Anda di halaman 1dari 7

1.

I Nyoman Nuarta (pematung)

I Nyoman Nuarta lahir di Tabanan, Bali, 14 November 1951. I Nyoman Nuarta adalah
salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru (New Art) yang dikenal lewat mahakaryanya,
seperti Patung Garuda Wisnu Kencana di Bandung dan Bali, Monumen Jalesveva
Jayamahe di Surabaya, dan Monumen Proklamasi Indonesia di Jakarta.

Pematung asal Bali, Indonesia, I Nyoman Nuarta, menerima penghargaan Padma Awards
2018 dari Presiden India, Shri Ram Nath Kovind pada Senin, 2 April 2018 di New
Delhi.Padma Awards merupakan salah satu penghargaan sipil tertinggi India yang
diumumkan setiap tahun pada perayaan Republic Day. Penghargaan ini diberikan untuk
individu yang dianggap berjasa di semua bidang kegiatan, disiplin ilmu, dan pengetahuan
yang melibatkan layanan publik.
2. S Sudjojono (pelukis)

Sindudarsono Sudjojono merupakan salah satu tokoh kunci seni rupa modern Indonesia yang
selalu disebut, bahkan oleh Trisno Sumardjo diberi sebutan “Bapak Seni Lukis Indonesia
Modern”. Dia lahir di Kisaran, Sumatra Utara, 14 Desember 1913 dari orang tua bersuku
Jawa.
Pada tahun 1937 bersama Agus Djaya dan beberapa seniman lainnya, Sudjojono
mendirikan Persatoean Ahli-ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) di Batavia. Organisasi ini
bertujuan untuk mengadakan suatu pembaharuan dalam seni rupa Indonesia. Seni lukis
menjadi media yang dapat merefleksikan realitas sosial masyarakat Indonesia. Seni lukis
tidaklah netral, tetapi berangkat dari cara pandang tertentu.
Diantara lukisan-lukisan karya Sudjojono antara lain adalah Corak Seni Lukisan Indoneisa
Baru (1986), Dalam Gua (Kenangan Revolusi) (1983), Diponegoro (1979), Djakarta Pagi-pagi
(1967), Festivities (1968), dan lain-lain.
3. Affandi Koesuma (pelukis)

Affandi dilahirkan pada 18 Mei 1907 di Cirebon, Jawa Barat. Setelah kemerdekaan, Affandi
pindah ke Yogyakarta dan mendirikan Seniman Masjarakat yang akhirnya bergabung dengan
Seniman Indonesia Muda (SIM).
Affandi adalah seorang pelukis ekspresionis yang terkenal melalui teknik khas
menumpahkaan cat dari tube-nya langsung pada kanvas, kemudian menyapukan sebagian
cat dengan jari-jarinya. Affandi menyebut dirinya sendiri sebagai “Pelukis Kerbau” yang tak
mau baca teori. Beberapa lukisan-lukisannya antara lain Petani di Bali, Model Punggung
Dengan Kain Merah, Ayam Jago, dan sebagainya.
1949 Affandi mendapat grant dari pemerintah India dan tinggal selama 2 tahun di India.
Selanjutnya, Affandi mengadakan pameran keliling di negara-negara Eropa, diantaranya
London, Amsterdam, Brussel, Paris dan Roma. Affandi juga ditunjuk oleh pemerintah
Indonesia untuk mewakili Indonesia dalam pameran Internasional (Biennale Exhibition) tiga
kali berturut-turut, yaitu di Brasil (1952), di Venice (Italia – 1954), dan di Sao Paulo (1956).
Di Venice, Italia, Affandi berhasil memenangkan hadiah.
4. Basoeki Abdullah (pelukis)

Basuki Abdullah lahir di Surakarta, 25 Januari 1915. Basuki Abdullah adalah salah satu
pelukis terkenal Indonesia. Pelukis beraliran realis dan naturalis ini pernah diangkat menjadi
pelukis resmi Istana Merdeka pada 1974.
Selama karirnya dalam melukis, Basuki terkenal sebagai pelukis potret, meski ia juga melukis
pemandangan alam, flora, fauna, tema-tema perjuangan, pembangunan, dan lainnya. Dia
sering mengadakan pameran tunggal, di dalam maupun di luar negeri, seperti di Thailand,
Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, dan negara-negara lain. Lebih kurang 22 negara yang
memiliki karya lukisan beliau. Hampir sebagian hidupnya dihabiskan di luar negeri.
5. Henk Ngantung (pelukis)

Henk Ngantung lahir di Bogor, 1 Maret 1921. Sejak kecil Henk ingin jadi pelukis, dan pada
waktu remaja Henk sudah mengadakan pameran di Minahasa, tempat yang menjadi asal
ayah dan ibunya sekaligus tempat Henk tumbuh sebagai anak-anak hingga remaja. Tahun
1937 Henk menetap di Bandung, kota yang menentukan kehidupan selanjutnya sebagai
pelukis.
Peristiwa penting lainya bagi kehidupan kepelukisan Henk Ngantung ketika di masa akhir
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda telah memberi kesempatan kepada pelukis-pelukis
Indonesia untuk berpameran di lingkaran dan gedung kesenian milik pemerintah kolonial,
yaitu: Bataviasche Kunstkring. Henk Ngantung menjadi salah satu dari empat peserta
pameran yang berasal dari Indonesia, di Bataviasche Kunstkring bersama Soedjojono, Agus
Djaya, dan Emiria Soenassa.
Diantara lukisan-lukisan karya Henk Ngantung antara lain adalah Tanah Lot, Pemandangan
di Lembah Hijau, Memanah, dan lain-lain.
6. I.B Said
Terlahir tahun 1934 dan merupakan salah satu pelukis istana. Mendapatkan tugas khusus
dari Presiden Soekarno untuk melukis wajah-wajah tamu kenegaraan yang datang ke
Indonesia dan totalnya melukis 300 wajah. Sampai usianya yang ke 74 tahun, ia masih
melukis di istana. Pada masa pemerintahan Bung Karno, pelukis hanya berjumlah sekitar 20
orang saja dan membuat 10 foto untuk dipajang di beberapa titik dalam istana. Hasil karya
I.B Said adalah Segitiga Senen Tinggal Kenangan dan berbagai foto wajah tamu negara.
7. Popo Iskandar

Pelukis yang juga seorang dosen di IKIP Bandung (UPI) ini


terlahir tahun 1926 dan wafat tahun 2000. Be;ajar seni rupa pada
Barli Samitawinata dan Hendra Gunawan. Memiliki aliran
sendiri dan sangat suka melukis kucing sehingga ia
mendapatkan julukan sebagai pelukis kucing. Tak hanya
melukis kucing, ia juga melukis hewan lainnya dan hanya
menggunakan tiga warna saja. Lukisannya adalah Young
Leophard, Bulan di Atas Bukit, Bunga, Cat dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai