Anda di halaman 1dari 23

MENGENAL KITAB TAKHRIJ TUHFATUL ASYRAF DAN

AL-NUKAT
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“TAKHRIJ AL-HADIST”

Dosen Pembimbing : Ustadz Dr. H. Nixson Husin, Lc., M. Ag

Disusun Oleh : Kelompok 5

Deana Putri (12030221234)

Hanna Jenifer Agustin (12030221243)

Ridhoni Putra Panginra (12030211532)

Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarrokatuh

Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, serta telah memberikan kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Mengenal Kitab Takhrij
Tuhfatul Asyraf Dan Al-Nukat”.
Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yakni Nabi Muhammad SAW., dengan mengucapkan Allahumma Sholli ‘ala
Sayyidina Muhammad wa’ala Ali Sayyidina Muhammad, semoga kita
mendapatkan syafa'atnya diakhirat kelak.
Kami mengucapkan Terima kasih kepada Ustadz Dr. H. Nixson Husin,
Lc., M. Ag selaku dosen Matakuliah Takhrij Hadits II, serta kepada berbagai
pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk penulisan
makalah selanjutnya dari para pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan lebih bagi para pembaca dan juga bagi kami selaku
pemakalah.

Pekanbaru, 15 Oktober 2022

Penulis Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................6
2.1 Biografi Penulis Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan Kitab
al-Nukat................................................................................................................6
2.2 Metode Takhrij Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan Kitab
al-Nukat..............................................................................................................16
2.3 Spesifikasi Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan Kitab al-
Nukat 18
BAB III PENUTUP...........................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................22
3.2 Saran dan Kritik.......................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Takhrij al-hadîts mempunyai arti penting karena ada kalanya hadits yang
diterima atau ditemukan merupakan penggalan matan hadits, bukan matan yang
lengkap dan kadang kala tidak pakai sanad, bahkan tidak disebutkan siapa
perawinya. Demikian juga, meskipun suatu hadits sudah ditemukan dalam kitab
hadits yang memuatnya, namun seringkali kualitas kehujjahannya tidak
dijelaskan. Takhrij al-hadîts mempunyai arti penting karena ada kalanya hadits
yang diterima atau ditemukan merupakan penggalan matan hadits, bukan matan
yang lengkap dan kadang kala tidak pakai sanad, bahkan tidak disebutkan siapa
perawinya. Demikian juga, meskipun suatu hadits sudah ditemukan dalam kitab
hadits yang memuatnya, namun seringkali kualitas kehujjahannya tidak
dijelaskan. 1
Sadar akan pentingnya hadis dalam Islam, para ulama klasik bahkan sejak
zaman sebelum pengkodifikasian hadis secara massal, telah melakukan
penyeleksian hadis dengan intensif. Mereka berupaya merumuskan konsep yang
dapat dijadikan pedoman dalam menyeleksi hadis. Dengan rumusan itu yang
kemudian kita kenal sebagai Ulumul Hadis (ilmu-ilmu hadis). 2
Sekarang ini
hadits dipandang telah selesai dan telah lengkap dibukukan oleh ulama hadits, dan
teks hadits bisa ditemukan di dalam berbagai buku, baik kitab hadits maupun
lainnya.
Sering kali dijumpai hadits hanya berupa penggalan matan hadits, bukan
matan yang lengkap beserta sanadnya, bahkan tidak disebutkan siapa perawinya.
Demikian juga, meskipun suatu hadits sudah ditemukan dalam kitab hadits yang
memuatnya, namun seringkali kualitas kehujjahannya tidak dijelaskan. Karena
itulah, dengan kegiatan takhrij al-hadits, semua permasalahan di atas dapat diatasi.

1
Nining Khurrotul Aini, Metode Takhrîj al-Hadists Kajian Ilmu Hadits, Tamaddun
Volume 1 Nomor 2, Maret, 2017. Hlm, 138-139.
2
Andi Rahman, Pengenalan Atas Takhrij Hadis, Jurnal Studi Hadis Volume 2 Nomor 1
2016. Hlm. 151
Dengan adanya kegiatan takhrij hadist ini akan memudahkan para pencari dan
pelajar hadist tersebut.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah


pada penulisan ini adalah :

1. Siapakah penulis kitab Tuhfatu Al-Asyraf bi Ma’rifah al-Atraf dan


Kitab Al-Nukat?
2. Bagaimana metode penulisan kitab Tuhfatu Al-Asyraf bi Ma’rifah al-
Atraf dan Kitab Al-Nukat?
3. Bagaimana Spesifikasi kitab Tuhfatu Al-Asyraf bi Ma’rifah al-Atraf
dan Kitab Al-Nukat?

