebagaimana mestinya, kapan saja ketika diperlukan.
Para muhadditsin membaginya menjadi dua bagian, yaitu:

 Dhabith shadr atau dhabith fu’ad yaitu terpeliharanya semua hadis dalam hafalan,
mulai dari ia menerima sampai meriwayatkannya kepada orang lain dan ingatannya
itu sanggup dikeluarkan kapan saja, dimana saja ia kehendaki.
 Dhabith kitab yaitu terpeliharanya ingatan itu melalui tulisan-tulisan atau catatan-
catatan yang dimilikinya. Ia ingat betul hadis-hadis yang telah ditulis sejak ia
mendengarnya, meriwayatkannya kepada orang lain yang benar. Jika ditemukan
adanya kesalahan tulisan dalam kitab, ia mengetahui kesalahannya.

2 Jendri, Pola Pemahaman Partisipan Kegiatan One Day One Hadist Dalam Whatsaap, Didalam Jurnal : Islam
Transformative, Vol.4, No.1, 2020, H. 3

4
d.tanpa syadz (janggal) yaitu hadis yang sanad dan matannya tidak bertentangan
denganhadist lain yang lebih tsiqqah

e Tanpa ‘illat (cacat) maksudnya hadis yang secara lahiriyyah tidak cacat tetapiapabiladiteliti
cacat itu ada sehingga keberadaannya dapat mencacatkan keshahihannya.

3. Macam-Macam Hadis Shahih

Para ulama hadis membagi hadis shahih menjadi dua macam, yaitu:

i. Hadis Shahih Li Dzatihi

Hadis shahih li dzatihi adalah hadis yang didalamnya telah terpenuhi syarat-syarat hadis
maqbul atau yang memenuhi syarat-syarat diatas secara sempurna. Akan tetapi jika kualitas
daya ingat perawi kurang sempurna, maka hadis shahih li dzatihi akan turun menjadi hadis
hasan lidzatihi, akan tetapi jika kekurangan tersebut dapat ditutupi dengan adanya hadis lain
yang kualitas daya ingatnya lebih kuat maka naiklah hadis hasan li dzatihi menjadi hadis
shahih lighairihi.adapun contoh hadist shahih lizatihi sebagai berikut :

‫اء ب ِْن‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ َع ْن َع‬،‫سلَي ٍْم‬
ُ ‫ص ْف َوانَ ب ِْن‬ َ ‫ َع ْن‬، ٍ‫ قَ َرأْتُ َعلَى َمالِك‬:‫ قَا َل‬،‫َحدَّثَنَا يَحْ يَى ب ُْن يَحْ يَى‬
‫ « ْالغُ ْس ُل‬:‫ قَا َل‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ‫سو َل هللا‬ُ ‫ أَ َّن َر‬،ِ‫س ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِري‬
َ ‫ َع ْن أَبِي‬،‫ار‬
ٍ ‫س‬ َ َ‫ي‬
‫علَى ُك ِل ُم ْحتَ ِل ٍم‬
َ ‫ب‬ ِ ‫َي ْو َم ْال ُج ُم َع ِة َو‬
ٌ ‫اج‬
“telah mengabarkan kepadaku yahya bin yahya, ia berkata: aku membacakan kepada malik,
dari safwan bin sulaim, dari atha’ bin yasar, dari sa’id al-khudri, bahwasanya Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: “mandi pada hari jum’at hukumnya wajib, yakni bagi
yang telah bermimpi (yang telah balig)” (HR. Muslim)

ii. Hadis Shahih Li Ghairihi

Hadis shahih li ghairihi adalah hadis yang keshahihannya dibantu oleh adanya hadis lain
Pada mulanya hadis ini memiliki kelemahan berupa periwayatan yang kurang dhabith 3
sehingga dinilai tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai hadis shahih. Tetapi

3 Syamsuez Salihima, Histirografi Hadist Hasan Dan Dhaif, Didalam Jurnal : Adabiyah, Vol. 10, No. 2, 2010,
H. 216

5
setelah diketahiu ada hadis lain dengan kandungan matan yang sama dengan kualitas shahih
maka hadis tersebut naik menjadi hadis shahih, kata lain hadis shahih li ghairihi pada asalnya
adalah hadis hasan yang karena hadis ada hadis shahih dengan matan yang sama maka hadis
hasan tersebut naik menjadi hadis shahih. Adapun contoh hadist shahih li ghairihi sebagai
berikut :

‫أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال لوال أن أشق على أمتي ألمرتهم بالسواك‬
‫عند كل صالة‬
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Seandainya tidak
memberatkan ummatku, niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali
hendak shalat.” (HR. at-Tirmidzi, Kitab ath-Thaharah)

C. Hadist Hasan

1. Pengertian Hadis Hasan

Secara bahasa Hasan artinya sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu. Sedangkan
secara istilah menurut Ibnu Hajar al-Asqalani adalah:

“Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kurang kuat hafalannya, bersambung
sanadnya, tidak mengandung ‘illat (cacat), dan tidak mengandung kejanggalan (syadz)”.

