Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STUDI HADIST

HADIST SYADZ

Dosen Pembimbing:
Rahman, S.Ag.,M.Ag.

Disusun oleh:

1. Nur Annisa 12340422226


2. Putri Nadhea 12340423383

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, puji


Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya berupa
Kesehatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
studi hadis dengan tepat waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Rahman S.Ag.,M.Ag. selaku


dosen pembimbing mata kuliah studi hadits yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga kepada teman-teman yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, 10 Desember 2023

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................
1.1Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Maasalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan Laporan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................
2.1 Pengertian Hadist Syadz...........................................................................................2
2.2 Tanda-Tanda Hadist Syadz........................................................................................4
2.3 Hukum Hadist Syadz.................................................................................................5
2.4 Macam-Macam Hadits Syadz...................................................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rasulullah Saw merupakan satu-satunya orang yang paling mengerti
maksud Al-Qur’an. Beliau juga orang yang paling tunduk terhadap ajaran-
ajarannya, ucapan, perbuatan, dan diamnya merupakan implementasi Cahaya Al-
Qur’an dalam kehidupan nyata. Sehingga beliau menjadi satu-satunya rujukan
para sahabat dalam memahami kalam Ilahi.

Hadist ditinjau dari segi kualitas terbagi menjadi tiga macam,yaitu hadist
shahih,hadist hasan,hadist dha’if.Dalam hadist dha’if terdapat dua macam yaitu
hadist dha’if ditinjau dari segi gugurnya sanad dan hadist dhai’if ditinjau dari segi
cacat perawinya.Di antara hadist dha’if ditinjau dari segi cacat perawinya adalah
hadist syadz.Dalam hal ini akan lebih dijelaskan mengenai pengertian hadist
syadz,contoh hadist syadz,serta hukum menggunakan hadist syadz.

1.2 Rumusan Maasalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah yang akan


dibahas dalam laporan ini adalah:

1. Apa pengertian Hadist Syadz?

2. Apa tanda-tanda Hadist Syadz?

3. Apa hukum dan contoh Hadits Syadz?

1.3 Tujuan Laporan

Laporan ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui pengertian Hadist Syadz .

2. Dapat menngetahi tanda-tanda Hadits Syadz

.3. Dapat mengetahui hukum dan contoh Hadist Syadz.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hadist Syadz

Syadz Secara Bahasa adalah dari segi bahasa, kata ‫‘ الَّش اُّذ‬Syadz’ berarti : ،‫المنفرد‬
‫ة‬FF‫ارج عن الجماع‬FF‫‘ أو الخ‬yang sendirian atau keluar dari kelompok. Makna lainnya
adalah ‫ – ما خالف القاعدة أو القياس‬apa saja yang menyelisihi kaidah atau qiyas.

Sedangkan Syaikh Mana’ Qathan mengatakan ‫ الَّش اُّذ‬secara bahasa adalah isim
fa’il dari kata kerja ‫ َش َّذ‬yang berarti ‫‘ انفرد‬menyendiri’. Jadi ‫ الَّش اُّذ‬berarti ‫رد عن‬F‫انف‬
‫ – الجمهور‬menyendiri dari kebanyakan (mayoritas) orang.

Pengertian hadits syadz dari tinjauan istilah dalam ilmu hadits adalah sebagai
berikut:
‫ “ما رواُه المْقبوُل ُم خاِلًفا ِلَم ْن ُهو َأولى ِم نُه‬:‫ هو‬:‫قال ابن حجر رحمه هللا‬
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, ”Apa yang diriwayatkan oleh (rawi) yang
maqbul yang menyelisihi (rawi) yang lebih utama dari dirinya.” [Nuzhatun
Nazahr(72)].

Penjelasan Makna Hadits Syadz:


Syaikh Muhammad Thaha Sya’ban mengatakan, ”Perkataan beliau ‫المْقبوُل‬
((rawi) yang maqbul) mencakup rawi yang tsiqah (rawi yang adil dan dhabit –
kuat hafalannya) dan shaduq (dikenal jujur namun hafalan kurang kuat) dan tidak
mencakup rawi yang dha’if, karena kalau seorang rawi yang dha’if menyelisihi
rawi yang lebih utama, haditsnya disebut dengan hadits munkar. Sedangkan
perkataan beliau, ‫‘ ُم خاِلًفا ِلَم ْن ُهو َأولى ِم نُه‬yang menyelisihi (rawi) yang lebih utama
dari dirinya.’ maksudnya yang lebih rajih (lebih unggul) dari dirinya.
Keunggulan ini bisa dari segi kualitas, artinya rawi ini menyelisihi satu
orang rawi saja namun satu rawi tersebut lebih tsiqah daripada dirinya, sehingga
riwayat orang yang lebih tsiqah ini lebih diunggulkan daripada yang lebih rendah
tsiqahnya.

