Anda di halaman 1dari 43

007/IAT-U/SU-S1/2022

KONTEKSTUALISASI PERINTAH BERJALAN DI


MUKA BUMI DALAM PEMIKIRAN BUYA HAMKA
(KAJIAN TEMATIK)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat


Guna Memperoleh elar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

LAILATUL RAHNI
NIM: 11632200916

Pembimbing I
Dr. H. Ali Akbar, MIS

Pembimbing II
Lukmanul Hakim, S.Ud, MIRKH, Ph.D

FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1443 H/ 2022 M
MOTTO

         

 
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada
Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan
mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang
datang berturut-turut". (Q.S Al-Anfal[8]:9)

i
PEDOMAN LITERASI
Transliterasi dalam penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku
Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi) Fakultas Ushuluddin UIN Suska
Riau dan pengalihan huruf Arab-Indonesia dalam naskah ini didasarkan atas
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari 1988, No. 158/1987
dan 0534.b/U/1987, sebagaimana yang tertera dalam buku Pedoman
Transliterasi Bahasa Arab (Aguide tp Arabic Tranliterasrion), INIS Fellow
1992
A. Konsonan
Arab Latin Arab Latin

‫ا‬ A ‫ط‬ Th

‫ب‬ B ‫ظ‬ Zh

‫ت‬ T ‫ع‬ „

‫ث‬ Ts ‫غ‬ Gh

‫ج‬ J ‫ف‬ F

‫ح‬ H ‫ق‬ Q

‫خ‬ Kh ‫ك‬ K

‫د‬ D ‫ل‬ L

‫ذ‬ Dz ‫م‬ M

‫ر‬ R ‫ن‬ N

‫ز‬ Z ‫و‬ W

ii
‫س‬ S ‫ه‬ H

‫ش‬ Sy ‫ء‬ ‟

‫ص‬ Sh ‫ي‬ Y

‫ض‬ Dl

B. Vokal, panjang dan diftong


Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan Latin vokal fathah
ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan
bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:
Vokal (a) panjang = Â misalnya ‫قال‬ menjadi qâla

Vokal (i) panjang = Î misalnya ‫قيل‬ menjadi qîla

Vokal (u) panjang = Û misalnya ‫دون‬ menjadi dûna


Khusus untuk bacaan ya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan
“i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya‟ nisbat
diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya‟ setelah fathah
ditulis
Diftong (aw) = ‫ﻮ‬ misalnya ‫قول‬ menjadi qawlun

Diftong (ay) = ‫ﻴ‬ misalnya ‫خير‬ menjadi khayrun


C. Ta’ marbûthah (‫)ة‬
Ta’ marbûthah ditransliterasikan dengan “ṯ” jika berada di tengah
kalimat, tetapi apabila Ta‟ marbûthah tersebut berada diakhir kalimat, maka
ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya ‫ الرسالة للمدرسة‬menjadi
al-risalaṯ li al-mudarrisah, atau apabila berada ditengah-tengah kalimat yang
terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan
menggunakan t yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya ‫في‬
‫ رحمة هللا‬menjadi fii rahmatillah

iii
D. Kata Sandang dan Lafadh al-Jalâlah
Kata sandang berupa “al” (‫ )ال‬ditulis dengan huruf kecil, kecuali
terletak diawal kalimat, sedangkan “al” dalam ladh jalâlah yang berada
ditengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan ...
2. Al-Bukhâriy dalam mukadimah kitabnya menjelaskan ...
3. Masyâ‟ Allâh kâna wa mâ lam yasya‟ lam yakun.

iv
KATA PENGANTAR

‫َّلل اُل هر ْْحَ ِن اُل هرِحيم‬


ِ‫بِس ِم اُ ه‬
ْ
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
berhasil menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta Salam penulis sampaikan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat serta
pengikutnya hingga akhir zaman.

Ucapan syukur hanya bagi Allah Swt, atas karunia dan Ridha-Nya
sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan, dengan judul,
“Kontekstualisasi Perintah Berjalan di Muka Bumi dalam Pemikiran Buya
Hamka (Kajian Tematik)”. Penulis menyadari bahwa penulisan dan
penelitian ini begitu banyak kekurangan, akan tetapi berkat bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan,
ucapan terima kasih dari hati yang terdalam saya ucapkapkan kepada:

1. Ayahanda (Yursal) dan Ibunda tercinta (Lenni) beserta seluruh keluarga


kakak, abang nenek, syamil dan semuanya yang telah mendukung penulis
unruk menyelesaikan skripsi ini dan memberikan kasih sayangnya kepada
penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M. Ag, selaku Rektor UIN Sultan
Syarif Kasim Riau.
3. Bapak Dr. H. Jamaluddin, M. Us, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Sultan Syarif Kasim Riau. Beserta juga Wakil Dekan I, Ibunda Dr. Rina
Rehayati, M. Ag, Wakil Dekan II, bapak Dr. Afrizal Nur, S. Th. I, MIS,
dan Wakil Dekan III, bapak Dr. H. M. Ridwan Hasbi, Lc., M.A.
4. Bapak Dr. H Ali Akbar, MIS dan Bapak Lukmanul Hakim, S.Ud,
MIRKH, Ph.D selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, ilmu,
dan motivasi kepada penulis dalam membimbing untuk menyelesaikan
skripsi ini.

v
5. Bapak Suja‟i Sarifandi, M,Ag sebagai penasehat akademis (PA) yang telah
memberikan arahan akademis kepada penulis.
6. Bapak H. Agus Firdaus Chandra, Lc, M.A, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir yang telah memberikan arahan dan memberikan
kemudahan dalam setiap proses. Dan juga bapak Afriadi Putra, S. Th. I.,
M. Hum, sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
7. Bapak, Ibu dan seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif
Kasim Riau yang telah mengajarkan dan mendidik saya dari awal
perkuliahan sampai akhir semester perkuliahan, terimakasih banyak ilmu-
ilmu yang telah bapak dan ibu berikan semoga menjadi amal jariyah,
Aamiin.
8. Staf-staf pegawai di Ushuluddin, bagian Akademik, dan bagian Umum,
yang selalu memberikan kemudahan urusan dan terima kasih terucapkan
untuk Kepala Perpustakaan Universitas dan Kepala Perpustakaan Fakultas.
9. Teruntuk teman-teman terbaik serta teman teman terdekat, Dina Indriani,
Fatimah Azzahro, Wilda Apriani, Desty Nurhasnayanti Maula yang
senantiasa mensuport penulis dalam suka maupun duka dan juga selalu
memberikan motivasi dan semangat kepada penulis agar dapat cepat
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seangkatan IAT‟16 dan terkhusus seluruh keluarga IAT‟16-
D yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala
cerita yang telah di rajut selama 4 tahun ini.
11. Keluarga besar Ma‟had al-Jamiah, yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu terimaksih atas kebahagian yang telah kita lalui suka maupun duka
selama penulis tinggal di asrama Ma‟had al-Jamiah.
12. Teman-teman KKN Desa Sabak Permai Kecamatan Siak. Dan kepada
semua pihak yang penulis tidak sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis dan berkorban baik dalam rangka penyelesaian skripsi
ini maupun selama menjalani pendidikan di Fakultas Ushuluddin Studi
Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir UIN Suska Riau.

