Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BIOGRAFI PELUKIS INDONESIA

“EKO NUGROHO”

Disusun Oleh :

ARUM MAYSAROH ( 09 )
XII MIPA 1

SMA NEGERI 1 SAPURAN


TERAKREDITASI A
Jln. Purworejo Km. 20 Sapuran Wonosobo 56373
Telp. (0286)611173
Website : http.//www.sma1sapuran.sch.id
E-mail : sma1sapuran@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Penyusunan Makalah Biografi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas bagi siswa SMA N 1 Sapuran.

            Puji serta syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Karunia dan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
dengan tepat pada waktunya. Makalah ini berhasil tersusun berkat bantuan dari pihak-pihak
lain yang senantiasa membantu kami. Makalah ini kami buat untuk memberikan wawasan
tambahan kepada para pembaca tentang Seni Lukis.

            Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Guru pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami ucapkan pula terima kasih sebanyak-banyaknya kepada teman-teman yang sudah ikut
berpartisipasi meluangkan waktunya untuk sekedar membantu kami. Dan ucapan terima
kasih Kami untuk semua yang tak bisa kami sebutkan satu per satu.

           Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun mungkin kesalahan


dalam penyusunan makalah ini sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang dari seluruh pembaca.

            Akhir kata, penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan para Siswa/siswi SMA N 1 Sapuran umumnya. Penyusun
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan
laporan ini.

Agustus 2019

Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Biografi Eko Nugroho

Membuat Karya Donald Trump

Karya Karya Eko Nugroho

Daftar Pustaka
Biografi Eko Nugroho

Eko Nugroho (lahir di Yogyakarta, 1977), adalah salah satu seniman muda Indonesia yang
paling menonjol terutama dengan pencapaiannya selama satu dekade terakhir. Selain aktif
sebagai seniman individual sejak mahasiswa di ISI, Eko awalnya dikenal sebagai penggiat
komunitas komik ‘Daging Tumbuh’, terutama dengan menerbitkan sendiri komik berjudul
sama secara reguler dengan semangat Do-It-Yourself, mengumpulkan pembuat komik
independen dari berbagai tempat dan mencetaknya dengan medium fotokopi. Dari sini ia
menjadi semacam ‘cult icon’ di kalangan seniman muda ‘indie’ Yogyakarta, Bandung dan
Jakarta.
 
Perhatian lebih luas terhadap karya Eko adalah ketika tahun 2002, dia berpameran tunggal
dengan tajuk "Bercerobong" di Cemeti Art House, Yogyakarta. Karya-karyanya dianggap
menyuntikkan warna segar bagi seni rupa di Indonesia. Terutama dengan gaya gambarnya
yang khas, komikal, surreal dan dicampur dengan teks campursari berbagai bahasa dengan
pemaknaan yang absurd namun satirik dan jenial. melalui berbagai medium mulai dari
komik, mural, performance, animasi dan juga materi yang menjadi salah satu ciri khasnya:
bordir.

Sejak itu, Eko seperti tak terbendung. Eko tak habis-habis berkarya dan diundang residensi
di berbagai negara di Asia, Australia, Eropa, dan Amerika Serikat, beberapa di antaranya
adalah 5th Asia-Pacific Triennial of Contemporary Art at Queensland Art Gallery,
Australia (2006); "Wind From the East" di Kiasma Museum of Contemporary Art in
Helsinki, Finland (2007); “Something From Nothing” dengan kurator Dan Cameron di the
Contemporary Art Center (CAC), New Orleans, AS (2008) dan Busan Biennale,
“Expenditure” (2008).

Kekuatan Eko, seperti yang diuraikan oleh Kurator Adeline Ooi adalah kebebasan tanpa
rasa beban dalam memandang kategori dan pengkotakan seni rupa.  Ia selalu melakukan
pendekatan berkarya dengan keluguan yang ceria dan lugas, tanpa terhambat teori, tradisi
atau konvensi. Ini sangat tampak dengan bahan-bahan ‘remeh’ yang ia pakai seperti bordir,
stiker, karpet dan sebagainya, juga keliarannya dalam menuangkan bentuk visual seperti
imaji-imaji komikal yang bercampur dengan unsure klasik seperti patung dan wayang. Eko
bermain-main antara ‘high art’ dengan budaya jalanan atau populer, dan dengan itu ia
mencoba mencurahkan perspektifnya yang unik sebagai seniman yang hampir selalu
diinspirasi kehidupan sehari-harinya di Yogyakarta.

Seperti bagaimana ia terinspirasi untuk menggunakan bordir, papar Eko, “Tahun 1999 dulu
banyak konflik sosial timbul dan memunculkan geng-geng anak muda, dan salah satu ciri
khas mereka adalah selalu memakai emblem bordir yang disulamkan di punggung jaket
mereka, sebagai identitas. Mereka menginspirasi saya bagaimana emblem bordir menjadi
penanda pemberontakan terhadap sistem. Lalu saya menemukan sebuah desa di
Tasikmalaya yang terkenal dengan para pembordirnya, maka saya belajar membordir
disitu.”

Pengamatan dan keterlibatannya dengan masyarakat sekitarnya juga menjadi basis utama
dari premis berkaryanya secara keseluruhan, seperti pada pameran tunggalnya "Multicrisis
is Delicious" di Galeri Semarang, 2008, yang merefleksikan kontradiksi kultural bangsa
Indonesia. Untuk membuat karya-karya di pameran itu, Eko menyempatkan diri berbaur
dengan masyarakat setempat. Dia ikut jagongan di gardu ronda, nongkrong bersama petani
di sawah, arisan, atau menghadiri hajatan di kampung. Persoalan-persoalan itu lantas
disaring lagi untuk dikentalkan jadi gagasan karya. Pameran itu hasil pengamatan Eko akan
budaya yang merasuki warga kampung. Ada budaya maya di televisi yang gemerlap dan
materialis, budaya agraris di sawah yang pahit, budaya kerja buruh di pabrik yang keras,
budaya birokrasi yang artifisial, atau budaya kebatinan Jawa yang sublim. "Ketika semua
budaya itu berbaur, lahirlah macam-macam kontradiksi. Ini inspirasi yang menarik,"
katanya.

Pendekatan yang membumi dan sederhana itu memunculkan karya-karya yang bisa
membuat orang tersenyum, tersentil dan kadang juga terbingungkan oleh berbagai
absurditas dan deformitas ala Eko - yang menariknya: banyak orang dari berbagai latar
belakang merasa bisa dengan mudah merasa dekat dengan karyanya. Strategi seperti itu
jugalah yang selalu ia terapkan ketika melakukan proyek seni dan residensi di luar negeri.
Seperti partisipasinya di  Veduta Project, Lyon Biennale IX, “Spectacle of the Everyday”
yang dikurasi Hou Hanru (2009), berbentuk mural dan pentas performance Wayang
kontemporer dengan komunitas pekerja seni dan kaum imigran di Lyon. Juga pada saat
residensi dengan SAM Art Projects Paris yang dikuratori antara lain oleh Hans-Ulrich
Orbist, karya-karya dibuat Eko dari berinteraksi dengan masyarakat Paris sambil membuat
snapshot dengan bersepeda keliling kota itu.

Ujar Eko, “Mengkomunikasikan pengalaman saya ke audiens dari latar belakang geografis
dan budaya yang berbeda-beda adalah aspek paling penting dari karya saya. Saya selalu
tertarik dengan interaksi antara masyarakat sehari-hari dengan seni saya. Respon mereka
tak pernah sama, dan sangat berbeda dari respon pengunjung galeri atau museum. Saya
penasaran dengan apa yang mereka rasakan dan ‘seni’ seperti apa yang mereka lihat. Ini
selalu saya libatkan danmasukan sebagai inspirasi saya dalam berkarya, bahkan juga
perkembangan personal saya sendiri.”