2
Terkadang keunggulannya adalah dari sisi jumlah, artinya, rawi yang
tsiqah ini menyelisihi orang-orang yang jumlahnya lebih banyak daripada dirinya
sehingga riwayat yang lebih banyak ini diunggulkan daripada yang lebih sedikit,
meskipun seluruh perawi tadi sama -sama tsiqah.
Ulama berbeda pendapat tentang pengertian syadz suatu hadist.Dari pendapat-
pendapat yang berbeda itu,ada tiga pendapat yang menonjol,yakni bahwa yang
dimaksud dengan hadis syadz ialah:

1.Hadist yang diriwayatkan oleh orang yang siqah,tetapi riwayatnya bertebtangan


dengan Riwayat yang dikemukakan oleh banyak periwayat yang siqah
juga.Pendapat ini dikemukakan oleh Imam asy-Syafi’i(wafat 204 H/820M).

2.Hadist yang diriwayatkan oleh orang yang siqah,tetapi orang-orang siqah


lainnya tidak meriwayatkan hadist itu.Pendapat ini dikemukakan oleh al-Hakim
an-Nasiburi(wafat 405 H/1014 M).

3.Hadist yang sanadnya hanya satu buah saja,baik periayatnta bersifat siqah
maupun tidak bersifat siqah.Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Ya’la al-
Khalili(wafat 446 H).

Dari ketiga pendapat itu,maka pendapat imam asy-syafi’I merupakan


pendapat yang banyak diikuti oleh ulama ahli hadist sampai saat ini.Berrdasarkan
pendapat imam asy-syafi’i tersebut dapat ditegaskan bahwa kemungkinan suatu
sanad mengandung syuzuz bila sanad yang diteliti lebih dari satu buah.

Menurut Dr. Mahmud Thahhan, yang dimaksud dengan hadits Syadz


adalah hadits yang diriwayatkan rawi maqbul (rawi yang diterima
periwayatannya) namun menyelisihi riwayat dari orang yang lebih utama. Yang
dimaksud dengan maqbul adalah rawi yang adil dan sempurna kedhabitannya atau
rawi yang adil hanya saja tingkat kedhabitannya lebih rendah.

Sedangkan yang dimaksud dengan rawi yang lebih utama adalah yang
lebih rajih (lebih unggul) dibandingkan dirinya baik karena kedhabitannya lebih
tinggi atau lebih banyak jumlahnya atau hal-hal lain yang termasuk dalam
aspek tarjih.

3
Maka dapat disimpulkan bahwa hadist syadz adalah hadist yang ganji
hanya karena hanya dia sendiri yang meriwayatkannya atau bertentangan dengan
Riwayat orang-orang yang memiliki Tingkat validitas lebih tinggi,menurut
pendapat yang di akui oleh para ahli hadist.
Dapat dipahami bahwa hadist syadz diriwayatkan oleh seorang rawi yang
terpercaya,yang berbeda dalam matan atau sanadnya dengan riwayat rawi-rawi
yang relatif lebih terpercaya,dan tidak mungkin di kompromikan antara
keduanya.Untuk menentukan syadz tidaknya suatu hadist memerlukan kejelian
para peneliti.Karena sering sekali terjadi
kekeliruan dalam menentukan apakah hadist ini syadz atau munkar,karena
perbedaan keduanya sangatlah mirip.Hadist munkar ialah hadist yang rawinya
lemah lagi menyalahi orang-orang yang terpercaya,sedangkan hadist syadz ialah
hadis yang rawinya menyendiri menyalahi orang-orang tsiqah.

2.2 Tanda-Tanda Hadist Syadz

Berkaitan dengan hal itu,M.Syuhudi Ismail merangkum pembahasan


mereka ini dengan mengatakan bahwa tanda-tanda matan hadist yang
mengandung syadz itu ialah:
1) Susunan bahasanya rancu,Rasulullah SAW yang sangat fasih dalam
berbahasa Arab dan memiliki gaya Bahasa yang khas,mustahil
menyabdakan pernyataan yang rancu tersebut.
2) Kandungan pernyataan bertentangan dengan akal yang sehat dan sangat
sulit di interpretasikan secara rasional.
3) Kandungan pernyataanya bertentangan dengan tujuan pokok ajaran
islam,misalnya saja berisi ajaran untuk berbuat maksiat.
4) Kandungan pernyataannya bertentengan dengan sunnatullah (hukum
alam).
5) Kandungan pernyataannya bertentengan dengan fakta Sejarah.
6) Kandungan pernyataannya bertentengan dengan petunjuk al-quran ataupun
hadist mutawatir yang telah mengandung petunjuk secara pasti.

4
7) Kandungan pernyataanya berada di luar kewajaran diukur dari petunjuk
umum ajaran islam.`
2.3 Hukum Hadist Syadz
Menurut Syaikh Manna’ Qathan, hukum dari hadits syadz adalah mardud
yaitu tertolak.Karena hadits mardud secara hukum tidak boleh digunakan sebagai
hujah dan dalil penyokong.Dengan demikian hadits Syadz tidak bisa digunakan
sebagai hujah dan dalil penguat.

2.4 Macam-Macam Hadits Syadz

Pembagian Hadits Syadz Sanad dan Syadz Matan Macam Macam Syadz
Dalam Hadits.Asy-Syadz berdasarkan kedudukannya dalam hadits dibagi menjadi
dua bagian yaitu syadz pada sanad dan syadz dalam matan. Berikut ini pengertian
setiap bagian tersebut:
1.Hadits Syadz Pada Sanad
pertentangan seorang perawi tsiqah dalam mengisnadkan suatu hadits dengan
apa yang masyhur di sisi perawi-perawi tsiqah yang lain. Contoh Hadits Syadz
Sanad;
Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah
dari jalur Ibnu ‘Uyainah dari ‘Amr bin Dinar, dari ‘Ausajah dari Ibnu ‘Abbas,
‫ولى هو‬F‫دع وارًث ا إال م‬F‫ ولم ي‬،‫لم‬F‫ه وس‬F‫أن رجاًل توفي على عهد رسول هللا صلى هللا علي‬
‫أعتقه فدفع رسول هللا صلي هللا عليه وسلم ميراثه إليه‬
Bahwa seorang pria meninggal dunia di masa Rasulullah ‫ ﷺ‬dan tidak
meninggalkan seorang pewaris kecuali seorang bekas budak yang telah ia
merdekakan maka Rasulullah ‫ ﷺ‬menyerahkan warisannya kepada dia.”Dan
yang mengikuti Ibnu ‘Uyainah dalam ketersambungan adalah Ibnu Juraij dan
yang lainnya.

Namun, Hammad bin Zaid menyelisihi mereka.Hammad bin Zaid


meriwayatkan hadits tersebut dari ‘Amru bin Dinar dan ‘Ausajah namun tidak
menyebutkan Ibnu ‘Abbas. Abu Hatim berkata, ”Hadits yang (masuk kategori)

5
Mahfuzh (termasuk hadits maqbul) adalah hadits Ibnu ‘Uyainah.”Hammad bin
Zaid adalah orang yang adil (memiliki ‘adalah) dan orang yang dhabith. Namun
demikian Abu Hatim merajihkan (mengunggulkan) riwayat mereka yang lebih
banyak jumlahnya dari dirinya.”
Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi melalui sanad: Sufyan bin ‘Uyainah dari ‘Amr
bin Dinar, dari Ausajah dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,” Seorang lelaki
meninggal dunia pada zaman Rasulullah ‫ﷺ‬. Orang tersebut tidak
meninggalkan seorang pun pewaris kecuali seorang hamba yang telah
dimerdekakan, maka Nabi ‫ ﷺ‬menyerahkan harta pusaka peninggalannya
kepadanya.”[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Abwab Al-Faraidh, Bab Mirats
Maula Al-Asfal, no. 206]
Hadits ini diriwayatkan juga oleh An-Nasa’i melalui sanad Ibnu Juraij dari
‘Amr bin Dinar dari ‘Ausajah dari Ibnu ‘Abbas,”Sesungguhnya seorang
lelaki….dst.” [Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra dalam
kitab Al-Faraidh. no 6406]
Maka, Sufyan bin ‘Uyainah dan Ibnu Juraij meriwayatkan hadits ini secara
bersambung dan marfu’ (disandarkan kepada Nabi ‫ ) ﷺ‬yang disandarkan
kepada baginda Nabi ‫ ﷺ‬oleh Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma.Tetapi Hammad bin Zaid(seorang perawi tsiqah) meriwayatkannya
secara mursal (digugurkan nama Ibnu ‘Abbas) di mana beliau berkata dalam
riwayatnya,”Dari ‘Amr bin Dinar, dari ‘Ausajah,”Sesungguhnya seorang lelaki
…. “ [Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam Kitab Al-faraidh. no. 6410]Maka
dengan ini jelas bahwa riwayat Hammad bin Zaid dihukumkan sebagai Syadz,
sedangkan riwayat ‘Abdul Malik bin Juraij dan Sufyan bin ‘Uyainah dihukumkan
sebagai mahfuzh (terpelihara).

2.Hadits Syadz Pada Matan


Seorang perawi tsiqah yang bertentangan dalam meriwayatkan lafazh-
lafazh suatu hadits dengan seorang perawi yang lebih tsiqah atau lebih utama
daripada dirinya.Contoh: Hadits Al-Mughirah bin Syu’bah dari Nabi ‫ﷺ‬

6
,”Sesungguhnya Nabi ‫ ﷺ‬berwudhu dan menyapu di atas kedua khufnya
(sepatu).”
Riwayat ini dikeluarkan oleh sejumlah besar perawi hadits. Mereka adalah
Urwah dan Hamzah yang keduanya merupakan anak Al-Mughirah, Masruq bin
Al-Ajda’, Az-Zuhri, Al-Aswad bin Hilal, Rawwad Katib (penulis) Al-Mughirah
dan selain mereka.Semua dari Al-Mughirah bin Syu’bah. [Hadits ini dikeluarkan
oleh penyusun Kutubus Sittah kecuali AnNasa’i]
Hudzail bin Syurahbil meriwayatkan dengan cara yang bertentangan
dengan seluruh perawi yang ada. Hudzail meriwayatkan dari Al-Mughirah dengan
lafazh,”Sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyapu di atas dua kaus kakinya dan
dua sandalnya.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya no.
159.Penambahan ini dianggap sebagai penambahan syadz dalam matan, maka
dihukumkan riwayat Huzail sebagai Syadz.

 Contoh Hadits Syadz Sanad


Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari jalur
Ibnu ‘Uyainah dari ‘Amr bin Dinar, dari ‘Ausajah dari Ibnu ‘Abbas,
‫دفع‬F‫ه ف‬F‫ولى هو أعتق‬F‫ ولم يدع وارًثا إال م‬،‫أن رجاًل توفي على عهد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫رسول هللا صلي هللا عليه وسلم ميراثه إليه‬
Bahwa seorang pria meninggal dunia di masa Rasulullah ‫ ﷺ‬dan tidak
meninggalkan seorang pewaris kecuali seorang bekas budak yang telah ia
merdekakan maka Rasulullah ‫ ﷺ‬menyerahkan warisannya kepada dia.”Dan
yang mengikuti Ibnu ‘Uyainah dalam ketersambungan adalah Ibnu Juraij dan
yang lainnya. Namun, Hammad bin Zaid menyelisihi mereka.
Hammad bin Zaid meriwayatkan hadits tersebut dari ‘Amru bin Dinar dan
‘Ausajah namun tidak menyebutkan Ibnu ‘Abbas. Abu Hatim berkata, ”Hadits
yang (masuk kategori) Mahfuzh (termasuk hadits maqbul) adalah hadits Ibnu
‘Uyainah.”
Hammad bin Zaid adalah orang yang adil (memiliki ‘adalah) dan orang
yang dhabith. Namun demikian Abu Hatim merajihkan (mengunggulkan) riwayat
mereka yang lebih banyak jumlahnya dari dirinya.”

