DISUSUN OLEH:
SEM. V IAT B
MEDAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang sampai detik ini menit ini jam ini
bulan ini dan tahun ini masih memberikan kesehatan, rahmat , serta hidayahnya
sehingga dapat menulis makalah ini , shalawat dan salam tak lupa kita curahkan
kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad saw suri taulan dan yang
patut kita jadikan contoh sepanjang masa dan insya’allah kita semua akan
mendapat syafaatnya di akhirat kelak amin ya rabbal’alamin.
Disini penulis ingin mengupas judul “ Metode Tafsir Ruhul Ma’ani ” judul
ini disusun dan di bahas untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah “Ilmu Al-
Qur’an”Selanjutnya, dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak luput dari
kekurangan-kekurangan dan kesilapan-kesilapan. Maka dari itu, Penulis sangat
mengharapkan saran dan kritikan yang sehat dari pembaca sekalian untuk lebih
menyempurnakan makalah ini. karna kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Semoga para pembaca mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Tugas Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6
Kesimpulan................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang Allah turunkan kepada Nabi
Muhammad, yang dinukil secara mutawatir kepada kita, yang isinya memuat
petunjuk bagi kebahagiaan kepada orang yang percaya kepadanya. Al-Qur’an,
sebuah kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara
terperinci juga diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana Lagi Maha
Tahu.1 Sekalipun turun di tengah bangsa Arab dan dengan bahasa Arab, tetapi
misinya tertuju kepada seluruh umat manusia, tidak berbeda antara bangsa Arab
dengan bangsa non Arab, atau satu umat atas umat lainnya.
4
Terlepas dari perkembangan tafsir yang pesat, maka tidak etis jika
melewatkannya tanpa adanya kajian-kajian terhadap kitab-kitab tafsir tersebut.
Kajian terhadap kitab tafsir sangatlah perlu untuk meneliti, menggukur,
menimpang bahkan untuk mengkritik kitab tetsebut, karena kitab tafsir merupakan
produk pemikiran manusia dan tidaklah sakral. Salah satu kitab tafir yang pantas
diperhitungkan adalah kitab Ruh al-Ma’ani fi tafsir al-Quran ‘Adzim wa al-sab’i
al-Matsani karya Al-alusi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dari Imam al-Alusi?
2. Bagaimana sejarah penulisan tafsirRuh al-Ma’ani?
3. Bagaimana karakteristik dan metode tafsirRuh al-Ma’ani?
4. Bagaimana penilaian ulama terhadap tafsirRuh al-Ma’ani?
5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan tafsir Ruh al-Ma’ani?
C. Tujuan Makalah
1. Memahami biografi dari Imam al-Alusi.
2. Mengetahui sejarah penulisan tafsirRuh al-Ma’ani.
3. Mengetahui karakteristik dan metodetafsirRuh al-Ma’ani.
4. Mengetahui penilaian ulama terhadap tafsirRuh al-Ma’ani.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan tafsir Ruh al-Ma’ani.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada usia muda beliau dibimbing oleh orang tuanya sendiri. Beliau juga
belajar kepada ulama-ulama besar pada masa itu yaitu diantaranya Syaikh As-
Suwaidi dan Syaikh khulaid An-Naqsyabandi. Beliau menjadi mufti madzhab
Hanafi di tahun 1248 H/ 1832 M. Ia menghayati dan mengetahui perbedaan
madzhab serta berbagai corak pemikiran dan aliran aqidah.[2] Imam al-Alusi tidak
hanya mengambil ilmu pengetahuan dibawah bimbingan orang tuanya, tetapi ia
juga berguru kepada ulama-ulama terkenal di masanya. Di antara guru yang sangat
dikaguminya adalah Syaikh ‘Alâuddin Afandi al-Maushili, sampai-sampai ia
bersama gurunya tersebut dalam waktu yang cukup lama.
6
Sebelum Imam al-Alusi mencapai umur 20 tahun, ia telah mulai
mendalami kajian tafsir al-Quran. Kemudian ketika berumur 21 tahun, ia diberi
kepercayaan oleh gurunya, syekh ‘Alauddin untuk mengajar di madrasah al-
Khotuniyah. Di samping itu juga, ia diminta oleh Haji Nu’man al-Bajah untuk
mengajar di madrasah yang dipimpinnya, hanyasaja Alusi tidak bertahan lama,
dikarenakan banyak yang tidak setujudengan dirinya. Ketika Kurkh berada
dibawah tangan Haji Amin al-Bajah, Imam al-Alusi diminta untuk memimpin
madrasah dan sekaligus menjadi imam masjid. Disamping Imam al-Alusi
mengajar di madrasah, juga mengajar dimasjid-masjid, yaitu masjid Haji al-Mala
‘Abdul Fattah, masjid al-Qomariyah, masjid Sayyidah Nafisah, dan masjid al-
Marjaniyah. Sehingga jadwal mengajarnya dalam sehari (di madrasah dan masjid)
mencapai 24 jadwal mengajar. Akan tetapi ketika ia mulai menulis tafsir al-Quran
(Ruhal-Ma’ani) dan diberi kepercayaan untuk menjadi mufti, maka jadwal
mengajarnya berkurang menjadi 13 jadwal saja.
Salah satu karya yang ditinggalkan Imam al-Alusi kepada kita sampai saat
sekarang ini adalah kitab tafsir yang diberi nama Ruh al-Ma’anifî Tafsr al-Quran
al-‘Adzim wa as-Sab’ al-Matsani (semangat makna dalam tafsir al-Qur’an yang
agung dan al-Fatihah). Setelah ia meninggal, kitab itu disempurnakan oleh
anaknya, as-Sayyid Nu’man al-Alusi.
7
tafsir-tafsir terdahulu, Imam al-Alusi menggunakan beberapa istilah antara lain
“qala syaikh al-Islam” bila menukilkan dari tafsir Abu al-Sa`ud, “qala al-qadli”
bila dari tafsir al-Baidlawi, dan “qala al-imam” bila menukilkan dari tafsir al-Razi.
Sedangkan apabila ditinjau dari segi sumber, kitab Tafsir Ruh al-Ma’ani
ini menggunakan pendekatan tafsir bi al-ma’tsur dan bi al-ra’yis ekaligus, atau
dengan kata lain menggabungkan antara riwayah dan dirayah, yakni pengambilan
sumber panafsirannya berasal dari ayat al-Quran itu sendiri, hadis Nabi Saw,
pendapat para sahabat dan tabi’in, serta tidak meninggalkan ra’yu-nya sendiri.
Dalam penafsirannya, Imam al-Alusi jarang menggunakan ra’yunya sendiri,
namun beliau lebih banyak menggunakan hadits dan pendapat ulama-ulama lain
dalam penafsirannya. Misalnya dalam penafsiran surat al-Baqarah: 282.
8
Tafsir Ruh al-Ma’ani dinilai oleh sebagian ulama sebagai tafsir yang
bercorak isyari (tafsir yang mencoba menguak dimensi makna batin berdasar
isyarat atau ilham dan ta'wil sufi) sebagaimana tafsir al-Nisaburi. Namun
anggapan ini dibantah oleh al-Dzahabi dengan menyatakan bahwa tafsir Ruh al-
Ma’ani bukan untuk tujuan tafsir isyari, maka tidak dapat dikategorikan sebagai
tafsir isyari. Al-Dzahabi memasukkan tafsir al-Alusike dalam tafsir bi al-ra’yi al-
mahmud (tafsir berdasar ijtihad yang terpuji).
9
5. Kelebihan Dan Kekurangan Tafsir Ruh Al-Ma’ani
10
Dalam membahas masalah ketata bahasaan, terkadang al-Alusi
memberikan penjelasan secara luas. Sehingga melampaui kapasitasnya
sebagai seorang mufassir.
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran, al-Alusi banyak menggunakan
pendapat dari para ulama lainnya.
Dalam pencantuman hadits, terkadang al-Alusi tidak menjelaskan tentang
kualitas hadis.
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Salah satu karya yang ditinggalkan Imam al-Alusi kepada kita sampai saat
sekarang ini adalah kitab tafsir yang diberi nama Ruh al-Ma’anifî Tafsr al-Quran
al-‘Adzim wa as-Sab’ al-Matsani (semangat makna dalam tafsir al-Qur’an yang
agung dan al-Fatihah). SetelahIia meninggal, kitab itu disempurnakan oleh
anaknya, as-Sayyid Nu’man al-Alusi.
Kitab tafsir Ruh al-Ma’ani di dalamnya terdiri dari 16 jilid. Apabila dilihat
dari berbagai macam cara mufassir dalammenafsirkan al-Quran, maka dalam
penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Quran Imam al-Alusi menggunakan metode
tahlili (analisis) dalamtafsirnya,apabila ditinjau dari segi sumber, kitab Tafsir Ruh
al-Ma’ani ini menggunakan pendekatan tafsir bi al-ma’tsur dan bi al-
ra’yisekaligus.
Tafsir Ruh al-Ma’ani dinilai oleh sebagian ulama sebagai tafsir yang
bercorak isyari (tafsir yang mencoba menguak dimensi makna batin berdasar
isyarat atau ilham dan ta'wil sufi) sebagaimana tafsir al-Nisaburi. Namun
anggapan ini dibantah oleh al-Dzahabi dengan menyatakan bahwa tafsir Ruh al-
Ma’ani bukan untuk tujuan tafsir isyari, maka tidak dapat dikategorikan sebagai
tafsir isyari. Al-Dzahabi memasukkan tafsir al-Alusi ke dalam tafsir bi al-ra’yi al-
mahmud (tafsir berdasar ijtihad yang terpuji).
12
DAFTAR PUSTAKA
Alusi, Abu al Sana Shihab al Din al Sayyid Mahmud al-, Ruh al Ma’ani Fi
Tafsiral Qur’an al Azimwa al Sab’ al Matsani, jilid 2,Beirut: Dar al Kutub
al‘Ilmiyah, 1994.
[7] http://muhyi414.blogspot.com/2012/04/imam-al-alusi.html. Diakses 1
Oktober 2018
13