Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Fakultas Ushuluddin
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, serta telah memberikan kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Hadits Tentang Takwa Dan
Hubungannya Dengan Perbuatan Yang Baik”.
Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yakni Nabi Muhammad SAW., dengan mengucapkan Allahumma Sholli ‘ala
Sayyidina Muhammad wa’ala Ali Sayyidina Muhammad, semoga kita
mendapatkan syafa'atnya diakhirat kelak.
Kami mengucapkan Terima kasih kepada Bunda Dr. Laila Sari Masyhur,
M.A selaku dosen Matakuliah Hadits-hadits Tentang Sosial Budaya, serta
kepada berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk penulisan
makalah selanjutnya dari para pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan lebih bagi para pembaca dan juga bagi kami selaku
pemakalah.
Penulis Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Hadits dan Makna Taqwa.............................................................................2
B. Hakikat, Tingkatkan dan Sifat Taqwa...........................................................5
C. Realisasi Taqwa dalam kebaikan..................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
a)
PENDAHULUAN
b) Latar Belakang
Secara etimologi, hadis adalah kata benda (isim) dari kata al-Tahdis yang
berarti pembicaraan. Sedangkan pengertian hadits secara terminology adalah
Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan atau
persetujuan atau sifat.1
Hadis memiliki banyak cabang dalam temanya seperti ilmu fiqih, aqidah,
akhlak, dan lain sebagainya. Salah satu temanya ialah tentang takwa. Hadis
tentang takwa merupakan salah satu hadis yang perlu diketahui dipelajari
dipahami dan dapat diterapkan sebagai bekal dalam bertakwa.
Takwa adalah sikap mental yang positif , berupa waspada dan mawas
diri sedemikian rupa sehingga dapat melaksanakan segenap perintah-Nya dan
menjauhi segala laranngan-Nya. Perintah bertakwa kepada Allah swt banyak
diungkapkan dalam alquran, diantaranya pada surah al-Imran ayat 102 yaitu :
ٰيٓاَُّي َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُوا َّات ُقوا ال ٰلّهَ َح َّق ُت ٰقىتِ ٖه َواَل مَتُْوتُ َّن اِاَّل َواَْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan Muslim”.
1
M.Si Khusniati Rofiah, “Ulumul Hadis Dan Cabang-Cabangnya,” Studi Ilmu Hadis
(2018): 99–103.
1
hidupnya senantiasa mendapat keridhaan dari Allah Swt dan terhindar dari
perbuatan yang tercelah.2
Cara bertakwa dapat dipelajari melalui kalam Allah dan hadis Rasulullah
yang berhubungan dengannya, maka makalah ini akan membahas mengenai hadis
tentang takwa dan hubungannya dengan perbuatan yang baik.
c) Rumusan Masalah
g) Tujuan Penulisan
2
Abdul Halim Kuning, “Takwa Dalam Islam,” Jurnal Istiqra’ 6, no. 1 (2018): 103–110.
d)
PEMBAHASAN
1. Hadits tentang Takwa Kepada Allah SWT. Dan Akhlak yang Terpuji
ب ب ِن ُجنَ َاد َة َوَأيِب َعْب ِد الرَّمْح َ ِن ُم َع ِاذ بْ ِن َجبَ ٍل َر ِض َي اهللُ َعْن ُه َما َع ْن
ِ َعن َأيِب ذَ ٍّر جْن ُد
ُ ْ ْ
َّ َوَأتْبِ ِع،ت ِ ِ ِ
،السيَِّئةَ احلَ َسنَةَ مَتْ ُح َها َ (ات َِّق اهللَ َحْيثُ َما ُكْن:صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال
َ َر ُسول اهلل
َح َس ٌن:ُّس ِخ
َ ض الن ٌ ْ َح ِدي:َّاس خِب ُلُ ٍق َح َس ٍن) َر َواهُ التِّْر ِم ِذي َوقَ َال
ِ َويِف َب ْع.ث َح َس ٌن ِِ
َ َو َخالق الن
ص ِحْي ٌح.
َ
c) Kosa Kata : 4
3
Muhyiddin Yahya bin Syaraf Nawawi, Hadits Arba’in Nawawiyah, 2007.
