Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SOSIOLOGI

PERINTIS SOSIOLOGI : AUGUSTE COMTE

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Kuliah Sosiologi

Dosen Pengampu :

Dr. Nyong Eka Teguh Iman Santosa, M.Fil.I

Disusun Oleh :

Ailin Mumtaza (03010220003)

Nikken Dwi Retno Sari (03010220016)

Faza Ahmad (03020220037)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta alam yang Maha
Pengasih lagi Penyayang yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penugasan Makalah yang berjudul “Perintis Sosiologi : Auguste
Comte”.

Kami sebagai penyusun makalah yang berjudul “Perintis Sosiologi : Auguste Comte”
menyampaikan bahwa makalah ini mencakup tentang riwayat atau biografi Auguste Comte,
sejarah perkembangan sosiologi yang dirintis oleh Auguste Comte, dan kontribusi ilmiahnya.

Dengan disusunnya makalah ini kami bertujuan penuh untuk menyampaikan informasi
kepada para pembaca dengan pokok bahasa secara rinci dan bahasa yang mudah dipahami.
Kami sebagai penyusun makalah mohon maaf jika dalam Makalah berjudul “Perintis
Sosiologi : Auguste Comte” masih terdapat banyak kekurangan. Terima kasih,
Wassalamualaikum wr.wb.

Sidoarjo, 02 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
A. Biografi atau Riwayat Hidup Auguste Comte..................................................................
B. Sejarah Perkembangan Sosiologi Era Auguste Comte.....................................................
C. Kontribusi Ilmiah Auguste Comte Terhadap Sosiologi....................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosiologi atau ilmu sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang telah hadir jauh
sesudah hadirnya ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial yang lainnya. Walaupun pertanyaan
yang didasarkan pada perubahan di masyarakat telah ada ratusan tahun sebelum masehi
(SM), akan tetapi sosiologi sendiri dalam pengertiannya adalah ilmu yang mempelajari
mengenai masyarakat yang baru lahir belasan abad kemudian. Pada awalnya, segala
pengetahuan manusia itu menjadi satu dalam filsafat, akan tetapi dengan berjalannya waktu
pengetahuan manusia tersebut terjadi spesialisasi. Filsafat sendiri memiliki cabang keilmuan
di antaranya adalah astronomi, fisika, biologi, kimia, sejarah, dan geologi, sedangkan filsafat
kejiwaan dan filsafat sosial mengalami perkembangan menjadi psikologi dan sosiologi.
Menurut Auguste Comte, sosiologi adalah studi yang bersifat positif mengenai hukum
dasar dari gejala sosial yang kemudian dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi
dinamis. Sosiologi statis yang dimaksudkan oleh Auguste Comte merupakan suatu ilmu
dalam bidang sosiologi yang fokus perhatiannya adalah pada pusat-pusat hukum statis yang
merupakan dasar adanya masyarakat. Suatu hal yang dipelajari dalam hal ini adalah mengapa
masyarakat itu ada, dan apa yang menjadi latar belakang terciptanya kehidupan
bermasyarakat. Dengan adanya hal-hal yang harus dipelajari mengenai suatu masyarakat itu,
maka Auguste Comte mendefinisikan ilmu tersebut adalah ilmu sosiologi. Sebelum perintis
sosiologi yang bernama Auguste Comte ini, sebenarnya ada perintis sosiologi terdahulu
seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Dari beberapa sumber yang banyak terdapat dalam
buku atau internet, perintis sosiologi yang mampu memahami dan memfokuskan bahan
pikirannya adalah Auguste Comte. Auguste Comte juga dijuluki sebagai bapak sosiologi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi atau riwayat hidup Auguste Comte?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu sosiologi era Auguste Comte?
3. Bagaimana kontribusi ilmiah dari Auguste Comte terhadap sosiologi?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui biografi atau riwayat hidup Auguste Comte.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan sosiologi era Auguste Comte.
3. Untuk mengetahui kontribusi ilmiah dari Auguste Comte terhadap sosiologi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi atau Riwayat Hidup Auguste Comte

Auguste Comte (1798-1857) Auguste Comte, memiliki nama panjang Isidore Marie
Auguste Francois Xavier Comte yang lahir pada 17 Januari 1798 di Montpellier, Paris.
Comte berasal dan keluarga bangsawan Katholik. namun tak lama kemudian Comte melihat
sebuah perbedaan yang mencolok antara agarna Katholik yang dianutnya dengan pemikiran
keluarga Monarki yang berkuasa sehingga terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya.

