Khusus mengenai lukisan tersebut, pertama kali di temukan di gua leang-leang sulawesi dan lukisan
tersebut berupa penjiplakan telapak tangan pada dinding gua. Selain lukisan telaapak tangan,juga
terdapat gambar binatang berupa gambar babi yang sedang meloncat dengan kondisi leher terluka.
Dari peninggalan benda-benda di atas, maka jelas sejak zaman prasejarah orang Indonesia sudah
mengenal seni rupa meskipun masih sangat sederhana. Seni rupa tradsional Indonesia khususnya
zaman prasejarah, selain untuk keperluan bertahan hidup, benda-benda karya seni mereka
cenderung digunakan untuk kepentingan pemujaan (magis), seperti lukisan telapak tangan di gua
leang-leang.
Lukisan telapak tangan tersebut diduga sebagai lambang rasa duka cita atas meninggalnya keluarga
mereka. Kemudian lukisan babi yang terluka diartikan sebagai lambang pengharapan agar
perburuan mereka berhasil.
Pada zaman Hindu-Budha,banyak sekali kerajaan yang berdiri, mulai dari kerajaan kecil sampai
kerajaan besar. Hampir semua kerajaan memiliki peninggalan yang berupa prasasti. Berikut adalah
beberapa prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Budha.
1. Prasasti ciaruteum yang bergambar telapak kaki (Kerajaan Tarumanegara)
2. Prasasti kedukan bukit ( 683),menyebutkan kemenangan Raja Dapunta hyang (Kerajaan
Sriwijaya)
3. Prasasti canggal di Gunung Wakir (732), menyebutkan Banga Sanjaya membangun sebuah
lingga di daerah Kunjara Kunya di jawa Dwipa (Kerajaan Mataram Kuno)
4. Prasasti tukmas di lereng Gunung Merbabu,menyebutkan adanya mata air dari sumber yang
dapat di samakan dengan sungai gangga (Kerajaan Kaling)
Selain prasasti yang di sebutkan di atas, masih banyak lagi peninggalan kerajaan yang berkembang
pada masa Hindu-Budha. Candi merupakan peninggalan zaman Hindu-Budha yang paling megah
dan agung, karena orang zaman klasik membangunnya untuk tujuan yang agung yaitu untuk
kegiatan spiritual.
Candi berasal dari kata” Candika Gerha” yang artinya rumah dewi candika. Dewi Candika disebut
juga Dewi Durga atau Dewi Maut. Orang membangun candi dengan harapan mendapat pertolongan
dari dewi durga dalam kematianya sehingga candi kebanyakan berfungsi sebangai kuburan raja-
raja. Pada perkembangan selanjutnya, Fungsi candi menjadi bermacam-macam di antaranya
sebangai berikut :
1. Sebagai hiasan (Candi Sari)
2. Sebagai kuburan Abu Jenazah (Candi Budha)
3. Sebagai Pemujaan (Candi penataran)
4. Sebagai tempat Semedi (Candi Jalatunda)
5. Sebagai Pemandian (Candi Belahan)
6. Sebagai Gapura (Candi Bajang Ratu)
Seperti halnya zaman Hindu-Budha, zaman Islam juga memiliki peninggalan karya seni rupa yang
cukup megah. Hasil karya seni rupa zaman Islam berupa arsitektur dan seni hias
Seni rupa moderen merupakan babak baru dalam perkembangan seni rupa. Menurut konsepnya,
karya seni rupa tidak lagi menjadi simbol-simbol kehidupan yang kaku, namun ia lebih cenderung
menjadi pengungkap ekspresi dan nilai seorang seniman secara bebas. Perkembangan seni rupa
Indonesia modern terbagi dalam beberapa babak / periodesasi.
Raden Saleh tinggal di kota Dresden (Jerman) selama 5 tahun dan lukisanya banyak disukai oleh
orang-orang di sana dan beliaupun dikenal sebagai pelukis ‘potret’ yang handal. Setelah 10 tahun
berkelana di Eropa, Raden Saleh kembali ke Indonesia bersama istrinya Ny.Winkelman pada tahun
1851. Raden Saleh Syarief Bustaman merupakan orang Indonesia yang pertama merintis jalan
menuju seni rupa indonesia moderen meskipun corak lukisanya romantis, naturalis dan bergaya
Barat.
