Anda di halaman 1dari 126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN


PADA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA:
PERSPEKTIF STILISTIKA PRAGMATIK

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh
Meylina Br Barus
151224088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTO

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku


mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan
kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

(Yeremia 29:11)

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi


nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.”

(Filipi 4:6-7)

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Halaman Persembahan

Segala ucapan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati
dan memberi restu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini hingga selesai, karya
ini saya persembahankan bagi:
Secara khusus kedua orang tua, Bapak Bentol Barus dan Ibu Esmiati Br Ginting
yang selalu ada memberi motivasi dan dukungan baik berupa moril maupun
materi selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini.
Adik-adik saya Belki Surmana Barus, Clara Br Bangun dan Eka Br Bangun.
Terima kasih karena selalu meyakinkan saya untuk mampu menjadi kakak yang
baik dan jadi panutan untuk kalian serta memberi semangat dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
Bagi teman-teman saya Emiya Hartantan Simarmata, Lusiana Meliani H.,
Nawang Bening Kusworo, Theresia Alvincia E., dan Theresia Pratiwi. Terima
kasih karena selalu memberi semangat dan selalu ada saat saya membutuhkan
sesuatu.
Bagi teman-teman UKPM natas. Terima kasih karena sudah menjadi bagian dari
kisah saya selama di Universitas Sanata Dharma.

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Barus, Meylina Br. 2019. Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata: Perspektif Stilistika
Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua masalah utama, yakni (1)


Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan yang terdapat di novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? Dan (2) Apa saja makna pragmatik gaya
bahasa dalam majas perbandingan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata dalam presfektif stilistika pragmatik?. Data dalam penelitian ini berupa
kutipan yang mengandung gaya bahasa dan makna gaya bahasa berdasarkan
konteks dalam pragmatik yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata. Peneliti mencoba untuk mengkaji novel tersebut dengan kajian baru yaitu
Stilistika Pragmatik dan terfokus pada narasi-narasi yang digunakan penulis
novel untuk menceritakan isi novelnya tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan dipadukan dengan
teknik catat. Langkah awal penelitian ini adalah mengumpulkan percakapan
antartokoh yang ada dalam novel dan mengklasifikasikan setiap penggunaan gaya
bahasa yang ditemukan. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut, peneliti
menganalisis percakapan yang mengandung gaya bahasa dan menganalisis makna
pragmatik gaya bahasa.
Kalimat yang mengandung gaya bahasa berdasarkan konteks dalam
pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis gaya
bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa
hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya bahasa
simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan. Penelitian
ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dan
menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa
berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna
pragmatik ‘menjelaskan kepribadian seseorang’, (2) makna pragmatik
‘menggambarkan karakter seseorang’, (3) makna pragmatik ‘membandingkan’,
(4) makna pragmatik ‘menegaskan sauatu kejadian’, (5) makna pragmatik
‘menunjukkan keadaan para pekerja’.
Kata kunci: tuturan, gaya bahasa, konteks situasi, dan makna.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Barus, Meylina Br. 2019. The Language Styles in the Comparison Figure of
Speech in Laskar Pelangi Novel by Andrea Hirata: the Pragmatic
Stylistic Perspective. Thesis.Yogyakarta: Indonesian Literature Language
Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,
Sanata Dharma University

This study aims to delve into two main problems, namely (1) What kinds of
language style can be found in the similes contained in Laskar Pelangi by Andrea
Hirata? And (2) What are the pragmatic meanings of the language styles in the
similes of Laskar Pelangi by Andrea Hirata when examined from the perspective
of pragmatic stylistics? The data in this study are presented in the form of quotes
containing the relevant language styles and their meanings based on the
pragmatic contexts contained in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. The
author of this study will attempt to examine the novel from a new approach,
namely Pragmatic Stylistics and subsequently will focus on the narrations utilized
by the novel's author to recite the story within the novel.
This research is qualitative in nature. The data collection method used in
this study is the listening method and will be combined with the note-taking
method. The initial step of this research is to gather conversations between
characters in the novel and classify each of the uses of language style found
among them. Based on the results of these classifications, the author will attempt
to analyze conversations containing the language styles and analyze their
pragmatic meanings.
There are several sentences that contain language styles based on a
pragmatic context in this study. The types of said language styles are as follows:
(1) allegory, (2) hyperbole, (3) metaphor, (4) metonym, (5) simile, (6)
personification, and (7) imagery. This study also examines the meanings that
emerge from the uses of the aforementioned language styles and consequently
discovered some of the meanings that emerge from their uses, contextually based
on quotations contained in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. The
meanings found are as follows. (1) pragmatic meaning that 'describes someone's
personality', (2) pragmatic meaning that 'describes a person's character', (3)
pragmatic meaning that 'creates a comparison', (4) pragmatic meaning that
'confirms an event', and (5) pragmatic meaning that 'indicates the state of the
doer'.
Keywords: speech, language style, situational context, and meaning.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan penyertaanNya dalam proses penyelesaian skripsi yang berjudul

Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel Laskar Pelangi karya

Andrea Hirata: Perspektif Stilistika Pragmatik. Peneliti juga berterima kasih atas

kesempatan yang diberikan oleh Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tak lepas dari

bantuan banyak pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan lancar. Oleh

karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi,

dorongan, dukungan doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal

hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Kaprodi PBSI yang telah

memberi motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran dan motivasi selama

membimbing penulis.

4. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan

wawasan kepada penulis selama belajar di prodi PBSI, sehingga penulis

memiliki bekal menjadi pengajar yang cerdas, humanis dan profesional.

5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-

buku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi.

6. Theresia Rusmiati, selaku karyawan sekretariat PBSI yang telah

membantu penulis dalam hal menyelesaikan skripsi.

7. Kedua orangtua, Bapak Bentol Barus dan Ibu Esmiati Br Ginting yang

selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materi

selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini.

8. Adik-adik saya Belki Surmana Barus, Clara Br Bangun dan Eka Br

Bangun. Terima kasih karena selalu memberikan semangat dan motivasi

dalam menyelesaikan tugas akhir ini, saya mengasihi kalian.

9. Kakak saya Junita Br Ginting, S.Pd. dan Helena Tombeg, Amd.. Terima

kasih karena sudah mendukung dan memberi saya semangat dalam

penyelesaian tugas akhir ini.

10. Teman-teman PBSI angkatan 2015 kelas B terima kasih sudah menemani

proses belajar saya selama 4 tahun di Universitas Sanata Dharma.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11. Sahabat dan teman seperjuangan saya Emiya Hartanta Simarmata, Lusiana

Meliani H., Nawang Bening Kusworo, Theresia Alvincia E., dan Theresia

M. Pratiwi. Terima kasih karena selalu memberi semangat dan motivasi

selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir.

12. Sahabat saya Evi Valona Br Sembiring, Nasaretta Br Tarigan, dan Ore

Windi Kibana Br Tarigan. Terima kasih karena selalu memberi saya

semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan saya mengasihi kalian.

13. Ade Sinurat, Dwi Jawak, Dedo Barus, Friska Br Tarigan , Indah Br

Ginting, Jolly Tarigan, Olin, Silvi Br Sembiring, Nana Br Ginting, Nani Br

Ginting, Rosella Br Barus, Febri Br Sitepu dan Agresia Br Tarigan.

Keluarga baru saya di Yogyakarta.

14. Carlos De Mello Perangin-angin. Terima kasih karena sudah menjadi

saudara yang baik dan bersedia saya repotkan setiap saat.

15. Teman-teman UKPM natas. Terima kasih karena sudah menjadi bagian

dari kisah saya selama di Universitas Sanata Dharma dan memberikan

banyak pembelajaran kepada saya.

16. Kuta Kemulihen Kubucolia. Agape, Markus, Bang Nugrah, Bang Alan,

Nantri, Risa, Putri, Dora, Harla dan Alan TSN. Terima kasih atas

kebersamaan dan dukungan selama saya berada di Yogyakarta.

17. GSM The Grace Kids Hartono Mall. Terima kasih sudah menjadi bagian

dan tempat berbagi dari kisah saya di Yogyakarta.

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ......................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1.5 Batasan Istilah ......................................................................................... 4

BAB 11 LANDASAN TEORI ....................................................................... 6


2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................................ 6
2.2 Kajian Teori ........................................................................................... 8
2.2.1 Pragmatik ................................................................................................ 8
2.2.2 Konteks dalam Pragmatik ....................................................................... 10
2.2.3 Stilistika Pragmatik ................................................................................. 15
2.2.4 Majas dan Gaya Bahasa .......................................................................... 18
2.2.4.1 Gaya Bahasa Hiperbola ........................................................................ 19
2.2.4.2 Gaya Bahasa Metonimia ...................................................................... 20

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.4.3 Gaya Bahasa Personifikasi .................................................................. 21


2.2.4.4. Gaya Bahasa Pleonasme ..................................................................... 22
2.2.4.5 Gaya Bahasa Metafora ......................................................................... 23
2.2.4.6 Gaya Bahasa Simile/Perumpamaan ..................................................... 24
2.2.4.7 Gaya Bahasa Asosiasi .......................................................................... 25
2.2.4.8 Gaya Bahasa Eufemisme...................................................................... 25
2.2.4.9 Gaya Bahasa Epitet .............................................................................. 26
2.2.4.10 Gaya Bahasa Alegori.......................................................................... 26
2.2.4.11 Gaya Bahasa Hipalase ........................................................................ 27
2.2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 31


