Anda di halaman 1dari 3

Syaja’ah (Berani)

A. Makna Syaja’ah
Menurut bahasa Syaja'ah merupakan bahasa Arab yang berasal dari syaju'a-yasju'u-
syaja'atan (‫شجاعة‬-‫ يشجع‬-‫ )شجع‬yang artinya berani. Lawan dari Syaja’ah adalah Al-Jubn (‫)ال ُجبْن‬
yang berarti pengecut. Sedangkan secara istilah pengertian Syaja'ah adalah keteguhan hati,
kekuatan pendirian, untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji.
B. Dalil terkait Syaja’ah
Salah satu ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang syajaah adalah dalam QS. Ali Imran/3:
139
َ ْ ْ ُّ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ
‫ولا ت ِىنيا ولا تحزنيا وانتم الاعلين ِان كنتم مؤ ِم ِنين‬
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali
Imron/3: 139
C. Bentuk syaja’ah
Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian
dalam medan tempur di waktu perang.
2. Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan
menegakkan kebenaran.
Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat dituangkan dalam
beberapa bentuk, yakni:
a. Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin
saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah Swt.
b. Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.
c. Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan.
Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu
menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.
d. Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang tidak mau
mengakui kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu sembunyi
tangan” Orang yang memiliki sifat syajā’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta
maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.
e. Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over
confidence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak
memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate”
terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apaapa dan tidak
memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak

1
obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang
memiliki sisi baik dan buruk.
f. Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu
bermujahadah li an-nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat
mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang
untuk melampiaskan amarahnya. Hikmah Syaja’ah.
Selain itu, beberapa bentuk Syaja'ah yang disebutkan oleh Al-Quran:
1. Syaja'ah (berani) menghadapi musuh dalam peperangan (jihad fi sabilillah)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya telah memberikan contoh
syaja'ah dalam jihad fi sabilillah. Di antaranya keberanian yang diperlihatkan ketika
perang Badar. Dengan kekuatan 300 orang, mereka dengan ikhlas dan gagah berani
menghadapi kekuatan kafir Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat (kurang lebih 1000
orang). Dengan izin Allah, kaum muslimin memperoleh kemenangan gilang gemilang.
2. Syaja'ah (berani) menyatakan kebenaran (kalimatu al-Haq)
"Qulil haqqa walau kaana murran" (Katakanlah yang benar/haq, meskipun pahit
(akibatnya)!. Kita harus sentiasa berani dalam mengatakan kebenaran, meskipun di

َ
hadapan penguasa zhalim. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
َ َ ْ َ ْ ْ َ ُ َ ْ ُ َ ْ
‫ان ج ِائ ٍر‬ ُ َ َ ‫أفضل‬
ٍ ‫الجى ِاد ك ِلمة عد ٍل ِعند سلط‬ِ
“Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan di hadapan penguasa yang
zhalim” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Dalam mengatakan kebenaran membutuhkan sikap Amar ma’ruf nahi munkar. Amar
ma'ruf artinya mengajak/perintah kepada kebaikan dan nahi munkar artinya
melarang/mencegah keburukan. (Amar ma’ruf nahi munkar: mengajak/memerintah
kepada kebaikan dan mencegah/melarang berbuat keburukan).
Amar ma’ruf nahi munkar merupakan cita-cita dan nilai luhur dari umat manusia.
Apabila tidak ada Amar ma’ruf nahi munkar maka tidak akan ada ketaatan kepada Allah
Subhanahu wa ta'ala. Apabila tidak ada ketaatan kepada Allah Ta’ala maka azab Allah
akan datang menghampiri. Jika tidak taat kepada Allah masih aman-aman saja tidak ada
adzab, maka mereka sedang diberi istidraj (dilulu). Diberikan kenikmatan, justru biar
semakin jauh dari Allah.
3. Syaja'ah (berani) untuk mengendalikan diri ketika marah
Dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim (Muttafaq 'alaih) diriwayatkan:
َْ َ َ َ ‫ُ َ َ ْ َ َه‬ ‫ه ُ َ ْ ُ َه َ ُ َ ه َ ه‬ َ ُ
َ
َ
َ َ
ِ ‫ أن رسيل‬،‫ررة ر ِض َي اَّلل عنه‬
‫ «ليس‬:‫اَّلل صلى اَّلل علي ِه وسلم كال‬ َ ْ ‫ع ْن أ ِبي و ي‬
َ

َ َ َ ْ ُ َ َْ ُ ْ َ ‫ُّ َ ه ه ُ ه‬ ُ ‫ه‬
َ
‫ متفق عليه‬.»‫ ِإنما الش ِديد ال ِذي يم ِلك نفسه ِعند الغض ِب‬،‫الش ِديد ِةالص َرع ِة‬

2
Artinya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah bersabda: “Bukanlah yang
dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya pemberani itu adalah
orang yang sanggup menguasai dirinya di waktu marah”. (Muttafaq 'alaihi)

D. Sumber sekaligus ciri orang yang memiliki sifat syajaah


1. Rasa takut kepada Allah Swt. Dan istiqomah di jalan-Nya
2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia.
3. Tenang (al-Ithmi’nan) dalam menghadapi kehidupan
4. Optimis (At-Tafa’ul) dalam menjalani kehidupan
5. Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang.
6. Tidak menomor satukan kekuatan materi.
7. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah Swt.
Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika
mengancam. Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian
menentang maka itulah pemberani. Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah
pemberani (al-syuja’). Alssyaja’ah (berani) bukan sinonim “adam al-khauf” (tidak takut sama
sekali)” Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dipahami bahwa berani terhadap sesuatu
bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya. Keberanian dinilai dari tindakan yang
berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggung jawab dan berdasarkan pertimbangan
maslahat.
eberanian terbagi kepada terpuji (al-ma mudah) dan tercela (al-mazmumah).
Keberanian yang terpuji adalah yang mendorong berbuat maksimal dalam setiap peranan yang
diemban, dan inilah hakikat pahlawan sejati. Sedangkan berani yang tercela adalah apabila
mendorong berbuat tanpa perhitungan dan tidak tepat penggunaannya.
Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai berikut:
1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.
2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.
3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.
Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap
muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan
bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara. Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan
hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan
amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya,
apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat
ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang
mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa,
kecil hati dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai