Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Mengidentifikasi Karya Seni Lukis Bali


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Ibu Dr. Nurchasanah M.pd

Oleh :
Habib Agil Yusuf Wiratama (150251604073)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SENI DAN DESAIN
PRODI S1 PENDIDIKAN SENI RUPA
MEI 2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni
lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi
untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas,
papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang
digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada
media yang digunakan.
Lukisan adalah karya seni yang proses pembuatannya dilakukan dengan memulaskan berbagai
warna, dengan kedalaman warna "pigmen" dalam pelarut (atau medium) dan gen pengikat (lem)
untuk pengencer air, gen pegikat berupa minyak linen untuk cat minyak dengan pengencer
terpenthin, pada permukaan (penyangga) seperti kertas, kanvas, atau dinding. Ini dilakukan oleh
seorang pelukis; dengan kedalaman warna dan cita rasa pelukis, definisi ini digunakan terutama
jika ia merupakan pencipta suatu karya lukisan. Manusia telah melukis selama 6 kali lebih lama
berbanding penggunaan tulisan. Sebagai contoh lukisan-lukisan yang berada di gua-gua tempat
tinggal manusia prasejarah. Kata lukisan berarti lukisan gambar seterusnya dalam artikel ini.
Lebih khusus lagi, artikel ini tentang lukisan pada permukaan untuk alasan seni.

1.2 Rumusan Masalah

Sejarah umum seni lukis

Sejarah seni lukis di Bali

Asal seni lukis Bali berdasarkan daerahnya

Macam macam metode seni lukis Bali

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui sejarah umum seni lukis
Untuk mengetahui sejarah seni lukis di Bali

Untuk mengetahui Asal seni lukis Bali berdasarkan daerahnya


2

Untuk mengetahui macam macam metode seni lukis Bali

BAB II
3

PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Umum Seni Lukis
Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama,
seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi
untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja,
seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media
lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa
memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.
Zaman prasejarah.
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan
prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusiatelah
mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari
kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang
sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah
yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu
menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah
jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini.
Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat
daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas,
atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwimatra (dua dimensi, dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan
objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang
digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh
pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor bantengdibuat
dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli.
Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian
paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi
berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah
yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka
mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu,
bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka
4

mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu
sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di
muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi
kegiatan seni.

Seni lukis zaman klasik

Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:

Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)

Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),

Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di
alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa
seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.
Seni lukis zaman pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama pada zaman pertengahan, seni lukis mengalami
penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihiryang bisa
menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa
sejalan dengan realitas.
Kebanyakan lukisan pada zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit
sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang
melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan
unsur bentuk yang "benar" dari benda).
Seni lukis zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuwan dan budayawan
(termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjungItalia sekarang.
Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan
modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap
kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni
zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut
kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze
menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.

Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:


5

Tomassi

Donatello

Leonardo da Vinci

Michaelangelo

Raphael

Art nouveau
Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barangbarang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya,
keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan
buatan mesin. Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin
dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, biaya pembuatannya akan menjadi sangat mahal).
Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan
terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.

2.2 Sejarah Seni Lukis Bali


Sebagai daerah tujuan wisata terkenal , di Bali terdapat banyak sekali tempat untuk membeli
lukisan-lukisan cantik untuk menghias dinding rumah anda. Di sepanjang jalan di Pantai Kuta,
Legian dan Seminyak, di Sanur, di Nusa Dua, di Pasar Seni Sukawati, di Pasar Seni Guwang, di
toko oleh-oleh khas Bali seperti Kampung Bali atau Krisna, ataupun di obyek-obyek wisata
seperti di Tanah Lot terdapat banyak toko yang menjual lukisan-lukisan khas Bali ataupun
lukisan modern.

Namun bila anda bukan orang yang hanya sekedar memburu lukisan dengan harga murah,
namun ingin mengoleksi lukisan-lukisan yang memiliki nilai artistik yang lebih tinggi dengan
kualitas yang bagus, maka anda harus meluangkan waktu berburu lukisan di berbagai galerigaleri lukisan yang ada di desa Batuan, Lod Tunduh, Pengosekan, Peliatan dan Ubud. Di galerigaleri lukisan tersebut anda dapat melihat karya-karya pelukis Bali yang paling berbakat dari
berbagai aliran seni yang ada di Bali, baik itu Gaya Klasik Kamasan, Gaya Klasik Batuan, Gaya
Tradisional Ubud, Gaya Tradisional Pengosekan, Gaya Naive atau Young Artist, Gaya Modern,
dan karya-karya pelukis Barat atau pelukis Indonesia lainnya yang banyak mengambil tema dari
kehidupan masyarakat Bali.
Mula-mula di Bali tidak dikenal lukisan komersial. Yang ada hanyalah lukisan sebagai kesenian
sakral, karena semata-mata dipergunakan sebagai hiasan di tempat-tempat pertunjukan, di istanasitana bangsawan dan di pura-pura, baik itu sebagai umbul-umbul, kober ataupun sebagai langse
dan ider-ider. Para seniman tidak menjual lukisan hasil karyanya kepada masyarakat umum,
namun hidupnya dijamin oleh keluarga raja dan para bangsawan yang memberinya pekerjaan
tetap untuk menghias berbagai istana dan tempat ibadah yang mereka bangun. Bahkan ada satu
desa, misalnya Desa Kamasan di sebelah selatan Kota Semarapura atau Klungkung yang hampir
seluruh penduduknya berprofesi sebagai pelukis sejak jaman kerajaan dulu hingga sekarang
karena mereka dulu memang pelukis-pelukis yang bekerja pada raja Klungkung sehingga
ditempatkan secara bersama-sama di desa Kamasan dan selalu dipekerjakan raja untuk menghias
istana (puri) dan tempat ibadah (pura) yang dibangun keluarga raja ataupun para bangsawan
lainnya.
Setelah Bali dikuasai oleh Belanda pada tahun 1908, para ilmuwan dan para seniman Barat
7

berdatangan ke Bali atas undangan Raja Ubud, Cokorda Sukawati, yang sangat menyukai
kesenian, di antaranya para pemusik, para perancang tari, para penulis dan para pelukis. Raja
Ubud ini mengundang seniman-seniman barat yang dikenalnya untuk datang dan menetap di
Ubud. Beberapa di antaranya diberinya hadiah tanah untuk membangun studio dan rumah,
misalnya Walter Spies, seniman lukis-musik asal Jerman yang datang pada tahun 1920,
membangun rumahnya di Hotel Campuhan saat ini, bertingkat dua dengan kolam renang dengan
pemandangan indah ke Sungai Campuhan. Miguel dan Rosa Covarrubias dari Meksiko, datang
dan menetap di Bali sejak 1930. Mereka menulis buku The Island of Bali yang hingga kini masih
menjadi acuan semua buku tentang Pulau Bali. Rudolf Bonnet dan Adrian Le Mayeur dari Belgia
datang bergabung kemudian. Pada tahun 1936 mereka mendirikan organisasi para seniman Pita
Maha bersama I Gusti Nyoman Lempad, I Sobrat dan I Tegalan. Tujuan organisasi ini adalah
untuk meningkatkan mutu karya para seniman Bali (ada 100 anggota saat itu) dan membantu
menjualkan karya-karya mereka kepada pencinta-pencinta seni di barat. Lebih banyak seniman
barat datang ke Bali: Theo Meier dari Swiss, anthropolog Jane Belo dari Amerika Serikat,
pemusik Colin McPhee yang bekerjasama dengan Anak Agung Gede Mandra dari Peliatan dalam
melakukan eksperimen-eksperimen baru dalam musik. Hans Snell meninggalkan ketentaraan
Belanda, menikahi Siti, dan menetap di Ubud. Begitu pula Antonio Blanco, pelukis asal
Catalunya, Spanyol-lahir di Filipina, yang menikahi modelnya, Ni Ronji, dan kemudian menetap
di Ubud.
Kedatangan para seniman Barat tersebut banyak mempengaruhi gaya lukisan yang muncul sejak
tahun 1930 di Bali, yang kemudian kita kenal sebagai Gaya Tradisional Ubud dan Gaya
Tradisional Pengosekan. Tema yang diusung sudah menyentuh rakyat biasa ataupun peristiwaperistiwa kehidupan sehari-hari, misalnya suasana di sebuah pasar desa, upacara keagamaan di
pura, pekerjaan petani di sawah, dan yang semacamnya. Warna-warna yang dipakai adalah
warna-warna modern buatan pabrik dengan berbagai macam warna. Lukisan yang dihasilkan
merupakan lukisan tiga dimensi yang sudah memperhitungkan perspektif. Para pelukis terkenal
Gaya Tradisional Ubud di antaranya adalah Anak Agung Made Sobrat dan I Dewa Nyoman
Batuan.
Pada tahun 1950-an, seorang pelukis Belanda, Arie Smith, mulai mengajak anak-anak petani asal
Desa Penestanan untuk melukis setelah mereka kembali dari bekerja di sawah. Mereka
dibebaskan untuk melukis menurut ide mereka masing-masing memakai warna-warna yang
mereka sukai. Hasil karya mereka kemudian dikenal sebagai Gaya Lukisan Young Artists atau
Naive, dengan ciri khas imajinasi anak-anak yang masih lugu, memenuhi bidang gambar tanpa
banyak mementingkan kedalaman ataupun perspektif, dengan warna-warna yang kontras dan
berani. Tokoh-tokohnya di antaranya I Cakra dan I Ketut Soki.

2.3 Asal Seni Lukis Bali berdasarkan daerahnya


Bali terkenal akan keseniannya yang khas baik dari seni lukis, rupa, tari maupun musiknya. Tapi
ternyata kesenian yang dituangkan pada media yang berbeda-beda itu pun memiliki karakter
yang berbeda. Terutama pada seni lukis, daerah pengembangan seni lukis menjadi pengaruh
karakter lukisan-lukisan yang dihasilkan di Bali.
UBUD

Ubud adalah daerah yang menjadi pusat seni untuk beberapa abad. Pada awalnya lukisan
bertema wayang yang berhubungan dengan agama menjadi gaya yang identik untuk seni daerah
Ubud. Lukisan yang berasal dari daerah Ubud juga dipengaruhi dengan kehadiran kerajaan Ubud
kala itu. Di Ubud jugalah Pitamaha Art Guild pada tahun 1936 dibuat untuk menjadi sarana
kesenian Bali ditingkatkan selain untuk menyebarkan pariwisata Bali lewat lukisan. Dari adanya
exhibisi ini pun lukisan-lukisan yang dihasilkan berubah tema dari keagamaan menjadi
keseharian masyarakat Bali. Salah satu contoh lukisannya adalah Mask Dancer karya A.A Gde
Anom Sukawati.
9

BATUAN

Para seniman di daerah Batuan, Ubud Selatan, merupakan seniman yang kebanyakan berasal dari
keluarga brahmana. Kebanyakan pelukis dari Batuan dikenal menghasilkan karya bergaya
pewayangan yang karyanya dapat dilihat di berbagai pura dan produk tekstil. Lukisan-lukisan
tersebut juga tidak memiliki unsur budaya barat sama sekali layaknya lukisan di Ubud.
Kebanyakan karakter lukisan Batuan bertema gelap, ramai, dan merepresentasikan kehidupan
sehari-hari atau kejadian legendaris. Kebanyakan lukisan khas Batuan juga menggunakan
karakter yang unik seperti monster, hewan ganas, penyihir atau pun karakter-karakter jahat dan
menyeramkan lainnya. I Ketut Murkita dengan karyanyaThe Wheel of Life adalah sampel
lukisan dari Batuan.

SANUR

Sanur dengan keindahan pantai yang lebih banyak mendominasi tentu saja membedakan ciri
khas lukisan yang dihasilkan. Pertama kali lukisan yang berasal dari daerah ini dipengaruhi oleh
seorang seniman asal Belgia, Le Mayeur de Mepres yang juga memiliki museum lukisan dengan
namanya di Sanur sekarang ini. Karya-karya lukisan yang berasal dari Sanur pun banyak
memiliki pengaruh budaya barat seperti atmosfer yag lebih cerah dan menyenangkan dalam
10

lukisan dengan motif yang lebih simpel dan bernuansa alam. Ikon-ikon hewan laut, pola-pola
ritmik menggunakan gambar hewan buas, serta tema-tema erotik ditunjukkan oleh lukisanlukisan khas seniman Sanur. Dahulu lukisan dari daerah ini hanya bernuansa hitam putih teapi
sekarang sudah menggunakan warna-warna pastel. Ida Bagus Nyoman Rai dengan lukisan
berjudul Beached Whale adalah salah satu karya asal Sanur.
KELIKI

Sebuah desa kecil di ujung utara Ubud bernama Keliki merupakan salah satu daerah
penyumbang seniman Bali yang menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Contohnya karya I
Lunga yang berjudul Rajapala merupakan salah satu karya yang fenomenal. Lukisan-lukisan
yang dihasilkan daerah Keliki menguak kehidupan pedesaan Bali dengan berbagai legenda yang
tersimpan dan dituangkan dalam warna-warna yang menarik mata. Seperti lukisan I Lunga
tersebut di atas, Rajapala yang menjadi judul lukisan ini merupakan legenda yang ceritanya
dikenal dengan sebutan Jaka Tarub dan Bidadari namun versi Bali sang pengembara yang
menemukan selendang bidadari dikenal dengan nama Rajapala.

11

2.4 Metode Seni Lukis Bali


Lukisan Gaya Kamasan

Lukisan gaya Kamasan disebut juga Lukisan Gaya Klasik Kamasan karena lukisan gaya ini
berasal dari jaman keemasan kerajaan Bali kuno yang belum mendapat pengaruh Eropa
ataupun pengaruh luar lainnya. Temanya biasanya berasal dari dongeng tentang kehidupan
para dewa, kehidupan kalangan bangsawan dan dongeng-dongeng binatang atau Tantri.
Jarang terdapat lukisan klasik tentang kehidupan masyarakat umum. Warna-warnanya
biasanya diambil dari warna alam, misalnya untuk warna putih dipergunakan tulang yang
dihancurkan, untuk warna hitam dipergunakan arang, untuk warna biru dipergunakan rumput
taum, untuk warna merah digunakan babakan kayu Sunti, sedangkan untuk warna kuning
diambil dari minyak Kemiri, yang kemudian dicampur dengan perekat sehingga menempel
pada kanvas. Lukisan Gaya Klasik Kamasan hanya memakai dua dimensi saja, panjang dan
lebar, tidak ada perspektif sehingga jauh dekat tidak terlihat, sedangkan obyek yang dilukis
terlihat seperti wayang, datar tanpa sudut pandang (perspektif) ataupun kedalaman.
Seni lukis wayang kamasan adalah salah satu bentuk karya seni klasik yang berawal pada
abad ke-17 dan dianggap penting dalam kebudayaan Bali. Sementara karya seni ini tidak
dapat dipisahkan dari nilai keagamaan, terutama nilai ritual.
Kamasan sebenarnya adalah nama sebuah desa yang berada di Kabupaten Klungkung, Bali.
12

Desa ini dikenal sebagai gudangnya seni lukis wayang klasik. Corak lukisan Bali klasik
dalam lukisan kamasan sangat mudah dikenali. Warna dasarnya cokelat muda. Cokelat muda
ini diambil dari batu gamping yang dicelup dalam air.
Untuk warna hitam pada setiap garis yang ditorehkan, pada zaman dulu digunakan jelaga.
Namun saat ini, pelukis sudah menggunakan tinta lukis modern untuk mendapatkan torehan
hitam. Sedangkan warna-warna lain, pelukis menggunakan cat air agar lukisan lebih
semarak. Asal-usul lukisan wayang tradisional gaya Kamasan, merupakan kelanjutan dari
tradisi melukis wong-wongan (manusia dengan alam sekitar) pada zaman pra-sejarah hingga
masuknya agama Hindu di Bali dan keahlian tersebut mendapatkan kesempatan berkembang
dengan baik.
Lukisan Gaya Batuan

