Anda di halaman 1dari 9

Pelajaran 4 (Keempat)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Alokasi Waktu: 6 X 45 menit

Kelas/Semester : XI / 1

Standar Kompetensi : Menunjukan Sikap Syaja'ah dalam Mewujudkan Kejujuran

]]u8Latar Belakang

Dalam Pergaulan sehari-hari, antar sesama manusia, agar hubungan berjalan dengan
baik,tentu ada aturan yang harus dijalankan, b.) Tabah, yaitu tidak segera goyah pendirian,
bahkan setiap pendirian keyakinan deipegangnya dengan mantap. .
Dalam pembahasan berikut akan dijelaskan sifat akhlak terpuji, syaja’ah dan hikmah dalam
kehidupan ini, mulai dari pengertian, macam-macam sampai kepada bentuk-bentuk atau
contoh dari ahlak terpuji tersebut.
Pengertian As-syaja’ah
Secara etimologi kata as-syaja’ah berarti berani antonimnya dari kata al-jabn yang
berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi
positif dari sikap berani yaitu mendorong seorangmuslim untuk melakukan pekerjaan berat
dan mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya, tetapi sikap ini bila tidak
digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.
Sifat syaja’ahbersedia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dengan pikiran
yang jernih serta harapan yang tidak putus. Keberanian tanpa pikiran yang jernih dan tanpa
harapan adalah nekad atau berbuat maksiat, mencuri, berzina berjudi, membunuh, merampok
bukanlah membabi-buta, bukan syaja’ah tapi tahawur pemberani namanya. Tidak berbuat
demikian bukan penakut, tetapi itulah yang disebut Pemberani. Berani mengendalikan diri
walaupun betapa beratnya. Berhenti ditempatnya untuk mengatur strategi dan disaatnya maju
dengan pertimbangan yang tepat.
Setelah pertimbangan dengan mantap dan putusan sudah ditetapkan orang harus
bertekad bulat menjalankannya. Itulah yang disebut “azimah”. Allah SWT Berfirman.
Artinya“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan [yang jelas] dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu
dilaknati Allah dan dilaknati [pula] oleh semua [makhluk] yang dapat melaknati,”
(Al-Baqarah : 159)

Keutamaan syaja’ah
Pelajaran 4 (Keempat)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Alokasi Waktu: 6 X 45 menit

Kelas/Semester : XI / 1

Standar Kompetensi : Menunjukan Sikap Syaja'ah dalam Mewujudkan Kejujuran


Dalam ayat ini rasa takut itu dapat dikendalikan dan bahaya dari hal yang ditakuti itu
dapat diperkecil atau dihindari. Oleh karena itu orang yang mempunyai sifat syaja’ah
memiliki ketenangan hati dan kemampuan mengolah sesuatu dengan pikiran tenang.
Menurut Ibnu Miskawih, sifat Syaja’ah mengandung keutamaan-keutamaan sebagai
berikut:
a. Jiwa besar, yaitu sadar akan kemnampuan diri dan sanggup melaksanakan pekerjaan besar
yang sesuai dengan kemampuannya. Bersedia mengalah dalam persoalan kecil dan tidak
penting Menghormati tetapi tidak silau kepada orang lain.]
b.  Tabah, yaitu tidak segera goyah pendirian, bahkan setiap pendirian keyakinan
deipegangnya dengan mantap
c.   Keras Kemauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak berputus asa serta tidak mudah
dibelokkan dari tujuan yang diyakini
d.   Ketahanan, yaitu tahan menderita akibat perbuatan dan keyakinannya
e.   Tenang, yaitu berhati tenang, tidak selalu menuruti perasaan (emosi) dan tidak lekas
marah
f.    Kebesaran, yaitu suka melakukan pekerjaan yang penting atau besar
Penerapan sifat syajaah dalam kehidupan
Sumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu;
a.  Rasa takut kepada Allah swt.
b.  Lebih mencintai akhirat daripada dunia,
c.  Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang
Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika
mengancam. Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian
menentang maka itulah pemberani. Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah
pemberani (al-syujja’). Al-syajja’ah (berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf(tidak takut sama
sekali)”
Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dapat dipahami bahwa berani terhadap
sesuatu bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya.Keberanian dinilai dari tindakan
yang berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggungjawab dan berdasarkan pertimbangan
maslahat.
Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:
Pelajaran 4 (Keempat)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Alokasi Waktu: 6 X 45 menit

Kelas/Semester : XI / 1

Standar Kompetensi : Menunjukan Sikap Syaja'ah dalam Mewujudkan Kejujuran


1).   Syaja’ah harbiyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian
waktu menghadapi musuh dalam peperangan (al-Jihad fi Sabilillah). Allah berfirman :