4
Ibid.
ٔاتبع : Ikutilah
السٔية : Keburukan
خالق : Pergaulilah
d) Derajat Hadist :
e) Kandungan Hadist :
5
Ibid.
- Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan,
kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat
menghilangkan dampak negatif pergaulan.6
6. Makna Takwa
ٰيٓاَُّي َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُوا َّات ُقوا ال ٰلّهَ َح َّق ُت ٰقىتِه َواَل مَتُْوتُ َّن اِاَّل َواَْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن
1. Hakikat Takwa
Takwa pada hakikatnya adalah keyakinan yang mantap kepada Allah
SWT, rasa takut yang mendalam, dan perasaan muraqabah yang terus-
menerus. Orang yang takwa menyadari dan meyakini bahwa dirinya
senantiasa dilihat, didengar, dan diketahui oleh Allah yang maha-melihat,
maha-mendengar dan maha-mengetahui.8 Menurut Kiai Ahmad Yani, hakikat
takwa terbagi menjadi 4, yaitu :
a) Bersih hatinya, menurut Kiai Ahmad Yani, setiap orang harus selalu
melihat orang lain dari sisi baiknya, tidak menjadi orang yang iri,
dengki dan segala sifat kejelekan mendominasi watak dan perilakunya.
b) Jujur perkataannya, berkata baik selalu menjadi hakikat orang
bertakwa. Jika tidak bias berkata baik lebih baik memilih diam. Selalu
menerima pemberian Allah juga harus dilakukan sebagai upaya
menjadi orang bertakwa.
c) Baik perilakunya, baik perilaku diimplementasikan dalam perbuatan
yang sesuai dengan Alquran. Karena, saat ini banyak orang yang bisa
membaca, khatam bahkan hafal Alquran, tetapi tidak mengamalkannya
pada perbuatan sehari-hari. Alquran cenderung menjadi makmum,
ketimbang imam. Padahal, Alquran diturunkan sebagai petunjuk
manusia.
d) Rajin ibadahnya, manusia yang terbimbing dengan sentuhan ilahiyah,
manusia yang terbimbing dengan sentuhan tarbiyah Rabbaniyah,
sehingga terpancar dari kita sikap taat terhadap perintah-Nya,
sehingga terpancar dari kita akhlak mulia dari pergaulan keseharian,
terpancar dari kita kesibukan yang dapat membersihkan hati dan
menata diri dari hal-hal yang tidak di ridhoi oleh Allah Ta’ala.9
e) Tingkatan-tingkatan Takwa
Imam As-Subuki dalam Fatawanya menjelaskan tentang empat
tingkatan takwa dan bila seseorang sudah mencapai tingkatan ini maka
keimanannya akan menjadi sempurna terutama saat ia mengetahui hakikat
8
Yudi, “Pengertian Takwa Dan Tiga Maknanya Di Dalam Alquran,” Islampos, last
modified 2018, accessed November 16, 2022, https://www.islampos.com/pengertian-takwa-
dan-tiga-maknanya-di-dalam-alquran-119425/
9
Humas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, “Lima Hakikat Takwa Menurut KH
Ahmad Yani,” Humas.Jatengprov.Go.Id, last modified 2019, accessed November 14, 2022,
https://humas.jatengprov.go.id/detail_berita_gubernur?id=2718#:~:text=Hakikat%20takwa
%20itu%20ada%20lima,rajin%20beribadah
dan tingkatan takwa. Yang mana empat tingkatan takwa tersebut ialah sebagai
berikut :
a) Pertama, takwa dari segala hal yang menjurus kepada segala
kemusyrikan karena pada prinsipnya Allah akan menerima ibadah
orang yang bertakwa maksudnya menjauhi kemusyrikan baik syirik
besar ataupun kecil seperti beribadah untuk mendapatkan pujian atau
jabatan sesaat.
b) Kedua, takwa dari dosa-dosa besar misalnya menyembah kepada
selain Allah atau menyamakan Allah dengan ciptaannya.
c) Ketiga, takwa dari segala dosa-dosa kecil misalnya berbuat
kemaksiatan dengan anggota badan misalnya menjelekkan-jelekan
orang lain.
d) Keempat, takwa dari hal yang shubhat (belum jelas status hukumnya)
misalnya mengambil makanan yang terjatuh di jalan yang belum jelas
pemiliknya. 10
Dari penjelasan ini seseorang yang ingin mendapatkan kedudukan
yang tinggi dihadapan Allah harus melalui keempat tingkatan ini terutama dari
hal yang paling mudah dan ia mampu mengerjakannya.
