Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PAI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam

Guru pembimbing : Aydha Yuniar,S.Pdl.

Oleh :

1. Akma Irfan Rafie (01)


2. Anisa Luthfiana (03)
3. Mohamad Imam Ghozali (21)
4. Novi Sasa Marini (27)
5. Riski Putri Ramadhani (31)

XI MIPA 5

SMA NEGERI 1 CEPU

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1

1.1    LATAR BELAKANG……………………………………………………….. 1

1.2    TUJUAN……………………………………………………………………... 2

BAB II ISI………………………………………………………………………… 3

2.1    PENTINGNYA PERILAKU JUJUR…………………………………………. 3

2.2    KEUTAMAAN PERILAKU JUJUR…………………………………............ 5

2.3    MACAM-MACAM KEJUJURAN…………………………………………… 7

2.4    HIKMAH PERILAKU JUJUR…………………………...…………………… 8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………....... 10

3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………….. 10
A.     Pendahuluan

Dalam Pergaulan sehari-hari, antar sesama manusia, agar hubungan berjalan dengan baik,tentu ada aturan yang harus
dijalankan, Bagi umat Islam tatacara bergaul tersebut, telah diatur di dalam Alqur’an dan SunnahRasullulah saw yang
sering disebut dengan Sifat terpujiatau akhlak terpuji.

Dalam pembahasan berikut akan dijelaskan sifat akhlak terpuji, iffah,syaja’ah dan hikmah dalam kehidupan ini, mulai
dari pengertian, macam-macam sampai kepada bentuk-bentuk atau contoh dari ahlak terpuji tersebut.
B.      Pengertian Akhlak Terpuji

Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan bentuk jamak  dari “khuluqun”, artinyabudi pekerti,
tabia’at atau tingkah laku, watak ,dan perangai.

Menurut istilah, akhlak didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

1.      Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkankegiatan-kegiatan dengan ringan dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa pertimbangan.1[1]

2.      Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga seseorang dapat menilai perbuatan
baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkan perbuatan tersebut.2[2]

Secara garis besar akhlak dapat dibagi dua bagian, yaitu akhlak yang baik (al-akhlaq al-karimah) dan akhlak yang buruk
(al-akhlaq al-mazmumah).3[3] Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan dan amanah misalnya termasuk ke dalam
akhlak yang baik. Sedangkan berbuat zalim, berdusta, pemarah, pendendam, kikir dan curang termasuk ke dalam akhlak
yang buruk. Bagaimanakah terjadinya berbagai akhlak yang mulia dan tercela ini? Uraian berikut ini akan mencoba
menjawabnya.

Secara teoritis akhlak tersebut berinduk kepada tiga perbuatan utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (pewira atau
kesatria) dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil,
yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam diri
manusia, yaitu:

1.      ‘Aql(pemikiran) yang berpusat di kepala,

2.      Ghadab(amarah) yang berpusat di dada,

3.      Nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat di perut.4[4]

Akal yang digunakan secara adil akan menimbulkan hikmah, sedangkan amarah yang digunakan secara adil akan
menimbulkan sikap syaja’ah dan nafsu syahwat yang digunakan secara adil akan menimbulkan iffah yaitu dapat
memelihara diri dari perbuatan maksiat. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara pada sikap adil dalam
mempergunakan potensi rohaniah yang dimiliki manusia. Demikian pentingnya bersikap adil ini di dalam Alqur’an
dijumpai berbagai ayat yang menyuruh manusia agar mampu bersikap adil., Untuk itu perhatikanlah ayat di bawah ini :

‫ب لِ َّلت ْق َوى َو َّات ُقواْ اللَّهَ إِ َّن اللَّهَ َخبِريٌ مِب َا َت ْع َملُو َن‬ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُواْ ُكونُواْ َق َّو ِام‬:
ُ ‫ني للّه ُش َه َداء بِالْق ْسط َوالَ جَيْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآ ُن َق ْوم َعلَى أَالَّ َت ْعدلُواْ ْاعدلُواْ ُه َو أَْقَر‬
َ َ َ َ َ

Artinya :Wahai orang- orang yang berimanjadilah kamu sebagai penegak keadilan karena allah, (ketika)
menjadi saksi dengan adil. Dan jangan lah kebencian mu kepada suatu kaum, mendorong kamu untuk menjadikan tidak
adil. Berlaku adilah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada allah, sungguh, allah maha
teliti apa yang kamu kerjakan.( Al-Ma’idah: 8).