Para ulama sepakat bahwa istilah hadis hasan diperkenalkan pertama kali oleh Tirmidzi,
karena sebelum beliau pembagian hadis hanya ada shahih dan saqim atau maqbul dan
mardud.

2. Macam-macam Hadis Hasan

Sebagaimana hadis shahih, demikian pula hadis hasan juga dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Hadis hasan li dzatihi

Hadis yang memenuhi lima unsur persyaratan hadis shahih, tetapi salah satu rawi ditengarai
kurang kuat hafalannya.

6
Menurut al-Hafidz Ibnu Hajar, hadis hasan li dzatihi ialah hadis yang bersambung sanadnya
dengan penukilan perawi yang ‘adil4 dan ringan kedhabitannya dan yang semisalnya atau dari
perawi yang lebih tinggi darinya sampai akhirnya berhentinya sanad dan bukan hadis yang
syadz, juga bukan mu’allal (yang bercacat).

Contoh hadist hasan lizatihi :

‫ي َع ْن أَ ِبي‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا قُتَ ْي َبةُ َحدَّثَنَا َج ْع َف ُر ب ُْن‬:‫ما اخرجه الترمذي قال‬


ُّ ‫س َل ْي َمانَ ال‬
ُّ ‫ض َب ِع‬
‫س ِم ْعتُ أَ ِبي ِب َحض َْر ِة‬ َ ‫سى ْاأل َ ْش َع ِري ِ قَال‬ َ ‫ِع ْم َرانَ ْال َج ْو ِني ِ َع ْن أَ ِبي َب ْك ِر ب ِْن أَ ِبي ُمو‬
‫ت ِظ َال ِل‬ َ ْ‫اب ْال َجنَّ ِة تَح‬
َ ‫سلَّ َم ِإ َّن أَب َْو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ْال َعدُ ِو َيقُو ُل قَا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬
‫وف‬ِ ُ‫سي‬ ُّ ‫ال‬
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dia berkata, ”Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, ia
berkata,’ Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman Adh Dhuba’i dari Abu Imran
Al Jauni dari Abu Bakr bin Abu Musa Al Asy’ari ia berkata,

”Aku mendengar ayahku berkata saat di hadapan musuh, ”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,


”Sesungguhnya pintu-pintu surga berada di bawah naungan pedang…”

b. Hadis hasan li ghairihz

Hadist hasan li ghairi Yaitu hadis dha’if yang karena didukung oleh hadis lain yang shahih
dengan matan yang sama, sehingga naik menjadi hadis hasan li ghairihi. Hadis yang naik
peringkatnya menjadi hadis hasan hanyalah hadis dha’if yang tidak terlalu dha’if. Adapun
hadis yang sangat lemah tidak dapan menjadi hadis hasan meskipun terdapat hadis hadis
dengan matan yang sama berkualitas shahih.

Contoh hadist hasan li ghairi :

َ‫ نَ َع ْم فَأ َ َجاز‬: ‫ت‬


ْ َ‫ فَقَال‬.» ‫ِك َو َما ِل ِك ِبنَ ْعلَي ِْن؟‬
ِ ‫ت ِم ْن نَ ْفس‬ ِ ‫أَ َر‬
ِ ‫ضي‬
Apakah engkau rela (ridha) sebagai gantimu dan hartamu dua sandal (maksudnya apakah
engaku rela maharmu dua sandal).” Perempuan itu menjawab:”Iya (saya rela)” Maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membolehkannya.

