Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ULUMUL HADITS
PEMBAGIAN HADITS BERDASARKAN KUALITASNYA

Oleh :
1. Elly Purwandari (T201710016)
2. Muhammad Adnan Hariki (T201710028)
3. Siti Murroh (T201710026)
4. Frisci Windavi Riri Agitha (T201710035)

PROGRAM STUDI TADRIS IPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
dari mata kuliah Ulumul Hadist dengan judul“Pembagian Hadits
Berdasarkan kualitasnya”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jember, 25 September 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kitab-kitab hadis yang beredar di tengah-tengah masyarakat dan dijadikan
pegangan oleh umat Islam dalam hubungannya dengan hadits sebagai sumber
ajaran Islam adalah kitab-kitab yang disusun oleh para penyusunnya setelah
lama Nabi wafat. Dalam jarak waktu antara kewafatan Nabi dan penulisan
kitab-kitab hadits tersebut telah terjadi berbagai hal yang dapat menjadikan
riwayat hadits tersebut menyalahi apa yang sebenarnya berasal dari Nabi. Baik
dari aspek kemurniannya dan keasliannya.

Dengan demikian, untuk mengetahui apakah riwayat berbagai hadits yang


terhimpun dalam kitab-kitab hadits tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah
ataukah tidak, terlebih dahulu perlu dilakukan penelitian. Kegiatan penelitian
hadits tidak hanya ditujukan kepada apa yang menjadi materi berita dalam
hadits itu saja, yang biasa dikenal dengan masalah matan hadits, tetapi juga
kepada berbagai hal yang berhubungan dengan periwayatannya, dalam hal ini
sanadnya, yakni rangkaian para periwayat yang menyampaikan matan hadits
kepada kita.

Keberadaan perawi hadits sangat menentukan kualitas hadits, baik kualitas


sanad maupun kualitas matan hadits. Untuk mengungkapkan tinjauan
pembagian hadits maka pada bahasan ini hanya akan membahas pembagian
hadits dari segi kualitas hadits saja.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah perbedaan hadits sahih, hasan dan dhaif ?
2. Apakah hadits sahih li dzatihi dan hasan li dzatihi sama ?
3. Apakah yang mengakibatkan hadits termasuk Sahih, hasan dan dhaif ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan hadits sahih, hasan dan dhaif
2. Untuk mengetahui hadits sahih li dzatihi dan hasan li dzatihi sama
3. Untuk mengetahui yang mengakibatkan hadits termasuk Sahih, hasan
dan dhaif
BAB II
PEMBAHASAN

Klasifikasi hadits berdasarkan kualitas rawi


Hadists ditinjau dari kualitas rawi yang meriwayatkannya, terbagi dalam tiga
macam, yaitu shahih, hasan, dan dhaif.

A. Hadits Shahih
a. Pengertian Hadits Shahih

Shahih menurut lughat adalah lawan dari “saqim”, artinya sehat lawan sakit, haq
lawan batil. Menurut ahki hadits, hadits shahih adlah hadits yang sanadnya
bersambung, dikutip oleh orang yanga adil lagi cermat dari orang yang sama,,
sampai berakhir pada rasulullah SAW, atau sahabat tabiin, bukan hadits yang
syadz (kontrovmubahersi) dan terkena illat yang menyebabkan cacat dalam
penerimanya.
b. Syarat-Syarat Hadits Shahih

Menurut muhadisin, suatu hadits dapat dinilai shahih, apabila memnuhi syarat
berikut:
1. Rawinya Bersifat Adil

Menurut ar-razi, keadilan adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk selalu
bertindak taqwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan dosa-
dosa kecil, dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai
muru’ah, seperti makan sambil berdiri di jalan, buang ditempat yang bukan
disediakan untuknya, dan bergurau yang berlebihan.
Menurut syuhudi ismail, kriteria-kriteria periwayat yang bersifat adil, adalah:
- Beragama islam
- Berstatus mukalaf (al-mukallaf)
- Melaksanakan ketentuan agama
- Memelihara muru’ah

2. Rawinya bersifat Dhabit

adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai hadisnya dengan baik,
baik dengan hafalan yang kuat atau dengan kitabnya, lalu ia mampu
mengungkapkan kembali meriwayatkanya. Kalau seseorang mempunyai ingatan
yang kuat, sejak menerima hingga menyampaikan kepada orang lain ingatanya
itu sanggup dikeluarkan kapan dan di mana saja dikehendaki, orang lain itu
dinamakan dhabtu shadri. Kemudian,kalau apa yang disampaikan itu berdasar
pada buku catatannya (teks book) ia disebut dhabtu kitah. Rawi yang adil dan
sekaligus dhabthih disebut tsiqat.