4
Ayat tersebut secara keseluruhan bertemakan perintah berbuat adil yang di hubungkan dengan perbuatan-perbuatan
yang baik, seperti bertakwa kepada Allah swt, menetapkan keputusan yang bijaksana, berbuat kebajikan, salingmemberi
makan kepada kaum kerabat, menjauhi perbuatan keji dan mungkar serta perbuatan yang menimbulkan permusuhan.
Dengan demikian ayat tersebut dapat di pahami bahwa keadilan erat kaitannya dengan timbulnya berbagai perbuatan
terpuji.

D.     Sifat As- syaja’ah

1.     Pengertian As-syaja’ah

Secara etimologi kata as-syaja’ah berarti berani antonimnya dari kata al-jabn yang berarti pengecut. Kata ini digunakan
untuk menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorangmuslim untuk
melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya, tetapi sikap ini bila tidak
digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.

Sifat syaja’ahbersedia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dengan pikiran yang jernih serta harapan yang tidak
putus. Keberanian tanpa pikiran yang jernih dan tanpa harapan adalah nekad atau berbuat maksiat, mencuri, berzina
berjudi, membunuh, merampok bukanlah membabi-buta, bukan syaja’ah tapi tahawur pemberani namanya. Tidak
berbuat demikian bukan penakut, tetapi itulah yang disebut Pemberani. Berani mengendalikan diri walaupun betapa
beratnya. Berhenti ditempatnya untuk mengatur strategi dan disaatnya maju dengan pertimbangan yang tepat.

Setelah pertimbangan dengan mantap dan putusan sudah ditetapkan orang harus bertekad bulat menjalankannya.
Itulah yang disebut “azimah”. Allah SWT Berfirman.

Artinya“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-
keterangan [yang jelas] dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu
dilaknati Allah dan dilaknati [pula] oleh semua [makhluk] yang dapat melaknati,” (Al-Baqarah : 159)

2.          Keutamaan syaja’ah

Dalam ayat ini rasa takut itu dapat dikendalikan dan bahaya dari hal yang ditakuti itu dapat diperkecil atau dihindari.
Oleh karena itu orang yang mempunyai sifat syaja’ah memiliki ketenangan hati dan kemampuan mengolah sesuatu
dengan pikiran tenang.

Menurut Ibnu Miskawih, sifat Syaja’ah mengandung keutamaan-keutamaan sebagai berikut:

Jiwa besar, yaitu sadar akan kemnampuan diri dan sanggup melaksanakan pekerjaan besar yang sesuai dengan
kemampuannya. Bersedia mengalah dalam persoalan kecil dan tidak penting Menghormati tetapi tidak silau kepada
orang lain.5[8]

a.       Tabah, yaitu tidak segera goyah pendirian, bahkan setiap pendirian keyakinan deipegangnya dengan mantap
5
b.      Keras Kemauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak berputus asa serta tidak mudah dibelokkan dari tujuan
yang diyakini

c.       Ketahanan, yaitu tahan menderita akibat perbuatan dan keyakinannya

d.      Tenang, yaitu berhati tenang, tidak selalu menuruti perasaan (emosi) dan tidak lekas marah

e.       Kebesaran, yaitu suka melakukan pekerjaan yang penting atau besar

3.     Penerapan sifat syajaah dalam kehidupan

Sumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu;

a.       Rasa takut kepada Allah swt.

b.      Lebih mencintai akhirat daripada dunia,

c.       Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang

Jadi berani adalah: “Sikap dewasadalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika mengancam. Orang yang melihat
kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian menentang maka itulah pemberani. Orang yang berbuat
maksimal sesuai statusnya itulah pemberani (al-syujja’). Al-syajja’ah(berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf(tidak takut
sama sekali)”

Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dapat dipahami bahwa berani terhadap sesuatu bukan berarti hilangnya rasa
takut menghadapinya.Keberanian dinilai dari tindakan yang berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggungjawab dan
berdasarkan pertimbangan maslahat.