Montpellier adalah tanah kelahiran Comte yang terletak di hagian selatan Prancis,
Comte mcnempuh pendidikan sehuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis
sampai selesai, setelah itu melanjutkan pendidikannya di Ecole Polytechnique di Paris dengan
tidak lama dikarenakan sekolah tcrsebut ditutup pada tahun 1816. sehingga Comte
melanjuikan pendidikannya di sekolah kedokteran di Monipellier.

Berselang setahun kemudian pada bulan agustus 1817 Comte menjadi murid sekaligus
sekertaris dari Cloude Hendri de Rouvroy, Comte de Saint Simon yang berpengaruh pada
Comte masuk dalam lingkungan intelektual, hingga pada tahun 1824 Comte meninggalkan
Saint-Simon karena merasa tidak cocok dalam pengembangan intelektualnya.

Pada tahun 1822 berencana mempublikasikan studi Ilmiah tentang pengaturan


kembali masyarakat dalam penelitian tentang filosofi positivismenya, tetapi saat itu Cotme
gagal mendapatkan posisi akademis sehingga menghamhat publikasi penelitiannya. hingga
kehidupan yang sempat melarat dan penelitiannya terhambat hingga mulai bergantung pada
sponsor dan bantuan finansial dan beberapa temannya.

Kehidupan pribadi Comte dipenuhi dengan kemiskinan, Comte adalah sosok


emosional dalam bersahahat, Comte dikenal arogan kejam dan mudah marah sehingga
ditahun 1826 dia dibawah ke rumah sakit jiwa. selain itu sering kali terjadi konflik dalam
persoalan cinta bahkan pernah melakukan percobaan bunuh diri. Comte memiliki kisah cinta
tragis. menikah dengan Caroline Massin seorang pekerja seks dan bercerai pada 1842. pada
tahun 1844 Comte menjalin kasih dan menikah dengan Clotide de Viaux namun tidak
bertahan lama disebabkan sakit Tuhereolosis dan meninggal dunia.
Tak lama setelahnya pada 1851-1854 Comte mulai bangkit dan menerbitkan bukunya
yang berjudul Systeme de Politique Positive, dan wafat di Paris pada 05 September 1857 dan
dimakamkan di Cimetiere du Pere Lachaise, Comte dikenal sebagai bapak positivisme dan
juga dianggap sebagai orang pertama yang mencetuskan istilah sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan modern yang mempelajari aspek sosial dari kehidupan manusia, Comte adalah
tokoh sosiologi klasik awal. ideologi positivisme Comte mengusung keyakinan bahwa
masyaraka dapat dipahami sesuai dengan hukum ilmu alam.