I.3 Tujuan Penulisan

Setelah mengetahui rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkna


tujuan penulisan pada makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Penulis Kitab Tuhfatu Al-Asyraf bi Ma’rifah al-


Atraf dan Kitab Al-Nukat
2. Untuk mengetahui Metode penulisan kitab Tuhfatu Al-Asyraf bi
Ma’rifah al-Atraf dan Kitab Al-Nukat
3. Untuk mengetahui Spesifikasi kitab Tuhfatu Al-Asyraf bi Ma’rifah al-
Atraf dan Kitab Al-Nukat
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Biografi Penulis Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan


Kitab al-Nukat

Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf

Kitab ini disusun oleh al-Hafizh al-Muhaqqiq Muhaddits al-Syaam


Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf bin al-Zakky Abdi al-Rahman bin Yusuf al-
Qadla’iy al-Kalby al-Mizzy al-Dimasyqy al-Syafi’i.
Beliau lahir pada tahun 654 H di pinggir kota Aleppo, besar dan dewasa di
Mizzah, sebuah desa di Damaskus. Masa belajarnya di mulai dengan menghafal
al-Qur’an, kemudian mempelajari fiqih, bahasa Arab dan banyak mengadakan
perjalanan untuk mempelajari hadis ke Syam, Mekkah, Madinah, Mesir,
Iskandariah dan lain-lain. Beliau banyak mendengar hadis dari sekitar seribu
Syeikh (guru) seperti Imam Nawawi, al-‘Izz al-Harany, Abi Bakar bin al-
Anmaathy, al-Irbily, Ibnu Abi al-Khair dan lain-lainnya. Beliau pula banyak
menulis karangan baik untuk dirinya ataupun orang lain. Ilmu hadis merupakan
bidang kajian yang ditekuni.
Beliau orang yang tsiqah (terpercaya), hujjah, banyak ilmu, berakhlak baik,
banyak diam dan sedikit bicara, berlogat tepat dan tidak pernah berbicara salah
memahami dan sesuai bila bercakap, tidak terselip suatu ucapan apapun bila
membaca, bahkan caranya membaca matan dan sanad menimbulkan detak
kekaguman dimata jamaah, rendah hati, penuh kesabaran, sederhana dalam
berpakaian dan makan, banyak berjalan demi kemaslahatan, banyak
berdampingan dengan Ibnu Taymiyah dalam mendengar hadis dan mengkaji ilmu,
mengakui metode salaf dalam mempelajari sunnah dan ini diperkuatnya dengan
teori-teori ilmiah dan kaedah-kaedah percakapan, wafat pada tanggal 12 shafar
742 H.
Sebelum al-Mizzy menulis kitab ini, beliau telah mengakui bahwa Abu
Mas’ud Ibrahim bin Muhammad al-Damasqus wafat tahun 400 H telah menulis
kitab Athr`af al-Shahihain, Khalaf bin Hamadun alWashihy wafat tahun 401 H
telah menulis pula kitab Athr`af dengan nama yang sama (Athr`af al-Shahihain)
dan al-Hafizh Ali bin Al-Hasan yang dikenal dengan Ibnu ‘Asakir juga telah
menulis kitab Athr`af yang menghimpun empat kitab Sunan. Kemudian beliau
berupaya menyatukan kitab Athr`af Shahihain dan kitab Athr`af empat sunan
hingga menjadi sebuah kitab-kitab Athr`af yang mencakup enam kitab induk
hadis; Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan al-Turmudzi,
Sunan al-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah yaitu yang diberi nama Kitab Tuhfatu al-
Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf.

Kitab Al-Nukat

Kitab ini disusun oleh Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin
Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Qabilah yang berasal dari
As-Qalan. Lahir, besar dan meninggal di mesir bermadzhab syafi’i, menjadi ketua
dari para Qadhi, seorang syaikhul islam,seorang hafidz, amirul mukminin dalam
bidang hadits, diberi gelar atau julukan syihabuddin dan nama kuniyah nyaatau
panggilannyya adalah abu al fadhl. Ibnu Hajar dilahirkan pada tanggal 22 sya’ban
pada tahun 733 H. Dipinggiran sungai Nil di Mesir. Tempat ia dilahirkan
sangatlah terkena. Tempat tersebut menjadi milik sang syekh, nauun setelah dia
meniggal, tempat tersebut akhirnya dijual. Tempat tersebut dekat dengan Dar an-
Nuhas deakt masjid al-Jadiyah.
Ibnu Hajar adalah seorang yang mempunyai tinggi badan sedang, berkulit
putih, mukanya bercahaya, bentuk tubuhnya indah berseri-seri, lebat jenggotnya
dan berwarna putih serta pendek kumisnya. Dia adalah seorang yayng
berpendengaran dan berpenglihatan sehat, kuat dan utuh giginya, kecil mulutnya
kuat tubuhnya, kurus badannya, fasih lisannya, lirih suaranya, sangat pandai,
cerdas pintar bersya’ir dan menjadi pemmpin di masanya.
a. Latar Belakang Penulisan Kitab
Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf

Gambar 1 dan 2 : Cover dan Halaman Pertama Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi


Ma’rifah al-Athraf

Gambar 3 :Muqaddimah Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf


Kitab Tufah al-Ashraf karya al-Mizzi dicetak pertama kali oleh Daar al-
Qaimah india tahun 1965 sebanyak 13 jilid dengan tahqiq Abd al-Samad
Sharif al-Din. Kitab ini kemudian dicetak ulang pada tahun 1983 oleh
Maktabah al-Islami, Beirut-Lebanon atas lisensi Daar al-Qaimah India. Pada
cetakan II ini terdapat 19.626 hadis dan disertai beberapa revisi dari Zuhair al-
Shawisi, dan dilengkapi dengan kitab al-Nukat al-Dhiraf’ala al-Ateaf, karya
Ibnu Hajar al-Asqalani.
Kitab atraf ini adalah salah satu kitab yang dapat digunakan untuk
membantu mempelajari Hadith, terutama jika muhaddist ingin melakukan
takhrij al-Hadist yang bisa digunakan sebagai kamus dalam pencarian sanad
hadist. Kitab ini juga merupakan salah satu beberapa kitab Hadist yang
diringkas oleh pengarangnya untuk menyebutkan awal hadist dan
menunjukkan lafal hadist setelahnya. Alasan yang mendasar dikarangya kitab
ini adalah mengumpulkan hadist-hadist yang terdapat pada Kutub al-sittah dan
sebagian Mulhaq-nya dengan cara sangat mudah, yang dibaca sesuai dengan
urutan sanadnya yang bermacam-macam, sehingga mampu untuk diletakkan
dalam satu tempat.
Kitab ini dibuat selama 26 tahun, yaitu diawali pada bulan Ashura tahun
696 H sampai tanggal 3 Rabi'u al-akhir tahun 722. H. Kitab Tuhfat al-Ashraf
bi Ma'rifat al-Atraf terbilang sebagai kitab terbesar yang ditulis dalam al-
Kutub al-Sittah. Sistematika kitab ini menghimpun biografi nama-nama
sahabat dan tabi'in yang terdiri dari 1.395 musnad, dengan 995 hadith musnad
yang dinisbatkan pada sahabat setelah mengurutkan nama nama mereka
berdasarkan urutan Mu'jam dan 400 hadith mursal yang dinisbatkan pemimpin
tabi'in dan generasi setelahnya, dengan urutan nama-nama sesuai huruf-huruf
Mu'jam. Kitab ini terdiri dari tiga belas Juz"
Kitab at-Thraf ini merupakan kitab yang menghiimpun hadits-hadits kitab
yang enam dan sebagian tambahannya, dengan cara yang mudah untuk dapat
mengetahui sanadnya yang berbeda-beda, tetapi dapat terhimpun dalam satu
tempat.
Pokok bahasan kitab at-Thraf ini adalah menyebutkan bagian hadits-hadits
kitab enam dan sebagian tambahannya, melliputi :
1. Muqaddimah Shahih Muslim
2. Kitab al-Marasil karya Abu Dawud
3. Kitab al-‘Illa al-Shagir karya at-Tirmidhi yang terdapat pada akhir kiab
al-Jami’
4. Kitab al-Shama’il karya at-Tirmidhi
5. Kitab ‘Amal al-Yawm Wa al-Laylah karya an-Nasa’i
6. kode-kode
Tujuan dari kitab ini adalah menyusun hadis secara tertib, serta
memberikan kemudahan kepada orang yang bermaksud mengetahui sumber-
sumbernya.