3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................... 31
3.2 Sumber Data dan Data .............................................................................. 31
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 31
3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 32
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data............................................................. 33
3.6 Trianggulasi data ....................................................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 35


4.1 Deskripsi Data ............................................................................................ 35
4.2 Analisis....................................................................................................... 37
4.2.1 Wujud Gaya Bahasa ................................................................................ 37
4.2.1.1 Gaya Bahasa Hiperbola ........................................................................ 38
4.2.1.2 Gaya Bahasa Metonimia ...................................................................... 43
4.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi ................................................................... 45
4.2.1.4 Gaya Bahasa Metafora ......................................................................... 50
4.2.1.5 Gaya Bahasa Simile Perumpamaan ..................................................... 55

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.1.6 Gaya Bahasa Alegori............................................................................ 60


4.2.2 Makna Pragmatik/Maksud Gaya Bahasa ................................................ 65
4.2.2.1 Makna Pragmatik Menjelaskan Kepribadian Seseorang...................... 66
4.2.2.2 Makna Pragmatik Menggambarkan Karakter Seseorang..................... 69
4.2.2.3 Makna Pragmatik Membandingkan ..................................................... 70
4.2.2.4 Makna Pragmatik Menegaskan Suatu Kejadian .................................. 71
4.2.2.5 Makna Pragmatik Menunjukkan Keadaan Para Pekerja ...................... 73
4.3 Pembahasan ................................................................................................ 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 76


5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 76
5.2 Saran ........................................................................................................... 77
KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................... 78
LAMPIRAN .................................................................................................... 80

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi dengan tujuan untuk menyampaikan pesan

atau informasi dari satu orang kepada yang lain. Bahasa menurut kamus besar

bahasa Indonesia adalah sistem lambang bunyi arbiter, yang digunakan oleh

anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berintraksi, dan

mengidentifikasikan diri, jadi bahasa merupakan suatu yang penting bagi

manusia. Manusia mengenal bahasa dan menggunakan bahasa setiap hari. Melalui

bahasa, seseorang bisa berkomunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan dengan baik. Dalam hal ini, sejalan dengan pendapat Chaer (2004:12)

yang menyebutkan bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau untuk

berkomunikasi dalam arti untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

perasaan.

Dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdapat banyak

perbedaan dengan novel lainnya karena settingan di pulau Belitung Kepulauan

Bangka Belitung. Novel Laskar Pelangi merupakan novel yang inspiratif, selain

telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa novel ini juga sudah difilmkan.

Laskar Pelangi diperankan oleh sepuluh orang anak. Peran Ikal diperankan oleh

Zulfanny, peran Lintang diperankan oleh Ferdian, peran Mahar diperankan oleh

diperankan oleh Veris Yamarno, peran A Kiong diperankan oleh Suhendri, peran

Kucai diperankan oleh Yogi Nugroho, peran Sahara diperankan oleh Dewi Ratih

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ayu Safitri, peran Harus diperankan oleh Jefffry Yanuar, peran Syahdan

diperankan oleh M. Syukur Ramadan, peran Borek diperankan oleh Febriansyah,

dan peran Trapani diperankan oleh Suharyadi.

Setiap individu memiliki karakter berbahasa tersendiri dalam

menyampaikan ide, gagasan, konsep atau perasaan. Gaya bahasa yaitu

pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-

efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri

bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan

perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Gaya bahasa tidak hanya terdapat

dalam sebuah karya sastra tetapi seringkali kita gunakan dalam berkomunikasi di

kehidupan sehari-hari. Dalam penggunaan gaya bahasa seorang penutur juga

harus terlebih dahulu memperhatikan tindak tutur dalam menyampaikan maksud

yang hendak disampaikan.

Tindak tutur dan gaya bahasa erat kaitannya dalam stilistika pragmatik.

Stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stil (style) secara umum

sebagaimana akan dibicarakan secara lebih luas pada bagian berikut adalah cara-

cara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu,

sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal (Ratna, 2009:

3). Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa

secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam

komunikasi (Wijana, 1996:1). Jadi, stilistika pragmatik dapat diartikan kajian

terhadap bahasa dalam penggunaannya dengan mempertimbangkan beberapa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

unsur dasar yang penting bagi penafsiran terhadap wacana tertulis, khususnya

wacana sastra (Black, 2011:1-2)

Gaya bahasa dalam suatu penuturan di sebuah karya sastra ataupun di

kehidupan sehari-hari seringkali salah diartikan oleh orang lain. Maka dengan

adanya penelitian ini peneliti berharap untuk pembaca dapat mengetahui secara

rinci dan teliti bagaimana tata cara atau struktur yang benar dalam berkomunikasi

dengan mitra tutur agar tidak terjadi kesenjangan antara penutur dan mitra tutur.

