Anda di halaman 1dari 12

HADIST DARI SISI KUALTITAS : SAHIH - HASAN

Disusun oleh:
Arya Kamdananu Lase(2210700020)
Dosen prngampuh:
Khoirul Fadli Simamora, Lc,M.Ag.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
PADANG SIDEMPUAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Penulisan makalah yang bersipat sederhana ini, di buat berdasarkan tugas kelompok yang
di berikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Ulumul hadits.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun,


menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. Di samping itu, kami
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam
menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun dalam bentuk
materi sehingga dapat terlaksana dengan baik Kami, sangat menyadari sepenuh nya bahwa
makalah kami ini memang masih banyak terdapat kekurangan serta amat jauh dari kata
kesempurnaan. Namun, kami semua telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah
makalah ini. Di samping itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran nya dari semua rekan-
rekan demi tercapai nya kesempurnaan yang di harapkan di masa akan datang.

PADANGSIDIMPUAN 24 NOVEMBER 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................. 3
B. Perumusan Masalah..................................................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Hadis Shahih............................................................................................................... 4
a. Pengertian Hadis Shahih....................................................................................... 4
b. Syarat-syarat Menurut Muhaditsin....................................................................... 4
c. Klasifikasi Hadis Shahih...................................................................................... 6
d. Martabat Hadis Shahih......................................................................................... 6
e. Karya-karya yang Hanya Memuat Hadis Shahih................................................. 7
B. Hadis Hasan................................................................................................................ 7
a. Pengertian Hadis Hasan........................................................................................ 7
b. Klasifikasi Hadis Hasan........................................................................................ 7
c. Contoh Hadis Hasan.............................................................................................. 8
d. Kehujjahan Hadis Hasan....................................................................................... 8
e. Kitab-kitab yang Mengandung Hadis Hasan......................................................... 9
BAB III PENUTUP
Simpulan........................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits, oleh umat islam diyakini sebagai sumber pokok ajaran islam sesudah Al-Qur’an.
Dalam tataran aplikasinya, hadits dapat dijadikan hujjah keagamaan dalam kehidupan dan
menempati posisi yang sangat penting dalam kajian keislaman. Secara struktural hadits
merupakan sumber ajaran islam setelah Al-Qur’an yang bersifat global. Artinya, jika kita tidak
menemukan penjelasan tentang berbagai problematika kehidupan di dalam Al-Qur’an, maka kita
harus dan wajib merujuk pada hadits. Oleh karena itu, hadits merupakan hal terpenting dan
memiliki kewenangan dalam menetapkan suatu hukum yang tidak termaktub dalam Al-Qur’an.

Kualitas keshahihan suatu hadits merupakan hal yang sangat penting, terutama hadits-hadits
yang bertentangan dengan hadits, atau dalil lain yang lebih kuat. Dalam hal ini, maka kajian
makalah ini diperlukan untuk mengetahui apakah suatu hadits dapat dijadikan hujjah syar’iyyah
atau tidak.

B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut;
1. Apa pengertian hadits Shahih dan Hasan ?
2. Apa kriteria hadits Shahih dan Hasan?
3. Apa macam-macam , contoh dan kehujjahannya ?

4. Serta kitab-kitab apa saja yang memuat hadis shahih dan hasan ?

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan
yang telah kita miliki terutama tentang ilmu hadits mengenai Hadits Shahih dan Hasan.

3
BAB II

PEMBAHASAN
HADITS SHAHIH dan HADISTS HASAN
A. HADITS SHAHIH
a. Pengrtian Hadis Shahih
Sahih menurut lughat adalah lawn dari “saqim’’, artinya sehat lawan sakit, haq lawan batil.
Menurut ahli hadits, hadis, sahih adalah hadits sanadnya bersambung, dikutip oleh orang yang
adil lagi cermat dari orang yang sama, samai berakhir ada Rasulullah SAW, atau sahabat atau
tabi’in, bukan hadits syadz (kontroversi) dan terkena ‘illat yang menyebab kan cacat dalam
penerimaannya.1
b. Syarat –syarat Menurut Muhaditsin
1. Rawinya bersifat adil
Menurut Ar-Razi, keadilan adalah tenaga jiwa yang mndukung untuk selalu bertindak
takwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan yang dilakukan dosa-dosa kecil,
meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai muru ‘ah, seperti makan sambil berdiri
di jalanan,buang air (kencing) d temat yng bukan disediakan untuknya, dan bergurau yang
berlebihan.
Menurut Syahudi Ismail,kritra-kriteria periwayat yang berlebihan.
a. Makan sambil berdiri di jalanan
b. Buang air (kencing) di tempat yang tidak di sediakan
c. Bergurau yang berlebihan
Menurut syuhu di ismail kriteria – kriteria perawat yang adil :
a. Beragama islam
b. Bersatatus muqalaf (Al- Mukallaf)
c. Melaksanakan ketentuan agama
d. Memelihara muru’ah2
e.

1
M.Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis,(Bandung:CV.PUSTAKA SETIA 2008), ke-3, hal.
141
2
Ibid, hal. 142

4
2. Rawinya bersifat dhabit
Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai haditsnya dengan baik, baik
dengan hafalan yang kuat atau dengan kitabnya, lalu ia mampu mengungkapkan nya kembali
ketika meriwayatkan nya.

- Dhabtu shadri yaitu adalah seseorang yang memiliki ingatan yang kuat, sejak menerima hingga
menyampaikan kepada orang lain dan ingatannya itu sanggp dikeluarkan kapan dan dimana saja
dikehandaki.
- Dhabtu kitab apabila yang disampaika itu berdasarkan buku catatan.

3. Sanadnya bersambung
Yang di maksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi hadits yang
bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada diatasnya dan begitu selanjutnya
sampai kepada pembicaraan yang pertama. Untuk mengetahui bersambung atau tidak nya suatu
sanad, biasanya ulama hadits menempuh kata kerja penelitian kata berikut:
- Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang diteliti
- Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi
- Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi yang
terdekat dengan sanad.

4. Tidak ber-‘illat
Yakni hadist itu terbebas dari sifat-sisat samar yang membuatnya cacat, meskipun tampak
bahwa hadist itu tidak menunjukkan adanya cacat tersebut

5. Tidak Syadz (janggal)


Kejanggalan hadis terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadits yang di riwayatkan
olh rawi maqbul (yang dapat di terima periwayatannya) dengan hadis yang di riwayatkan oleh
rawi yang lebih kuat(rajah) dari padanya, disebabkan kelebhan jumlah sanad dalam ke-dhabit-an
atau adanya segi-segi tarjih yang lain.3

3
Ibid, hal. 142-144
5
Jadi, hadis sahih adalah hadis yang rawinya adildan sempurna ke dhabit-
annya, sanadnya muttashil,dan tidak cacat matannya marfu’, tidak cacat dan tidak janggal.

c. Klafikasi Hadis Sahih


Hadis sahih tebagi menjadi dua, yaitu sahih li dzatih da sahih li ghairih. Sahih li dzatihi
adalah hadis sahih yang memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal, Adapun hadis sahih li
ghairih adalah hadis sahih yang tidak memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal. Misalnya,
rawinya yang adil tidak sempurna ke-dhabit-annya (kapasitas intelektualnya rendah). Bila jenis
ini dikukuhkan oleh jalur lain semisal,ia menjadi sahih li ghairih. Dengan demikian, shahih li
ghairih adalah hadis yang kesahihannya disebabkan oleh factor lain karena tidak memenuhi
syarat-syarat secara maksimal. Misalnya, hadis hasan yang diriwayatkan melalui beberapa jalur,
bisa naik derajat dari hasan ke derajat sahih.

d. Martabat Hadis Sahih


Hadis sahih yang paling tinggi deajatnya adalah hadis yang bersanad ashahul asanid,
kemudian berturut-turut sebagai berikut:
1. Hadis yang disepakati oleh Bukhari Muslim
2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri.
3. Hadis yang diriwayatkan olh Imam Muslim sendiri
4. Hadis sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Bukhari dan Muslim
5. Hadis sahih menurut syarat Bukhari, sedagkan Imam Bukhari
6. Hadis sahih menurut syarat Muslim
7. Hadis sahih yang tidak menurut salah satu syarat dari kedua Imam Bukhari dan
Muslim. Ini berarti si pen-takhrij tidak mengambil hadis dari rawi-rawi atau guru-
guru Bukhari dan muslim,yang telah beliau sepakati bersama atau yang kenamaan.
Misalnya Shahih yang terdapat pada Shahih Ibnu Huzaimah, Shahih Ibnu Hibban,
dan Shahih Al-Hakim.4

4
Ibid, hal. 144

6
e. Karya-Karya yang Hanya Memuat Hadis Shahih
Diantara karya-karya yang hanya memuat hadis sahih adalah:
1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Mustadrak Al-Hakim
4. Shahih Ibnu Hibban
5. Shahih Ibnu Khuzaimah

B. HADITS HASAN

a. Pengertian Hadits Hasan

Hasan, menurut lughat adalah sifat musybahah dari ‘Al-Husna’, artinya bagus.5
Menurut Ibnu Hajar, Hadits Hasan adalah khabar ahad yang dinukil oleh orang yang adil,
kurang sempurna hapalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat dan tidak syadz.

b. Klasifikasi Hadits Hasan


Hadits hasan terbagi menjadi 2 yaitu hasan li dzatih dan hasan li ghairih.

Hadits hasan li dzatih adalah hadis yang memenuhi segala syarat-syarat hadis hasan.
Syarat untuk hadis hasan adalah sebagaimana syarat untuk hadis sahih, kecuali bahwa para
rawinya hanya termasuk kelompok keempat (shaduq) atau istilah lain yang setaraf atau sama
dengan tingkatan tersebut.

Adapun hasan li ghairih adalah hadis dhaif yang bukan dikarenakan rawinya
pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi’ dan syahid. Hadis dhaif
yang karena rawinya buruk hapalannya (su’u al-hifdzi), tidak dikenal identitasnya
(mastur) dan mudallis (menyembunyikan cacat) dapat naik derajatnya menjadi hasan li
ghairihi karena dibantu oleh hadis-hadis lain yang semisal dan semakna atau karena
banyak rawi yang meriwayatkannya.6

5
Ibid, hal. 145
6
Ibid, hal. 146

7
c. Contoh Hadis Hasan :

Contoh Hadis Hasan li Dzatihi :


‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه‬: ‫َح َّد َثَنا َاُبوُك َر ْيٍب َح َّد َثَنا َع ْبَد ُة ْبُن ُس َلْيَم اَن َع ْن ُمَحَّمِد ْبِن َع ْم ٍر وَع ْن َأِبي َس َلَم َة َع ْن ابي هريرة َقاَل‬
)‫(الترمذي‬. ‫ َلْو َال َأْن َأُش َّق َع َلى ُأَّمِتي َألَم ْر ُتُهْم ِبالِّس َو اِك ِع ْنَد ُك ِّل َص َال ٍة‬: ‫َو َس َّلَم‬

Terjemah:
(Kata Tirmidzi): “Telah menceritakan kepada kami, Abu Kuraib, telah menceritakan kepada
kami Abdah bin Sulaiman, dari Muhammad bin Amr, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah ia
berkata: telah bersabda Rasulullah saw, “Jika aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku
perintahkan mereka untuk bersiwak pada saat setiap hendak shalat.”

Contoh Hadis Hasan li Ghairihi :


(‫َح َّد َثَنا َاْح َم ُداْبُن َم ِنْيٍع َح َّد َثَنا ُهَشْيٌم َع ْن َيِزيَد ْبِن َأِبي ِزَياٍد َع ْن َع ْبِد الَّرْح َمِن ْبِن َأِبي َلْيَلى َع ْن اْلَبَر اِء ْبِن َعاِز ٍب َقاَل َقاَل )الترمذي‬
‫َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َح ّقًا َع َلى اْلُم ْس ِلِم يَن َأْن َيْغ َتِس ُلوا َيْو َم اْلُج ُمَعِة‬

Terjemah:

(kata Tirmidzi): Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’, telah menceritakan kepada
kami Husyaim, dari Yazid bin Abi Ziyad, dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari al-Bara’ bin
`Azib, ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya satu kewajiban atas orang-
orang Islam mandi pada hari Jum’at.”7

d. Kehujjahan hadis hasan

Ada ulama yang mensyaratkan bahwa hadis hasan dapat digunakan sebagai hujjah,
bilamana memenuhi sifat-sifat yang dapat diterima. Sifat-sifat yang dapat diterima itu ada yang
tinggi, menengah, dan rendah. Hadis yang sifat dapat diterimanya tinggi dan menengah adalah
hadis shahih, sedangkan hadis yang sifat dapat diterimanya rendah adalah hadis hasan.

7
https://www.facebook.com/permalink.php?
id=244466825583652&story_fbid=654098981287099

8
e. Kitab-kitab yang mengandung Hadis Hasan

 Jami’ At-Tirmidzi, dikenal dengan Sunan At-Tirmidzi, merupakan sumber untuk


mengetahui hadis hasan.
 Sunan Abu Dawud.
 Sunan Ad-Daruquthi.8

8
M. Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, op. Cit., h. 147

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Derajat suatu hadits itu memiliki beberapa kemungkinan, bisa saja kita
katakan shahih,ataupun hasan itu tergantung kepada 2 hal yaitu keadaan sanadnya
dan keadaan perawinya. Akan tetapi oleh para ulama telah diberikan kemudahan
bagi para peneliti hadits untuk mengetahui derajat hadits tersebut dalam kitab-
kitab hadits seperti yang paling terkenal adalah kitab “tahzibul kamal fi asmaail
rijal” yang menerangkan tentang keadaan perawinya, apakah dia itu pendusta,
bid’ah, fasiq dan yang lainnya. Akan tetapi semua ulama telah sepakat tentang
keshahihan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
sehingga kita tidak perlu lagi untuk meneliti atas kedaan sanad dan perawinya
akan tetapi yang mesti ingat hadits-hadits selain dari imam bukhari dan imam
muslim mesti kita telaah kembali akan keshahihannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Solahudin, M.Agus , Suyadi Agus, Ulumul Hadis, Bandung 2008.

https://www.facebook.com/permalink.php?
id=244466825583652&story_fbid=654098981287099

Anda mungkin juga menyukai