Anda di halaman 1dari 2

UTSMAN BIN AFFAN

KELAHIRAN & KEUTAMAAN SIFAT


Utsman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk
golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam).
Utsman adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 69–70 tahun) hingga 656 (selama 11–12 tahun).
Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat dermawan dan sangat pemalu. Salah satu kisah kedermawanannya, Saat Perang
Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk,
nilainya sama dengan Rp75,6 miliar. Salah satu bukti bahwa Utsman sangat pemalu yakni diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa
Aisyah bertanya kepada Rasulullah  , "Abu Bakar masuk tetapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu
Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk
dan membetulkan pakaian, mengapa?" Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu
kepadanya?”, tapi ada juga yang berpendapat bahwa jawaban Rasulullah SAW adalah: “Sesungguhnya Ustman adalah seorang
orang yang pemalu dan saya khawatir jika dia kuizinkan dan saya dalam keadaan demikian, dia lalu tidak mengutarakan
keperluannya.”

Ia mendapat julukan Dzun Nurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi
puteri kedua dan ketiga dari Rasullah   yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
KEKHALIFAHAN
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya.
Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin
Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair
bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat
pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi
khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H.
Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
KEBIJAKAN
Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan Masjid al-Haram Mekkah dan Masjid Nabawi Madinah karena
semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya;
membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian,
menaklukan beberapa daerah kecil yang berada disekitar perbatasan seperti Syiria, Afrika
Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar
adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan
menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan
sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.
WAFAT
Khalifah Utsman meninggal saat dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah.
Dia diberi dua ultimatum oleh pemberontak (Ghafiki dan Sudan), yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman
mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam.
Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan
membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah   perihal kematian
Utsman yang syahid nantinya, “Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu
jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau
bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad). Ia dimakamkan di kuburan Baqi
di Madinah.
TELADAN SIKAP MALU TAPI TETAP TEGAS
Ustman bin Affan adalah salah satu sahabat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yang sangat dihormati oleh Rasulullah
karena sifat malunya.Tetapi sikap malunya Ustman radhiyallahu anhu tidak menjadikannya sebagai orang yang lemah. Sifat malu
Ustman radhiyalahuu anhu tidak menjadikan penghalang untuk menegakkan keadilan.
Dalam buku Kepemimpinan dan Keteladanan Utsman bin Affan yang ditulis oleh Fariq Gasim Anuz diceritakan bahwa
banyak yang mengira bahwa Khilafah Utsman bin Affan yang pemalu itu tidak bisa bersikap tegas. Tetapi kenyataannya, beliau
adalah seorang khalifah yang adil lagi tegas. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa Khalifah Utsaman radhiyallahu anhu
bersikap tegas saat dibutuhkan.
Diantaranya contoh dari sifat tegasnya dalam memimoin adalah saat ia menghukum adiknya sendiri yaitu, Wali bin Uqbah
(adik satu ibu lain ayah) Saat itu Waid berbuat masalah, dan masyarakat banyak yang membicaraknnya. Dari Ibnu Syihab, Utsam
berkata, “Amma Ba’du sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla telah mengutus Muhammad Sallahu alaihi wasallam dengan
membawa kebenaran dan aku termasuk salah saorang yang memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya, aku beriman dengan apa
yang dibawa beliau, aku juga melakukan hijrah dua kalo, sebagaimana yang telah engkau katakana, dan akau juga telah menemani
dan membai’at Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Demi Allah aku tidak pernah mendurhakai dan mengkhianati Nabi hingga
Allah mewafatkan beliau, demikian juga Abu Bakar dan Umar, kemudian aku diangkat menjadi khalifah, bukankah aku memiliki
hak seperti mereka?’ Aku jawab, “Benar.’ Ia berkata lagi, “Ada apa dengan berita-berita yang sampai kepadaku? Adapun tentang
permasalahan Walid akan kita selesaikan dengan benar insya Allah,” Kemudian beliau memanggil Ali bin Abu Thalib
radhiyallahu anhu dan memerintahkannya agar mecambuk Walid sebanyak delapan puluh kali.”
Selain itu, ada kisah lainnya yang menceritakan Utsman radhiyallahu anhu  seorang yang pemalu dan bisa bersikap tegas.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Azraqy, “Di masa khalifah Utsman jumlah kaum Muslimin berziarah ke Mekkah terus bertambah
… maka beliau memperluas Masjidil Haram … Beliau membeli rumah-rumah disekitarnya. Sebagian orang enggan menjualnya.
Lalu Utsman membongkar paksa rumah mereka. Namun para pemilik rumah menghalanginya.
Maka Utsman memanggil mereka seraya berkata, “Kalian berani menghalangi kebijakanku karena tahu akan kesantunanku.
Padahal dulu Umar membongkar rumah disekitar Masjidil Haram dan tidak seorangpun yang menghalanginya.” Lalu Utsman
memenjarakan mereka beberapa hari lamanya.”
Keadilan dan kesejahteraan dua hal yang sangat diinginkan umat. Baik itu dalam berwarga negara ataupun dari hal
bermasyarakat. Dua hal itu terwujud jika nilai-nilai kepribadian seseorang sudah benar dan sesuai dengan tuntunan yang diajarkan
agama. Pembenaran kepribadian atau akhlak harus dimulai dari hal terkecil salah satunya mempunyai rasa malu. Mengapa rasa
malu harus ditimbulkan?  Karena dari rasa malu itulah bisa mencegah seseorang berbuat ketidakadilan. Dalam hal ini banyak
kejadian dan peristiwa yang sering terjadi. Ketidakadilan yang menjalar ke masyarakat luas akibat dari sekelompok masyarakat
yang tidak mempunyai rasa malu. Tidak punya rasa malu atas apa yang telah diperbuat dan seakan-akan menutup mata dengan aib
yang ia timbulkan.