Selain itu, dapat juga mengetahui fungsi dari gaya bahasa yang kita gunakan

dalam berkomunikasi secara tepat dan benar sehingga dapat diterima dan

dipahami oleh mitra tutur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa hal yang sudah diuraikan di latar belakang, rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan yang terdapat di

novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?

b. Apa saja makna pragmatik gaya bahasa dalam majas perbandingan dalam

novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dalam perspektif stilistika

pragmatik?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Mendeskripsikan wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan yang

terdapat di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Mendeskripsikan makna pragmatik gaya bahasa dalam majas

perbandingan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dalam

perspektif stilistika pragmatik.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara

teoritis.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk lebih

memahami stilistika dan gaya bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari.

Selain itu, menjadi sumber acuan dalam penelitian sejenis dan dapat

memberikan kontribusi dalam mengembangkan teori ilmu pragmatik

stilistika.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat dari penelitian ini untuk memberikan wawasan kepada

para pembaca untuk dapat lebih memahami penggunaan gaya bahasa yang

diungkapkan dalam berkomunikasi. Selain itu, bagi guru bahasa Indonesia

hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penunjang

dalam pembelajaran khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia tentang

gaya bahasa.

1.5 Batasan istilah

a. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 2016:3).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Stilistika Pragmatik adalah kajian kekhasan bahasa dalam penggunaan

wacana tertentu. Misalnya: wacana sastra, wacana nonsastra. Semuanya

adalah wacana nonsastra, maka acuan teorinya tidak harus menggunakan

linguistik umum (linguistik sintaksis), tetapi linguistik terapan. Jadi,

orientasi teorinya adalah linguistik terapan Stilistika Pragmatik. Kajian

stilistika memiliki anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks mencerminkan

dunia tekstual secara sempurna (Fasold dalam Black, 2011:1).

c. Menurut Mey (1993:38) konteks sebagai the surrounding, in the widest

sense, that enable the participans in the communication process to

interact, and that make lingusitic expression of their interaction

intelliegible (lingkungan sekitar dalam arti luas sesuatu yang

memungkinkan peserta tuturan dapat berinteraksi, dan yang dapat

membuat tuturan mereka dapat dipahami).

d. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan

jalan memperkenalkan serta memperbandingkan sesuatu benda atau hal

tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata

penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 1985:5).

e. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya

dalam bentuk cerita (Mihardja, Ratih:39).

f. Majas adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau

pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan (Ratna,2009:164).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah

Ade Henta Hermawan (2014) yang berjudul “Kajian Parodi Dalam Novel

Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Buku ke ll (Lintang Kemukus Dini Hari )

karya Ahmad Tohari (Suatu Tinjauan Stilistika Pragmatik)”. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah berdasarkan analisis data, peneliti mendapatkan dua

puluh lima percakapan antartokoh yang mengandung parodi, peneliti

mengklasifikasikan melalui lima bentuk klasifikasi. Lima bentuk klasifikasi

tersebut adalah parodi yang mengungkapkan sindiran, parodi yang berupa

kritik, parodi yang mengungkapkan perasaan tidak puas, parodi yang

mengungkapkan lelucon, dan parodi yang mengungkapkan perasaan tidak

nyaman.

Parodi yang terkandung pada percakapan antartokoh dalam novel Lintang

Kemukus Dini Hari ini merupakan salah satu bentuk ciri khas kebahasaan

untuk menyamarkan maksud, gagasan, kritik, kecaman yang ingin

disampaikan oleh Ahmad Tohari. Hal ini dilakukan oleh Ahmad Tohari

karena ia merasa bahwa inspirasinya bila diungkapkan secara langsung maka

tidak akan pernah didengarkan. Oleh karena itu Ahmad Tohari

mengungkapkan gagasan dan inspirasinya menggunakan novel dengan gaya

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahasa yang bermacam-macam dalam percakapan antartokohnya, salah

satunya ditemukan gaya parodi dalam percakapan antartokoh.

Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian Martha Ria Hanesti

(2014) yang berjudul “Analisis Kesopanan Dan Ketidaksopanan Level

Narator Dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) Karya

Ahmad Tohari (Sebuah Kajian Stilistika Pragmatik). Kesimpulan dari

penelitian ini adalah berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh

peneliti didapat enam bentuk kesopanan dalam narasi-narasi Ahmad Tohari

yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak),

yaitu. (1) kesopanan yang sesuai dengan maksim kearifan, (2) kesopanan yang

sesuai dengan maksim kedermawanan, (3) kesopanan yang sesuai dengan

maksim pujian, (4) kesopanan yang sesuai dengan maksim kerendahan hati,

(5) kesopanan yang sesuai dengan maksim kesepakatan, (6) kesopanan yang

sesuai dengan maksim simpati. Bentuk-bentuk kesopanan tersebut digunakan

peneliti untuk menunjukkan bagaimana cara menyampaikan narasi oleh

narator novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) yaitu Ahmad

Tohari.

Peneliti juga akan meneliti penggunaan gaya bahasa yang digunakan oleh

pengarang dalam percakapan antartokoh. Relevansi terletak pada objeknya

yaitu novel dan kajian ilmu yang digunakan adalah cabang ilmu bahasa

pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2 Kajian Teori

Sebuah penelitian sangat erat kaitannya dengan teori, penelitian tersebut

harus didukung dengan teori yang ada. Dalam kajian teori ini peneliti akan

membahas tentang pragmatik, stilistika pragmatik, konteks dalam pragmatik,

majas dan gaya bahasa, dan kerangka berpikir.

2.2.1 Pragmatik

Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu kebahasaan yang berkaitan

dengan fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis. Wijana (1996:1)

mengungkapkan perbedaan pragmatik dengan cabang ilmu bahasa yang

lainnya. Berbeda dengan fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis yang

mempelajari struktur bahasa internal, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa

yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu

kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Pragmatik adalah studi tentang

makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh

pendengar (pembaca) (Yule, 2016:3).

Pragmatik adalah studi tentang hubungan anatara bentuk-bentuk

linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Sebagai topik yang melingkupi

deiksis, presuposisi dan implikatur percakapan, pragmatik lazim diberikan

definisi sebagai „ telaah mengenai hubungan di anatar lambang dengan

penafsiran” (Purwo 1990 :15). Heatherington (dalam Rahardi, 2016 : 17)

menyebutkan bahwa pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi

khusus, terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang

merupakan wadah aneka konteks sosial.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan

konteksnya. Konteks yang dimaksud telah tergramatisasi dan terkodefikasi

sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari struktur bahasanya (Levinson

dalam Rahardi, 2009 :20).

(Tarigan dalam Rahardi, 2016 : 18) mengatakan bahwa telah umum

mengenai bagaimana konteks memengaruhi cara kita menafsirkan kalimat yang

disebut pragmatik. Teori tindak ujar adalah bagain dari pragmatik, dan

pragmatik sendiri merupakan bagian dari perfomansi linguistik. Pengetahuan

mengenai dunia adalah bagain dari konteks, dan dengan demikian pragnatik

mencakupi bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetauan dunia

untuk menginterpretasikan ucapan-ucapan.

Pragmatik mengkaji kemampuan pemakai bahasa dalam mengaitkan

kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu

(Nababan, 1987 : 2). Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa prgamtik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa atau

bukan hanya bagian dari linguistik saja, tetapi prgamtik juga ilmu

menggunakan tuturan pada saat berkomunikasi yang sesuai dengan konteks

dan situasi dengan tujuan agar dapat menggunakan ujran atau tuturan dalam

berkomunikasi yang baik dengan lawan biacara.

Ruang lingkup pragmatik, yaitu Dieksis, praanggapan, tindak tutur

dan impilkatur. Dieksis adalah gelaja semantik yang terdapat pada kata atau

konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan

konteks pembicaraan. Dieksis dapat di bagi menjadi lima kategori, yaitu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

dieksis orang, dieksis wakru, dieksis tempat, dieksis wacana dan dieksis sosial

(Levinson dalam Nadar 2009:53). Praanggapan adalah apa yang digunakan

penutur sebagai dasar bersama bagi para peserta percakapan (Brown dan Yule,

1996). Tindak tutur merupakan bagian dari kajian pragmtik. Leech (1993)

menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran, menanyakan apa

yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur dan mengaitkan makna

dengan siapa berbicara, kepada siapa, dimana dan bagaimana. Implikatur

percakapan menurut Levinson (dalam Nadar, 2009:61) menyebutkan

implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam

pragmatik. Salah satu alasan pentingnya adalah bahwa implikatur memberikan

penjelasan eksplisit mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan.

2.2.2 Konteks dalam Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 2016:3).

Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana

dan situasi dari para partisipan (Brown dan Yule, 1983:35-67). Werth (1999)

telah mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci dan akurat tentang

konteks. Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari teks adalah

dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan yang

dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan,

yang se kaligus juga memberikan makna terhadap wacana yang sedang

berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku

baik untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan)

Sperber dan Wilson (1986/1995), mereka menyatakan bahwa konteks

adalah tanggung jawab dari pendengar, yang akan mengakses informasi apa

pun yang akan diperlukan agar bisa mengolah sebuah ucapan, dengan

didasarkan pada asumsi bahwa penutur dari ucapan itu telah berusaha sedapat

mungkin untuk membuat ucapannya itu menjadi relevan. Mereka tetap

memahami pentingnya hal-hal yang sudah disampaikan di atas, namun mereka

menekankan bahwa pengetahuan ensiklopedik (pengetahuan umum-pent) juga

memegang peran penting. Maka orang yang satu bisa jadi akan menafsirkan

sebuah ucapan secara berbeda dari orang lain tergantung pada informasi apa

yang mereka milik, apa yang mereka anggap relevan dan sejauh mana

pengetahuan mereka tentang konvensi sosial.