3. Sanadnya bersambung
Yang dimaksud dengan bersambung sanad adalah bahwa setiap rawi
hadits yang bersangkutan benar-benar meenerimanya dari rawi yang
berada diatasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang
pertama.
Untuk mengetaui bersambung atau tidaknya suatu sanad, biasanya ulama
hadits menmpuh tata kerja penelitian berikut
- Mencatat semua nama rawi dlam yang diteliti
- Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi
- Meniti kata-kata yang menghubugkan antara para rawi terdekat
sbelumnya

Jadi, suatau sanad hadits dapat donyatakan bersambung apabila:


- Seluruh rawi dalam sanad iu benar-benar tsiqat (adil dan dhabit)
- Antara masing-masing rawi dengan rawi terdekat sebelumnya dalam
sanad itu benar-benar telah terjdi hubungan periwayatan hadits secara
sah menurut ketntuan tahamul wa ada al-hadis

4. Tidak Ber-‘illat
Maksudnya bahwa hadits yang bersangkutan terbebas dari cacat
kesahihhannya, yakni hadits itu berbeda dari sifat-sifat samar yang
membutanya cacat, meskipun tampak bahwa hadits itu tidak mnunjukkan
adanya cact tersebut.
5. Tidak Syadz (janggal)
Kejanggalan hadits terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadits
yang diriwayatkan oleh rawi yang mabul (yang dapat hdits yang diterima
rawiperiwayatannya) dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang
lebih kuat (rajih) daripadanya, diebabkan kelebihan jumlah sanad dalan
kedhabitan atau adanya segi-segi tarjih yang lain.
Jadi, hadits shahih adalah hadits yang rawnya adil dan sempurna
kedhabitnya, sanadnya mustahil, dan tidak cacat matanya, marfu tidak
cacat dan tidak janggal.
6. Klasifikasi Hadits Shahih
Hadits shahih terbagi menjadi dua, yaitu sahih li dzatih dan shahih li
ghairih. Shahih li dzatih adalah hadits shahih yang memenuhi syarat-
syaratnya secara maksimak,seperti yang telah disebutn diatas. adapun
hadits shahih li ghairi adalah sahih yang memenuhi syarat-syaratnya
secara makasimal, seperti yang telh disebutkan diatas. adapun hadits hadits
shahih li ghairih adalah hadits shahih yang tidak memnuhi syarat-
syaratnya secara maksimal.misalnya rawinya yang adil dan tidal
sempurna. Kedhaitannya (intelektualnya rendah). Bila jenis ini
dikukuhkan oleh jalur lain yang menjadi shahih li ghairih. Demikian shaih
li ghairih adalah hadits yang keshahihannya disebabkan oleh faktor lain
karna tidak memnuhi syarat-syarat secara maksimal.misalnya hadits hasan
yang diriwayatkan melalui bebrapa jalur, bia naik drjat dari hasan kedrajat
shahih
7. Martabat Hadits Shahih
Hadits shahih yang paling tiggi derajatnya adalah hadits yang bersnad
ashakukk asimid, kemudian brturt-turut ebagai berikut :
1. Hadits yang disepakatai oleh bukhori muslim
2. Hadits yang diriwayatkan olh imam bukhori sendiri
3. Hadits yang diriiwayatkan oleh imam muslim sendiri
4. Hhadits shahih yang diriwayatkan menurut bukhori dan muslim
sedang kan dua iamam itu tidak mentafsirknnya
5. Hadits shahih menurut syarat bukhori, sedangkan imam bukhri sendri
tidak mntafssirkannya
6. Hadits shahih mnurut syarat muslim, sedangkan imam mmuslim
sendiri tidak mentafsirkannya
7. Hadits shahih yag tidak menurut salah satu imam bukhori dan
muslim.ini berart si pentazir tidak mengambil hadits dari rawi-rawi
dan guru-guru bhukari dan muslim yang belau sudah sepakati
bersama atau masih sedang diselisihkkan.akan tetapi hadits yang
dtazirkan tersebut, dishahihkan oh imam-imam hadits yang kenamaan
, misalnya hadits-hadits shahih yang terdapat pada shahih ibnu
huzaimah, shahih ibnu hibbban, dan shahih al-hakim

8. karya-Karya yang Hanya Hadits Shahih


diantara karya-karya yang hanya memuat hadit shahih adlah
1. Shahih bukhari
2. Shahih muuslim
3. Mustaqrak al-hakim
4. Shahih ibnu hibban
5. Shahih uzaimah

B. Hadits Hasan
a. Pengertian Hadits Hasan
hasan, menurut lughat adalah sifat musyabah dari ‘al-husna’,artinya
bagus. Menurut ibnu hajar, hadits hasan adalah untuk mmembedakan
hadits hasan dan hadits shahih kita haru mengetahui batasan dari kdua
hadits tersebut, batasannya adalah keadilan hadits hasan disbanding
oleh orang yang tidak kuat ingatannya. Sedangkan pada hadits shahih
terdapatt rawi-rawi begitu kuat ingatannya, sedangkan pada hadits
shahhih yang benar-benar kuat iinagtannya. Akan tetapi keganjilan dan
penyakit. Keduanya digunakan sebagai hujah dan kandungannya dapat
digunakan sebagaip enguat
b. Klasifikasi Hadits Hasan
sebagaimana hadits shaih hadits hasan, hadits hasan pun terbagi
atas hasan li dzatih dan hasan li ghairih.
Hadits yang memenuhi segala syarat-syarat hadits hasan disebut hadits
hasn li dzzatih dan hadits dzatih. Syarat untuk hadits ad;ah
sebagaimana syarat untuk hadits shahih, kecuali jika para rwinya
hanya termasuk kelompok keempat (shaduq) atau istilah lain setaraf
atau sama dengan tingkatan tersebut.
Adapun hasan li ghairih adalah hadits hadits dhaif yang bukan yang
bukan karena rawinya pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang
mempunyai mutabi’ dan syahid. Haditss dhaif yang karena rawinya
buruk keoalanya (su’u al-hifdzi, tidak dikenal identitasnya (mastur)
Mudallis (menyembunyikan cacar) dapat naik derajatnya menjadi
Hasan li ghairih karna ibantu hadits-hadits yang lain yang semisal dan
semakna atauun karena banyak rawi yang meriwayatkannya.
c. keduduan hadits shahih dan hasan dalan berhujjah
keebanyakan ulama ahli hadits dan fatwah sepakat menggunkan
hadits hasan sebagai hujjah.disamping itu, ada ulamma yang
menyaratkan bahwa hadits hasan dapat digunakan sebagai hujjah.
Bilamana memnuhi sifat-sifat yang dapat diterima. Pendapat terakhir
ini memrlukan peninjau yang seksama sebab sifat-sifat yang diterima
itu ada yan tinggi, menengah, dan rendah hadits yang dapat diterima
tinggi dan menenagah dan endah adalah hadits hasan.
Hadit-hadits yang mempunyai sifat dapat diterim sebagai hujjah disebut
hadits maqbul, dan hadits yang tidak memunyai siafat-sifat yang dapat
diterima disebut hadits mardud.
Yang termasuk hadits maqbul adalah:
1. Hadits shahih, baik sahih li dzatihi maupun shahih li ghairih
2. Hadits hasan, baik hasan li dzatih maupun hadits li ghairih

Yang termasuk hadits mardud adalah segala macam hadits dhaif, hadots
madud tiak dapat diterima sebagai hujjah karena terdapat sifat-sifat tercela
pada rawi-rawinya atau snadnya
d. Kitab - kitab yang mengandung hadits hasan
Para ulama beum menusun kitab khusus tentang hadits-hadits
hasan secara terpiah sebagai mana mereka melakukannya dalam hadits
shahih, tetapi hadts Hassan banyak kita dapatkan pada sebagian kitab,
diantaranya, dikenal sebagai:
1. Jami’ At-Tirmidzi merupakan sumber untuk mengtahui hadits hasan
2. Sunan Abu dawud
3. Sunan At-Darukuti

C. Hadits Dhaif
a. pengertian Dhaif
menurut luqhat adlah lemah lawwan dari kowwi (kuat)
b. klasifikasi hadits dhaif para ulama muhadisihin megungkapkan sebab-
sebab tertolaknya hadits dari dua jurusan yakni ari jurusan sand an jurusan
mattan.
Sebab tertolaknya dari jurusan sannad adalah :
1. terwujudnya cacat-cacat para rawinya baik tetang kadilan maupu
kedhabitannya
2. ketidaksambungannya sanad, dikarakan adlah orang rawi aatu lebih
yang digugurka atau saling tidak betemu satu sama lain
adapun cacat pada kedilan dan keda=habitannya rawi itu ada 10macam,
yaitu sebagi berikut:
1. dusta
2. tertuduh dusta
3. fasik
4. banyak salah
5. lengah dalam mnghapal
6. menyalahi riwayat orang keprcayaan
7. banyak wahan (buuk sanka)
8. tidak diktahui identitasya
9. oenganut bid’ah
10. tidak baik menghapalnya

1. klasifikasi hait dhaif berdasarkan cacat pad keadian dan kedhabitannya


rawi
a. hadits mauduh
1. cirri-ciri hadts madhuh
para ulama menentukan bahwa ciriciri keemahduhannya ssuatu
hadits terdapat pada matan dan sanad hadits.
Cirri-ciri yang terpat pada sanad hadits, ang adanya pengakuan
dai ang pembuat sediri, korinah-korinah yang memperkuat
adanya pengakuan pembuat hadits mauduh dan korinah-
korinah yang berantau dengan tingkah laku.

2. Karya-karya dalam haditts mauduh para ulama maudizin


dengan mnggunakan berbgai kaidah studi kitis hadiits
berhasil meegumpulkan hasil hadits mauuduh dalam
sejumlah kary yang cukup banyak diatranya
- Al-maudu’at karya fi al-zauzii (ulama yang aling menuulis
ilmu ini)
- Al-la ali all-masmu’ah fi al-ahhadits Almmaudu’ah karya
as-suyuuti (ringkasan ibnu alzauzi denga bebrapa tambahn)
- Tnzih azih syariah al marfuah an al haddits azi syaniah al
mauduh karya ibnu kiroq alkibtani (ringkasann kedua kitab
tersebut)
- Selisih alhadits addofiah karya al albani
b. Hadits matruq
Rawi yang tertuduhh dusta adlaah seorang rawi yang erkeal dalam
pmbicaraan sebagai pendutsa tetpi belum dapat dibuktikan bhw ia
sydah penh berdusta dalam membuat hadist
c. Hadits munkar
Hadits yang pada sananya terdapat rawi yang jelek kesalahannya,
banyak kelengahannya atau tamapak kefisikannya lawannya
dinamakan ma’ruf
d. Hadits munqotti adalh hadiits yang gugur seorang rawinya sebelum
ssahabat diatu tempak, atau gugur dua orang pada dua tempoat
dalam keadaan gtidak berturut turut. Macam-mavcam pengguguran
inqitha sebagai berikut:
1. Intiqha, dilakukan dngan jelas sekali bahwa si rawi diriwayatkn
hadits dapat diketahui tidak sejalan dengan gurunya yang
memberikan hadits padanya atau ia hidup sejaman tetapi tidak
mendapat ijazah (perijinan) untuk meriwayatkan haditsnya
2. Intiqha, dilakukan dngan smaar-samar yang hanya dapat
dikeahui oleh oang yang memounai keahlian saja
e. Hadits mudallas
Hadist yang diriwayatkan menurut cara yang diperkiranakan
bahwa hadts itu tidak bernoda rawi yang beerbuat demikian disebut
mudallis hadits yang diriwayatka oleh mudallis disebut mudallas
dan prbuatannya tersebut dengan tadlis.
1. Macam-macam tadlis
- Tadlis isnat
- Tadlis syuyuk
- Tadlis taswiah

Macam-macam Hadits Shahih :

1. Shahih Lidzatihi
Yaitu hadits shahih yang memenuhi syarat-syarat :
a. Diriwayatkan oleh perawi yang adil
b. Kedhabitan perawinya sempurna
c. Sanadnya bersambung
d. Tidak ada cacat atau ‘illat
e. Matannya tidak syaz atau janggal

Contoh, Rasulullah bersabda :


“ Islam itu dibangun di atas lima perkara; syahadat bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, puasa bulan Ramadhan dan berhaji.”1

2. Shahih Li Ghairihi
Dinamakan Shahih li ghairihi karena keshahihannya bukan berasal
dari sanad hadits itu sendiri, melainkan datang dari penggabungan riwayat
lain. Kedudukannya lebih tinggi dari hasan li dzatihi dan masih di bawah
shahih li dzatihi. Contohnya :
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari hadits Muhammad bin Amru,
dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwasannya
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Seandainya tidak
memberatkan umatku, niscaya aku perintah mereka untuk bersiwak di
waktu tiap-tiap hendak shalat”.
Di sini kita dapatkan, Muhammad bin Amru bukanlah termasuk
orang yang mutqin. Sebagian ulama menganggapnya dhaif karena buruk
dalam hafalannya. Sebagian yang lain menganggapnya tsiqah karena
kejujuran dan kemuliaanya. Maka haditsnya adalah hasan. Dan ketika
riwayat lain dipadukan dengan hadits ini, maka tertutuplah kelemahan
tersebut, sehingga sanadnya menjadi shahih dan menempati derajat yang

1
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Shahih Bukhari-Muslim, Terj. Muhammad Ahsan bin Usman
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2017), hlm. 22.
shahih, sebagaimana Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits ini dari
jalur Abu Az-Zinad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu. 2

Macam-macam hadist hasan :

1. Hasan Lidzatihi
Adalah hadist yang diriwayatkan oleh rawi yang adil tapi
hafalannya kurang sempurna dengan sanad bersambung dan tidak terdapat
keganjilan dan kecacatan. Jadi, tidak ada perbedaan antara hadist ini
dengan hadits shahih lidzatihi kecuali dalam satu persyaratan, yaitu hadist
hasan lidzatihi itu kalah dalam sisi hafalan. Misalnya perkataan nabi, “
shalat itu dibuka dengan bersuci, diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam.”3

2. Hadist Hasan Lighairihi


Hadist Hasan Lighairihi adalah hadits yang dhaif dikuatkan dengan
beberapa jalan, dan sebab kedhaifannya bukan karena kefasikan perawi
(yang keluar dari jalan kebenaran) atau kedustaannya.
seperti satu hadits yang dalam sanadnya ada perawi yang mastur
(tidak diketahui keadaannya), atau rawi yang kurang kuat hafalannya, atau
rawi yang tercampur hafalannya karena tuanya, atau rawi yang pernah
keliru dalam meriwayatkan, lalu dikuatkan dengan jalan lain yang
sebanding dengannya, atau yang lebih kuat darinya. Hadits ini derajatnya
lebih rendah dari pada hasan li dzatihi dan dapat dijadikan sebagai hujjah.
contohnya : Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari jalur Syu’bah, dari
‘Ashim bin Ubaidillah, dari Abdillah bin ‘Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya,
bahwasanya seorang wanita dari Bani Fazarah menikah dengan mahar
sepasang sandal, lalu Rasulullah bersabda, “ Apakah kamu rela dengan
sepasang sandal?” Dia menjawab , “benar.” Maka beliau pun memboleh-

2
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Terj. Mifdhol Abdurrahman (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2005), hlm. 123.
3
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Op.cit, hal. 23.
kannya. At-Tirmidzi berkata, “ pada bab ini juga diriwayatkan (hadist
yang sama) dari Umar, Abi Hurairah, ‘Aisyah, dan Abi Hadrad. “
sedangkan ‘Ashim adalah dhaif karena buruk hafalannya, kemudian hadist
ini dihasankan oleh At-Tirmidzi melalui jalur riwayat yang lain. 4
A. Hadits Dhaif
a. Pengetian Hadits Dhaif
Dhaif menurut lughat adalah lemah, lawan dari qawi (yang kuat).
Adalah hadits yang lemah karena putus sanadnya. 5
b. Klasifikasi Hadits Dhaif
Para ulama muhaditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadits
dari dua jurusan, yakni dari jurusan sanad dan jurusan matan.
sebab-sebab tertolaknya hadits dari jurusan sanad adalah :
1. Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilan
maupun ke-dhabit-annya.
2. Ketidakbersambungannya sanad, dikarenakan adalah seorang rawi
atau lebih, yang digugurkan atau saling tidak bertemu satu sama
lain.

Adapun cacat pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi itu ada sepuluh
macam yaitu :

1. Dusta
2. Tertuduh dusta
3. Fasik
4. Banyak salah
5. Lengah dalam menghapal
6. Menyalahi riwayat orang kepercayaan
7. Banyak waham (purbasangka)
8. Tidak diketahui identitasnya
9. Penganut bid’ah

4
Manna’ Al-Qaththan, Op.cit, hal. 124.
5
Nuruddin, ‘Ulumul Hadis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 291.
10. Tidak baik hafalannya. 6

6
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm. 148-
149.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Manna’.2005. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Terjemahan oleh

Mifdhol Abdurrahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Baqi, Muhammad Fu’ad Abdul.2017. Shahih Bukhari-Muslim. Terjemahan oleh

Muhammad Ahsan bin Usman. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Nuruddin.2012.’ulumul Hadis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Solahudin, Agus dan Agus Suyadi.2008. Ulumul Hadis. Bandung: CV Pustaka

Setia

Anda mungkin juga menyukai