B. Sejarah Perkembangan Sosiologi Era Auguste Comte


Pada awal perkembangan sosiologi terjadi banyak hambatan yaitu suatu perlawanan
dari mereka yang meragukan adanya kemungkinan untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan. Mereka merasa tidak yakin bahwa masing-masing manusia dapat dipelajari dengan
metode-metode yang sama, sebagaimana dalam mempelajari bintang-bintang, planet-planet,
batu-batuan, atau gejala alam yang lain. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh hukum-
hukum alam yang pasti sifatnya sebagaimana tingkah laku benda-benda mati dan tidak
memiliki akal pikiran. Saat masa-masa awal perkembangan sosiologi sebenarnya telah ada
beberapa para sosiolog. Para sosiolog itu juga memiliki pemikiran dan teori yang populer di
kala itu sebelum era Auguste Comte. Di antara para sosiolog sebelum Auguste Comte di
antaranya adalah Aristoteles, Plato, Thomas More, Ibnu Khaldun, John Loekoe, serta Saint
Simon.
Masing-masing dari tokoh sosiolog itu merumuskan pemikirannya tentang sosiologi
dengan berbagai tulisan. Contohnya adalah Aristoteles (384-322 SM) yang menganalisis
terhadap lembaga-lembaga pihak di masyarakat. Aristoteles menyimpulkan bahwa basis dari
suatu masyarakat adalah modal. Lalu ada Plato (429-347 SM) beliau merupakan seorang
filosof barat yang berasal dari Romawi, beliau mencetuskan sebuah pemikiran mengenai
struktur sosial dalam suatu masyarakat yang beliau jabarkan dengan sistematis. Menurut
Plato, masyarakat yang sesungguhnya adalah sebuah refleksi dari manusia individu yang
keseimbangan jiwanya terganggu, serta terdiri dari tiga unsur seperti : nafsu, semangat, dan
intelegensia. Kemudian perkembangan sosiologi pada masa Renaisance pada tahun (1200-
1600) yang memnculkan tokoh-tokoh seperti Thomas More melalui gagasanna yaitu otovia-
nyacampenella, isi di dalamnya adalah berkaitan dengan gagasan berupa bentuk masyarakat
ideal. Selain itu, ada juga tokoh sosiolog N.Machiavelli yang menganalisis mengenai
bagaimana cara untuk mempertahankan kekuasaan.
Kemudian ada Ibnu Khaldun pada tahun (1332-1406) yang mencetuskan beberapa
prinsip tentang bagaimana kehidupan yang terjadi dalam suatu masyarakat antara yang satu
dengan yang lainnya, serta terbentuk ikatan-ikatan dan usaha kerja sama antarmanusia di
dalam sebuah masyarakat. Ahli Sosiologi yang dianggap memegang momentum
perkembangan sosiologi adalah Auguste Comte. Auguste Comte (1798-1853) merupakan
sosiolog yang pertama kali membedakan ruang lingkup dengan isi dari sosiologi mengenai
ruang lingkup dan isi dari pengetahuan yang lainnya.
Pada tahun-tahun sesudah istilah sosiologi yang diberikan oleh Auguste Comte,
banyak sekali masyarakat atau orang-orang juga ikut bersemangat mengenai ilmu masyarakat
tersebut, antara lain adalah Herbert Spencer, beliau adalah orang yang berasal dari Inggris
hidup pada tahun sekitar (1820-1903) dan beliau lah yang mengembangkan sosiologi hingga
menjadi populer dan dapat dikenal oleh masyarakat banyak. Perkembangan yang terjadi di
dalam sosiologi setelah Auguste Comte juga tetap berlangsung secara pesat, Kemudian
setelah itu juga muncul beberapa ahli sosiologi yang lainnya. Teori yang dikemukakan oleh
Auguste Comte banyak dipengaruhi oleh pemikiran para tokoh sosiolog seperti Herbert
Spencer dan Rester F. Ward. Pada tahun 1876 Herbert Spencer memunculkan suatu
pemikiran yaitu “Principles of Sociology”. Dalam pemikiran dari Herbert Spencer tersebut
terdapat penerapan mengenai teori evolusi masyarakat manusia dan kemudian menghasilkan
teori besar mengenai revolusi sosial. Kemudian ada Rester F. Ward, beliau adalah ahli
sosiologi yang berasal dari Amerika. Pada tahun 1883, beliau mengemukakan “Dinamic
Sociology” yang di dalamnya beliau berpendapat bahwa perkembangan sosial harus terjadi
dengan adanya tindakan sosial yang cemerlang.
Perkembangan sosiologi setelah Auguste Comte ini lebih banyak dikenal sebagai
kelompok madzhab. Beberapa madzhab tersebut dibentuk sesuai dengan pengaruhnya dari
ilmu-ilmu yang lain. Madzhab sosiologi itu di antaranya adalah : madzhab normal, madzhab
hukum, madzhab psikologis, madzhab geografi dan lingkungan, madzhab organis dan
evolusioner, dan madzhab ekonomi. Perkembangan ilmu sosiologi yang selanjutnya yaitu
pada abad seperti sekarang ini, sifat sosiologi yang dipelajari bersifat sosiologis, akan tetapi
metode-metode yang digunakan ilmu sosiologi dalam mempelajari persoalan-persoalan pada
abad sekarang ini menggunakan azas yang bersifat filosofis. Teori-teori sosiologi yang
dikemukakan memiliki sedikit bukti keempirisannya dan data empiris yang digunakan
sifatnya hanya sebagai ilustratif. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pengujian empiris yang
didasarkan atas pemilihan secara hati-hati mengenai suatu rangka yang sistematis sebagai