Menurut Mey (1993:38) konteks sebagai the surrounding, in the widest

sense, that enable the participans in the communication process to interact,

and that make lingusitic expression of their interaction intelliegible

(lingkungan sekitar dalam arti luas sesuatu yang memungkinkan peserta

tuturan dapat berinteraksi, dan yang dapat membuat tuturan mereka dapat

dipahami). Pragmatik adalah studi bahasa yang berkaitan dengan konteks.

Artinya, konteks tidak bisa tidak harus dilibatkan dan diperhitungkan dalam

memaknai bahasa, baik bahasa dalam pengertian antitas kebahasaan sebagai

elemen, maupun bahasa dalam pengertian umum yang jauh lebih holistik dan

lebih luas. Malinowsky (dalam Verschueren, 1998: 75) telah mencatat tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

perlunya konteks situasi atau „context of situation‟, yang selengkapnya

berbunyi, “... in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no

meaning except in the context of situation.” Jadi jelas sekali bahwa kehadiran

konteks situasi adalah sebuah keharusan, terutama sekali di dalam penuturan

lisan.

Aspek-aspek konteks situasi tutur yang membentuk konteks pragmatik,

yaitu penyapa dan pesapa, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai

bentuk tindakan, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Penyapa dan pesapa

yang disebut juga „penutur‟ dan „mitra tutur‟. Terdapat beberapa dimensi yang

harus diperhatikan oleh penyapa atau pesapa, misalnya: umurnya, jenis

kelaminnya, latar belakang pendidikannya, latar belakang ekonominya, latar

belakang sosial dan budayanya, latar belakang etnisnya dan masih banyak lagi

latar bekalang lainnya (Rahardi, dkk, 2018:38). Dimensi lain yang sangat

menentukan bentuk kebahasaan adalah ihwal status sosial dan tingkat sosial.

Orang yang berstatus rendah dalam masyarakat, atau orang yang berperingkat

sosial rendah (low level society), lazimnya menggunakan bentuk-bentuk

hormat kepada mereka yang berstatus sosial menengah (medial level society),

apalagi dengan mereka yang berstatus sosial tinggi (high level society).

Tujuan tuturan adalah salah satu penentu utama dari makna pragmatik.

Tanpa tindakan-tindakan verbal yang berorientasi pada tujuan itu, interpretasi

pragmatik mustahil dapat dilakukan (Rahardi, dkk, 2018:44). Tuturan sebagai

bentuk tindakan, dengan memperhatikan secara cermat kejatian konteks yang

mewadahi bentuk tuturan itu akan dapat ditentukan apakah tuturan itu hadir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

dalam situasi nomal-normal saja, situasi yang menekan atau memaksa, atau

mungkin pula yang lainnya. Jadi, memaknai sebuah bentuk tuturan tidak dapat

serta merta dipisahkan dari konteks yang melingkungi dan mewadahinya.

Peniadaan atau penelanjangan konteks di dalam menginterpretasi sebuah

tuturan, justru dapat menyesatkan pemaknaan dari entitas kebahasaan itu

sendiri (Rahardi, dkk, 2018:45)

Tuturan sebagai produk tindak verbal, bahwa tuturan yang dikaji di

dalam studi pragmatik merupakan entitas-entitas yang benar-benar ada dalam

masyarakat. Tuturan itu merupakan tindak-tindak verbal, ternyata dalam

tataran yang lain juga harus dikatakan bahwa tuturan itu merupakan produk

dari tindak verbal itu sendiri. Tuturan sebagai tindak verbal dapat dilihat secara

jelas pada bentuk seperti , “tanganku gatal” sebagai kalimat, dengan melihat

konstruksinya saja, bentuk kebahasaan yang demikian itu dapat dikatakan

sebagai sebuah deklarasi atau tuturan bermodus deklaratif (Rahardi, dkk,

2018:45).