vi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangatlah
diharapkan dan semoga skripsi ini menjadi ilmu yang bermanfaat, Aamiin

Pekanbaru, Jum‟at 24 Desember 2021


Penulis

LAILATUL RAHNI
NIM:11632200916

vii
ABSTRAK

Karya tulis ini dilatar belakangi dengan adanya perintah di dalam


Al-Quran tentang berjalan dimuka bumi ini, bahwasannya Allah
memerintahkan kepada umatnya untuk berjalan dimuka bumi agar
manusia dapat berfikir dan memahami serta merenungi ciptaan Allah, dan
apa yang terjadi pada kehidupan sebelumnya, diantara contoh ayat-ayatnya
terdapat dalam Q.S Ali-Imran [3]: 137, Q.S al-An'am [6]: 11 dan Q.S al-
Ankabut [29]: 20. Manusia telah di ciptakan dengan akal fikiran,
penglihatan, pendengaran dari Allah untuk memahami semua yang telah
Allah bentangkan di dunia ini. Penelitian ini adalah penelitian pustaka
(library research), yang bersifat kualitatif yaitu dengan menjadikan
kepustakaan sebagai sumber utama, yang objek utamanya dari berbagai
literatur yang ada dan mempergunakan sumber-sumber tertulis yang ada
hubungannya dengan pokok permasalahan, dengan teknik pengumpulan
data menggunakan pendekatan Tafsir Maudhu‟y. Sebagai data utama
dalam penelitian ini adalah Kitab Al-Azhar karya Buya Hamka. Dalam
menafsirkan ayat-ayat tersebut Hamka menafsirkan dengan penafsiran
yang diperkaya dengan pendekatan sejarah, menceritakan bekas-bekas
peninggalan umat terdahulu dan keadaan negeri pada kaum-kaum yang
diazab karena kekufuran mereka. Dalam konteks kekinian berjalan di
muka bumi disebut juga dengan travelling atau wisata yang mempunyai
ragam jenis tujuan wisata yang dapat dikunjungi.

Kata kunci: perintah, berjalan, Hamka,

viii
ABSTRACT

This paper is motivated by the existence of commands in the Al-


Quran about traveling on this earth, that God recommends to his people to
walk on earth so that humans can think and understand and reflect on
God's creation, and what happened in previous lives. Some examples of
verses that illustrate these suggestions are found in QS Ali-Imran [3]: 137,
QS al-An'am [6]: 11 and QS al-Ankabut [29]: 20. Humans have been
created with a mind, sight, hearing from God to understand all that God
has laid out in this world. This research is library research, which is
qualitative in nature, namely by making literature the main source, with
data collection techniques using the Tafsir Maudhu'i approach, as the main
data in this study is the Kitab Al-Azhar by Buya Hamka. In interpreting
the verses about Saara-Yasiiru Hamka interprets with an interpretation
enriched with a historical approach, telling the remains of the previous
people and the state of the country to the people who were punished for
their disbelief. In the present context, walking on this earth is also called
traveling or tourism which has various types of tourism destinations that
can be visited.

Keywords : command, Traveling, Hamka,

ix
‫ملخص‬

‫خلفية هذا البحث أمر يف القرآن الكرمي عن السري يف األرض‪ .‬وأن هللا أمر‬
‫ابلسري يف األرض ليتفكر اإلنسان ويفهم ويتدبر مبا خلقه هللا وما حدث يف احلياة‬
‫القبلية‪ ،‬ومن اآلايت اليت أتمر بذلك هي سورة آل عمران ‪ ،731 :‬وسورة األنعام ‪:‬‬
‫‪ ،77‬وسورة العنكبوت ‪ .02 :‬خلق هللا اإلنسان وأكمله ابلعقل‪ ،‬والنظر‪ ،‬والسمع ليفهم‬
‫ما خلقه هللا يف األرض‪ .‬هذا البحث حبث مكتيب كيفي حيث أنه جيعل املكتبية مصدرا‬
‫أساسيا من خالل مجع البياانت مبدخل التفسري املوضوعي‪ .‬وصدرت البياانت األساسية‬
‫يف هذا البحث من كتاب األزهار للشيخ احلاج عبد املالك كرمي أمر هللا (‪.) Hamka‬‬
‫وفسر الشيخ احلاج عبد املالك كرمي أمر هللا تفسريا عن آايت السري إبكثارها من خالل‬
‫ّ‬
‫التاريخ‪ ،‬وحكاية عن اآلاثر األمم القدمية‪ ،‬وبالد القوم َّ‬
‫املعذبني لكفرهم‪ .‬يف السياق احلايل‬
‫السري يف االرض يسمى ايضا السفر او السياحة اليت هبا انواع خمتلفة من الوجهات‬
‫السياحية اليت ميكن زايرهتا‬

‫الكلمات األساسية ‪ :‬امر‪ ,‬السري‪ْ،‬حكا‬

‫‪x‬‬
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
NOTA DINAS PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN
MOTTO................................................................................................................ i

PEDOMAN LITERASI ....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Penegasan Istilah ....................................................................................... 6
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 7
F. Sistematika Penelitian ............................................................................... 8
BAB II ................................................................................................................. 9

KERANGKA TEORITIS..................................................................................... 9

A. Landasan Teori.......................................................................................... 9
B. Tinjauan Kepustakaan ............................................................................. 15
BAB III.............................................................................................................. 17

METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 17

A. Jenis Penelitian........................................................................................ 17
B. Sumber Data ........................................................................................... 17
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 17
D. Teknik Analisa Data ................................................................................ 18

xi
BAB IV ............................................................................................................. 20

PENAFSIRAN DAN ANALISIS ....................................................................... 20

A. Penafsiran Hamka tentang Perintah Berjalan di Muka Bumi .................... 20


B. Analisis ................................................................................................... 43
1. Manfaat adanya perintah berjalan di muka bumi ............................... 43
2. Kontekstual perintah berjalan di muka bumi dalam travelling ........... 46
BAB V............................................................................................................... 52

PENUTUP ......................................................................................................... 52

A. Kesimpulan ............................................................................................. 52
B. Saran ....................................................................................................... 53
DAFTAR KEPUSTAKAAN ............................................................................. 54

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 58

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cappadocia saat ini sangat viral di kalangan masyarakat Indonesia
maupun dunia sebagai salah satu tempat destinasi wisata yang harus
dikunjungi, bertempat di tengah Anatolia Turki, yang terkenal dengan balon
udaranya. Salah satu alasan mengapa banyak orang yang ingin mengunjungi
Cappadocia adalah karena batuan tufa yang bisa diukir dan dipahat dengan
sangat mudah. Selain itu orang-orang zaman dahulu menjadikan Cappadocia
ini menjadi tempat tinggal. Tidak hanya keindahan seni yang tak tertandingi
juga memberikan pesona yang sangat indah di kawasan ini, tetapi sejarah dan
signifikasinya memberi kita petunjuk tentang kehidupan dan ritual orang-
orang yang menetap di antara cerobong peri berbentuk jamur di Cappadocia
Pada tahun 1985, UNESCO menetapkan Taman Nasional Gerome dan
Situs Batu Cappadocia dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia. Sejak itu
Cappadocia telah menjadi tempat yang populer untuk pariwisata karena
misteri sejarah dan daya tariknya yang sangat special. Wisata paling populer
di Cappodocia adalah balon udara. Untuk bisa menikmati aktivitas ini, para
wisatawan bisa datang ke Gerome National Park untuk melihat pemandangan
yang sangat indah.1
Tujuan wisata lainnya yang dapat kita lihat salah satunya pada
program My Trip My Adventure, yaitu program acara televisi untuk
memberikan informasi kepada audien tentang keaneragaman wisata alam di
Indonesia dengan berbagai macam aktivitas yang menarik, dimana di
Indonesia memiliki pesona kekayaan alam yang sangat menarik untuk
dikunjungi. Program ini termasuk ke dalam program hiburan kategori

1
https://alamisharia.co.id/id/hijrahfinansial/lifestyle/its-my-dream-ini-dia-wisata-
cappadocia-dari=sejarah-hingga-biaya/?amp

1
pertunjukan dimana di dalamnya terdapat cerita perjalanan diberbagai daerah
di Indonesia dengan berbagai kegiatan yang memacu adrenalin. 2
Banyak orang terutama anak muda, cenderung mengikuti tern. Hal
tersebut memang wajar karena sebagian dari mereka belum mengenali apa
yang sebenarnya mereka sukai dalam hidup. Pun memahami secara mendalam
tentang diri mereka sendiri. Itulah mengapa travelling menjadi hal yang harus
dilakukan. Karena travelling kita akan di tuntut untuk mengambil berbagai
keputusan dalam menetukan arah, berpikir ke mana akan melangkah, dan apa
yang ingin dilakukan serta bagaimana cara mewujudkannya. 3
Ketika travelling, kita akan bertemu dengan banyak orang baru di
destinasi tujuan kita. Selain itu kita juga akan menemukan banyak perbedaan,
mulai dari bahasa, budaya, etika dan lain sebagainya. Hal inilah yang akan
membuat kita lebih memahami bahwa banyak sekali hal berbeda yang kita
temui. Kita pun akan belajar bahwa perbedaan itu membuat hidup lebih
bewarna, dan dengan itu, kita bisa lebih menghargai dan menghormati
keistimewaan yang dimiliki oleh orang dan setiap tempat yang kita kunjungi.
Kita juga dapat mengambil pelajaran yang positif untuk kemudian kita
terapkan sekembalinya kita ke tempat tinggal, hal ini pun berpotensi untuk
mengupgrade diri menjadi pribadi yang lebih baik.4
Travelling, melancong, atau melakukan perjalanan merupakan salah
satu aktivitas yang dapat menambah wawasan, memperkaya pengalaman dan
memperluas cakrawala manusia. Dengan melihat dunia luar, menapaki jalan-
jalan yang sama sekali baru bagi kita, menelusuri tempat-tempat baru di luar
tempat tinggal kita, maka akan kita dapatkan beragam pengalaman hidup
yang akan membuka mata kita, meluaskan pandangan kita tentang makna
hidup ini. 5

2
Devi Anggita Putri, “Pengaruh Program My Trip My Adventure Trans TV
Terhadap Perilaku Remaja Fanpage Facebook MTMA Surabaya”, Skripsi, Sekolah
Tinggi Ilmu Komunikasi: Almamater Wartawan Surabaya: 2016, hal 2
3
Edwin Santoso, Value Travelling, (Jakarta: PT Gramedia, 2019), hal 6
4
Ibid, hal 3
5

2
Allah SWT berulang-ulang mendorong hamba-Nya untuk berjalan di
permukaan bumi, agar dapat melihat keagungan ciptaanya, dan kebesaran
kekuasaan-Nya dalam bukti-bukti yang nyata, serta dalam penciptaan bahan-
bahan tambang, tumbuhan, hewan, dan udara. Ditambah dengan
memperhatikan sejarah umat-umat terdahulu sehingga mereka dapat
menangkap sunnah-sunnah Allah Subhanawata‟ala dalam alam ini, seperti
menghancurkan orang-orang zalim, mengokohkan kedudukan orang-orang
yang shaleh dan memberikan kekuasaan/khilafah kepada mereka. 6
Di dalam Al-Qur‟an, telah dijelaskan perintah untuk manusia
melakukan perjalanan di muka bumi ini, agar manusia dapat melihat
kekuasaan dan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang terhampar diseluruh
jagad raya ini, serta memperhatikan dan berpikir bagaimana negeri-negeri
orang sebelum mereka yang pernah Allah timpakan azab sehingga membuat
negeri itu hancur akibat kemaksiatan yang mereka lakukan.
Sebagaimana Allah Ta'la berfirman dalam Q.S al-An'am [6]: 11

          

Artinya : Katakanlah, "Berjalanlah di muka bumi, kemudian


perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.

Dalam Q.S Ali-Imran [3]: 137

           

 
Artinya: Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-
sunnah Allah, Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-
rasul).

6
Abdul Hakam Ash-Sha‟idi, Bepergian (Rihlah) dalam Islam, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1998), hal 19

3
Dalam Q.S ar-Rum [30]: 9

           

Artinya: Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka


bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-
orang sebelum mereka? .
Ketika Allah menyebut berjalanlah di muka bumi ini, itu artinya Allah
mengingatkan kita kepada alam ini, sehingga ada perjalanan alam, banyak hal
di alam ini yang dapat dijadikan objek wisata atau destinasi tujuan, karena
Allah menciptakan alam ini dengan kekhasan yang berbeda-beda. Melakukan
perjalanan dengan istilah modernya travelling atau pariwisata agar dapat
memberikan peringatan dan mengingatkan manusia sebagai hamba Allah.7
Ada sebuah nasihat bijak dari seorang ulama besar, yakni Imam Asy-
Syafi'i. Suatu ketika beliau pernah berpesan: "Bepergianlah, kamu pasti akan
mendapatkan pengganti apa yang kamu tinggalkan. Berusaha keraslah, karena
kenikmatan hidup ada pada kelelahan usaha keras. Aku melihat, air yang
berhenti itu merusak dirinya, kalau ia mengalir pasti akan baik, segan jika ia
berhenti akan buruk. Dan, kalaulah singa tidak meninggalkan tempatnya ia
tidak akan mendapat buruan. Demikian juga panah, kalau tidak bergerak
meninggalkan busur, dia tidak akan mengenai sasaran." Betapa inspiratif dan
penuh motivasi pesan yang beliau sampaikan. Inilah cerminan perjalanan
hidup seseorang yang sangat kaya pengalaman, luas cakrawalanya, dewasa
cara berpikirnya, peduli dengan masa depan umat. Beliau meyakini, bahwa
dengan melakukan perjalanan, rihlah, seseorang akan tumbuh menjadi
dewasa dalam bersikap dan bertindak 8.
Al-Hamdani, seorang ahli tarikh Islam pada abad ke-4 H, mendapati
masih banyak bekas peninggalan zaman purbakala negri Yaman di antara
bekas-bekas gedung dan istana yang indah. Kemudian, ketika Al-Hamdani