Lukisan yang sangat mirip dengan Gaya Klasik Kamasan adalah Gaya Klasik Batuan, bedanya
adalah media dan pewarna lukisannya yaitu Gaya Klasik Batuan biasanya memakai kertas untuk
media menggambar, dan sebagai pewarna mereka biasanya memakai tinta cina karena yang
sangat ditonjolkan adalah efek berlawanan antara terang-gelap. Sekarang selain tinta cina juga
banyak dipakai warna lain selain hitam putih. Ciri lainnya adalah lukisan ini sangat
mengutamakan detail-detail sampai yang sekecil-kecilnya sehingga terkesan sangat rumit
membuatnya. Lukisan Gaya Klasik Batuan biasanya melukiskan ceritra-ceritra rakyat Bali,
dongeng-dongeng rakyat dan semacamnya sehingga membutuhkan pemahaman tentang
13

kepercayaan rakyat Bali untuk memahami tema lukisannya. Walaupun demikian, para pelukis
muda seperti I Made Budi, banyak menggambar di luar pakem tradisional, bahkan tema-tema
yang sangat up-to date dilukisnya seperti turis main surfing di laut,
Sekarang ini juga terdapat Institut Seni Indonesia (ISI) di Jogjakarta dan di Denpasar sehingga
banyak meluluskan pelukis-pelukis intelek yang banyak menghasilkan gaya-gaya lukisan baru,
yaitu Gaya Modern atau Kontemporer, baik itu aliran Realis, Surrealis, Impresionis, dan yang
lain-lainnya. Banyak yang tetap mengusung tema tradisional namun dilukis dengan gaya
modern, misalnya pelukis I Nyoman Gunarsa dari Klungkung.

Lukisan Bali yang sedang dipamerkan itu dikatakan tradisional-kontemporer. Tradisional karena
secara corak, para pelukis masih mempertahankan gaya lukisan tradisional Bali yang khas.
Kontemporer, karena kemasan yang disajikan kontekstual dengan wacana seni rupa terkini.
Ciri lukisan tradisional Bali dapat dikenali dari beberapa hal. Pertama, metode melukisnya
meminjam teknik fotografi, di mana lukisan itu menggambarkan suasana lansekap atau potret
teater kehidupan masyarakat Bali. Kedua, kanvas yang dilukisnya selalu dipenuhi dengan
dekorasi, sehingga tidak ada ruang kosong yang disisakan. Ketiga, objek-objek yang
digambarnya tidak murni bercorak realis-naturalis. Keempat, pewarnaannya cenderung
monokrom hitam-putih. Jikapun ada penambahan warna, paling banter warna biru dongker atau
cokelat tua.

14

BAB III
PENUTUP
2.5 Kesimpulan

Lukisan adalah karya seni yang proses pembuatannya dilakukan dengan memulaskan
berbagai warna, dengan kedalaman warna "pigmen" dalam pelarut (atau medium) dan
gen pengikat (lem) untuk pengencer air, gen pegikat berupa minyak linen untuk cat
minyak dengan pengencer terpenthin, pada permukaan (penyangga) seperti kertas,
kanvas, atau dinding.

Metode dalan seni lukis di Bali yaitu : Gaya Lukisan Kamasan dan Gaya Lukisan Batuan.

Asal muasal lukisan di bali berdasarkan daerahnya yaitu : Ubud, Batuan, Sanur dan
Keliki.

Ciri lukisan tradisional Bali dapat dikenali dari beberapa hal. Pertama, metode
melukisnya meminjam teknik fotografi, di mana lukisan itu menggambarkan suasana
lansekap atau potret teater kehidupan masyarakat Bali. Kedua, kanvas yang dilukisnya
selalu dipenuhi dengan dekorasi, sehingga tidak ada ruang kosong yang disisakan.
Ketiga, objek-objek yang digambarnya tidak murni bercorak realis-naturalis. Keempat,
pewarnaannya cenderung monokrom hitam-putih. Jikapun ada penambahan warna, paling
banter warna biru dongker atau cokelat tua.

15

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_lukis
http://blog.villa-bali.com/id/2015/05/asal-muasal-seni-lukis-bali-berdasarkan-daerahnya
http://iendro.blogspot.co.id/2012/10/seni-lukis-wayang-kamasan.html
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016903386/sejarah-seni-lukis-di-bali/
http://gugahjanari.blogspot.co.id/2011/12/bali-makin-menjadi.html
Di kutip jumat, 6 Mei 2016

16

Anda mungkin juga menyukai