‫يم‬ِ‫َن اللَّه مَسِ يع عل‬


َّ ‫أ‬ ‫ا‬
ْ‫و‬ ‫م‬‫ل‬
َ ‫اع‬‫و‬ ِ َّ‫وقَاتِلُواْ يِف سبِ ِيل الل‬
‫ه‬
(244)
ٌ َ ٌ َ ُ َْ َ َ
artinya : “dan berperang lah kamu di jalan allah, dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui “ ( Qs. Al- baqarah: 244)

2).   Syaja’ah nafsiyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan
menegakkan kebenaran
a)     Keberanian mengatakan kebenaran sekalipun didepan penguasa yang DzalimDari Abu
Sa’id Al Khudri, Nabi Muhhammad saw bersabda :

ٍ َ‫ضل اجْلِه ِاد َكلِمةُ ع ْد ٍل ِعْن َد س ْلط‬


‫ان َجائٍِر‬ ُ َ َ َ ُ َ ْ‫أَف‬
Artinya “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata
yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi
no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini
hasan).

b)    Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah sekalipun dia bisa melampiaskannya
dan firman Allah swt:

‫س َع ِن اهْلََوى‬ ‫ف‬ ‫الن‬


َّ ‫ى‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫و‬ ِِّ‫اف م َقام رب‬
‫ه‬
َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ‫َوأ ََّما َم ْن َخ‬
Artinya “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41.)

Munculnya sikap syaja’aht idak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai berikut:


1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.
2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.
3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.
Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat
dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:
Pelajaran 4 (Keempat)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Alokasi Waktu: 6 X 45 menit

Kelas/Semester : XI / 1

Standar Kompetensi : Menunjukan Sikap Syaja'ah dalam Mewujudkan Kejujuran


a)      Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin
saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.
b)      Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.
c)      Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan.
Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan
rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggungjawab.
Macam-macam Syaja’ah
Syaja’ah atau pemberani/kesatria tentu saja berbeda dengan bersikap nekat, “ngawur” atau tanpa
perhitungan dan pertimbangan. Asy-syaja’ah adalah keberanian yang didasari pertimbangan matang
dan penuh perhitungan karena ingin meraih ridha Allah. Dan untuk meraih ridha Allah, tentu saja
diperlukan ketekunan kecermatan dan kerapian kerja (itqan). Buka keberanian yang tanpa
perhitungan, namun juga bukan terlalu perhitungan dan pertimbangan yang melahirkan ketakutan.
Paling tidak ada beberapa macam bentuk asy-syaja’ah (keberanian), yakni:
1. Memiliki daya tahan besar
Seseorang dapat dikatakan memiliki sifat berani jika ia memiliki daya tahan yang besar untuk
menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada
di jalan Allah.
2. Berterus terang dalam kebenaran
“Qulil haq walau kaana muuran” (katakan yang benar meskipun itu pahit) dan berkata benar
di hadapan penguasa yang zhalim adalah juga salah satu bentuk jihad bil lisan. Jelas saja
dibutuhkan keberanian menanggung segala resiko bila kita senantiasa berterus terang dalam
kebenaran.
3. Kemampuan menyimpan rahasia
Orang yang berani adalah orang yang bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan
terutama dalam persiapan jihad menghadapi musuh-musuh Islam. Kemampuan
merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia
adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.
4. Mengakui kesalahan
Salah satu orang yang memiliki sifat pengecut adalah tidak mau mengakui kesalahan,
mencari kambing hitam dan bersikap “lempar batu, sembunyi tangan”
Sebaliknya orang yang memiliki sifat syaja’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta
Pelajaran 4 (Keempat)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Alokasi Waktu: 6 X 45 menit

Kelas/Semester : XI / 1

Standar Kompetensi : Menunjukan Sikap Syaja'ah dalam Mewujudkan Kejujuran


maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.
5. Bersikap obyektif terhadap diri sendiri
Ada orang yang cenderung bersikap over estimasi terhadap dirinya, menganggap dirinya
baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang
bersikap under estimasi terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu
berbuat apa-apa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak
proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali
dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
6. Menahan nafsu di saat marah
Seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu ber–mujahadah li nafsi, melawan nafsu dan
amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia
punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.
Contoh Figur Sahabat dan Sahabiyah yang Memiliki Sifat Syaja’ah
Berani karena benar dan rela mati demi kebenaran. Slogan tersebut pantas dilekatkan pada
diri sahabat-sahabat dan sahabiyah-sahabiyah Rasulullah saw. karena keagungan kisah-kisah
perjuangan mereka.
Rasulullah Muhammad saw. sendiri menjadi teladan utama saat beliau tak bergeming sedikit
pun ketika disuruh menghentikan dakwahnya. Beliau pun berucap dengan kata-katanya yang
masyhur, “Walaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku
tidak akan pernah menghentikan dakwahku ini”.
Keberanian dan keteguhan sikap nampak pula pada diri sepupu dan menantu Nabi saw., Ali
bin Abu Thalib r.a. Ali mengambil peran yang sangat beresiko, menggantikan Rasulullah di
tempat tidur untuk mengelabui musuh-musuh yang mengepung. Dan benar saja ketika tahu
mereka dikelabui, mereka pun marah serta memukuli Ali hingga babak belur.
Khalifah kedua yakni Umar bin Khathab juga sangat terkenal dengan ketegasan sikap dan
keberaniannya. Ketika mau hijrah berbeda dengan sahabat-sahabat lain yang sembunyi-
sembunyi, Umar malah berteriak lantang, “Umar mau hijrah, barang siapa yang ingin anak
istrinya menjadi yatim dan janda, hadanglah Umar”.
Keberanian mempertahankan aqidah hingga mati nampak pada Sumayyah, ibunda Ammar
bin Yasir. Beliau menjadi syahidah pertama dalam Islam yang menumbuhsuburkan
perjuangan dengan darahnya yang mulia.
Pelajaran 4 (Keempat)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Alokasi Waktu: 6 X 45 menit

Kelas/Semester : XI / 1

Standar Kompetensi : Menunjukan Sikap Syaja'ah dalam Mewujudkan Kejujuran


Begitu pula Khubaib bin Adiy yang syahid di tiang salib penyiksaan dan Habib bin Zaid yang
syahid karena tubuhnya dipotong-potong satu demi satu selagi ia masih hidup. Mereka berani
bertaruh nyawa demi mempertahankan akidah dan itu terbukti dengan syahidnya mereka
berdua.
Bilal dan Khabab bin Al-Irts, yang mantan budak disiksa dengan ditimpa batu besar (Bilal)
dan disetrika punggungnya (Khabab) adalah bukti bahwa keberanian tidak mengenal lapisan
dan strata sosial.
Ada pula anak bangsawan seperti Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Abi Waqqash yang diusir
dan tidak diakui lagi sebagai anak oleh orangtua mereka karena masuk Islam. Dan akhirnya
wanita-wanita perkasa dan pemberani seperti Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah
saw., Nusaibah binti Ka’ab, perisai Rasulullah saw. dan Fatimah, putri Rasulullah saw. yang
menjadi bukti wanita tak kalah berani dibandingkan laki-laki dalam mempertahankan
kebenaran.
Hikmah Syaja’ah
Dalam ajaran Islam sifat perwira ini sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap muslim,
sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi
kehidupan beragama berbangsa dan bernegara. Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan
hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan
amarah, tenang, mencintai.
Orang yang jujur, menjadi patokan penting sehingga ia bisa dipercayai. Jujur ini berarti
kesesuaian antara apa yang diucapkan/dikatakan atau diperbuat dengan kenyataan yang ada/benar-
benar terjadi. Jadi, apabila ada berita yang sesuai dengan situasi, kondisi yang ada, maka itu adalah
benar/jujur adanya, akan tetapi jika tidak, maka dikatakan dusta. Allah SWT memerintahkan kepada
kita untuk bersikap benar, baik dalam perbuatan maupun dalam ucapan, sebagaimana firman-Nya :

َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬

Artinya :"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan


bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar." (QS At-Taubah/9:119)

Kejujuran itu ada pada ucapan, adapula pada perbuatan, sebagaimana seseorang yang melakukan
suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Ketika berani untuk mengatakan “tidak”
untuk korupsi, berusaha untuk menjauhi apa yang namanya korupsi. Jangan sampai jika sudah
Pelajaran 4 (Keempat)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Alokasi Waktu: 6 X 45 menit

Kelas/Semester : XI / 1

Standar Kompetensi : Menunjukan Sikap Syaja'ah dalam Mewujudkan Kejujuran


mengatakan tidak, namun kenyataannya melakukan korupsi. Demikian juga orang munafik, tidaklah
dikatan sebagai orang yang jujur karena ia menampakkan dirinya sebagai orang yang bertauhid,
padahal hatinya jelas tidak. Dan yang jelas, kejujuran adalah sifat orang-orang yang beriman,
sedangkan lawannya adalah dusta, sifat orang yang munafik. Ciri-ciri orang munafik adalah dusta,
ingkar janji dan khianat. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW :

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad SAW bersabda “Tanda orang
munafik ada 3, yaitu : apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari dan
apabila dipercaya khianat,” (HR. Bukhori Muslim).