Memiliki rasa malu itu akan membuat semua kelakuan menjadi dipikir sebelum ditindak. Hal ini tentu tak lepas atas
ketakwaan kita kepada Allah Swt. Bahkan Nabi besabda, dari Abu Mas’ud radhiyallahu‘anhu, Rasullullah bersabda:
“Sesungguhnya perkataan yang diwarisi oleh orang-orang dari nabi-nabi terdahulu adalah: ‘Jika engkau tidak malu, perbuatlah
sesukamu.” (HR. Bukhori no. 3483). Maksudnya dari hadis diatas, apabila engkau tidak mempunyai malu lagi maka perbuatlah
sesukamu, karena Allah akan membalas perbuatanmu dengan setimpal.

Mempunyai rasa malu adalah suatu sifat yang terpuji yang efek darinya bisa mengendalikan orang yang memilikinya dari
berbagai perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan.dan masih banyak buah dari memiliki rasa malu. Imam ibn Hibban al-Busti
rahimahullah berkata, “Wajib bagi orang yang berakal untuk bersikap malu terhadap sesama manusia. Diantara berkah yang mulia
yang didapat dari membiasakan diri bersikap malu adalah akan terbiasa berperilaku terpuji dan menjahui perilaku tercela.
Disamping itu berkah yang lain selamat dari api neraka. Bila rasa malunya lebih dominan, maka kuat pula perilaku baiknya,
sedang perilaku jeleknya melemah. Saat sikap malu melemah, maka sikap buruknya menguat dan kebaikannya akan meredup”.

Beliau juga melanjutkan, “Sesungguhnya seseorang apabila bertambah kuat rasa malunya maka ia akan melindungi
kehormatannya, mengubur dalam-dalam kejelekannya, dan menyebarkan kebaikan-kebaikannya. Siapa yang hilang rasa malunya,
pasti hilang juga kebahagiannya, pasti akan hina dan dibenci oleh oleh manusia. Siapa yang dibenci manusia pasti ia akan disakiti.
Siapa yang disakiti pasti ia akan bersedih. Siapa yang bersedih pasti memikirkannya. Siapa pikirannya yang tertimpa ujian, maka
sebagian ucapannya menjadi dosa dan tidak mendatangkan pahala. Tidak ada obat bagi orang yang tidak memiliki malu, tidak ada
malu bagi orang yang tidak memiliki sifat setia, dan tidak ada kesetiaan bagi orang yang tidak memiliki kawan. Siapa yang sedikit
rasa malunya, ia akan berbuat sekehendaknya dan berucap apa saja yang disukainya”.

Anda mungkin juga menyukai