Kitab Al-Nukat

Gambar 1 dan 2 : Cover dan Halaman Pertama Kitab Al-Nukat


Gambar 3 :Muqaddimah Kitab Al-Nukat

Kitab ini adalah karya al-Hafizh Ibnu Hajar dan merupakan kelanjutan
kitab Tuhfatu al-Asyraaf karangan al-Mizzy.
Kitab ini telah banyak diambil manfaatnya oleh ulama-ulama besar, seperti
al-Hafizh ‘Alaa’ al-Din Mughlatooy (w. 762 H), al- 56 Studi Takhrij Hadis
Hafizh al-Iraaqy, al-Hafizh al-Waliyuddin Abu Zar’ah al-Iraaqy Ibn al-Hafizh
al-Iraaqy, al-Hafizh Ibn Hajar, al-Hafizh al-Sakhaawy dan alHafizh al-
Suyuuthy. Mereka para ulama, benar-benar memanfaatkan kitab tersebut dan
kitab itu sendiri telah memberikan kepada mereka manfaat yang besar. Mereka
berupaya memberikan perhatian yang besar terhadapnya dalam bentuk
koreksi-koreksi dan tambahan tambahan bersama penyusunnya, al-Mizzy,
untuk meneliti dan memperjelasnya.
Bahkan al-Hafizh al-Mizzy tidak lepas tangan begitu menyelesaikan
karyanya. Beliau selalu dan meneliti kembali dan menyusun satu juz sebagai
penyelidikannya terhadap kitab Nasa’i yang diriwayatkannya oleh Ibn al-
Ahmar. Dalam kitab tersebut beliau menghimpun hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh beliau yang tidak tercantum dalam al-Tuhfah. Bagian
ْ ‫ق أَال‬
tambahan ini diberi nama ُ‫ط َراف‬ َّ ‫( لَ ِح‬Tambahan alAthraaf).
Al-Hafizh Mughlathoy menghimpun hadis-hadis yang diragukan
validitasnya dalam kitab al-Mizzy menjadi satu juz disertai koreksi-
koreksinya, dan Al-Hafizh al-‘Iraqy telah menulis di catatan pinggir
naskahnya beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kitab al-Mizzy serta
Al-Hafizh Waliyuddin Abu Zar’ah al-‘Iraqy memetik manfaat dari kitab
Mughlathoy dan catatan pinggir orang tuanya serta apa yang didapat darinya.
Dan al-Hafizh Ibnu Hajar menyimak apa yang telah diperkuat pendahulu-
pendahulunya hingga dapat mengambil manfaat darinya. Seperti kitab al-
Tuhfah yang telah dipergunakannya dengan baik ketika beliau menjelaskan
(mensyarahkan) Shahih al-Bukhari. Di dalamnya beliau temukan kesalahan-
kesalahan dan semuanya ditulis di catatan pinggir naskahnya. Hal ini
berlangsung sampai beliau berkesempatan menghimpun catatan-catatan
pinggirnya itu dengan tulisan-tulisan para pendahulunya. Akhirnya beliau
membuat suatu karya tulis yang bukan berarti beliau menolak apa yang
dilakukan oleh Mughlathoy, tapi justru membuat koreksian terhadap kitab al-
Tuhfah. Upaya beliau pada kitab ini berkisar pada beberapa hal :
1. Penambahan riwayat-riwayat yang tidak terdapat dalam kitab al-Mizzy,
terutama dari kitab al-Nasa’i melalui riwayat Ibnu alAhmar dan hadis-
hadis atau atsar-atsar yang Muallaq menurut Bukhari.
2. Koreksi terhadap keragu-raguan al-Mizzy seperti penisbatan hadis yang
salah atau hadis yang tidak dinisbatkan pada suatu kitab padahal hadis
tersebut sebenarnya ada. Metode Takhrij
3. Perbaikan-perbaikan lakukan mengingat pemberitahuan mengenai
lafadz hadis al-Mizzy yang terlampau jauh. Karena terkadang al-Mizzy
menyebutkan lafazh suatu riwayat yang menimbulkan suatu
pertentangan.
Sebagai catatan ketika membaca suatu hadis dalam al-Tuhfah, sebaiknya
tidak hanya membaca apa yang dikatakan oleh al-Mizzy saja, tetapi juga
memperhatikan apa yang ditulis oleh Ibnu Hajar pada catatan kaki. Dengan
begitu ada dua keuntungan yang di dapat melalui kajian tersebut. Kedua
kitab tersebut telah dicetak oleh al Dar al-Qayyimah, Bombay, India. Dan
telah ditahqiq oleh Syeik Abdu Al-Shomad Syafof al-Din.

b. Pandangan Ulama Terhadap Penulis Kitab


Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf
Jika kita melihat penjelasan secara singkat dari beberapa pendapat para
ulama dan kritikus yang ahli dalam bidangnya mengenai pembahasan Kitab
Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan Kitab al-Nukat , karena itu
pantingnya di dalam menjelaskan ke Tsiqat an, keutamaan, dan
kedudukannya. Adapun beberapa penjelasan pendapat para ulama tentang
penulis kitab yaitu al-Mizzi adalah sebagai berikut.3
1. Ibnu Sayyid al-Nas al-Ya’mari
Al-Alamat Fathuddin Ibnu Sayyid al-nas al-Ya’mari yang lahir pada
tahun 690 H, ia berpendapat bahwasanya. “ dan telah aku temukan di
Damaskus dari seorang ahli ilmu, yang mampu mengatasi segala
keterbelakangan dari masanya dan orang yang berani yaitu Abi al-Hujjaj al-
Mizzi, keilmuannya itu seperti lautan yang meluap dan tintanyalah yang
akan menuliskan pendapatnya, orang yang paling hafal biografi, orang yang
paling mengerti di dalam periwayatan dari orang arab dan non arab.
2. Adz-Dzahaby
Beliau berpendapat di dalam kitabnya Mu’jam al-Syuyukh al-Kabir.
Orang yang pandai, yang mahir, Jamaluddin Abu al-Hujjaj seorang tokoh
yang ahli hadis islam al-Kalaby al-Qudlo’i al-Mizzi al-Dimasyqi al-Syafii,
mencari hadis pada tahun 675 H dan sampai sekarang. Al-Mizzi termasuk
sosok ulama yang tidak pernah pantang menyerah. Beliau termasuk orang
yang gigih di dalam mempelajari bahasa arab, orang yang banyak
memberikan manfaat, dan ahli pada bidang bahasa dan tashrif, beliau
menyusunkan sebuah karangan tentang itu. Karangannya banyak dan
pendapatnya baik, orangnnya sederhana, rendah diri, orangnya sabar, dan
tidak punya sifat jelek.4
Dan juga di dalam kitabnya yang berjudul Tazkiratul ḥuffaẓ
bahwasanya al-Mizzi adalah salah satu ulama ahli hadis yang berada di
negara Syam, adapun keahliannya dalam bidang ilmu rijal hadis adalah
termasuk orang yang menegakan bendera kebajikan, tidak ada orang yang
3
Ibnu Ahmad Saefudin, “Pandangan Ulama Terhadap Al-Mizzi Dan Kitab Tahdzib Al-
Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,” Jurnal Studi Hadis Nusantara 1 (2013): 1–16.
4
Syamyuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman bin Qaymaz
AdzDzahaby, Mu’jam al-Syuyukh al-Kabῑr Li- Dzahaby, Cet I, Juz II, hlm.389
sebanding denganya. Dan menjelaskan sesuatu yang sukar dan perkara yang
cacat dan ia merupakan orang yang ahli dalam bidang ilmu hadis dan ilmu
rijal hadisnya. Dalam berhujjah merupakan orang yang terpercaya, orang
yang banyak ilmu, akhlaknya baik, lebih banyak diam, sedikit berbicara,
berkata jujur dalam perkataan, tidak mengenal masa kekanak-kanakan,
ketika ia hendak menceritakan sesuatu, maka ia menelaah dan menukilkan
dulu dengan sesuatu yang cocok, sehingga tidak sesuatu yang di rahasiakan
ketika ia membacakannya, ketika ia menolak dalam permasalahan matan
dan sanad, ia menolaknya denngan keras, sehingga mereka kagum
terhadapnya.5
3. Shalahuddin Ash-Shufdi
Menurut pendapat Shalahuddin Ash-Shufdi berpendapat al-Mizzi
sebagai seorang pemimpin ahli hadis, orang yang hafal banyak hadis,
seorang yang ahli kritikus sanad dan lafadz ” dan al-Mizzi lah merupakan
syekh di masanya, orang yang banyak hafal hadis di masanya, seorang
kritikus di masanya, walaupun ia semasa dengan Ibnu Ma’kula.6
4. Tajuddin bin Ali bin Abdul Kafi al-Subki
Tajuddin al-Subki berpendapat bahwa al-Mizzi adalah Syaikh al-
Ustadz yang di jadikan seba gai panutan kita yakni Syekh Jamaluddin Abu
al-Hujjaj al Mizzi. Beliau adalah orang yang banyak hafal hadis dimasanya
yang membawa bendera ahlussunnah wal jamaah yang tegak dalam
membawa beban pekerjaan untuk sebuah ketaatan. Imam al-Hufadz tidak
ada sedikit orang yang menyaksikan atas kepribadiannya yang kuat, al-
Mizzi satu-satunya ulama yang condong kepada ijma’ di masanya, salah
satu Syeikh yang condong dalam periwayatan hadis kepada metode Sima.
5. Syamsuddin al-Husaini
Beliau bependapat dalam karanganya yang berjudul al-Zael Ala Zael
al Abr, al-Mizzi adalah seorang yang berpengetahuan yang luas dan
mendalam di dalam ilmu rijal hadis, menguasai ilmu bahasa arab dan ilmu
tashrif, selain itu juga, ia menguasai ilmu fiqh dan ilmu lainnya. Ia
5
Muhammad bin Ahmad bin Usman Adz-Dzahaby, Tadzkirāt al-Ḥuffāẓ, Cet I, Juz IV,
hlm. 193-194
6
Shalahuddin Khalil bin Ubaik al-Sufdi, A’yān al-‘Aşr wa A’wānu al-Nasr, juz III, hlm.
76
mempunyai nasib yang beruntung karena ia mampu untuk bersifat zuhud
dan menjaga kehormatannya dengan tidak melakukan perbuatan yang keji,
bersifat qona’ah (menerimaa apadanya) dengan mudah, menjadi seorang
pemimpin dari semua golongan, dan mereka semua memujinya, baik
golongan yang bertentangan maupun golongan yang tidak bertentangan.7

Kitab Al-Nukat
Adapun beberapa penjelasan pendapat para ulama tentang penulis kitab
yaitu Ibnu Hajar adalah sebagai berikut :
1. Al-Iraqi
Berkata, “ia adalah seorang syekh, alim, sempurna, mulia, ahli
hadits, banyak memberikan manfaat, agung, hafidz, bertakwa, dapat
dipercaya atau tsiqah, pandai dalam nasikh dan mansukh, dapat
membedakann antara rawi-rawi yang tsiqah dan yang dhaif, banyak
menemui ahli hadits dan banyak ilmunya dalam waktu yang relatif pendek.
2. Burhanuddin Ibrahim Al-Abnasi
Mengatakan, “Dia adalah salah satu dari orang yang menurut
penglihatanku orang yang akan berbahagia, dia adalah seorang syekh,
seorang imam, al-Allamah, seorang ahli hadits, seorang yang taat, seorang
pentahqiq, pionir bagi para guru, mufti kaum muslimin dan lebih terkenal
dengan Ibnu Hajar Nuruddin asy-Syafi’i. Aku memberinya nama at-Taufiq
dan sang penjaga tahqiq. Dia menguasai ilmu-ilmu syari’at, pemecah
permasalahan, seorang yang perhiasannya adalah ketakwaan, sangat qanaah,
tinggi cita-citanya apalagi keinginannya menguasai ilmu hadits.
3. Taqqiyuddin Muhammad bin Fahat
Mengatakan, “Ibnu Hajar mempunyai seribu karangan yang indah,
berfaedah, mulia, laris, yang memancarkan berbagai keutamaan, yang dapat
memberikan petunjuk yang faedahdan yang bagus qasidahnya. Karangan
yang enak didengar teliing, yang dapat diucapkan dengan benar oleh setiap
lisan, yang dapat diraba, dan yang dituju oleh setiap orang dari segala
penjuru dunia”. Diantaranya ialah an-Nukat azh-Zhiraf ‘Ala al-Athraf. Kitab