Setahun terakhir ini, 2011-2012 jadwal Eko padat berkeliling dunia dengan berpartisipasi
di pameran kolektif ‘Tranfigurations’ di Espace Culturel Louis Vuitton, Paris, dan berturut-
turut pameran tunggal di Art Gallery of South Australia, ‘The Eko Chamber’,  “Témoin
Hybride (Hybrid Witness)” di Museum of Modern Art Paris, 2012 dan puncaknya di Arndt
Gallery, Berlin, ‘Threat With a Flavor’.

Membuat Karya Donald Trump

"ALL WE NEED IS TOLERANCE"


Jakarta In this time of day, saat kemajemukan dan begitu banyak kepentingan berlalu
lalang, membuat hidup semakin rumit, seni bisa menyelamatkan hidup kita. Apa yang
terjadi di negara ini, yang sedang terjadi di luar sana, seringkali pelarian kita untuk dapat
memercayai bahwa masih ada harapan, masih ada sesuatu yang indah di bumi ini datang
dari sebuah karya seni.

Seniman kontemporer papan atas Indonesia asal Yogyakarta, Eko Nugroho baru saja
membuat sebuah karya orisinil yang kemudian ia sebar tampilannya lewat akun Instagram-
nya. Sebuah mural, yang kini berada di Honolulu sebagai bagian dari program residensinya
untuk Shangri La, Hawai’i. Eko menjalani program residensinya mulai 24 Januari sampai
10 Februari 2017, dan karya-karyanya akan dipamerkan di sana dalam rangka Honolulu
Biennial (8 Maret sampai dengan 8 Mei 2017).

Karya yang kita bicarakan adalah sebuah mural hitam putih, dengan detail semarak, khas
Eko, menampilkan dua sosok – seperti manusia – dengan kedua tangan saling terangkul.
Namun anehnya, tangan mereka masing-masing terkunci dalam simpul (masing-masing
tokoh punya gaya simpul berbeda), dan kepala keduanya tertutup kain hitam bertuliskan
“All We Need Is Tolerance."

Kedua karakter dengan kepala tertutup ini juga punya fisik berbeda. Yang satu tertutup
semacam detail sisik, dengan jantung yang sepertinya berada di bagian perut dan belahan
dada berongga. Yang satu memakai pakaian hitam dan ada beberapa detail berlian di
bagian depan. Intinya, keduanya sangat berbeda.

Jargon yang ditampilkan Eko menjadi sebuah pesan sosial kuat, yang hampir bisa
dipastikan merupakan respons sang artis dari keadaan di sekitarnya, bagi keadaan sosial
kultural juga politik dunia saat ini.

Cocok untuk pergolakan politik di Amerika, dengan keputusan Presiden terbaru mereka,
Donald Trump yang ingin membangun dinding di antara Mexico dan Amerika bahkan baru
saja melarang imigran dengan dua kewarganegaraan dari beberapa negara Islam untuk
masuk ke Amerika. Keputusan yang kemudian mendapat protes keras, berujung sederet
demonstrasi di mana-mana. Bahkan, Gigi dan Bella Hadid juga melakukan protes – yes,
Ayah kedua model ternama ini memeluk agama Islam.
Karya ini juga cocok untuk Indonesia dengan semua masalah kemajemukan yang masih
terus terjadi, bahkan di era modern ini. Era digital yang nampaknya berusaha
meminimalisir batasan, tidak mampu mengatasi sesuatu yang sifatnya lebih fundamental.
Justru toleransi di era digital nampak lebih susah diwujudkan. Karena semakin banyak
outlet untuk mempertajam perbedaan itu sendiri.

Karya Karya Eko Nugroho


Daftar Pustaka

http://archive.ivaa-online.org/pelakuseni/eko-nugroho-1

https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3517324/seniman-eko-nugroho-
membuat-karya-yang-harus-diperhatikan-donald-trump

Anda mungkin juga menyukai