tanda yang jelas dari ilmu.
Sosiologi di Indonesia sebelum Perang Dunia II (sebelum proklamasi), ternyata sudah
diperkenalkan oleh para pujangga dan pemimpin-pemimpin melalui ajaran-ajaran mereka
antara lain : Sri Paduka Mangkunegara IV yang berasal dari Surakarta yang mengajarkan
kepada Wulan Reh mengenai bagaimana tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa
yang berasal dari golongan dan kasta yang berbeda. Selain itu, ada juga Ki Hajar Dewantara
yang mengajarkan mengenai konsep-konsep kepemimpinan dan kekeluargaan yang
diterapkan dalam sekolah yang didrikannya yaitu Taman Siswa dan pada Perguruan Tinggi
Hukum satu-satunya sebelum Perang Dunia telah diberikan mata kuliah atau jurusan-jurusan
sosiologi walaupun belum dapat terlaksana secara baik, hal itu dikarenakan di samping ilmu
sosiologi hanya sebagai pelengkap bagi mata kuliah ilmu hukum dan pada waktu itu yang
mengajar sosiologi bukanlah para sosiolog.
Sosiologi atau ilmu sosiologi lahir pada tahun 1842 yang ditandai pada saat perintis
sosiologi yang bernama Auguste Comte menerbitkan buku yang dikarang oleh beliau
berjudul Positive-Philosophy. Jika ditinjau menurut studi sosiologi di Eropa dapat dikatakan
bahwa perintis pertama yang memahami dan merumuskan buah pikiran mengenai sosiologi
adalah Auguste Comte. Pemikiran-pemikiran dan teori-teori dari perintis sosiologi yang
bernama Auguste Comte ini sangat tersohor pada waktu itu. Menurut Comte, ilmu sosiologi
itu didasarkan pada pengamatan atau observasi terhadap masyarakat serta bukan hanya
sekadar melalui spekulasi-spekulasi mengenai masyarakat. Pemikiran yang paling dikenal
atau termasyhur dari Auguste Comte ini adalah pemikiran tentang perkembangan sosiologi
intelektual yang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama atau biasa disebut sebagai tahap
teologis atau fiktif, tahap kedua atau biasa disebut dengan tahap metafisik, dan terakhr adalah
tahap ketiga atau biasa disebut dengan tahap positif. Tahap positif adalah tahap terakhir dari
perkembangan intelektual dari manusia.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, Auguste Comte dikenal sebagai bapak sosiologi
dikarenakan yang memberi nama ilmu baru tersebut sosiologi adalah Comte sendiri.
Meskipun pada zaman Auguste Comte merupakan sebuah konsensus sebagai patokan awal
perkembangan sosiologi, akan tetapi ada beberapa para ahli yang berpendapat bahwa sebelum
Comte ada beberapa orang seperti Plato yang hidup pada tahun 429-347 SM yang telah
mencoba menelaah masyarakat secara sistematis. Kembali kepada perintis sosiologi (Auguste
Comte) sebagai pelopor atau tonggak awal perkembangan sosiologi, di mana beliau lah yang
pertama membedakan ruang lingkup dan isi sosiologi berdasarkan ruang lingkup dan isi ilmu-
ilmu pengetahuan lain. Auguste Comte menyusun sistematika berdasarkan filsafat sejarah
dalam kerangka tahap pemikiran yang berbeda. Beliau membagi 3 tahap perkembangan
intelektual, di antaranya adalah :
1. Tahap Pertama (Tahap Teologi atau Fiktif)
Tahap ini merupakan suatu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala yang ada
di sekelilingnya secara teologis yaitu sebuah kekuatan yang dikendalikan oleh roh,
dewa-dewa, atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Penafsiran ini penting dilakukan oleh
manusia atau masyakat yang bertujuan sebagai sarana menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang tidak menyukainya serta bertujuan untuk melindungi dirinya sendiri
dari faktor-faktor yang tidak terduga keberadaannya.
2. Tahap Kedua (Tahap Metafisika)
Tahap ini merupakan suatu tahap dimana manusia menafsirkan atau menganggap
bahwa di dalam gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada
akhirnya dapat diungkapkan. Dalam hal ini manusia terikat oleh cita-cita tanpa
verifikasi. Hal itu disebabkan karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita yang
saling berkaitan dengan adanya suatu realitas tertentu serta tidak adanya usaha untuk
menemukan hukum alam yang seragam (sama).
3. Tahap Ketiga (Ilmu Pengetahuan Positif)
Dalam tahap ketiga ini dinamakan ilmu pengetahuan positif karena tahap ini
merupakan tahap terakhir perkembangan manusia. Arti dari ilmu pengetahuan positif
adalah suatu ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang
kongkrit tanpa adanya suatu halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dapat
diartikan sebagai penilaian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan
mengukur isinya yang memuat hal-hal yang positif.
Walaupun gagasan atau pemikiran mengenai adanya tiga tahapan yang dicetuskan
oleh Auguste Comte ini merupakan suatu fiksi akan tetapi dari tiga tahap mengenai
perkembangan intelektul tersebut dapat memberikan penerangan terhadap akal pikiran