Tokoh seniman dari masa Indie Mooi adalah Abdullah Soro Subroto, putra dari Dr.Wahidin Sudiro
Husodo. Abdullah Soro Subroto dikenal dengan sebutan Abdullah S.R yang kemudian diikuti oleh
anak-anaknya untuk menjadi seniman di antaranya Sujono Abdullah, Basuki Abdullah, Tijito
Abdullah,sedangkan pelukis lainnya ada Pirngadi, Henk Ngantung,Lee Man Fong, dll.
Beberapa lukisan masa Indie Mooi:
1. Pemandangan di sekitar gunung merapi(Abdullah S.R)
2. Pelabuhan ratu(pirngadi)
3. Balik ke alam (Basuki Abdullah)
4. Gadis Thailand
5. Gadis solo
Pada masa Indie Mooi semua lukisan serba indah, karena hal ini, dianggap mengingkari kenyataan
yang ada di Indonesia. S.Sudjono bersama rekan-rekanya mendirikan sebuah organisasi yang
bernama PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia) dan diketuai oleh Agus Jayasuminta.
Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di kalangan bangsa Indonesia dengan mencari
gaya indonesia asli. Kelompok pelukis Persagi lebih mementingkan penumpahan jiwa dan isi hati
pada karya bukan teknik dan bahan seperti yang diutamakan oleh para pelukis masa Indie Mooi.
Berikut adalah beberapa karya lukisan Masa Cita Nasional :
a. Karya Sudjono
• Di depan kelambu terbuka
• Sayang saya bukan anjing
• Bunga kamboja
A. Ruang Pameran
Ruang dalam penataan pameran terkait dengan persoalan pengelolaan lokasi dan materi pameran.
Pameran seni rupa lazimnya dilakukan di galeri, musium atau artshop. Di sekolah ruangan yang
dapat digunakan adalah ruang aula, ruang kelas,atau lorong-lorong sekolah.
Dalam konsep teknis , ruang dibagi menjadi ruang dalam (indoor) dan ruang luar (outdoor). Jika
pameran di ruang dalam, karya yang disajikan disesuaikan dengan bentuk ruangan. Bila di luar
ruangan keadaan cuaca harus diperhitungkan.
B. Panil/Sketsel
Panil atau sketsel digunakan untuk memasang karya dua dimensi
dan sebagai penyekat ruangan. Karya dua dimensi juga bisa
dipasang dinding tembok.
D. Label.
Label adalah informasi atau keterangan karya yang dipamerkan dan ditempel dibawah atau
disamping karya. Label sebaiknya seragam. Gunakan kertas yang baik dan dapat menempel pada
dinding ,sketsel atau pustek. Lengkapi label dengan judul karya, nama perupa/seniman, medium,dan
tahun pembuatan.
E. Katalog
Katalog dalam pameran berfungsi sebagai alat promosi, referensi dan buah tangan.Katalog bisa
dicetak di kertas atau dalam bentuk elektronik /Compact Disk atau DVD.
Cita PERSAGI masih berlanjut pada masa pendudukan jepang dan masih melekat pada para
pelukis. Para pelukis menyadari seni lukis berperan penting untuk kepentimgan revolusi. Selain
PERSAGI , pada masa ini didirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO (Lembaga Kesenian Indonesia –
Jepang) oleh Dai Nippon dan diawasi seniman Indonesia yang bertujuan untuk propaganda
pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya. Kemudian berdirilah PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
sebagai organisasi asli orang Indonesia yang didirikan tahun 1943 oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki
Hajar Dewantara dan KH. Mansur yang bertujuan untuk memperhatikan dan memperkuat
perkembangan seni dan budaya khususnya seni lukis yang dikelola S.Sudjodjono dan Afandi ,
selanjutnya bergabunglah beberapa pelukis dalam PUTERA seperti Hendra, Sudarso, dan
sebagainya.
Setelah Indonesia merdeka , organisasi dibidang seni rupa (lukis) bermunculan diantaranya:
a) Diawali oleh SIM (Seniman Indonesia Muda) berdiri tahun 1946 yang dipimpin S.Sudjodjono,
dengan anggotanya: Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Tribus dll.
b) Karena selisih paham, Affandi dan Hendra keluar dari SIM dan mendirikan Perkumpulan Pelukis
Rakyat tahun 1947. Affandi dan Hendra menjadi ketua dalam organisasi ini dengan anggota
diantaranya Sasongko, Kusnadi, dll.
c) Selanjutnya tokoh SIM dan Pelukis Rakyat mendirikan Lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa
pada 1948. Lembaga ini memberikan kursus menggambar yaitu Prabangkara.
d) Selain itu juga berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar tahun 1950 di Bandung yang
dipelopori oleh Prof.Syafei Sumarja dibantu Muhtar Apin,Ahmad Sadali dan lain – lain.
e) Kemudian pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi fakultas seni
rupa di Institut Teknologi Bandung.
Lukisan Kawan-kawan Revolusi ,merupakan karya Sindudarsono Sudjojono pada tahun 1947.
Dengan media cat minyak di lukis atas kanvas dan memiliki ukuran 95×149 cm.
Lukisan ini dibuat ketika Bangsa Indonesia berusaha mempertahankan kemerdekaan. Saat itu S
Sudjojono tetap berkarya dengan melukis kawan-kawan pejuang yang berusaha mempertahankan
kemerdekaan bangsa. Lukisan Kawan-kawan Revolusi seakan bercerita bahwa pada masa itu
seluruh pejuang saling bahu membahu mempertahankan kemerdekaan. Semangat dari para pejuang
tercermin dalam lukisan ini.
Periode seni rupa modern Indonesia
Periode perintis (1826-1880)
Perkembangannya diawali oleh pelukis Raden Saleh. Berkat pengalamannya belajar menggambar
dan melukis di luar negeri seperti di Belanda, Jerman, Prancis, dia dapat merintis kemunculan seni
rupa modern di Indonesia. Corak lukisannya beraliran romantis dan naturalis. Aliran romantisnya
menampilkan karya-karya yang berceritera dahsyat, penuh kegetiran seperti tentang perkelahian
dengan binatang buas. Gaya naturalisnya sangat jelas tampak dalam melukis potret. Disebut sebagai
zaman perintis karena merupakan awal dari perkembangan Seni Lukis modern di indonesia
Periode PERSAGI
Pada masa ini di Indonesia sedang terjadi pergolakan. Bangsa Indonesia berjuang untuk
mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain, terutama hak untuk merdeka dari
penjajahan asing. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, seperti dalam bidang kesenian yang
berusaha mencari ciri khas Indonesia. Pelopor masa ini yang dikenal memilki semangat tinggi
adalah S. Sdjojono. Dia tidak puas dengan kehidupan seni rupa jelita yang serba indah, karena
dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda bangsa Indonesia. Sebagai langkah
perjuangannya, S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama kawan-kawannya mendirikan
PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni
lukis di Indonesia dengan mencari corak Indonesia asli. Konsep persagi itu sendiri adalah semangat
dan keberanian, bukan sekadar kecakapan melukis melainkan melukis dengan tumpahan jiwa.
Karya-karya S. Sudjojono.
Periode pasca-kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka bermunculanlah kelompok-kelompok seniman lukis Indonesia,
diantaranya:
• Sanggar Masyarakat (1946) dipimpin Affandi, kemudian diganti nama menjadi SIM (Seniman
Indonesia Muda) yang dipimpin oleh S. Sudjojono;
• Pelukis Rakyat (1947), Affandi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM dan mendirikan Pelukis
Rakyat dipimpin oleh Affandi;
• Perkumpulan Prabangkara (1948);
• ASRI (Akademi seni rupa (1948), tokoh-tokoh pendirinya RJ. Katamsi, S.Sudjojono,Hendra
Gunawan, Jayengasmoro, Kusnadi dan Sindusisworo;
• Tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh Prof.
Syafei Sumarya, Mochtar Apin, Ahmad Sadali, Sujoko, Edi Karta Subarna;
• Tahun 1955, berdiri Yin Hua oleh Lee Man Fong ( perkumpulan pelukis Indonesia keturunan
Tionghoa);
• Tahun 1958, berdiri Yayasan seni dan desain Indonesia oleh Gaos Harjasumantri.
• Tahun 1959, berdiri Organisasi Seniman Indonesia oleh Nashar.
Seni rupa 3 Dimensi – Penjelasan mengenai seni rupa 3 dimensi atau yang sering kita sebut dengan
seni rupa 3D ialah jenis seni rupa yang terdiri atas 3 sisi, yakni sisi panjang, lebar, dan tinggi, atau
seni rupa berbentuk sebuah bangun ruang yang memiliki volume.
Bila pada seni rupa 2D hanya memiliki 2 sisi, yakni sisi panjang dan lebar, maka pada seni rupa 3D
lebih kompleks dan dapat dilihat dari segala penjuru. Bentuknya sama persis dengan obyek yang
dibayangkan sebagai karya seni.
Bangunan 3D adalah sesuatu yang pasti tidak luput dari penglihatan kita dalam kehidupan sehari-
hari. Ketika anda bekerja, makan, beristirahat, jalan-jalan dan sebagainya pasti anda akan melihat
benda 3D di sekeliling anda.