Setiap tuturan yang diutarakan oleh penutur pasti mengandung makna

dan maksud. Makna dan maksud dalam tiap-tiap tuturan itu berbeda, untuk

emahami makna dan maksud disetiap tuturan ada baiknya jika memahami

definisi dari makna dan maksud. Makna adalah bagian yang tak terpisahkan

dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian

dari makna sendiri sangat beragam. Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa

istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna

tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud

penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan

penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus

dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Leech

(2003:34) menyatakan bahwa maksud yaitu makna yang dimaksudkan

pesannya. Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009:215)

menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur

kepada mitra tutur mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Pragmatik pada

hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson

dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks

yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan

kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Putrayasa (2014:24) menjelaskan bahwa untuk memahami maksud

pemakaian bahasa seseorang dituntut harus memahami pula konteks yang

mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Wijan dan Rohmadi (2011:10)

menjelaskan bahwa maksud adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari

pembicara. Maksud bersifat subyektif. Sejalan dengan hal itu, Chaer (2009:35)

menjelaskan maksud dapat dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara,

atau pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan sesuatu

ujaran entah berupa kalimat maupun frase, tetapi yang dimaksudnya tidak sama

dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2.2.3 Stilistika Pragmatik

Stilistika pragmatik adalah kajian kekhasan bahasa dalam penggunaan

wacana tertentu. Misalnya: wacana sastra, wacana nonsastra. Semuanya adalah

wacana nonsastra, maka acuan teorinya tidak harus menggunakan linguistik

umum (linguistik sintaksis), tetapi linguistik terapan. Jadi, orientasi teorinya

adalah linguistik terapan Stilistika Pragmatik. Kajian stilistika memiliki

anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks mencerminkan dunia tekstual secara

sempurna (Fasold dalam Black, 2011:1).

Kajian stilistika pragmatik dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dari

teori-teori pragmatik agar bisa menjelaskan aspek-aspek dari teks sastra yang

membuat teori-teori pragmatik menjadi menarik untuk digunakan sebagai

sarana penafsiran (Black, 2011:336). Teori ini dikembangkan oleh Elizabeth

Black. Ia berpandangan bahwa kajian linguistik yang berorientasi pragmatik

terhadap bahasa ternyata berguna bagi pemahaman teks fiksi atau karya sastra.

Stilistika pragmatik lebih menekankan hubungannya dengan bahasa dalam

praktek penggunaannya.

Kridalaksana dalam Wicaksono (2014:4) membeberkan pengertian

stilistika, yaitu: (1) Ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam

karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesustraan. (2)

Penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Sudjiman dalam Wicaksono

(2014:12) menguraikan pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang

digunakan pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

menggunakan bahaha sebagai sarana style dapat diterjemahkan sebagai gaya

bahasa.

Ratna (2009 : 13-14) mengatakan bahwa dominasi penggunaan bahasa

khas dalam karya sastra diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) Karya sastra

mementingkan unsur keindahan. (2) Dalam menyampaikan pesan karya sastra

menggunakan cara-cara tak langsung, seperti: refleksi, refraksi, proyeksi,

manifestasi, dan refresentasi. (3) Karya sastra adalah curahan emosi, bukan

intelektual. Dengan stilistika dapat dijelaskan intraksi yang rumit antara bentuk

dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus

sastra (Sudjiman, 1993:VII). Pradopo (2013:10) menguraikan ruang lingkup

stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam stilistika meliputi

intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, bunyi, gaya

kata dan gaya kalimat

Black (2011:1) memberikan suatu pandangan tentang stilistika

pragmatik, pragmatik menurut Black adalah kajian terhadap bahasa dalam

penggunaannya. Black mempunyai ketertarikan tersendiri untuk

menggabungkan dua kajian tersebut. Jika berbicara konteks maka kita lebih

dekat dengan penafsiran berbeda atau makna lain oleh pembaca dari suatu teks.

Seperti yang diungkapkan Black dalam bukunya, sebuah kajian linguistik

bertujuan untuk mengungkapkan maknanya. Sekarang orang memiliki

kecenderungan (yang mungkin memang lebih akurat) untuk memandang

bahwa makna adalah hasil dari proses penafsiran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Shipley dalam Ratna (2008:8) mengatakan stilistika (stylistic) adalah

ilmu tentang gaya (style), sedangkan style itu sendiri berasal dari kata stilus

(Latin), semula berarti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di

atas bidang berlapis lilin. Dalam bidang bahasa dan sastra style dan stylistic

berarti cara-cara penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan efek

tertentu (Ratna, 2008:9). Tujuan utama gaya bahasa adalah menghadirkan

aspek keindahan. Tujuan ini terjadi baik dalam kaitannya dengan penggunaan

bahasa sebagai sistem model pertama, dalam ruang lingkup linguistik, maupun

sistem model kedua, dalam ruang lingkup kreativitas sastra. Meskipun

demikian menurut Wellek dan Werren dalam Ratna (2008:67) kualitas estetis

menjadi pokok permasalahan pada tataran bahasa kedua sebab dalam sastralah,

melalui metode dan teknik diungkapkan secara rinci ciri-ciri bahasa yang

disebut indah, sebagai stilistika.