7
Rahmi Syahriza, “Pariwisata Syariah (Telaah Makna Kata Sara dan Derivasinya
dalam Al-Quran)”, Jurnal, Human Falah: Volume 1. No.2, UIN Sumatera Utara, 2014,
hal 141
8
Ibid, hal 180

4
membayangkan dan menyatakan sifat-sifat, bentuk-bentuk istana lama itu,
banyak orang yang kurang percaya dan menuduh apa yang dikatakan
Hamdani hanyalah dongeng khayalan dari tukang hikayat saja. Namun
setelah ditilik dengan seksama bahwa hamdani tidak akan memperoleh
keuntungan dari kedustaannya, tertariklah hati ahli-ahli Eropa hendak datang
menyaksikan sendiri ke sana, seperti Halifix, Arnot, dan Glazar. Mereka
dapat membuktikan sendiri bahwa yang diterangkan Hamdani dalam bukunya
itu benar adanya. 9
Menurut Hamka melakukan perjalanan di muka bumi salah satunya
dengan mengunjungi tempat-tempat purbakala, agar manusia dapat berfikir
dan merenungi bagaimana kesudahan atau azab yang menimpa kaum-kaum
terdahulu itu dengan hancurnya kota atau negri tersebut, yang sekarang ini
masih dapat kita temui bekas-bekas peninggalannya, yang dapat kita jadikan
sebagai pelajaran dan perenungan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan
manusia itu ada balasannya. Sangatlah besar faedah jika suka memperluas
pandangan dengan menjelajahi bumi. Di mana-mana kita akan melihat dan
membanding bagaimana akibat dari orang yang mendurhakai Allah, baik
dilihat pada bekas negeri purbakala yang telah runtuh dan masih berkesan,
atau akibat keruntuhan budi manusia karena meninggalkan budi dan tuntunan
Allah.
Term yang digunakan Al-Quran yang berkaitan dengan wisata atau
travelling ini adalah siru fii al-ard (berjalanlah kalian di muka bumi ) dan
afalam yasiru fii al-ard (tidakkah mereka berjalan di muka bumi). Istilah ini
dalam Al-Quran terulang 14 kali, tujuh dalam bentuk perintah, dan tujuh lagi
dalam bentuk pertanyaan. Kedua ungkapan ini mendorong manusia
melakukan perjalanan (wisata) ilmiah mengkaji alam dan fenomena yang
terjadi padanya.10

9
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Depok: Gema Insani, 2020) hal 50-51
10
Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi, Pesan-Pesan Al-Quran tentang Pendidikan,
(Jakarta: Amzah, 2013) hal 133

5
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk lebih mengkaji pembahasan ini
dengan mengambil pemahaman mufassir yang mampu mengungkapkan
makna yang terkandung dalam Al-Quran tentang perintah melakukan
perjalanan di muka bumi ini, berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Kontekstualisasi Perintah Berjalan di
Muka Bumi dalam Pemikiran Buya Hamka (Kajian Tematik)”.

B. Penegasan Istilah
1. Kontekstualisasi: Dalam KBBI konteks berarti bagian suatu uraian
atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna
atau situasi yang ada hubungannya dengan satu kejadian. Dalam
pengertian yang lain kontektual berarti keadaan atau situasi dimana
suatu kalimat atau perkataan itu dikatakan. Indikator-indikator yang
berada dalam situasi dimana kata-kata tersebut diucapkan ikut
mempengaruhi11.
2. Berjalan : dalam bahasa inggris disebut dengan travel yang artinya
bepergian dari suatu tempat ke tempat lain untuk bekerja, bersenang-
senang, atau pindah tempat tinggal dan lain-lain:beberapa perjalanan di
sebut berpariwisata.12
3. Hamka: Haji Abdul Malik Karim Amrullah penulis kitab tafsir Al-
Azhar.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas, penulis perlu membatasi masalah
yang akan diteliti. Di pembahasan ini, penulis membatasi dengan mengkaji
ayat-ayat yang makna lafazhnya sesuai dengan pembahasan yang penulis
teliti tentang perintah berjalan di muka bumi ini. Di dalam Al-Quran penulis
temukan lafazhnya bershigat fi'il mudhri' dan fi'il Amr, yang terdapat terdapat
dalam 14 ayat 12 surah dengan makna dan lafaznya sama yaitu: Q.S ali-
Imran [3]: 137, Q.S al-An'am [6]: 11, Q.S Yusuf [12]: 109, Q,S an-Nahl [16]:
11
Andi Ancruh AB Pasinringi, Al-Quran; Pertentangan antara Teks dan Konteks
(Suatu Debat yang Berkepanjangan), jurnal Piramida volume 7, nomor. 1, 2012, hal 23
12
Surjanto, A. Winarno, Dkk, Kamus Istilah Pariwisata, (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional: Jakarta 2003), hal 259

6
36, Q.S al-Hajj [22]: 46, Q.S an-Naml [27]: 69, Q.S al-Ankabut [29]: 20, Q.S
ar-Rum [30]: 9, 42, Q.S as-Saba' [34]: 18, Q.S Faathir [35]: 44, Q.S al-
Mu'min [40]: 21, 82, Q.S Muhammad [47]: 1013. Ayat-ayat tersebut
dijelaskan menurut penafsiran Buya Hamka dalam kitab tafsir Al-Azhar.
Hamka menafsirkan ayat-ayat tersebut
D. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penafsiran tentang ayat-ayat perintah berjalan di muka
bumi menurut Buya Hamka?
b. Bagaimana kontekstualisasi perintah berjalan di muka bumi dalam
travelling?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui penafsiran tentang ayat-ayat perintah berjalan di
muka bumi menurut Buya Hamka
b. Untuk mengetahui kontekstualisasi perintah berjalan di muka bumi
dalam travelling
2. Manfaat Penelitian

a. Menambah pengetahuan bahwa Allah memrintahkan atau


menganjurkan untuk melakukan perjalanan bukan hanya untuk
bersenang-bersenang, tetapi agar kita dapat memperhatikan tanda-
tanda kebesaran-Nya.
b. Menambah pengetahuan kita tentang hikmah-hikmah yang dapat
kita ambil ketika melakukan perjalanan.
c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana strata 1
(S1) bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin UIN
Suska Riau.

13
Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Muhfaras Li Al-Fazh Al-Quran
Al-Karim, (Beirut Dar Al-Fikr, 1978) hal, 374

7
F. Sistematika Penelitian
Skripsi ini terdiri atas lima bab berikut, yaitu:
Bab pertama, berisikan pendahuluan. yang terdiri dari latar
belakang, penegasan istilah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, mencakup kerangka teori yang terdiri dari landasan
teori dan tijauan kepustakaan.
Bab ketiga, mencakup tentang metodologi penelitian yang terdiri
dari, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.
Bab keempat, membahas tentang analisis penelitian yaitu jawaban
dari rumusan masalah
Bab kelima, penutup berisi kesimpulan dan saran.

8
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori
1. Berjalan
a. Pengertian Berjalan
Arti kata berjalan menurut KBBI adalah “melangkahkan kaki
bergerak maju, bergerak maju dari suatu titik (tempat), bepergian” 14.