Demikian dengan seni rupa 3D, bila anda ingin membedakannya, telusurilah apakah hasil karya
tersebut dapat dilihat dari segala sisi atau tidak. Seni rupa 3D ini akan menarik untuk dipelajari
karena konsepnya yang murni realistis.
Membahas mengenai seni rupa 3 Dimensi, tentu tidak cukup hanya gambaran umumnya saja. Ada
beberapa pokok pembahasan yang sangat penting dipelajari di seni rupa ini, yakni unsur-unsur,
contoh, teknik seni rupa 3D. Semua akan diulas lebih komplit dan berurutan pada pembahasan
berikut ini.
Unsur-unsur Seni Rupa 3 Dimensi
Dalam seni rupa 3 Dimensi, terdapat beberapa unsur yang membentuk satu kesatuan, yang mana
dapat menjadikan benda 3D tersebut lebih indah. Berikut unsur-unsur yang terdapat dalam karya
seni rupa 3D :
1. Titik
Titik ialah unsur terkecil yang digunakan dalam menggambar atau mendesain, baik itu mendesain
seni rupa ataupun mendesain seni-seni yang lain. Melalui unsur titik, akan dapat dibentuk unsur lain
seperti garis, bidang, simbol, rangka, dan ruang. Bila diperhatikan, setiap menorehkan tinta apapun,
pasti diawali dengan titik.
Pengertian Seni Tari
2. Garis
Garis adalah suatu goresan yang membentuk suatu arah dan dapat menghubungkan unsur yang
lebih besar, yakni bidang dan bangun ruang. Dimensi garis adalah memanjang dan dapat
dimodifikasi menjadi bentuk lain. Sifat-sifat garis antara lain adalah panjang, pendek, lurus,
melengkung, tebal, miring, patah-patah, dll.
3. Bidang
Tiap-tiap garis yang dikombinasi dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan bidang.
Dimensi dari bidang adalah panjang dan lebar, atau bentuknya sering disebut dengan bentuk pipih.
Tiap-tiap bidang yang dikombinasikan dapat membentuk suatu bangun ruang tertentu atau yang
disebut dengan bentuk.
4. Bentuk
Bentuk merupakan unsur yang menjelaskan identitas dari bangun ruang itu sendiri. Misal,
bentuknya kubus, tabung, bola, dan lain-lain. Secara hakikat, bentuk bersifat polos dan hanya
diartikan sebagai wujud dari satu-kesatuan garis yang terstruktur. Namun bila kita menyebutnya
sebagai bangunan, maka selain mengandung unsur bentuk, juga terdapat nilai dan makna tersendiri
yang dikandungnya.
5. Tekstur
Tekstur ialah karakteristik permukaan bangunan yang dapat dirasakan melalui indera mata dan
indera peraba. Terdapat beberapa sifat tekstur, yakni halus, kasar, licin, mengkilap, dan lain-lain.
Ada 2 jenis tekstur yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Ciri-ciri tekstur nyata adalah memiliki
kesesuaian kandungan dari apa yang ditangkap oleh indera mata dan indera peraba. Sedangkan ciri-
ciri tekstur semu adalah tidak memiliki kesesuaian kandungan dari apa yang dilihat dan diraba.
Seni Rupa 2 Dimensi – Manusia hidup membutuhkan suatu seni agar tidak terasa hambar
dan monoton sehingga merasa cepat bosan. Sebuah karya seni yang indah tentu bisa membuat
perasaan senang dan merubah mood seseorang yang tadinya bosan jadi bersemangat.
Sebagai contohnya adalah hasil-hasil karya seni rupa 2 dimensi yang mempunyai nilai artistik yang
sangat tinggi. Pengertian dari seni rupa 2 dimensi sendiri adalah sebuah karya seni rupa yang hanya
memiliki dua sisi saja yaitu sisi lebar dan sisi panjang.
Sehingga seni rupa jenis ini tidak memiliki ruang karena tidak adanya unsur ketebalan. Jadi hasil
karya seni yang ini hanya bisa dinikmati melalui satu sisi saja. Membahas serta mengapresiasi suatu
karya seni rupa tentu tidak lepas dari hal-hal penting yang menjadi prinsip dasarnya.
Karena seni rupa termasuk salah satu dari berbagai cabang seni yang hasil karyanya bisa dinikmati
oleh indera penglihatan dan perabaan. Karya seni rupa biasa juga disebut visual art yaitu karya seni
yang dapat dilihat dan mempunyai wujud nyata.