3. Kehujjahan Hadits Hasan

4 Muhammad Amiruddin, Klasifikasi Distringsi Antara Autensitas Dan Otoritas Hadist, Didalam Jurnal : Studi
Hadist, Vol. 6, No. 2, 2020, H. 244

7
Hukum hadis hasan dalam hal fungsinya sebagai hujjah dan implementasinya adalah sama
seperti hadis sahīh. Hanya saja, jika terjadi pertentangan antara hadis sahīh dengan hadis
hasan, maka harus mendahulukan hadis sahīh, karena tingkat kualitas hadis hasan berada di
bawah hadis sahīh. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari dimensi kesempurnaan ke-
dhabith-an para periwayat hadis hasan yang tidak seoptimal kesempurnaan ke-dhabith-an
para periwayat hadis sahīh.

Jadi, hadis hasan, baik hasan li żātih maupun hasan li ghayrih, keduanya dapat dijadikan
sebagai hujjah sebagaimana hadis sahīh5 Namun oleh Imam alBukhari tidak mengenal hadis
hasan, sebab baginya kalau bukan shahih, maka pasti dhaif, dan jika dhaif tidak dapat
dijadikan hujjah.

4. Istilah-Istilah Dalam Hadits Hasan

Ada beberapa istilah yang digunakan oleh para Ulama hadis dalam kaitannya dengan hadis
hasan, yaitu:

a) ‫احسن االساند‬

Ini merupakan istilah hadis hasan yang tertinggi martabatnya.

b) ‫هذا حديث حسن االسناد‬

Maksud dari istilah ini adalah hadis ini hanya sanadnya saja yang hasan tidak sampai
mencakup ke-hasan-an matannya, lebih rendah nilainya daripada hadis yang dinilai
dengan ‫ هذا حديث حسن‬.

c) ‫هذا حديث حسن صحيح‬

Ini merupakan istilah dari al-Tirmidzi yang mempunyai arti, antara lain: Ibnu al-Salāh
mengartikannya bahwa hadis itu mempunyai dua sanad, yaitu sanad hasan dan sanad
sahīh.

Pendapat lain mengatakan bahwa di antara kedua kata tersebut terdapat huruf
penghubung yang dibuang yaitu ‫( او‬atau). Ibnu Hājar al- ‘Asqalāniy dan Imam al-Suyutiy
menjelaskan istilah tersebut dan berkata, apabila hadis itu memiliki dua isnad atau lebih,

5 Syamsuez Salihima, Historiografi Hadist Hasan Dan Daif, Didalam Jurnal : Adabiyah, Vol. 10, No.2, 2010,
H. 215

8
maka artinya hasan menurut suatu isnad, dan sahīh menurut isnad yang lain. Dan apabila
memiliki satu isnad saja, maka artinya adalah hasan menurut suatu kaum, dan sahīh
menurut kaum yang lain.

d) ‫هذا حديث حسن غريب‬

Istilah al-Tirmiżiy ini sulit untuk dimengerti, tetapi dalam hal ini sebagian Ulama yang
mencoba menguraikannya, misalnya ada yang mengatakan bahwa di antara kedua kata
tersebut terdapat kata penghubung yang dijatuhkan yaitu ‫( او‬atau).

Sebagian lagi berpendapat bahwa istilah tersebut mengandung arti hadis yang bagus
maknanya. Dijelaskan pula bahwa munculnya istilah hasan sahīh dan hasan garīb karena
dihubungkan dengan keadaan periwayatnya. Dikatakan sahīh atau hasan karena
periwayatnya memenuhi kriteria hadis sahīh atau hasan, dan dikatakan garīb karena
diriwayatkan oleh seorang yang tidak terkenal (garīb).

Lebih lanjut dikatakan bahwa istilah-istilah yang dimunculkan alTirmidzi menandakan


akan ketelitian, kemampuan kedalaman serta kehalusan ilmu hadis yang dimilikinya, yang
biasa disebut dengan fann al-hadīś (seni dalam ilmu hadis).

e) ‫هذا حديث حسن جدا‬

Istilah ini diartikan dengan hadis yang maknanya sangat menarik hati.