Berjalan dalam bahasa arab disebut dengan,‫ السري‬artinya orang yang

bepergian (berjalan)15 kalimat masdar dari kata ( ‫ يسري‬- ‫سار‬ ). Sedangkan

dalam bahasa inggris disebut dengan travel yang artinya bepergian dari
suatu tempat ke tempat lain untuk bekerja, bersenang-senang, atau pindah
tempat tinggal dan lain-lain:beberapa perjalanan di sebut berpariwisata. 16
Travel berasal dari sansekerta dengan arti perjalanan, yang saat ini
berkembang dengan motivasi yang bersifat “Rekreatif” yaitu dengan
tujuan liburan, secara ilmiah Travel adalah perjalanan dan persinggagahan
yang dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya dengan berbagai
motivasi atau dengan berbagai maksud dan tujuan , tetapi bukan untuk
berpindah tempat tinggal dan menetap ditempat yang dikunjungi atau
disinggahi, atau untuk melakukan pe kerjaan-pekerjaan dengan mendapat
upah. Berpetualang, olahraga dan liburan.17
Imam Nawawi mengatakan Allah subhanawata‟ala menyuruh agar
kita berjalan, perjalanan itu dibagi menjadi dua yaitu perjalanan dengan
kaki dan perjalanan dengan hati.
Pertama, perjalanan dengan kaki adalah berjalan di muka bumi
dengan kaki atau kendaraan seperti onta, mobil, pesawat, dan sebagainya

14
https://kbbi.web.id/jalan.html
15
Ar-Raghib Al-Ashfahani, Mufradat Fii Gharibil Qur’an, (Dar Ibnul Jauzi,
Mesir), hal 306
16
Surjanto, A. Winarno, Dkk, Kamus Istilah Pariwisata, (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta 2003), hal 259
17
Destira Ning Dias, “Pengkaryaan Perancangan Buku Panduan Untuk Calon
Traveler”, Skripsi, Bandung: Universitas Pasundan Bandung, 2019, hal 7.

9
sehingga dapat melihat apa yang dilakukan oran-orang kafir dan bagaiman
keadan mereka.
Kedua, perjalanan dengan hati. Hal ini dilakukan dengan cara
merenungkan dan memikirkan tentang berita-berita yang disampaikan
tentang mereka.18
Menurut Sayyid Qhutub dalam Tafsirnya berjalan di Muka bumi
itu adalah untuk melihat, mentadabburi dan mengambil ibrah. Juga untuk
mengetahui hukum-hukum Allah yang tergariskan dalam pelbagai
peristiwa dan kejadian. Sebagai mana tercatat dalam puing-puing yang
tersisa, dan dalam sejarah yang dituturkan tentang kejadian-kejadian itu,
yang terjadi bagi bumi dan penduduk daerah itu. 19
Menurut M. Quraish Shihab bahwa berjalanlah di muka bumi
maksudnya memerintahkan melakukan perjalanan di permukaan bumi,
atau katakanlah berwisata. Tetapi perjalanan tersebut hendaknya disertai
dengan upaya melihat dengan mata kepala hati, yakni melihat sambil
merenungkan dan berpikir menyangkut apa yang dilihat, terutama
menyangkut kesudahan yang dialami oleh generasi terdahulu, yang puing
puing peninggalannya terbentang dalam perjalanan.20

b. Bentuk-bentuk perjalanan
Menurut Dr. Abdul Hakim Ash-Sha‟idi dalam bukunya yang
berjudul Ar-Rihlatu Fii Islami, Islam membagi bepergian atau perjalanan
dalam lima kelompok yaitu:
1) Bepergian untuk mencari keselamatan seperti hijrah yaitu keluar
dari negara yang penuh bid‟ah atau dominasi haram.
2) Bepergian untuk tujuan keagamaan seperti menuntut ilmu,
menunaikan ibadah haji, jihad dijalan Allah, berziarah ke tempat-

18
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, cetakan 1, (Jakarta:
Darul Falah, 2005), hal 506
19
Sayyid Quthb, Tafsir FI Zhilalil Quran, Juz VII, ( Jakarta: Gema Insani Press,
2000), hal 33
20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid III, (Jakarta: Lentera Hati, 2012), hal 29

10
tempat mulia, mengunjungi kerabat atau saudara karena Allah, dan
bepergian untuk mengambil ibrah atau menegakkan kebenaran dan
keadilan.
3) Bepergian untuk kemaslahatan duniawi seperti mencari kebutuhan
hidup atau mencari nafkah.
4) Bepergian karena urusan kemasyarakatan seperti menengahi
pertikaian, menyampaikan dakwah, dan bermusyawarah.
5) Bepergian untuk kepentingan turisme atau kesenangan semata. 21

c. Hikmah berjalan di muka bumi


Allah subhanawata‟ala memerintahkan kita untuk berjalan dimuka
bumi, untuk mengambil hikmah sebanyak-banyaknya dari kegiatan
travelling atau bepergian itu,22 diantara hikmahnya adalah sebagai berikut:
1) Merenungkan hakikat kehidupan
Dengan melakukan perjalanan di bumi sebagaimana diperintahkan
dalam Al-Quran, seseorang akan menemukan banyak pelajaran berharga
baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam, maupun
dari peninggalan-peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya.
Pandangan kepada hal-hal baru itu akan mengantar seseorang yang
menggunakan pikirannya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak
ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa di balik peristiwa dan ciptaan itu
wujud satu kekuatan dan kekuasaan yang Maha Besar lagi Maha Esa yaitu
Allah Subhanawata‟ala. 23
2) Mempelajari sejarah
Berpergian ke berbagai penjuru bumi dengan memperhatikan
jejak-jejak yang ditinggalkan oleh umat-umat terdahulu yang dihancurkan
Allah SWT disebabkan mereka mendustakan para Rasul. Berjalanlah di
muka bumi, perhatikanlah perkara orang yang menentang para rasul dan
mendustakan kebenaran, seperti bangsa Ad dan Tsamud. Bagaimana Allah
21
Rahmi Syahriza, hal 138
22
http;s//islamic-center.or.id/hikmah-travelling-dalam-al-quran/
23
M. Quraish Shihab, Jilid X, hal 468

11
SWT membinasakan mereka karena dosa dosa mereka. Perhatikanlah
nasib orang-orang yang mendustakan para rasul mereka. Supaya kalian
bisa memetik pelajaran akibat yang mereka terima. Karena Orang yang
berakal adalah orang yang mengambil pelajaran dari apa yang menimpa
kelompok orang-orang sesat yang mendustakan, bagaimana nasib mereka
berujung kepada kehancuran, adzab, dan kebinasaan. 24 puing-puing kaum
terdahulu banyak dijumpai dalam sejarah umat manusia, sebagian jejaknya
dapat menceritakan kisahnya, dan sebagian lainnya terpelihara dari mulut
ke mulut, atau tercatat dalam kertas dan buku. Sebab, didalamnya terdapat
makna yang menunjukkan aneka hakikat yang kokoh pada langkah
perjalanan umat manusia, karena kisah itu berpengaruh dalam terhadap
jiwa manusia.
3) Tafakur melalui alam
Berjalanlah kalian wahai orang-orang yang mengingkari
kebangkitan di bumi. Lihatlah bagaimana Allah mulai menciptakan langit
dan segala yang ada di dalamnya, yakni bintang-bintang terang dan
menetap dan berjalan, bumi-bumi dan semua yang ada di dalamnya, yakni
gunung-gunung, hamparan, lembah, daratan, tanah kosong, pepohonan,
buah-buahan, sungai dan lautan. Semua itu menunjukkan bahwa ia baru
dan ada penciptanya yang membuat dan bebas memilih, jalankan pikiran
kalian di bumi dan jelaskanlah dibenak kalian mengenai kejadian-kejadian
yang ada di luar diri kalian, supaya kalian mengetahui awal penciptaan.
4) Mengenal peradaban di bumi
Al-quran bertanya dan mendorong mereka melakukan perjalanan
di bumi dengan mata terbuka, perasaan yang peka, dan kalbu yang cermat
supaya dapat melihat dan merenungkan apa yang terjadi sebelumnya di
bumi dan apa yang mereka alami. Kaum terdahulu itu lebih banyak, lebih
kuat, dan lebih kaya. Di antara mereka ada generasi dan umat sebelum
bangsa arab. Allah mengisahkan sebagiannya kepada Rasul-Nya, tetapi