manusia, serta secara psikologis hal itu merupakan suatu perkembangan yang penting. Ketiga
tahapan tersebut dapat memenuhi pikiran manusia secara bersamaan, terkadang seperti
adanya pertentangan-pertentangan. Auguste Comte merumuskan sosiologi itu sebagai sebuah
ilmu pengetahuan secara lebih matang. Adapun yang menjadi latar belakang dari pemikiran
Auguste Comte mengenai pengembangan sosiologi di antaranya yaitu :
1. Adanya peristiwa Revolusi Prancis.
2. Adanya perkembangan dari filsafat sosial di Prancis yang terjadi pada abad 18,
dalam peristiwa itu menyebabkan adanya kajian mengenai ilmu sosial yang
semakin ramai.
3. Aliran reaksioner yang muncul dari beberapa ahli pikir Theoritic yaitu sebuah
aliran yang menganggap bahwa kekuasaan di suatu gereja yang besar adalah
kondisi yang terbaik, sehingga memunculkan pemikiran-pemikiran untuk
merobohkan kekuasaan dari para ahli pikir theoritic.
4. Lahirnya sebuah aliran yang dikembangkan oleh pemikir sosialistik, di antaranya
yang paling utama adalah dari ahli sosiologi bernama Sain Simont yang terkait
mengenai sosiologi dan perkembangannya.
Auguste Comte dalam mengembangkan pemikirannya tentang sosiologi adalah
dengan memperhatikan beberapa poin penting dari pemikirannya itu sendiri. Dasardari
pemikiran sosiologi menurut Auguste Comte yang paling penting adalah ide yang positif.
Positif di sini artinya adalah factual (berdasarkan sebuah fakta). Auguste Comte dalam
pemikirannya mencetuskan bahwa sosiologi terbagi menjadi dua, yaitu sosiologi statis dan
sosiologi dinamis. Inti dari sosiologi statis menurut Auguste Comte di antaranya adalah :
1. Sosiologi statis berfokus pada satu teori saja yang mencakup mengenai dasar dari
masyarakat, contoh seperti struktur sosial yang bersifat statis.
2. Mencari hukum aksi reaksi dalam suatu sistem sosial yang berlangsung.
3. Di dalam sosiologi statis menurut Auguste Comte ini ada 4 doktrin yaitu individu,
keluarga, masyarakat, dan negara.
Sedangkan inti dari sosiologi dinamis menurut Auguste Comte ini adalah :
1. Sosiologi dinamis ini fokus kajiannya adalah pada teori tentang perkembangan
manusia.
2. Sosiologi dinamis ini mengajukan gagasan tentang tiga tingkatan intelegensi
manusia menurut Auguste Comte atau hukum tiga tahap.
3. Dalam sosiologi dinamis ini sejarah umat manusia adalah ditentukan berdasarkan
perkembangan pemikiran manusia.
C. Kontribusi Ilmiah Auguste Comte Terhadap Sosiologi
Di dalam pengembangan sosiologi, Auguste Comte menginginkan studi sosial lebih
diarahkan pada aspek ilmiah, sehingga keseluruhan sistem pengetahuannya menjadi “positif”
yang mencirikan pada kepastian, ketelitian, kenyataan, berguna, serta bersifat konstruktif dan
relatif. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan dalam studi sosial seharusnya bersifat
homogeneous dan terintegrasi dalam artian bahwa semua cabang studi sosial harus
mengaplikasikan metode saintifik positif dan objek studi yang umum demi kemajuan
peradaban sosial. Kebutuhan studi-studi sosial pada formulasi saintifik diharuskan bagi
Comte, dengan alasan bahwa kebutuhan manusia sudah saatnya mengarah pada metode baru
(positif) dalam pengkajian ilmu sosial dan tidak hanya terpatri pada teori-teori tentang
emosional dan intelektual yang dikembangkan oleh otoritas pengetahuan pada tahap teologis
dan metafisis saja. Oleh sebab itu, pengetahuan kemasyarakatan pada manusia harus
diperluas pada teori sains dan teori industri (Gane, 2006: 4).
Dalam pengembangan masyarakat sosial, Comte berupaya untuk memperbaiki
kehidupan manusia dan pemikirannya dengan positivistiknya. Manusia secara individual dan
sosial menempati posisi yang unggul yaitu di tahap ilmiah (positivis) sehingga ia dapat
menjadi masyarakat ilmiah dan berkebudayaan humanis dan teratur (organis). Kendati
demikian, Comte sendiri tidak bermaksud bahwa manusia harus meninggalkan model
pemikiran dan kehidupan yang ada pada tahapan-tahapan sebelumnya (teologis dan metafisis)
akan tetapi tujuan utama kemasyarakatan adalah hidup dalam rasa humanisme yang tinggi.
Namun, untuk menuju kesana maka perlu beberapa hal dari masyarakat tahapan teologis dan
metafisis yang harus dihindari misalnya keyakinan absolutisme terhadap dogma-dogma
teologis dan kepatuhan absolut terhadap pemuka agama dan tokoh ideolog (bapaisme-
ibuisme). Selain itu yang perlu dihindari adalah penyelesaian masalah dengan cara berperang
(militeristik) sebagaimana yang diterapkan pada masyarakat teologis (primitif) serta model
penaklukan terhadap manusia yang dilakukan oleh masyarakat metafisis demi tercapainya
peningkatan produksi dan ekonomi.
Sementara, kajian dakwah sangat erat hubungannya dengan ranah kemasyarakatan
(sosial) sehingga dalam pengembangannya diperlukan adanya interaksi ilmiah antara satu