7
Berikut juga ada contoh hadist lain;
Contoh hadist syadz pada sanad
‫ ِإَذ ا َص َّلى َأَح ُد ُك ْم َر ْك َع َتِي اْلَفْج ِر َفْلَيْض َطِج ْع َع َلى َيِم ْيِنِه‬: ‫َقاَل َر ُسْو ُل ِهّٰللا َص َّلى ُهّٰللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
Nabi Saw. bersabda: “Bila salah seorang di antara kalian selesai
melaksanakan shalat dua rakaat fajar, maka hendaklah dia berbaring dengan badan
posisi miring ke kanan“. (HR. Tirmidzi)
Contoh Hadits Syadz Matan
Untuk contoh dari hadits Syadz Matan adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah di dalam Sunan-nya, dia berkata,
“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman Abi Syaibah, dia
berkata,’Telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah bin Hisyam, dia
berkata,’Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Usamah bin Zaid dari
Utsman bin ‘Amr dari ‘Urwah dari Aisyah dia berkata, ”Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda,
‫”ِإَّن َهَّللا َو َم َالِئَكَت ُه ُيَص ُّلوَن َع َلى َم َي اِم ِن الُّص ُفوِف‬Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bershalawat untuk shaf-shaf bagian kanan…”
Para perawinya tsiqah dan zhahirnya adalah shahih akan tetapi Usamah bin Zaid
keliru dalam matannya. Dia meriwayatkan dengan lafazh:
‫َع َلى َم َياِم ِن الُّص ُفوِف‬
“untuk shaf-shaf bagian kanan…”sementara sekelompok perawi yang tsiqah
meriwayatkan dengan lafazh:
‫على الذين يصلون الصفوف‬
“kepada orang-orang yang shalat dalam barisan-barisan..” [Lihat Misykatul
Mashabih (1/342) dan Sunan Al-Baihaqi (3/103)
Demikianlah ulasan singkat tentang hadits syadz. Semoga menambah
sedikit wawasan tentang hadts syadz. Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka
itu dari Allah Ta’ala semata karena rahmat dan karunia-Nya.
Dan bila ada kesalahan di dalamnya maka dari kami dan setan. Semoga
Allah Ta’ala mengampuni semua kesalahan kami dan kaum Muslimin.
Contoh lain yaitu hadist syadz pada matan:

8
، ‫ُدَنا َأْه َل اِإْل ْس اَل ِم‬FF‫ َو َأَّي اُم الَّتْش ِريِق ِع ي‬، ‫ َو َيْو ُم الَّنْح ِر‬،‫َيْو ُم َع َر َفَة‬: ‫َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َوِهَي َأَّياُم َأْك ٍل َو ُش ْر ٍب‬
Rasulullah Saw. bersabda:
“Hari Arafah, Hari Nahr, dan Hari Tasyriq bagi kita orang Islam adalah hari
makan dan minum.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hadist syadz adalah hadist yang memiliki sanad atau rantai perawi yang
lemah atau tidak dapat dipercaya.Kesimpulannya hadist syadz tidak dapat
dijadikan sebagai sumber hukum atau pedoman islam karena kelemahan atau
ketidakandalannya.

Hukum hadist syadz dalam islam adalah lemah atau tidak sah sebagai
sumber hukum aau pedoman agama.Dalam penelitian hadist,kelemahan dalam
sanad atau perawi hadist syadz membuatnya tidak dapat di andalkan untuk
menetapkan hukum agama.Oleh karena itu,dalam praktiknya hadist syadz tidak
digunakan sebagai dasar hukum atau petunjuk dalam kehidupan beragama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdi,Al fairuz, al Qamus al Muhit,(Kairo; Maimuniyyah, 1413H).

Abdul Halim Mahmud, as-sunnah fi Mkaniatiha wa fi tarkiha (Kairo; Dar al


Katib al Arabi, 1967M)

Abdul Karim al Khatib, al Khilafah wa al imarah (Bairut; Dar al Ma'rifah,


1963M)

Abdul-Baqi, Muhammad Fuad, Al lu'lu wal Marjan ([ttp]:Isa al-Babi al Halabi wa


sryurokah

Abu Bakar assyayyid saleh, Menyingkp Hadist-Hadist palsu, Muhammad


Wakid(penerjemah) (Surakarta; Mutiara solo);

Abu Rayyah, Mahmud, Adwa'al assunnah al Muhammadiyah AU Difa'anis hadist


(Mesir; Dar al Ma'rifah)

Abu Zahwi, Muhammad Muhammad, al hadist wal Muhaddisun (Mesir; al


Matba 'ah al Ma'rifah).

Ahmad Abdu-rahman.al Banna as saati, al fath ar Rabbani Li tartib (Kairo; Dara


al Hadist)

al Adbali,Salhud-Din bin Ahmad, Manhaj Naqdil-Matn (Bairut, Dar al Afaq al


jadidah,1403H/1983M)

10
11

Anda mungkin juga menyukai