Pada prinsipnya Allah tak akan memberikan beban kepada hambanya
kecuali sekedar kemampuan dirinya sendiri.
ٱلصلَ ٰو َة
َّ يمو َن ِ ِ ِ ِ ٱلَّ ِذ.َٰذلِك ٱلْ ِكٰتب اَل ريب ۛ فِ ِيه ۛ ه ًدى لِّْلمت َِّقني
ُ ين يُْؤ منُو َن بٱلْغَْيب َويُق
َ َ ُ ُ َ َْ ُ َ َ
ِ ك وبِ ْٱلءِ ِ ِ َّ ِ مِم
اخَر ِة ُه ْم َ ين يُْؤ ِمنُو َن مِب َٓا ُأن ِز َل ِإلَْي
َ َ َ ك َو َمٓا ُأن ِز َل من َقْبل َ َوٱلذ.َو َّا َر َز ْق ٰنَ ُه ْم يُنف ُقو َن
ٰٓ ٰٓ
ك ُه ُم ٱلْ ُم ْفلِ ُحو َن َ ك َعلَ ٰى ُه ًدى ِّمن َّرهِّبِ ْم ۖ َوُأ ۟ولَِئَ ُأ ۟ولَِئ.يُوقنُو َن
ِ
10
Moh Afif Sholeh, “Hakikat Dan Tingkatan Takwa Yang Jarang Diketahui,”
Islamina.Id, last modified 2020, accessed November 16, 2022, https://islamina.id/hakikat-dan-
tingkatan-takwa-yang-jarang-diketahui
Artinya: Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman pada yang gaib,
melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami
berikan pada mereka, dan mereka yang beriman pada (Al-Qur'an) yang
diturunkan padamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan
sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang
mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (Q.S. Al-Baqarah : 2-5)11
ت جَتْ ِر ْي ِم ْن حَتْتِ َها ااْل َْن ٰهُر ٰخلِ ِديْ َن فِْي َها ۗ َونِ ْع َم اَ ْجُر ِ ِ ۤ
ٌ ّك َجَزاُۤؤ ُه ْم َّم ْغفَرةٌ ِّم ْن َّرهِّب ْم َو َجٰن
َ اُو ٰل ِٕى
Artinya : Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan
surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang
beramal.13
11
Departemen Agama Republik Indonesia, “Qur’an Kemenag,” Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, last modified 2022, accessed November 16, 2022,
https://quran.kemenag.go.id/
12
Hj. Ajeng Kartini, “Taqwa Penyelamat Umat,” Al ’Ulum 52, no. 2 (2012): 26–35,
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/ULUM/article/viewFile/246/238.
13
Indonesia, “Qur’an Kemenag.”
a) Orang yang selalu menuju kepada ampunan Allah.
b) Suka menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadanya,
baik di waktu lapang ataupun di waktu sempit.
c) Sanggup menahan amarahnya.
d) Memaafkan kesalahan orang lain, berbuat baik, jujur.
e) Apabika berbuat kesalahan, keji dan menganiaya diri sendiri, segera
bertaubat dan mengingat Allah, dan tidak lagi meneruskan perbuatan
keji ataupun kesalahan-kesalahan lainnya.14
Berdasarkan ayat-ayat diatas menegaskan bahwa taqwa itu adalah
sikap hidup dan akhlak seorang muslim, yang merupakan buah dan hasil
didikan ibadahibadah pokok. Sedang ibadah-ibadah itu sendiri adalah
pancaran keluar dari pada iman. Maka dapatlah kita memahami, bahwa
taqwa itu adalah hasil daripada ibadah kepada tuhan, karenanya tidak mungkin
ada taqwa tanpa ada ibadah.
f) Sifat-sifat Takwa
Orang yang bertakwa kepada Allah SWT mempunyai empat sifat
utama, yakni :
a) Sifat pertama, Al-Khaufu minal-Jalil, yakni manusia yang merasa takut
kepada Allah swt yang mempunyai sifat Maha Agung,
b) Sifat Kedua, Al-‘Amalu bi At-Tanzil, manusia yang beramal dengan
apa yang diwahyukan oleh Allah swt.
c) Sifat ketiga, Ar-Ridha bil-Qalil, merasa cukup dan ridha dengan
pemberian Allah swt, meskipun hanya sedikit
d) Kemudian ciri manusia bertakwa yang keempat, Al-Isti`dadu li
Yaumir-Rahil, yaitu sentiasa mempersiapkan bekal untuk menghdapi
kematian dan kembali menghadap Allah.15
14
Kartini, “Taqwa Penyelamat Umat.”
15
Agung Pribadi, “4 Macam Sifat Taqwa,” Kompas.Tv, last modified 2020, accessed
November 16, 2022, https://www.kompas.tv/article/71137/4-macam-sifat-taqwa
e) Takwa sumber kemenangan dan keselamatan
Takwa bersumber di hati manusia, sehingga untuk menghidup
suburkan pohon taqwa haruslah dipelihara kesucian jiwa dan kemurnian hati
nurani. Takwa menjadi jaminan terwujudnya kebahagiaan dan keselamatan
umat manusia baik secara pribadi maupun masyarakat secara luas,
dimudahkan segala urusan, terbukanya segala jalan keluar dari berbagai
kesulitan hidup. Takwa harus kita realisasikan dalam segala aspek
kehidupan dan diterapkan dalam segala gerak, baik gerak hati, gerak pikiran
maupun gerak indera serta seluruh anggota jasmani kita. Takwa adalah bekal
yang paling utama dan sempurna bagi ummat manusia disegala tempat dan
dalam segala suasana. Takwa adalah sumber kemenangan dan penyelamat
umat manusia, baik secara pribadi, masyarakat maupun negara atau sebagai
rakyat maupun sebagai peminpin bangsa.16 Realisasi takwa terbagi menjadi
tiga bagian yakni :
ٰيـۤاَُّي َها الَّ ِذ ۡي َن اٰ َمنُ ۡوا َّات ُقوا ال ٰلّهَ َح َّق ُت ٰقتِ ٖه َواَل مَتُ ۡوتُ َّن اِاَّل َواَ ۡنـتُمۡ ُّم ۡسلِ ُم ۡو َن
17
Ibid.
18
Indonesia, “Qur’an Kemenag.”
Ayat ini memuat perintah kepada orang-orang yang beriman, agar
bertakwa dengan sebenar-benar taqwa, secara harfiyah dapat dipahami bahwa
Allah menginginkan agar dalam bertaqwa jangan setengah-setengah.
Tetap istiqamah dalam ketakwaan. Yaitu, konsisten dalam keimanan,
ibadah, muamalah, akhlak mulia, menjauhkan diri dari dosa, serta dalam
berjuang membela agama dan nilai-nilai kebenaran.19
Cara untuk meningkatkan kualitas iman adalah dengan
mengoptimalkan ketaqwaan dan meminimalisir kekufuran. Mengoptimalkan
ketaqwaan dapat dilakukan dengan cara menyucikan diri dan menjaga
keistiqamahan amalan. Istiqomah berarti konsekuen, konsisten, dan persisten
terhadap setiap amalan yang telah dipancangkan dalam bentuk target-target
capaian. Satu hal yang dapat memperkuat keistiqamahan adalah motivasi
bersih, lillahi ta’ala. Sedangkan memiminalisir kekufuran dapat dilakukan
dengan cara bertaubat setiap kali khilaf melakukan dosa dan mengiringi
keburukan dengan kebaikan.20
Demikianlah Agama Islam ini membina kehidupan manusia, diawali
dengan tauhid. Dan dari tauhid menebarkan iman dan aqidah yang
membuahkan amal ibadah dan amal shalih. Akhirya amal ibadah yang dijiwai
oleh iman dan dipelihara terus menerus, menciptakan suatu sikap hidup
muslim yang bernama taqwa.21
19
Fauzi Bahreisy, “Istiqamah Dalam Ketakwaan,” Republika, last modified 2019,
accessed November 16, 2022, https://www.republika.co.id/berita/ptnyid313/istiqamah-dalam-
ketakwaan
20
Fauzi Achmad Zaky, “Istiqomah Dalam Taqwa Berbuah Syurga,” Eramuslim, last
modified 2020, accessed November 16, 2022, https://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-
mahasiswa/istiqomah-dalam-taqwa-berbuah-syurga
21
Kartini, “Taqwa Penyelamat Umat.”
e)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makalah ini menggunakan hadis Arba’in ke-18 (Takwa kepada Allah dan
Akhlak Terpuji) sebagai sumber dalam memaparkan masalah tentang takwa dan
hubungannya dengan perbuatan yang baik. Secara (Bahasa) merupakan masdar
dari kata ittaqa-yattaqi ( ) يتقي اتقاyang berarti menjaga diri dari segala yang
membahayakan. Dan menurut para ulama dapat disimpulkan bahwa takwa
sekurang-kurangnya mengandung lima unsur yaitu: memiliki rasa takut, beriman,
berilmu, konsisten menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya serta
sangat berkeinginan untuk mendapatkan keridhaan (balasan) Allah dan terbebas
dari murka atau azabnya.
Orang yang takwa menyadari dan meyakini bahwa dirinya senantiasa
dilihat, didengar, dan diketahui oleh Allah yang Maha-Melihat, maha-mendengar
dan maha-mengetahui.22 Menurut Kiai Ahmad Yani, hakikat takwa terbagi
menjadi empat, yaitu: Bersih hatinya, Jujur perkataannya, Baik perilakunya, Rajin
ibadahnya. Dan Imam As-Subuki dalam Fatawanya menjelaskan tentang empat
tingkatan takwa dan bila seseorang sudah mencapai tingkatan ini maka
keimanannya akan menjadi sempurna terutama saat ia mengetahui hakikat dan
tingkatan takwa. Tingkatan takwa ialah : Pertama, takwa dari segala hal yang
menjurus kepada segala kemusyrikan maksudnya menjauhi kemusyrikan baik
syirik besar ataupun kecil seperti beribadah untuk mendapatkan pujian atau
jabatan sesaat. Kedua, takwa dari dosa-dosa besar misalnya menyembah kepada
selain Allah atau menyamakan Allah dengan ciptaannya. Ketiga, takwa dari
segala dosa-dosa kecil misalnya berbuat kemaksiatan dengan anggota badan
misalnya menjelekkan-jelekan orang lain. Keempat, takwa dari hal yang shubhat
22
Yudi, “Pengertian Takwa Dan Tiga Maknanya Di Dalam Alquran,” Islampos, last
modified 2018, accessed November 16, 2022, https://www.islampos.com/pengertian-takwa-
dan-tiga-maknanya-di-dalam-alquran-119425/
(belum jelas status hukumnya) misalnya mengambil makanan yang terjatuh di
jalan yang belum jelas pemiliknya.
Takwa bersumber di hati manusia, sehingga untuk menghidup suburkan
pohon taqwa haruslah dipelihara kesucian jiwa dan kemurnian hati nurani. Takwa
menjadi jaminan terwujudnya kebahagiaan dan keselamatan umat manusia baik
secara pribadi maupun masyarakat secara luas, dimudahkan segala urusan,
terbukanya segala jalan keluar dari berbagai kesulitan hidup. Takwa harus kita
realisasikan dalam segala aspek kehidupan dan diterapkan dalam segala gerak,
baik gerak hati, gerak pikiran maupun gerak indera serta seluruh anggota jasmani
kita. Takwa adalah bekal yang paling utama dan sempurna bagi ummat manusia
disegala tempat dan dalam segala suasana. Takwa adalah sumber kemenangan
dan penyelamat umat manusia, baik secara pribadi, masyarakat maupun negara
atau sebagai rakyat maupun sebagai peminpin bangsa. Realisasi takwa terbagi
menjadi tiga bagian yakni: Hubungan dengan Allah, Hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, Hubungan manusia dengan sesama.
b) Saran