D. Hadist Dha’if

1. Pengertian Hadis Dha’if

Kata dha’if menurut bahasa berarti lemah, kebalikannya adalah (‫ )قوى‬yang berarti kuat 6
Maka sebutan hadis dha’if secara bahasa berarti hadis yang lemah, sakit, tidak kuat.
Sedangkan pengertian hadis dha’if secara therminologi menurut an-Nawawi dan al-Qasimi
adalah:

‫ََل‬ ‫َّة‬
‫ِ و‬ ‫ِح‬‫ُ الص‬
‫ْط‬ ‫ِ شُر‬
‫ُو‬ ‫ْه‬‫ِي‬
‫د ف‬َْ‫ْج‬
‫يو‬ ‫ما َلم‬
ُ ْ َ
ِ‫َسَن‬ ْ ُ
‫الح‬ ‫ْط‬
‫ُو‬‫شُر‬

6 Kusnadi,Kehujjahan Hadist Doif Dalam Permasalahan Hukum Menurut Pendapat Abu Hanifah, Didalam
Jurnal : Ulumul Syar’i, Vol. 7, No. 2, 2018, H. 8

9
Hadis dha’if adlah hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis shahih dan
syarat-syarat hadis hasan.

Dari definisi tersebut dapat difahami bahwa jika dalam satu hadis telah hilang satu syarat
saja dari sekian syara-syarat hadis hasan, maka hadis tersebut dinyatakan sebagai hadis
dha’if. Apalagi yang hilang itu sambai dua atau tiga syarat maka inilah yang dikatakan
sebagai hadis dha’if dan status semua hadis dha’if adalah mardud (tertolak) dan tidak bisa
dijadikan hujjah.

2. Kriteria Hadits Dhaif

Para ulama memberikan batasan bagi hadits dhaif yaitu:

ِ ‫صفَا‬
‫ت‬ َ َ‫ْح َوال‬
ِ ‫ص ِحي‬ ِ ‫صفَا تُ ْال َح ِد ْي‬
َ ‫ث ال‬ ِ ‫ى لَ ْم يُجْ َم ْع‬ ُ ‫ْف ه َُو ْال َح ِدي‬
ْ ‫ْث الَ ِذ‬ ِ ‫ض ِعي‬ ُ ‫اَ ْل َح ِدي‬
َ ‫ْث ال‬
‫ث‬ِ ‫ْال َح ِد ْي‬
Artinya: “Hadits dhaif adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat shahih, dan juga tidak
menghimpun sifat-sifat hadits hasan”.

Kriteria hadits dhaif yaitu hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits shahih
dan hasan7 Dengan demikian, hadits dhaif itu bukan tidak memenuhi syarat-syarat hadits
shahih, juga tidak memenuhi persyaratan hadits-hadits hasan. Para hadits dhaif terdapat hal-
hal yang menyebabkan lebih besarnya dugaan untuk menetapkan hadits tersebut bukan
berasal dari Rasulullah SAW.

Kehati-hatian dari para ahli hadits dalam menerima hadits sehingga mereka menjadikan
tidak adanya petunjuk keaslian hadits itu sebagai alas an yang cukup untuk menolak hadits
dan menghukuminya sebagai hadits dhaif. Padahal tidak adanya petunjuk atas keaslian hadits
itu bukan suatu bukti yang pasti atas adanya kesalahan atau kedustaan dalam periwayatan
hadits, seperti kedhaifan hadits yang disebabkan rendahnya daya hafal rawinya atau
kesalahan yang dilakukan dalam meriwayatkan suatu hadits. Padahal sebetulnya ia jujur dan
dapat dipercaya. Hal ini tidak memastikan bahwa rawi itu salah pula dalam meriwayatkan
hadits yang dimaksud, bahkan mungkin sekali ia benar. Akan tetapi, karena ada kekhawatiran

7 Moh.Muafi Bin Thohir, Pendapat Muhadditsin Terhadap Hadist Doif Untuk Fadhoil A’mal Dan Pengaruhnya
Terhadap Pengalaman Ibadah, Didalam Jurnal : Al-Thiqah, Vol.2, No. 2, 2019, H. 9

10
yang cukup kuat terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan dalam periwayatan hadits yang
dimaksud, maka mereka menetapkan untuk menolaknya.

Demikian pula kedhaifan suatu hadits karena tidak bersambungnya sanad. Hadits yang
demikian dihukumi dhaif karena identitas rawi yang tidak tercantum itu tidak diketahui
sehingga boleh jadi ia adalah rawi yang dhaif. Seandainya ia rawi yang dhaif, maka boleh
jadi ia melakukan kesalahan dalam meriwayatkannya. Oleh karena itu, para muhadditsin
menjadikan kemungkinan yang timbul dari suatu kemungkinan itu sebagai suatu

pertimbangan dan menganggapnya sebagai penghalang dapat diterimanya suatu hadits. Hal
ini merupakan puncak kehati-hatian yang kritis dan ilmiah.