24
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir, jilid VII, (Jakarta: Gema Insani, 2014), hal
388

12
sebagian lagi tidak dikisahkan. Di antara mereka ada umat yang kisahnya
diketahui orang Arab dan peninggalannya dilalui. 25

d. Tujuan berjalan di muka bumi


Travelling atau bepergian ke berbagai tempat di seluruh dunia
dengan tujuan tertentu diantaranya:
1) Untuk beribadah seperti haji dan umrah.
2) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan agama seperti sepeti
ke tempat yang menyimpan sejarah tentang Islam.
3) Untuk berdakwah dan menyiarkan agama Islam.
4) Pergi ke tempat-tempat untuk melihat bebagai peninggalan
sebagai nasehat, pelajaran dan manfaat lainnya.
5) Menikmati indahnya alam yang indah sebagai pendorong jiwa
manusia untuk menguatkan keimanan terhadap keesaan A llah dan
memotivasi menunaikan kewajiban hidup. 26

3. Travelling
a. Pengerian Travelling
Travelling dalam KBBI, adalah melancong yaitu berpindah disuatu
tempat ketempat lainnya dengan alas an, seperti bisnis, hiburan dan
sebagainya. Aktivitas travelling kebanyakan dianggap sebagai hobi
ketimbang pekerjaan. Dalam perkembangannnya travelling mempunyai
sebutan baru seperti backpacker. Melakukan perjalanan dan menjelajahi
tempat-tempat baru yang memberi manfaat bagi hidup. Selain mengenal
budaya baru btravelling juga membentuk pola piker yang jauh lebih baik.27
Travelling adalah keseluruhan gejala (fenomena) dan hubungan-
hubungan (relationship) yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persing

25
Sayyid Quthb, Juz XXIV, hal 141-142
26
Rahmi Syahriza, hal 141
27
Besti Rohana Simbolon, “Pengaruh Budaya Digital Terhadap Minta Trvelling
(Instagram @visit_Symut dan Minat Travelling Komunitas Pecinta Alam Adventur Anak
Nyasar Medan)”, Jurnal Darma Agung, volume XXVI. Nomor 1, hal 5

13
gahan manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk
tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan yang menghasilkan
upah. 28
b. Jenis-jenis Travelling
1) Backpacker Adalah sebutan untuk traveller yang biasanya
melakukan perjalanan bermodal sangat minim dengan hanya
membawa satu tas ransel besar.
2) Solo travelling adalah travelling yang dilakukan seorang diri, tanpa
teman, rombongan, ataupun pemandu wisata yang berarti pelakunya
benar-benar berpetualang sendirian kemanapun yang dia mau.
3) Flashpacker adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang-
orang yang melakukan travelling dengan dana yang cukup besar,
tetaoi tidak terlalu besar untuk bisa dikatakan sebagai turis. Kondisi
flashpacker ini bisa diposisikan berada antara backpacker dan turis.
4) Babymoon istilah travelling iniditujukan bagi seseorang yang
berwisata (biasanya keluar negeri) membawa istri yang sedang hamil
besar. Biasanya travelling babymoon ini dilakukan bagi kalangan
menengah ke atas.
5) Glamping adalah berwisata dengan tujuan untuk mencari pegalaman
seru dengan menginap di tepi pantai.glamping adalah camping ala
hotel bintang lima.
6) Rekreasi adalah travelling yang berbeda dengan jenis-jenis lain,
dimana rekreasi biasanya melibatkan jasa biro perjalanan untuk
mengunjungi suatu tempat wisata serta dilakukan bersama keluarga,
kelompok rekan kerja, atau perkumpulan lainnya dalam jumlah
banyak.
7) Daycation adalah liburan yang dilakukan selama satu hari penuh,
hanya saja berbeda dengan rekreasi pada umunya, jenis travelling ini

28
Destira Ning Dias, “Pengkaryaan Perancangan Buku Panduan Untuk Calon
Traveler”, Skripsi, Bandung: Universitas Pasundan Bandung, 2019, hal 7.

14
dilakukan oleh orang-orang yang super sibuk, dimana sedikit waktu
luang untuk berlibur.
8) Staycation adalah istilah travelling dimana pelakunya tidak
mementingka fasilitas tetapi yang penting menyenangkan.
9) Vagabond adalah istilah travelling yang digunakan untuk menyebut
para traveller yang melakukan perjalanan wisata atau petualangan
secara nomaden (berpindah-pindah).
10) Wisata kuliner termasuk jenis travelling, meskipun lebih spesifik ke
makanan. Wisata kulinar adalah perjalanan untuk mencicipi
makanan-makanan khas di suatu tempat.29

c. Hikmah Travelling
Perjalanan yang bermanfaat adalah ketika seseorang dapat
mengambil hikmah dari setiap perjalanan yang dilakukannya dan
mengaplikasikan ke dalam hidupnya, diantara hikmah travelling adalah
sebagai berikut:
1) Merenungkan hakikat kehidupan
2) Tafakur melalui alam
3) Mensyukuri nikmat sehat
4) Makin meyakini kebenaran Al-Quran
5) Menambah teman atau networking
6) Menambah pengalaman dan wawasan30

B. Tinjauan Kepustakaan
Setelah melakukan tinjauan kepustakaan, selain menitik beratkan
pembahasan pada kitab tafsir yang telah disebutkan di batasan masalah,
penulis menemukan pembahasan mengenai karya tulis diantaranya :
Jurnal, Rahmi Syahriza, Pariwisata Syariah (Telaah Makna Kata
Sara dan Derivasinya dalam Al-Quran), Jurnal Human Falah, UIN

29
Rizem Aizid, Cuuus!Ke Luar Negri Gratis Cuma Modal Hobi, (Yogyakarta:Laksana,
2019), hal 19-23
30
https://bisniswisata.co.id/traveling-diperintahkan-allah-dan-ambil-hikmahnya/

15
Sumatera Utara, 2014. Mengakaji tentang pariwisata dalam Al-Quran
dengan melihat ayat-ayat yang memakai kata Sara dan derivasinya dalam
Al-Quran, dan mengaitkannya kepada pengembangan industri pariwisata
yang berbasis syariah sebagai salah satu motivasi untuk membuka biro
perjalanan untuk wisata religius selain haji dan umrah.
Skripsi, oleh Indah Murni Mahardini, Anjuran berwisata dalam Al-
Quran dan Implikasi Wisata Ziarah terhadap Makam Walisongo, 2015.
Mengkaji tentang penafsiran ayat-ayat tentang wisata menurut para
mufassir dan hubungannya dengan wisatawan ziarah ke makam
Walisongo. Penelitian ini di fokuskan pada anjuran berwisata dalam Al-
Quran serta implikasi wisata terhadap pembenahan akhlak.
Jurnal, oleh Johan Arifin, Wawasan Al-Quran dan Sunnah tentang
Pariwisata, an-Nur, vol. 4, No. 2, 2015. Fakultas Ushuluddin UIN Suska
Riau. Mengkaji tentang anjuran pariwisata serta tujuan dan etika pengelola
pariwisata dalam dalam Al-Quran dan Sunnah. Penelitian ini difokuskan
terhadap ajaran Al-Quran dan Sunnah.
Skripsi, oleh Nurul Hidayati, Makna Rihlah dan Safar dalam Al-
Quran Studi Penafsiran Ibnu Katsir dan M. Quraish Shihab, Universitas
Negri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017. Mengkaji tentang makna rihlah
dan safar dalam Al-Quran serta perbedaan makna yang terdapat pada
kedua lafaz melalui penafsiran Ibnu Katsir dan Quraish Shihab (studi
komparatif).

16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), yang
bersifat kualitatif yaitu dengan menjadikan kepustakaan sebagai sumber
utama, yang objek utamanya dari berbagai literarure yang ada dan
mempergunakan sumber-sumber tertulis yang ada hubungannya dengan
pokok permasalahan .
B. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang
bersumber dari data tertulis. Diantaranya adalah kitab, buku, jurnal, dan
artikel yang membahas kajian ini, sumber data dalam penelitian ini dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Data Primer
Sebagai data utama dalam penelitian ini adalah Kitab Al-Azhar
karya Buya Hamka.
b. Data Sekunder
Sebagai data penunjang dalam penelitian ini adalah kitab tafsir dan
buku-buku lain yang ada relevensinya dalam penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, dilakukan melalui
beberapa tahap yaitu, mengumpulkan buku-buku, mengklasifikasikannya
sesuai dengan jenisnya, membaca dan mengutip, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam melacak ayat tersebut meggunakan
Mu'jam al-Mufahras li al- Fadz al-Qur'an karya Muhammad Fa'ad Abdi
Baqi. Dan indeks al-Qur'an, yang terdapat dalam Al-Quran al-Bayan.
Selanjutnya data-data yang terkumpul tersebut di analisa dengan
pendekatan Tafsir Maudhu'i (Tafsir Tematik) dengan menggunakan data
utama yaitu Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka dan berbagai tafsir

17
diantaranya: TafsirFi Zilalil Quran, Tafsir al-Munir, dan Tafsir Quraisy
shihab.
D. Teknik Analisa Data
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa penelitian ini
merupakan Library Risearch, maka metode analisis yang tepat adalah
dengan annalisis konseptual. Yaitu mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti, yang berbentuk teks-teks, tulisan
dan penafsiran para mufassir sebagai bentuk kemukjizatan al- Qur'an.
Kemudian penafsir mulai memberikan keterangan, penjelasan dan menarik
kesimpulan.
Adapun metode penelitian ini telah disebutkan diatas bahwa
metode yang digunakan adalah metode Maudhu‟i atau metode tematik.
Agar menghasilkan pembahasan yang sinkron dan relevan maka disusun
langkah-langkah metode tafsir Maudhu‟i yang dijelaskan dalam kitab
Abdul Hay Farmawy sebagai berikut:
1. Menetapkan masalah yang akan dibahas/topic
2. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan dengan masalah
tersebut.
3. Menyusun runtutan ayat yang sesuai dengan masa turunny, disertai
dengan asbabul nuzulnya.
4. Memahami korelasi ayat- ayat tersebut dalam surahnya masing-
masing.
5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang yang sempurna.
6. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang sesuai dengan
pokok pembahasan.
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan
menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama
antara yang umum dan yang khusus, terikat atau yang bertentangan,

18
sehingga kesemuannya bertemu dalam suatu muara tanpa perbedaan
dan pemaksaan.31

31
Jani Arni, Metode Penelitian Tafsir, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2013), hal 81-82

19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penafsiran Buya Hamka pada ayat-ayat perintah
berjalan di muka bumi bahwa hamka menjelaskan dengan ayat-ayat
seperti ini manusia dianjurkan memperluas pemandangan, supaya
faham dan dapat memperbandingkan di antara suatu tempat dengan
tempat yang lain, melihat di mana kelebihan orang dan di mana
kekurangan kita atau sebaliknya, serta memantapkan ilmu dengan
mengadakan riset atau penyelidikan. Membaca suatu pengetahuan
dengan mengadakan penyelidikan melihat sendiri bekas itu,
mendengar sendiri kalau disana ada bunyi, merenungkan daerah,
tanah, wilayah dan manusianya, jauh lebih berkesan dalam jiwa dan
ingatan daripada hanya membaca di buku-buku saja. Dalam
penafsirannya, Hamka menjelaskan dengan penafsiran yang diperkaya
dengan pendekatan sejarah.

2. Kontekstualisasi perintah berjalan di muka bumi dalam travelling


adalah Kontekstualisasi mempunyai pengertian upaya untuk
menerapkan kandungan makna suatu teks yang dipahami dari suatu
wacana dalam konteks tertentu di masa lalu ketika teks itu dibuat
untuk kemudian diterapkan dalam konteks yang berbeda di masa kini.
Ketika Allah perintahkan untuk berjalan di muka bumi ini, itu artinya
Allah mengingatkan kita kepada alam ini, sehingga ada perjalanan
alam, banyak hal di alam ini yang dapat dijadikan objek wisata atau
destinasi tujuan, karena Allah menciptakan alam ini dengan banyak
ragamnya. Melakukan perjalanan dengan istilah modernya travelling
atau pariwisata tujuannya untuk memperkokoh iman kepada Allah dan
mengingatkan manusia sebagai hamba-Nya.

52
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran yang
kedepannya karya tulis ini bisa menjadi lebih baik, masukan-masukan yang
dapat menambah dan memperkaya tentang penulisan ini. Sehingga dapat
menyempurnakan penelitian ini.
Penulis merekomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian lebih lanjut agar dapat melengkapi dan mengembangkan penelitian
ini dengan tinjauan yang lebih luas dan menarik.
Untuk pembaca atau masyarakat dapat memahami makna berjalan di
muka bumi ini yang telah di jelaskan oleh Buya Hamka agar kita menjadi
manusia yang lebih baik lagi.