Syaja’ahdapat dibagi menjadi dua macam:

1).   Syaja’ah harbiyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian waktu menghadapi musuh
dalam peperangan (al-Jihad fi Sabilillah). Allah berfirman :

ِ ِ‫َن اللَّه مَس‬ ِ ِ


(244) ‫يم‬ ٌ َ َّ ‫َوقَاتلُواْ يِف َسبِ ِيل اللَّه َو ْاعلَ ُمواْ أ‬
ٌ ‫يع َعل‬

artinya : “dan berperang lah kamu di jalan allah, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui “ ( Qs. Al- baqarah: 244)

2).   Syaja’ah nafsiyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan kebenaran

a)     Keberanian mengatakan kebenaran sekalipun didepan penguasa yang DzalimDari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi
Muhhammad saw bersabda :

ٍ َ‫ضل اجْلِه ِاد َكلِمةُ ع ْد ٍل ِعْن َد سْلط‬


‫ان َجائٍِر‬ ُ َ َ َ ُ َ ْ‫أَف‬

Artinya “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.”
(HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini
hasan).
b)     Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah sekalipun dia bisa melampiaskannya dan firman Allah swt:

‫س َع ِن اهْلََوى‬ َّ ‫اف َم َق َام َربِِّه َو َن َهى‬


َ ‫الن ْف‬ َ ‫َوأ ََّما َم ْن َخ‬

Artinya “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41.)

Munculnya sikap syaja’ahtidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai berikut:

1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.

2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.

3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.

Dari dua macam syaja’ah(keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ahdapat dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:

a)      Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan
penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.

b)      Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.

c)      Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan. Kemampuan merencanakan dan
mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang
bertanggungjawab.

4.          Hikmah Syaja’ah

Dalam ajaran Islam sifat perwira ini sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji
juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara. Syaja’ah(perwira)
akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah,
tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan
kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, udzub. Sebaliknya
jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan
sebagainya.
E.      Sifat Hikmah

1.     Pengertian Hikmah dan Ruang Lingkupnya

“Hikmah” adalah sampainya kepada kebenaran dan realitas melalui media ilmu dan akal, Hikmah besrasal dari klausul
“hukm” yang bermakna menahan dan menawan. Dan makna pertamanya adalah menghukum yang menjadi sebab
tercegahnya dan tertahannya kezaliman. Di antara tipologi hikmah adalah menahan manusia dari kebodohan dan
kepandiran Adapun 'ilmu bermakna mengetahui, pengetahuanmenyerap, memahami hakikat, dan asas sesuatu. Yang
menunjukkan pada efek-efek yang terdapat pada segala sesuatu dan melaluinya yang lain dapat dibedakan.6[9]

Secara bahasa al-hikmah berarti: kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, kenabian,
keadilan, peribahasa (kata-kata bijak), dan al-Qur'an. Menurut Al-Maraghi dalam kitab Tafsirnya, menjelaskan al-
Hikmahsebagai perkataan yang tepat lagi tegas yang diikuti dengan dalil-dalil yang dapat menyingkap kebenaran.7[10]
Sedangkan menurut Toha Jahja Omar; hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan
kitalah yang harus berpikir, berusaha, menyusun, mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan
zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Allah sebagaimana dalam ketentuan hukum-Nya.8[11]

Dalam kata al-hikmah terdapat makna pencegahan, dan ini meliputi beberapa makna, yaitu:

a)     Adil akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalam kezaliman.

b)     Hikmah akan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalam kemarahan.

c)      Ilmuakan mencegah pelakunya dari terjerumus ke dalam kejahilan.

d)     Nubuwwah, seorang Nabi tidak lain diutus untuk mencegah manusia dari menyembah selain Allah, dan dari
terjerumus kedalam kemaksiatan serta perbuatan dosa. al-Qur’an dan seluruh kitab samawiyyah diturunkan oleh Allah
agar manusia terhindar dari syirik, mungkar, dan perbuatan buruk.