keilmuan dengan keilmuan yang lain. Auguste Comte dalam kontribusi ilmiahnya terhadap
sosiologi dakwah dilakukanna tanpa sedikitpun mengurangi karakteristik dari masing-masing
ilmua dakwah dan ilmu sosiologi, ranah ilmiah (scientific domain) serta dapat dijangkau dan
berinteraksi oleh keduanya. Berkaitan dengan dakwah, menurut Waardenburg (2002: 301-
302) keilmuan dakwah adalah jenis khusus dari bidang komunikasi. Para pendakwah
senantiasa mengajak dan memberikan pesan kepada orang tertentu atau pada khalayak
tertentu (audience) yang bertujuan untuk mengerahkan (mobilize) mereka kepada komitmen-
komitmen tertentu mengenai Islam. Dalam banyak kasus, dakwah memiliki sebuah karakter
ritual, akan tetapi ia juga dapat menjadi lebih sekedar dari urusan sifat dan ekspresi personal
seperti komitmen keagamaan, sosial atau bahkan politik.
Aspek kajian sosiologi dakwah tidak dapat melepaskan diri dari konteks keilmuan
sosiologi itu sendiri. Dan sosiologi itu pun merupakan cabang ilmu sosial. Ruang lingkup
ilmu sosial adalah keseluruhan disiplin yang berhubungan dengan manusia dalam arti bukan
sebagai bagian dari alam belaka, tetapi wujudnya manusia membentuk kehidupan
bermasyarakat (sosial) dan berbudaya (kultural) (Mannheim: 1987). Dalam pandangan Acep
Aripudin (2013: 6), kajian sosiologi dakwah memiliki ruang kajian yang begitu luas
sebagaimana sosiologi pada umumnya, sehingga sosiologi dakwah mengkaji keseluruhan
interaksi masyarakat dakwah, yang mencakup hubungan dakwah dengan ekonomi, politik,
pendidikan, wanita, lingkungan hidup dan seterusnya, baik pada ranah subjek dakwah (dā’i),
objek dakwah (mad’ū), materi dakwah, media serta tujuan dakwah.
Mengenai teori hukum tiga tahap. Auguste Comte selain dikenal sebagai pelopor
filsafat positifistik, ia juga dikenal sebagai bapak Sosiologi dengan berbagai teori-teori
sosialnya (Bourdeau, Michel; Pickering, Mary & Schmaus, 2018; Gane, 2006; Ladyman,
2002). Khusus untuk teori hukum tiga tahap, istilah “tahapan” sebenarnya terdapat
keragaman kata dalam bahasa inggris misalnya ada yang menyebutkannya dengan “three
stages” (tiga tahapan), “three phases” (tiga fase) dan “three states” (tiga negara)(Bourdeau,
Michel; Pickering, Mary & Schmaus, 2018; Gane, 2006; Ladyman, 2002; Martineau, 2000).
Akan tetapi menurut Gane (2006) hukum tersebut condong lebih disebut kepada istilah “law
of three states” dengan keaslian bahasa Perancisnya “’loi des trois états’”yang berarti hukum
tiga negara. Dari hukum tiga negara tersebut, Comte mengklaim bahwa dia telah berhasil
dalam menemukan objek fundamental serta logika saintifik baru, sehingga dia mendirikan
kajian sosiologi modern.
Dakwah terhadap masyarakat metafisis (agraris) sebaiknya menelaah kembali sektor
sosial dan kulturalnya dengan ciri akulturasi dan asimilasi budaya untuk menunjang
perubahan-perubahan yang terdapat pada mereka (dinamycaspects) dalam proses
transformasi sosial dan kultural. Masyarakat positif (ilmiah atau industri) adalah suatu
masyarakat yang memiliki karakteristik sosial dan kultural dengan perkembangan
modernisasinya. Modernisasi bukan hanya memberikan dampak kepada perubahan sosial dari
masyarakat agraris menjadi masyarakat industrialis saja, tetapi prosesnya turut
mempengaruhi berbagai nilai dan teknologi yang dapat merubah perilaku, sikap dan
pengetahuannya (Soelaiman, 1998: 93). Transformasi sosial dan kultural bagi masyarakat
positif sangat masif, sehingga perlu seperangkat formulasi dakwah yang baru namun tetap
persuasif dan humanis yang dapat mencegah pergeseran orientasi religi menjadi orientasi
materialistis. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat teologis, metafisis dan positif
sebagai pelaku perubahan dan pembangunan yang berkeadilan sosial dapat terealisasikan
dengan mudah tanpa meninggalkan unsur-unsur agama dan nilai-nilai etika.
Dengan demikian, hukum tiga tahap Auguste Comte memiliki relevansi secara
keilmuan terhadap model pengembangan sosiologi dakwah dalam proses menelaah
fenomena-fenomena sosial yang dilihatnya juga sebagai fenomena dakwah agar praktisi
maupun akademisi dakwah dapat melihat kembali struktur masyarakat baik yang bersifat
statis maupun yang dinamis sehingga dengan penuh kesadaran kajian dakwah secara praksis
dapat dilakukan dengan pendekatan sosiologi terutama melalui teori hukum tiga tahap
masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Auguste Comte adalah seorang filsuf Prancis yang dikenal karena memperkenalkan
bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme. Auguste Comte
menyusun sistematika berdasarkan filsafat sejarah dalam kerangka tahap pemikiran yang
berbeda. Beliau membagi 3 tahap perkembangan intelektual, yaitu Tahap Teologi atau Fiktif.
Tahap Metafisika, Dan Ilmu Pengetahuan Positif.