Allah SWT menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba yang mampu
menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya). Allah SWT berfirman :

ِ ‫ات تَجْ ِري ِمن تَحْ تِهَا اأْل َ ْنهَا ُر خَالِ ِدينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ر‬
‫َّض َي‬ ِ َ‫قَا َل هَّللا ُ هَٰ َذا يَوْ ُم يَنفَ ُع الصَّا ِدقِين‬
ٌ َّ‫ص ْدقُهُ ْم ۚ لَهُ ْم َجن‬
‫هَّللا ُ َع ْنهُ ْم َو َرضُوا َع ْنهُ ۚ َ ٰذلِكَ ْالفَوْ ُز ْال َع ِظيم‬

Artinya :“Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya.
Mereka memperoleh surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal
didalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka, dan merekapun ridha
kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS Al-Maidah/5:119)

Perilaku jujur dapat kita terapkan dalam berbagai hal dalam keidupan sehari-hari, baik
disekolah, dirumah, ataupun dilingkungan masyarakat dimana kita tinggal. Contoh cara-cara
menerapkan perilaku jujur adalah sebagai berikut.
1.    Di sekolah, luruskanlah niat kita untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh bapak ibu guru, tidak menyontek saat ujian, melaksanakan piket sesuai
jadwal, manaati peraturan yang berlaku disekolah, berbicara dengan benar dan baik kepada
guru, teman ataupun orang-orang yang ada dilingkungan sekolah kita.
2.    Di rumah, kita bisa meluruskan niat untuk berbakti kepada orang tua,
memberitakan mereka hal-hal yang benar. Contohnya saat meminta uang untuk kebutuhan
suatu hal, tidak menutup-nutupi masalah pada orang tua, tidak melebih-lebihkan sesuatu
hanya untuk emmbuat orang tua senang.
Pelajaran 4 (Keempat)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Alokasi Waktu: 6 X 45 menit

Kelas/Semester : XI / 1

Standar Kompetensi : Menunjukan Sikap Syaja'ah dalam Mewujudkan Kejujuran


3.    Di masyarakat, kita dapat melakukan kejujuran dengan niat untuk membangun
lingkungan yang baik, tenang, dan tenteram, tidak mengarang cerita yang membuat suasana
di lingkungan menjadi tidak kondusif, tidak membuat gosip. Ketika diberi kepercayaan untuk
melakukan sesuatu yang diamanahkan, harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh, dan lain
sebagainya.
MACAM-MACAM KEJUJURAN
Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur dalam hati atau niat,
jujur dalam perkataan atau ucapan, dan jujur dalam perbuatan.
1.      Jujur dalam niat atau kehendak, yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang
dalam rangka menaati perintah Allah Swt. dan ingin mencapai ridha-Nya. Jujur
sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur. Orang yang pura-pura jujur berarti tidak
ikhlas dalam berbuat.
2.      Jujur dalam ucapan, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan realitas yang terjadi,
kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam kondisi perang,
mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan semisalnya. Setiap hamba berkewajiban
menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran
karena hal itu sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi
kemaslahatan pada saat-saat tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur.
Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang diantara
macam-macam kejujuran.
3.      Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga tidaklah
berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti
melaksanakan suatu pekerjaan sesuai yang diridhai Allah Swt. dan melaksanakannya secara
terus-menerus dan ikhlas.
HIKMAH PERILAKU JUJUR
Apabila perilaku jujur dapat diterapkan setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, niscaya
akan dapat dipetik beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut.
1.      Menimbulkan perasaan puas, perasaan puas tercermin dalam wajahnya yang berseri-seri.
Wajah yang berseri-seri menjadikan pergaulan semakin baik.
2.      Mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.
3.      Selamat dari azab dan bahaya.
Pelajaran 4 (Keempat)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Alokasi Waktu: 6 X 45 menit

Kelas/Semester : XI / 1

Standar Kompetensi : Menunjukan Sikap Syaja'ah dalam Mewujudkan Kejujuran


4.      Dicintai Allah Swt. dan rasul-Nya serta dijamin masuk surge.
5.      Terwujudnya kehidupan yang tenteram karena baiknya pergaulan.

KESIMPULAN
Orang yang jujur, menjadi patokan penting sehingga ia bisa dipercayai. Jujur ini berarti
kesesuaian antara apa yang diucapkan/dikatakan atau diperbuat dengan kenyataan yang
ada/benar-benar terjadi.Ibnu Qayyim berkata, dasar iman yakni kejujuran (kebenaran),
sedangkan dasar nifaq adalah kebohongan/dusta. Tidak akan pernah bertemu antara
kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah SWT
menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba yang mampu
menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si
pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan
akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia
dan selamat dari segala keburukan.
Merealisasikan kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur dalam perkataan, maupun jujur
dalam perbuatan membutuhkan kesungguhan. Adakalanya kehendak jujur itu lemah,
adakalanya pula menjadi kuat. Jujur itu indah juga membawa berkah. Ketahuilah bahwa
berperilaku jujur terkadang sangat pahit pada awalnya, tetapi percayalah buah manis akan
kita dapatkan di akhirnya.

Anda mungkin juga menyukai