Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB 1

KONTROL DIRI, PRASANGKA BAIK, DAN PERSAUDARAAN

X MIPA 1

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

MIFTAHUL JANNAH

DAVA GILANG IRAWAN

NUR HANIFA AZ ZAHRA RAMADHANI

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KABUPATEN SINGKAWANG SELATAN

SMA NEGERI 4 SINGKAWANG

TP 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan kebesarannya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Kontrol
diri, prasangka baik, dan persaudaraan” ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai ‘Kontrol diri, prasangka
baik, dan persaudaraan”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan perbaikan dimasa yang
akan datang. Mengingat tIdak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan masa depan.
1
PEMBAHASAN

1.1 Kontrol Diri (Mujahadah An-Nafs)

1.1.1 Pengertian
Muhammad Adi Vira [http.diujungsana.blogspot.com(22/07/2022)]
mengatakan bahwa, mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut
aturan syara’ adalah perang melawan musuh Allah SWT dan menurut
istilah ahli hakikat adalah memerangi nafsu amarah bis-suu’ dan memberi
beban padanya untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai
dengan aturan syara’(agama).

Sedangkan, pengertian lain menurut Viva Pakarindo(2013: 65), kontrol


diri atau pengendalian diri adalah menahan diri dari segala perilaku yang
dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, seperti sifat serakah atau
tamak.
Pengendalian diri adalah perjuangan sungguh-sungguh melawan egoisme
(nafsu pribadi).

Dan juga ada pengertian dari Averil (Ghufron & Risnawati


[http://journal.umtas.com(23/07/2022)] mengatakan bahwa kontrol adalah
kemampuan individu untuk memodifikasi prilaku, kemampuan individu
dalam mengelola informasi yang diinginkan dan yang tidak diinginkan,
dan kemampuan individu untuk memilih salah satu tindakan berdasarkan
sesuatu yang diyakini.

Dapat disimpulkan bahwa kontrol diri sebagai kemampuan untuk


menyusun, membimbing mengatur dan mengarahkan bentuk prilaku yang
dapat membawa ke arah konsekunsi positif serta merupakan salah satu
potensi yang dapat dikembangkan proses-proses dalam
kehidupan,termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat
dilingkungan sekitarnya.

1.1.2 Dasar Hukum Kontrol Diri (Mujahadah)


Terdapat dalam Q.S. Al-Anfal (8:72)
a. Lafal Ayat dan Artinya
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َصر ُۤوْ ا‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َوهَا َجرُوْ ا َو َجاهَ ُدوْ ا بِا َ ْم َوا لِ ِه ْم َواَ ْنفُ ِس ِه ْم فِ ْي َسبِ ْي ِل ِ َوا لَّ ِذ ْينَ ٰا َووْ ا َّون‬
‫ْض ۗ  َوا لَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َولَ ْم يُهَا ِجرُوْ ا َما لَـ ُك ْم ِّم ْن َّواَل يَتِ ِه ْم ِّم ْن َش ْي ٍء َح ٰتّى يُهَا‬ ٍ ‫ضهُ ْم اَوْ لِيَٓا ُء بَع‬
ُ ‫ك بَ ْع‬ َ ‫ولِٓئ‬
ٰ ُ‫ا‬

‫ق ۗ  َوا هّٰلل ُ بِ َما‬


ٌ ‫صرُوْ ُك ْم فِى ال ِّد ْي ِن فَ َعلَ ْي ُك ُم النَّصْ ُر اِاَّل ع َٰلى قَوْ ۢ ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُ ْم ِّم ْيثَا‬
َ ‫ِجرُوْ ا ۚ  َواِ ِن ا ْستَـ ْن‬
ِ َ‫تَ ْع َملُوْ نَ ب‬
‫ص ْي ٌر‬

innallaziina aamanuu wa haajaruu wa jaahaduu bi-amwaalihim wa


angfusihim fii sabiilillaahi wallaziina aawaw wa nashoruuu ulaaa-ika
ba'dhuhum auliyaaa-u ba'dh, wallaziina aamanuu wa lam yuhaajiruu
maa lakum miw walaayatihim ming syai-in hattaa yuhaajiruu, wa
inistangshoruukum fid-diini fa 'alaikumun-nashru illaa 'alaa qoumim
bainakum wa bainahum miisaaq, wallohu bimaa ta'maluuna bashiir

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad


dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang
memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan
(terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka
tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai
mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu
dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan
pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara
kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan." (QS. Al-Anfal 8: Ayat 72).
1.1.3 Hadist Tentang Kontrol Diri

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:

Artinya: Orang yang perkasa bukanlah orang yang menang dalam


perkelahian, tetapi orang yang perkasa adalah orang yang mengendalikan
dirinya ketika marah. (H.R. Al- Bukhari dan Muslim).

1.1.4 Upaya Melakukan Kontrol Diri

a. Bersabar dengan tidak membalas terhadap ejekan atau cemoohan


orang lain,
b. Memaafkan kesalahan orang lain,
c. Ikhlas
d. Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak
membalas kedengkian mereka kepada kita,
e. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT,
f. Perbanyak berdzikir,
g. Meminta pertolongan pada Allah SWT dengan cara berdoa.

1.1.5 Manfaat Mengontrol Diri


Menurut Doni Ramadhan[https://brainly.co.id(22/07/2022)], manfaat dari
mengontrol diri adalah sebagai berikut:
a. Mencegah dari mengukuti nafsu,
b. Menjauhkan diri dari syahwat,
c. Hati menjadi lebih tenang dan tentram,
d. Mendapatkan ridho dan pahala dari Allah SWT sekaligus disayangi
dan dihormati sesama manusia.
1
2.1 Prasangka Baik (Husnuzan)

2.1.1 Pengertian
Menurut Setiaji Bintang P. [http://m.lampost.com(22/07/2022)], husnuzan
berasal dari bahasa arab yakni “husnu” yang berarti baik dan “az-zan” yang
berarti prasangka. Lalu secara istilah, husnuzan memiliki maksud sikap
mental atau cara pandang yang menyebabkan melihat sesuatu secara positif.
Setiap muslim dianjurkan untuk mengedepankan sikap husnuzan dalam
menghadapi segala sesuatu.

Sedangkan, pengertian lain menurut Viva Pakarindo(2013: 65), mengatakan


bahwa dalam bahasa inggris husnuzan dikenal dengan istilah positive
thinking. Orang yang memiliki sifat husnuzan tidak mudah menuduh orang
lain apalagi melempar kesalahan kepada orang lain dengan maksud
menutupi kesalahan dan kekurangan dirinya sendiri. Sebaliknya, jika ada
sesuatu yang menimpa dirinya, ia segera melakukan koreksi terhadap
dirinya sendiri serta rela mengakui kelamahan dan kesalahan yang telah
dilakukannya.

2.1.2 Macam-macam Husnuzan


Husnuzan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Husnuzan terhadap Allah SWT
Husnuzan terhadap Allah artinya berbaik sangka kepada apapun yang
telah diberikan Allah kepada kita. Jika kita selalu husnuzan kepada
Allah, niscaya akan selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan, dan
kita yakin bahwa itu adalah yang terbaik bagi kita menurut Allah SWT.
2) Husnuzan terhadap diri sendiri
Husnuzan terhadap diri sendiri artinya berbaik sangka terhadap
kemampuan yang dimiliki diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa
percaya diri dan tidak merasa rendah di hadapan orang lain.
Contohnya
a) Tidak bergantung kepada orang lain.
b) Gigih, artinya punya kemauan kuat.
c) Berinisiatif, artinya selalu memiliki ide, gagasan, atau pendapat
untuk mencapai kemajua.
d) Rela berkorban, artinya bersedia dengan ikhlas, tidak mengharapkan
imbalan, atau dengan kemauan sendiiri.
e) Memiliki semangat kompetitif.

3) Husnuzan terhadap sesama manusia


Husnuzan terhadap sesama manusia artinya berprasangka baik terhadap
semua orang dan tidak meragukan kemampuan orang lain atau tidak
bersikap apriori. Semua orang dipandang baik sebelum terbukti
kesalahan atau kekeliruannya sehingga tidak menimbulkan kekacauan
dalam pergaulan.
Contohnya, tidak mudah menuduh orang lain, tidak iri, dan brsedia
bekerja sama dengan orang lain dalam hal kebaikan.

2.1.3 Dasar Hukum Prasangka baik(Husnuzan)

Terdapat dalam Q.S. Al-Hujurat, (49: 12)

a. Lafal Ayat dan Artinya

Artinya: Wahai orang-orang beriman! Jauhilah banyak dari


prasangka,sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha
Penyayang. (Q.S. Al-Hujurat, 49:12).

2.1.4 Hadist Tentang Prasangka Baik

Rasulullah saw. Bersabda :

Artinya: Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya


prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. (H.R. Al-Bukhari).

2.1.5 Upaya Prasangka Baik(Husnuzan)

a. Melihat niat baik orang.

b. Memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai oleh teman atau orang
lain dalam bentuk ucapan atau pemberian hadiah.

c. Menerima dan menghargai pendapat teman/orang lain meskipun


pendapat tersebut berlawanan dengan keinginan kita.

d. Jangan menghakimi orang lain.

e. Jangan mencela orang lain.

f. Turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial, baik ketika di lingkungan


rumah, sekolah, maupun masyarakat.

g. Mengerjkan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan penuh


tanggung jawab.

h. Menjadi pendengaryang baik.


3.1 Persaudara (Ukhwah)

3.1.1 Pengertian

Viva Pakarindo(2013: 66), mengatakan bahwa. Menurut bahasa,


ukhwah islamiah berarti persaudaraan Islam. Adapun secara istilah,
ukhwah islamiah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan
Allah Swt.

Menurut Varlord [http://brainly.com(24/07/2022)]. Prsaudaraan


adalah perasaan simpati juga empati yang mengikat dua orang atau pun
lebih dalam suatu hubungan yang tidak selalu berdasarkan pada
keterkaitan darah tetapi bisa juga karena akidah, karena sama-sama
makhluk tuhan, satu bangsa yang sama dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut pendapat lain dari Endi Suhendi Zen dkk


[http://repository.uin suska.com(24/07/2022)], mengatakan bahwa
Persaudaraan (ukhwah) dalam islam dimaksudkan bukan sebatas
hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud
dengan persaudaraan dalam islam adalah persaudaraan yang diikat oleh
tali akidah (sesame Muslim) dan persaudaraan karena fungsi kemanusiaan
(sesama manusia makhluk Allah S.W.T.

3.1.2 Dasar Hukum Persaudaraan (Ukhwah)

Terdapat dalam Q.S. Al-Hujurat, (49:12)

a. Lafal Ayat dan Artinya


Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu mendapatkan rahmat. (Q.S. Al-Hujurat, 49:10).

1) Allah Firman Swt.

Artinya: Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama)


Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu
(Allah) mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu
menjadi bersaudara. (Q.S. Ali Imran, 3: 103)

3.1.3 Hadist Tentang Persaudaraan (Ukhwah)

2) Hadis Nabi Muhammad saw.

Artinya: Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum
sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai. (H.R.
Muslim)
Diriwayatkan dari Numan bin Basyir bahwa Rasulullah saw.
Bersabda:

Artinya: Dari Numan bin Basyir berkata: Rasulullah saw. Bersabda,


“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan
satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka
sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (H.R. Muslim).

3.1.4 Menerapkan Prilaku Mulia Persaudaraan (Ukhwah)

a. Menjenguk, memdoakan, atau membantu teman/orang lain yang sedang


sakit atau terkena musibah.

b. Mendamaikan teman atau saudara yang berselisih agar mereka sadar


dan kembali bersatu.

c. Bergaul dengan orang lain dengan tidak memandang suku, bahasa,


budaya, dan agama yang dianutnya.

d. Menghindari segala bentuk permusuhan, tawuran ataupun kegiatan yang


dapat merugikan orang lain.

e. Menghargai perbedaan suku, bangsa, agama, budaya teman/orang lain.

f. Saling membantu.

g. Saling mendoakan.

h. MENYAPA BILA BERTEMU

SEKIAN TERIMA NASIB

Anda mungkin juga menyukai