53
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Quranul Karim
Abdul Hakam Ash-Sha‟idi, Bepergian (Rihlah) dalam Islam, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1998)
Adib Munawar, Nawir, Potensi Wisata Alam Dalam Kawasan Hutan
Pemanfaatan dan Pengembangan,(Studi Kasus di Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan), (Makassar:Inti Mediatama, 2019)
Ali Nur Rofiq, “Kontekstualisasi Makna Jihad dalam Al-Quran Telaah Tafsir
Al-Azhar Karya Hamka”, Thesis, Program Studi Ilmu Al-Quran dan
Tafsir, Pascasarjana IAIN Tulungagung
Ahmadi, Pengantar Agrowisata I (pembelajaran dari Berbagai Sudut
Pandang), (Malang: International Research Development For
Human Beings, 2017)
Andi Ancruh AB Pasinringi, Al-Quran; “Pertentangan antara Teks dan
Konteks (Suatu Debat yang Berkepanjangan)”, jurnal Piramida
volume 7, nomor. 1, 2012
Ar-Raghib Al-Ashfahani, Mufradat Fii Gharibil Qur’an, (Dar Ibnul Jauzi,
Mesir)
A. W Munawwir, Kamus AL-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997)
A.Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta:Amzah, 2009)
Besti Rohana Simbolon, “Pengaruh Budaya Digital Terhadap Minta
Trvelling (Instagram @visit_Symut dan Minat Travelling Komunitas
Pecinta Alam Adventur Anak Nyasar Medan)”, Jurnal Darma
Agung, volume XXVI. Nomor 1
Destira Ning Dias, “Pengkaryaan Perancangan Buku Panduan Untuk Calon
Traveler”, Skripsi, Bandung: Universitas Pasundan Bandung, 2019,
Devi Anggita Putri, “Pengaruh Program My Trip My Adventure Trans TV
Terhadap Perilaku Remaja Fanpage Facebook MTMA Surabaya”,

54
Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi: Almamater Wartawan
Surabaya: 2016
Didi Junaedi, Qur'anic Inspiration, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014)
Edwin Santoso, Value Travelling, (Jakarta: PT Gramedia, 2019),
I Ketut Suwena dan I gusti Ngurah Widyatmaja, Pengetahuan Dasar Ilmu
Pariwisata, ( Denpasar: Pustaka Larasan:2017),
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Depok: Gema Insani, 2020)
, Tafsir Al-Azhar, jilid ke II, cet. VII, (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, 2007)
, Tafsir Al-Azhar, jilid ke III, cet.VII, (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, 2007)
, Tafsir Al-Azhar, jilid ke V, cet. VII, (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, 2007)
, Tafsir Al-Azhar, jilid ke VII, cet. VII, (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, 2007)
, Tafsir Al-Azhar, jilid ke VIII, cet. VII, (Singapura: Pustaka
Nasional PTE LTD, 2007)
, Tafsir Al-Azhar, jilid ke XI, cet. VII, (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, 2007)
, Tafsir Al-Azhar, jilid ke X, cet. VII, (Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, 2007)
Jani Arni, Metode Penelitian Tafsir, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2013),
Jussac M. Masjhoer, Pengantar Wisata Bahari, (Yogyakarta: Khitah
Publishing, 2019)
Johan Arifin, Wawasan Al-Quran dan Sunnah tentang Pariwisata, Jurnal,
an-Nur, vol. 4, No. 2, 2015
Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi, Pesan-Pesan Al-Quran tentang Pendidikan,
(Jakarta: Amzah, 2013)
Kementerian Agama RI, Al-quran dan Terjemahannya Juz 1-30, (PT Sygma
Examedia Arkanleema, Bandung: 2010)

55
Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Muhfaras Li Al-Fazh Al-
Quran Al-Karim, (Beirut Dar Al-Fikr, 1978)
Muhammad Thaib Muhammad, “Kisah Shaleh A.s dan Tsamud dalam Al-
Quran”, Jurnal, (Fakultas dan Adab Humaniora UIN ar-Raniry
Banda Aceh: 2017),
Munawir Muhammad Fairuz, Kamus Al-Munawir Indonesia Arab,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 2007)
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Pustaka Mizan
1993),
, Tafsir Al-Misbah, jilid III, (Jakarta: Lentera Hati, 2012)
, Tafsir Al-Misbah, jilid X, (Jakarta: Lentera Hati, 2012)
,Wawasan Al-Quran Tafsir Tematik atas Pelbagai
Persoalan Umat, (Bandung: Mizan Pustaka: 2007)
Nita Andriani, “Fenomena Wisata Religi Bait Al-Quran Al-Abar terhadap
Peningkatan Kehidupan Beragama di RT 03 RW 01 Gandus Kota
Palembang”, Skripsi, UIN Raden Fatah Palembang,
Rahmi Syahriza, Pariwisata Syariah (Telaah Makna Kata Sara dan
Derivasinya dalam Al-Quran), Jurnal, UIN Sumatera Utara, 2014
Rizem Aizid, Cuuus!Ke Luar Negri Gratis Cuma Modal Hobi,
(Yogyakarta:Laksana, 2019),
Sayyid Quthb, Tafsir FI Zhilalil Quran, Juz XX, ( Jakarta: Gema Insani
Press, 2000)
, Tafsir FI Zhilalil Quran, Juz XXIV, ( Jakarta: Gema Insani
Press, 2000)
Surjanto, A. Winarno, Dkk, Kamus Istilah Pariwisata, (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta 2003)
Sutrisno, “Kisah dan Materi Dakwah Nabi Hud”, Jurnal, Volume 13 Nomor
1, (Pascasarjana Universitas Isalam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta: 2017)
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, cetakan 1,
(Jakarta: Darul Falah, 2005)

56
Tohir Bawazir, Panduan Praktis Wisata Syariah, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2013)
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir, jilid VII, (Jakarta: Gema Insani, 2014)
, Tafsir Al-Munir, jilid XII, (Jakarta: Gema Insani, 2014)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mada%27in_Salih (diakses pada tanggal 12
desember 2021)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sodom_dan_Gomora (diakses pada tanggal
12 desember 2021)
https://alamisharia.co.id/id/hijrahfinansial/lifestyle/its-my-dream-ini-dia-
wisata-cappadocia-dari=sejarah-hingga-biaya/?amp (diakses pada
tanggal 17 Januari 2022)
https://islamic-center.or.id/hikmah-travelling-dalam-al-quran/ (diakses pada
tanggal 17 Januari 2022)
https://kbbi.web.id/jalan.html (diakses pada tanggal 17 Januari 2022)
https://www.kanal.web.id/pengertian-wisata-budaya (diakses pada tanggal 19
Januari 2022)
https://bisniswisata.co.id/traveling-diperintahkan-allah-dan-ambil-
hikmahnya/ (diakses pada tanggal 19 Januari 2022)

57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata
Nama : Lailatul Rahni
Ttl : Limo Suku, 04 Februari 1997
Nim : 11632200916
No.Hp : 085263698864
E-Mail : rahnilaila@gmail.com
Nama Ayah : Yursal
Nama Ibu : Lenni
Alamat : Jln. Lukok Limo Sungai Pua
Kab.Agam Sumatera Barat
B. Riwayat Pendidikan
Tk Al-Irsyad Bulaan Kamba
Sdn 03 Limo Suku Sungai Pua
Mts Pondok Pesantren Diniyah Limo Jurai
Ma Pondok Pesantren Diniyah Limo Jurai
S1 Universitas Sultan Syarif Kasim Riau

58

Anda mungkin juga menyukai