7
Syamsuddin al-Husaini, Al-Zael Ala Zael al-Abr, hlm. 229-230
ini dicetak dengan catatan pinggirnya yaitu Tuhfah al-Asyraf karya al-
Mizzi.

II.2 Metode Takhrij Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan


Kitab al-Nukat

Bila kita melakukan takhrij suatu hadis melalui kitab ini hal yang harus
diketahui ialah :
1. Mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis nya,
2. Apabila sahabat tersebut termasuk yang banyak meriwayatkan hadis
seperti Abu Hurairah, Ibnu Abbas, dan Aisyah, maka kita pun dituntut
untuk mengetahui tabi’n yang meriwayatkan darinya (Ketidaktahuan
nama tabi’i periwayat tersebut akan tidak mengefesienkan waktu).
3. Kemudian mencari nama sahabat bila telah mengetahui namanya
sebagai periwayat hadis di atas.
4. Apabila telah diketahui nama sahabat yang bersangkutan, selanjutnya
menelusuri hadis-hadis hingga sampai pada hadis yang dimaksud.
5. Nama sahabat tersebut tentunya dicari menurut nama tabi’innya
berdasarkan urutan huruf. Hadis dengan mudah dicari dibawah
namanya.
َ ‫ َحد‬dan disamping kata
6. Bila telah menemukan, disitu kita dapati kata ‫ِيث‬
tersebut terdapat kode yang mengeluarkan hadis ini. waktu di sini kita
dapati hadisnya yang sempurna atau potongannya saja. Kemudian
penyusun kitab menyebutkan ulama yang mengeluarkannya dan dalam
kitab apa beliau mengeluarkan hadis tersebut. Pentahqiq kitab
mencantumkan pula nomor hadis. Di samping itu, penyusun kitab
menyebutkan jalannya sanad.

Contoh, Hadis Jabir bin Abdullah yang berbunyi :

‫ اِذا خطب احدكم المراة فا ِ ِن ا‬: ‫اَنَّ َرسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال‬
‫ستطا ع ان ينظر الى ما يدعوه الى نكا حها فليفعل‬
Kita mencari hadis-hadis Jabir. Kita dapati jilid kedua tertulis s
- artinya jilid kedua ini mencakup hadis-hadis sahabat yang nama-nama
mereka di antara dan Sementara nama Jabir terletak di sekitar
pengelompokkan ini, tentunya nama Jabir kita cari pada jilid ini. Disini kita temui
hadis. Lalu kita telusuri seluruh hadis-hadisnya hingga sampai pada hadis yang
kita maksud. Jabir adalah termasuk yang banyak riwayatnya. Penyusun kitab
mengurutkan nama-nama muridnya berdasarkan huruf mu’jam. Karena penulis
sendiri telah mengetahui bahwa tabi’i yang meriwayatkan Jabir adalah Waqid al-
Anshari, maka penulis langsung mencari nama Waqid, hadisnya berbunyi :

‫ ال وءسي المدن ِّي عن‬l‫واقد بن عبدالرحمن بن سعد بن معاذ اال نصري‬


‫ اذا خطب احدكم المراة فاِن استطاع ان ينظر الى ما يدعوه الى‬،‫جابر حديث‬
‫ عن مح ّمد‬،‫ عن عبد الواحد بن زياد‬،‫) عن مسدَّد‬91( ‫ دفى انكاح‬،‫نكاحها فليفعل‬
‫ والمعروف واقِ ُد بن سعد بن‬،‫ عنه به كذا قال‬،‫ عن دّاود بن حصين‬،‫بن اسحاق‬
‫هـ‬1 ‫معاذ‬

Maksudnya adalah bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam al-
Nikah bab ke-19 dengan sanad seperti ini. Langkah selanjutnya ialah mencari
hadis ini dalam Sunan Abu Daud pada kitab al-Nikah bab ke-19. Kemudian kita
jelaskan bahwa Abu Daud mengeluarkannya pada kitab al-Nikah di bab Fi al-
Rajuli Yanzhura ila al-Mar’ati Wa Huwa Yuridu Tazawujaha juz 2 halaman 385.
Abu Daud berkata: Yang dikenal adalah Waqid bin ‘Amr bin Said bin Muadz.
Dengan melakukan cara di atas berarti kita telah melakukan takhrij dengan
sempurna dari kitab al-Tuhfah.
Untuk lebih sempurna lagi, kita takhrijkan kembali dari kitab-kitab lainnya.
Yang ditekankan dalam Takhrij ialah menentukan kitab referennya, bab, juz, dan
halaman serta nomor hadis. Penulis mendapati hadis di atas selain dari kitab al-
Tuhfah dengan upaya takhrij pada Imam Ahmad melalui dua jalan. Maka “Hadis
di atas dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya pada juz ketiga halaman
334 dan 360”. Demikian pula pada ‘Abdu al-Razzaq, al-Baihaqi dalam al-Kubra
dan pada al-Hakim. Al-Hakim menshahihkannya menurut perawi-perawi Muslim
(Syarthu Muslim dan al-Murad dan dinisbatkannya kepada al-Syafi’i dan Bazzar).
Cara di atas dilakukan bila hadis tersebut diriwayatkan oleh shahabat.
Adapun jika hadis tersebut Mursal dalam artian dihubungkan oleh Tabi’i atau
generasi setelahnya atau hadis tersebut Maqthu’, yakni termasuk perkataan Tabi’i
atau generasi setelahnya, hadis-hadis seperti ini dicari pada bagian al-Maraasiil
(Hadis-hadis Mursal) yang terletak di akhir kitab.
Penyusun telah menyusun perawi-perawi hadis Mursal (Tabi’in dan
generasi setelahnya yang menghubungkan hadis) dan perawi Hadis-hadis Maqtu’
(perkataan tabi’in dan generasi setelahnya) menurut aturan huruf Mu’jam. Yang
pertama diketahui adalah nama yang menghubungkan hadis tersebut, lalu mencari
namanya pada urutan huruf-huruf Mu’jam hingga di dapat. Di antara hadis-hadis
tersebut kita cari hadis yang kita maksud. Kemudian kita mentahrijnya melalui
kitab-kitab referen yang ditunjuk oleh keterangan takhrij hadis tersebut. Manfaat

II.3 Spesifikasi Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan Kitab al-
Nukat

a. Kelebihan Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan Kitab


al-Nukat
 Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf
1. Merupakan kumpulan indeks hadis-hadis secara menyeluruh dari
kutub al-sittah (enam kitab induk hadis) dan kitab-kitab lain yang
sejalan dengannya.
2. Menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat
dengan teliti yang terdapat dalam kutub al-sittah dan yang sejalan
dengannya.
3. Menghimpun sanad-sanad setiap hadis yang terdapat dalam kutub al-
sittah dan yang sejalan dengannya sebagai bahan penelitian studi
sanad.
4. Sangat memperhatikan permasalahan-permasalahan sanad yang sangat
pelik.
5. Dengan kitab ini memungkinkan untuk mengumpulkan hadis-hadis
yang dalam sanadnya terdapat perawi-perawi yang tidak diketahui atau
samar. Karena penyusunnya telah menempatkannya pada bagian akhir
perawi-perawi dari sahabat dan pada bagian akhir pula perawi-perawi
pada kalangan wanita.
6. Dengan kitab ini pula kita dapat mengumpulkan hadis-hadis yang
Mursal atau Maqtu’ dari kitab-kitab referennya dengan menelusuri
bagian akhir hadis-hadis setiap sahabat dan memeriksa kumpulan
hadis-hadis Mursalnya.

 Kitab al-Nukat

b. Kekurangan Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan


Kitab al-Nukat
 Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf
1. Tujuan sulit dicapai tanpa mengetahui nama sahabat yang
meriwayatkan hadis.
2. Penyusun kitab tidak menyebutkan sebagian besar matan hadis dengan
sempurna, hingga memaksa peneliti untuk menelaah kitab-kitab
lainnya.
3. Terkadang beliau hanya menyebutkan potongan hadis, hingga peneliti
sulit memahami apa yang dikatakannya. Mungkin hal itu tidak menjadi
masalah pada masa hidup penyusun kitab, karena kajian hadis pada
saat itu sangat intens.
4. Kitab ini mengganti seluruh cara menyampaikan hadis diantara
masing-masing perawi dengan ‘an, hingga metode penerimaannyapun
tidak jelas. Hal ini memaksa peneliti untuk kembali kepada kitab-kitab
aslinya oleh masing-masing perawi, seperti masalah riwayat orang
yang mudallis atau terjadinya pertentangan diantara dua periwayat.

 Kitab al-Nukat

c. Manfaat Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf dan Kitab al-


Nukat
1. Kitab ini memuat sanad-sanad kitab-kitab yang menjadi referennya.
Dari sini kitab ini dapat menghilangkan keraguan mengenai suatu
sanad dan meluruskan sanad-sanad yang sekiranya salah serta
memudahkan untuk mengungkap biografi para perawinya.
2. Kitab ini memberikan kemudahan di seputar peneliti sanad seperti
yang terdapat pada contoh hadis Jabir yang lalu. Dari sini kita tidak
mengkhawatirkan kecacatan yang disebutkan oleh Ibnu 54 Studi
Takhrij Hadis Qathan bahwa nama Waqid bin Abdu ar-Rahman tidak
terkenal, tetapi namanya yang lebih dikenal ialah Waqid bin ‘Amr.
Untuk itu beliau mengatakan: “Yang terkenal ialah Waqid bin ‘Amr
bin Sa’d bin Muadz.”
3. Fungsinya dari segi ilmu al-Rijal sangat menonjol. Seorang perawi
disebut dengan sebutannya yang terkenal seperti namanya sendiri dan
julukannya. Ini tampak jelas pada contoh yang lalu, yaitu Hadis Anas
yang diriwayatkan oleh Ja’d. Bagaimana penyusun kitab menjelaskan
bahwa perawi tersebut ialah Ja’d bin Utsman dan ada yang
mengatakannya Ibnu Dinar, kemudian beliau menjelaskan julukannya,
yaitu Abu Utsman, serta menjelaskan penisbatannya, yaitu al-Bashary.
Semuanya sangat membantu peneliti untuk sampai pada tujuannya.
4. Dalam susunanya, penyusun sangat memperhatikan segi kemasyhuran
perawi dan namanya yang sebenarnya. Beliau menyebutkannya pada
dua tempat dengan nama atau julukannya masing-masing. Seperti Abu
Zinad yang terkadang seorang peneliti tidak mengetahui nama yang
sebenarnya, lalu ia mencarinya menurut julukannya itu dalam
riwayatnya dari Anas.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Kitab Tuhfatu al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf disusun oleh al-Hafizh al-


Muhaqqiq Muhaddits al-Syaam Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf bin al-Zakky
Abdi al-Rahman bin Yusuf al-Qadla’iy al-Kalby al-Mizzy al-Dimasyqy al-
Syafi’i. Kitab atraf ini adalah salah satu kitab yang dapat digunakan untuk
membantu mempelajari Hadist, terutama jika muhaddist ingin melakukan
takhrij al-Hadist yang bisa digunakan sebagai kamus dalam pencarian sanad
hadist. Tujuan dari kitab ini adalah menyusun hadis secara tertib, serta
memberikan kemudahan kepada orang yang bermaksud mengetahui sumber-
sumbernya.

Kitab Al Nukat disusun oleh Ahmad bin Ali bin Muhammad bin
Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-
Qabilah. Kitab Al Nukat merupakan kelanjutan kitab Tuhfatu al-Asyraaf
karangan al-Mizzy. Para ulama berupaya memberikan perhatian yang besar
terhadapnya dalam bentuk koreksi-koreksi dan tambahan tambahan bersama
penyusunnya, al-Mizzy, untuk meneliti dan memperjelasnya.

Kedua kitab ini memuat sanad-sanad kitab-kitab yang menjadi referennya.


Dari sini kitab ini dapat menghilangkan keraguan mengenai suatu sanad dan
meluruskan sanad-sanad yang sekiranya salah serta memudahkan untuk
mengungkap biografi para perawinya serta memberikan kemudahan di seputar
peneliti sanad, karena Dalam susunanya, penyusunannya sangat
memperhatikan segi kemasyhuran perawi dan namanya yang sebenarnya.
III.2 Saran

Penulis menyarankan kepada pembaca untuk tidak hanya berpatokan pada


makalah diatas, melainkan terus menambah referensi bacaan agar keilmuannya
semakin bertambah kuat dan kokoh, serta dapat di aplikasikan dalam kehidupan.
Selain itu, penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Pembaca dapat memberi kritik
dan saran yang membangun, untuk penulis memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Saefudin, Ibnu. “Pandangan Ulama Terhadap Al-Mizzi Dan Kitab


Tahdzib Al-Kamal Fi Asma’ Al-Rijal.” Jurnal Studi Hadis Nusantara 1
(2013): 1–16.
Andi Rahman, Pengenalan Atas Takhrij Hadis, Jurnal Studi Hadis Volume 2
Nomor 1 2016. hlm. 151
Muhammad bin Ahmad bin Usman Adz-Dzahaby, Tadzkirāt al-Ḥuffāẓ, Cet I, Juz
IV, hlm. 193-194
Nining Khurrotul Aini, Metode Takhrîj al-Hadists Kajian Ilmu Hadits, Tamaddun
Volume 1 Nomor 2, Maret, 2017. hlm, 138-139.
Shalahuddin Khalil bin Ubaik al-Sufdi, A’yān al-‘Aşr wa A’wānu al-Nasr, juz III,
hlm. 76
Syamsuddin al-Husaini, Al-Zael Ala Zael al-Abr, hlm. 229-230

Syamyuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman bin Qaymaz
AdzDzahaby, Mu’jam al-Syuyukh al-Kabῑr Li- Dzahaby, Cet I, Juz II,
hlm.389

Anda mungkin juga menyukai