Kajian sosiologi dakwah tidak dapat lepas dari konteks keilmuan sosiologi, kajian
dakwah sangat erat hubungannya dengan ranah kemasyarakatan (sosial) sehingga dalam
pengembangannya diperlukan adanya interaksi ilmiah antara satu keilmuan dengan keilmuan
yang lain. kajian sosiologi dakwah memiliki ruang kajian yang begitu luas sebagaimana
sosiologi pada umumnya, sehingga sosiologi dakwah mengkaji keseluruhan interaksi
masyarakat dakwah, yang mencakup hubungan dakwah dengan ekonomi, politik, pendidikan,
wanita, lingkungan hidup dan seterusnya, baik pada ranah subjek dakwah (dā’i), objek
dakwah (mad’ū), materi dakwah, media serta tujuan dakwah.

B. Saran
Kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan atau penulisan
makalah tentang makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini pembaca dapat lebih
memahami siapa dan apa saja kontribusi Auguste Comte dalam bidang sosiologi. Tidak lupa
kami juga berharap mendapat kritik dari pembaca agar ke depannya bisa menulis makalah
yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Gundarma, Eleraning. Pengantar Sosiologi dan Ilmu Sosial Dasar. Diakses pada tanggal 02
Maret 2021 pukul 13.45 WIB.

Portal-ilmu.com. Perkembangan Sosiologi Auguste Comte. Diakses pada tanggal 02 Maret


2021 pukul 15.45 WIB. Tersedia di https://www.portal-ilmu.com/2020/11/perkembangan-
sosiologi-auguste-comte.html.
Chabibi, Muhammad. (2019). Hukum Tiga Tahap Auguste Comte dan Kontribusinya
Terhadap Kajian Sosiologi Dakwah. Diakses pada tanggal 03 Maret 2021 pukul 18.30 WIB.
Tersedia di https://www.bing.com/search?
q=kontribusi+ilmiah+Sosiologi+auguste+comte+&qs=n&form=QBRE&sp=-
1&pq=kontribusi+ilmiah+sosiologi+auguste+comte+&sc=0-
42&sk=&cvid=837B5B02291B45D88AD4CCA3FC368776
Gane, 2006: 4. Hukum Tiga Tahap Auguste Comte dan Kontribusinya Terhadap Kajian
Sosiologi Dakwah.
Wardenburg (2002: 301-302). Hukum Tiga Tahap Auguste Comte dan Kontribusinya
Terhadap Kajian Sosiologi Dakwah.
Mannheim: 1987. Hukum Tiga Tahap Auguste Comte dan Kontribusinya Terhadap Kajian
Sosiologi Dakwah.
Soelaiman, 1998: 93. Hukum Tiga Tahap Auguste Comte dan Kontribusinya Terhadap
Kajian Sosiologi Dakwah.

Anda mungkin juga menyukai