2.     Anjuran Memiliki Hikmah

Hikmah itu adalah Setiap perkataan yang benar dan menyebabkan perbuatan yang benar. Hikmah ialah: ilmu yang
bermanfaat dan amal shaleh, kebenaran dalam perbuatan dan perkataan, mengetahui kebenaran dan mengamalkanya.
Hikmah juga mencakup pemahaman yang mendalam tentang berbagai perkara berikut hukum-hukumnya, sehingga
dapat menempatkan seluruh perkara tersebut pada tempatnya, yaitu: a). Dapat menempatkan perkataan yang bijak,
pengajaran, serta pendidikan sesuai dengan tempatnya. Berkata dan berbuat secara tepat dan benar. b) Dapat memberi
nasihat pada tempatnya. c) Dapat menempatkan mujadalah (dialog) yang baik pada tempatnya. d) Dapat menempatkan
sikap tegas e) Memberikan hak setiap sesuatu, tidak berkurang dan tidak berlebih, tidak lebih cepat ataupun lebih
lambat dari waktu yang dibutuhkannya.

3.     Keutamaan Hikmah


6

8
a)     memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam melaksanakan dan membela kebenaran ataupun keadilan,

b)     menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bekal utama yang terus dikembangkan,

c)      mampu berkomunikasi denga orang lain dengan beragam pendekatan dan bahasan,

d)        memiliki semangat juang yang tinggi untuk mensyiarkan kebenaran dengan beramar makruf nahi munkar
F.     ANALISIS

Dalam bergaul atau bermasyarakat masa kini sangat kurang sekali orang-orang dengan akhlak yang
sesuai rasulallah saw ajarkan, kebanyakan orang hanya berfikir dengan polafikir masyarakat barat
yang di anggap modern dengan mendahulukan nafsu dan ego terutama pada fun. food, fashionstyle
(kesenangan, makanan, gaya hidup) yang malah mendekati zaman jahiliyah modern.

Dalam Islam akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga dalam Islam akhlak terbagi
atas dua akhlak terpuji(iffah syaja’ah, dan hikmah) dan akhlak tercela. akhlak terpuji adalah akhlak
yang disukai disenangi oleh Allah swt, bahkan dianjurkan dan diwajibkan. Sehingga akan dicapai
keseimbangan dalam diri manusia. akal yang digunakan secara adil akan menimbulkan sikap hikmah,
sedangkan amarah yang digunakan secara adil akan menimbulkan sikap syaja’ah dan nafsu syahwat
yang digunakan secara adil akan menimbulkan sikap iffah yaitu dapat memelihara diri dari perbuatan
maksiat. Akhlak terpuji dan akhlak tercela begitu banyak, tetapi pada intinya niatkan hati kita hanya
untuk beribadah kepada Allah swt, bisa bermasyarakat dengan baik dan terjalin ukuwah islamiyah
yang di contohkan rasulallah saw menjadi masyarakat madani.
DAFTAR PUSTAKA

A.hassan. 1983. Soal Jawab Masalah Agama. Bandung: Diponegoro

Felix Y. Siau. 2013. Beyond The Inspiration. Jakarta: AlFatih Pers

Ippho Santosa. 2008. Muhammad Sebagai Pedagang. Jakarta: Andalus Khalifah

Muhamad Resysyahri. 2014. Mencari Berkah Dengan Adab. Bandung: Citra

Muhammad Ali Somali. 2014. Etika Modern. Jakarta: Nur Al- Huda

Munqidz As-Saqar. 2011. Seni Bergaul Ala Rasulullah. Klaten: Al- Fajr Media

Mustofa H. 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia

Nata, Abuddin. 2010 .Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers 

Solihin Abu Izzudin. 2006. Zero To Hero. Yogyakarta: Pro-U Media

Suryanegara.Ahmad Mansyur. 2010. Api Sejarah 1. Bandung: Salamadani

Suryanegara.Ahmad Mansyur. 2011. Api Sejarah 2. Bandung: Salamadani

http://aprililmuttaqin.blogspot.com

http://fidiaayesha.blogspot.com

Departemen Agama RI, Al-Qu’ran Al-Karim wa Tarjamah Ma’anih ila Al-Lughah Al-Indunisiyyah,
Jakarta: PT. Arga Publising, 2008

Anda mungkin juga menyukai