3. Macam-Macam Hadits Dhaif

Secara garis besar yang menyebabkan suatu hadits digolongkan menjadi hadits dhaif
dikarenakan dua hal, yaitu gugurnya rawi dalam sanadnya dan ada cacat pada rawi atau
matan.

Hadits dhaif karena gugurnya rawi adalah tidak adanya satu, dua atau beberapa rawi, yang
seharusnya ada dalam sanad, baik para pemulaan sanad, pertengahan ataupun akhirnya.

a. Hadits mursal

Hadits mursal, menurut bahasa berarti hadits yang terlepas8 para ulama memberikan
batasan hadits mursal adalah hadits yang gugur rawinya diakhir sanad, yang dimaksud
dengan rawi diakhir sanad adalah rawi pada tingkatan sahabat. Jadi, hadits mursal adalah
hadits yang dalam sanadnya tidak menyebutkan sahabat nabi, sebagai rawi yang seharusnya
menerima langsung dari Rasulullah.

Contoh hadits mursal:

. َ‫ْح َالَ ْي ْست َِط ْيعُ ْون‬ ُ ‫َاء َو ْال‬


ِ ‫صب‬ ِ ‫ش ُه ْودُ ْال ِعش‬
ُ َ‫ بَ ْينَنَا َو َبيْنَ ْال ُمنَا فِ ِقيْن‬: ‫م‬.‫س ْو ُل هللاِ ص‬
ُ ‫قَا َل َر‬
Artinya:”Rasulullah bersabda: “Antara kita dengan kaum munafik, ada batasan yaitu
menghadiri jama’ah isya dan subuh mereka tidak sanggup menghadirinya.” (HR. Malik).

8 Moh. Yusni Amru Ghozali, Polemic Di Kalangan Ulama Terkait Hadist Mursal, Didalam Jurnal : Studi
Qur’an Dan Hadist, Vol.3, No. 2, 2021, H. 178

11
Hadits tersebut diriwayatkan Imam Malik dari Abdurrahman dai Haudalah, dari Said bin
Mutsayyab. Siapa sahabat nabi yang meriwayatkan hadits itu kepada Said bin Mutsayyab,
tidaklah disebutkan dalam sanad diatas.

Kebanyakan ulama memandang hadits mursal sebagai hadits dhaif dan tidak diterima
sebagai hujjah, tetapi sebagian kecil ulama, termasuk Abu Hanifah, Malik bin Anas, dan
Ahmad bin Hambal dapat menerima hadits mursal menjadi hujjah bin rawinya adil.

2. Hadits munqati

Menurut bahasa, hadits munqati berarti hadits yang terputus9 Para ulama memberi balasan
munqati’ adalah hadits yang gugur satu atau dua rawi tanpa beriringan menjelang akhir
sanadnya. Bila rawi diakhir sanadnya adalah sahabat nabi, maka rawi menjelang akhir sanad
adalah tabi’in, jadi hadits munqati’ bukanlah rawi ditingkat sahabat yang gugur, tetapi
minimal gugur seorang tabi’in.

Contoh hadits munqati:

ُ ‫ بس ِْم هللاِ وال ْسالَ ُم َعلى َر‬:‫م اذَا دَ َخ َل ْال َمس ِْج ِد قَا َل‬.‫س ْو ُل هللاِ ص‬
‫س ْو ِل هللا اللَ ُه َم‬ ُ ‫َكانَ َر‬
)‫ب َرحْ َمتِ َك (رواة ابن ماجه‬ َ ‫لى اب َْوا‬
ِ ْ‫اب ْر ح‬ َ ‫ا ْغ ِف ْر ِلى ذُ نُو ِبى َوا ْفتَحْ ِلى اَب َْو‬
Artinya: “Rasulullah SAW. Bila masuk ke dalam mesjid, membaca : Dengan nama Allah,
dan sejahtera atas Rasulullah: Ya Allah, Ampunilah segala dosaku dan bukakanlah bagiku
segala pintu rahmatmu.” (HR. Ibnu Majah).

3. Hadits mudal

Menurut bahasa, hadits mudal berarti hadits yang sulit dipahami. Para ulama member
batasan hadits mudal adalah yang gugur dua orang rawinya atau lebih secara beriringan
dalam sanadnya. Contohnya: Hadits mudal adalah hadits Imam Malik, hak hamba dalam
kitab al-Muwata’. Dalam kitab tersebut, Imam Malik berkata:”Telah sampai kepadaku, dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:

)‫ (رواة ما لك‬. ِ‫ط َعا ُمهُ َو ِكس َْو تُه ُ ِبا ْل َم ْع ُر ْوف‬
َ ‫ل ِْل ُملُ ْو كِ ا‬

Artinya: “Budak itu harus diberi makanan dan pakaian secara baik.” (HR. Malik).

9 Dewi Deslianti Dkk, Aplikasi Kumpulan ,Hadist Nabi Muhammad S.A.W Berbasis Android Menggunakan
Algoritma Marege Sort, Didalam Jurnal : Pseudocode, Vol. 3, No. 1, 2016, H. 28

12
Imam Malik, dalam kitabnya itu, tidak menyebut dua orang rawi yang beriringan antara dia
dengan Abu Hurairah. Dua orang rawi yang gugur itu diketahui melalui riwayat Imam Malik
diluar kitab al-Muwata’. Malik meriwayatkan hadits yang sama, yaitu ”Dari Muhammad bin
Ajlan, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah”. Dua rawi yang secara beriringan
adalah Muhammad bin Ajlan dan ayahnya.

4. Hadits muallaq

Hadits muallaq menurut bahasa, berarti hadits yang tergantung. Dari segi istilah, hadits
muallaq adalah hadits yang gugur satu rawi atau lebih diawal sanad. Juga termasuk hadits
muallaq, bila semua rawinya digugurkan (tidak disebutkan).

Contoh hadits muallaq:

Bukhari berkata, kata Malik,, dari Zuhri, dari abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah bersabda:

ِ َ‫ضلُ ْوا بَيْنَ َال نَ ِبي‬


‫ (رواة الجا رى‬.‫اء‬ َ ‫الَ تَفَا‬
Artinya: “Janganlah kamu lebihkan sebagian Nabi dan sebagian yang lain”. (HR. Bukhari).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam menanggapi masalah apakah hadis shahih itu dapat dijadikan sebagai hujjah dalam
menetapkan hukum secara umum maka dalam hal ini para muhaddisin, sebagian ahli ushul
dan ahli fiqh bersepakat untuk menyatakan bahwa hadis shahih dapat dijadikan hujjah dan
wajib diamalkan.

Adapun kehujjahan hadits hasan, para ulama’ bersepakat untuk mengatakan bahwa hadits
hasan sama dengan hadits shahih sekalipun tingkatannya tidak sama, bahkan ada sebagian
ulama yang memasukkan hadits hasan kedalam kelompok hadits shahih baik hasan li dzatihi
maupun hasan li ghairihi.

Jika dalam satu hadis telah hilang satu syarat saja dari sekian syara-syarat hadis hasan,
maka hadis tersebut dinyatakan sebagai hadis dha’if. Apalagi yang hilang itu sambai dua atau
tiga syarat maka inilah yang dikatakan sebagai hadis dha’if dan status semua hadis dha’if
adalah mardud (tertolak) dan tidak bias dijadikan hujjah.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi
pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sonia Purba, 2023, Kuantitas Kehujjahan Hadist , Didalam Jurnal : Jurnal Of Islamic
Education Studies

Jendri, 2020, Pola Pemahaman Hadist Partisipan Kegiatan One Day One Hadist Dalam
Wahatsaap, Didalam Jurnal : Jurnal Islam Transformative

Syamsuez Salihima, 2010, Histiografi Hadist Hasan Dan Doif, Didalam Jurnal : Adabiyah

Muh.Amiruddin, 2020, Klarifikasi Distringsi Antara Autensitas Dan Otoritas Hadist,


Didalam Jurnal : Studi Hadist

Kusnadi, 2018, Kehujjahan Hadist Doif Dalam Permasalahan Hukum Menurut Pendapat
Abu Hanifah, Didalam Jurnal : Ulumul Syar’i

Moh. Muafi, 2019, Pendapat Muhadditsin Terhadap Hadist Doif Untuk Fadhoil A’mal Dan
Pengaruhnya Terhadap Pengalaman Ibadah, Didalam Jurnal : Al-Thiqah

Moh.Yusni Amru Ghozali, Polemic Di Kalangan Ulam Terkait Hadist Mursal, Didalam
Jurnal : Studi Qur’an Dan Hadist

Dewi Deslianti Dkk, 2016, Aplikasi Kumpulan Hadist Nabi Muhammad S.A.W Berbasis
Android Menggunakan Algoritma Marge Sort, Didalam Jurnal : Pseucode

15

Anda mungkin juga menyukai