Setiap karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, drama, dsd bisa saja

disebut bacaan multitafsir. Setiap karya sastra tersebut kebanyakan pengarang

membuat makna yang tersirat, pengarang tidak secara terus terang menuliskan

makna atau pesan yang ingin disampaikan. Pengarang ingin pembaca seakan

masuk dalam karya sastra tersebut dan memahami maksud yang hendak

disampaikan pengarang.

Menurut peneliti, bidang ilmu stilistika pragmatik merupakan gabungan

antara ilmu dalam kajian sastra dan kajian pragmatik. Suatu kajian yang

mengamati karya sastra dan menganalisisnya dari satu sudut pandang ilmu

bahasa disebut pragmatik. Namun peneliti mengambil teori tentang stilistika


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

pragmatik ini agar dapat membantu peneliti untuk mengkaji novel yang ingin

dianalisis. Peneliti akan mendeskripsikan gaya bahasa dan makna gaya bahasa

yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata : perspektif

stilistika pragmatik.

2.2.4 Majas dan Gaya Bahasa

Pengarang suatu karya sastra memiliki ciri khas tersendiri dalam

menuturkan maksud yang hendak disampaikan. Penggunaan bahasa kiasan

sering kali terdapat dalam sebuah karya sastra. Penggunaan bahasa kiasan

tersebut juga mampu menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuah karya.

Adapun bahasa kiasan atau sering disebut sebagai majas memiliki banyak

sekali ragam.

Permajasan (figure of thought) merupakan teknik pengungkapan

bahasa, pengayabahasaan, maknanya tidak menunjuk pada makna harafiah

kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan,

makna yang tersirat (Wicaksono, 2014:29). Majas (figure of speech) adalah

pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam

rangka memperoleh aspek keindahan (Ratna, 2009:164). Pada umumnya majas

dibedakan empat macam, yaitu: a) majas penegasan, b) majas perbandingan, c)

majas pertentangan, dan d) majas sindiran. Secara tradisional jenis majas yang

dibagi menjadi subjenis dengan cirinya masing-masing disebut gaya bahasa.

Gaya bahasa adalah optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu

untuk mengefektifkan komunikasi (Pranowo, 2014:195)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Pada penelitian ini peneliti akan membahas lebih dalam tentang majas

perbandingan. Pradopo (dalam Andri Wicaksono, 2014: 32) berpendapat

bahwa gaya bahasa perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu

hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata perbandingan seperti:

bagai, sabagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata

pembanding lain. Adapun majas perbandingan ini meliputi gaya bahasa:

hiperbola, metinimia, personifikasi, pleonasme, metafora, sinekdoke, alusio,

simile, asosiasi, eufemisme, epitet, eponim, dan hipalase.

Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang dipergunakan untuk

meningkatkan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau

hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa

dapat merubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan,

1984:5). Gaya bahasa dalam stilistika pragmatik merupakan gaya bahasa yang

didasari oleh sebuah konteks. Setiap manusia ketika bertututr kata pasti

memiliki gaya bahasa tersendiri dan setiap kata yang dituturkan pasti memiliki

latar belakang tertentu. Maksudnya setiap tuturan yang dituturkan pasti

memiliki makna dan konteks karena konteks adalah sesuatu yang sudah ada

sebelum tuturan itu dan situasi dari partisipan.

2.2.4.1 Hiperbola

Hiperbola yaitu sepatah kata yang diganti dengan kata lain yang

memberikan pengertian lebih hebat dari pada kata. Hiperbola adalah jenis gaya

bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya,

ukurannya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya.

Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Guntur Tarigan,

2009:55). Keraf (2009:135) berpendapat bahwa hiperbola yaitu semacam gaya

bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan

membesar-besarkan suatu hal. Perhatikan contoh berikut:

Jika tersenyum, lesung pipinya akan menyihir siapa saja yang


melihatnya. Aliran darah di sekujur tubuhku menjadi dingin,
jantungku berhenti berdetak sebentar kemudian berdegub kencang
sekali dengan ritme yang kacau.

Menurut peneliti, gaya bahasa hiperbola adalah penggunaan kata yang

secara berlebihan dalam suatu karya agar karya tersebut terlihat lebih

menarik. Gaya bahasa hiperbola sering kali digunakan, walaupun kata-

katanya tidak masuk akal. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di atas

yaitu, kata “menyihir” yang di mana penggunaan kata tersebut seolah-olah

membuat suatu senyuman mempunyai kekuatan ajaib atau ilmu gaib saat

orang lain melihatnya.

2.2.4.2 Metonimia

Aminudin (dalam Andri Wicaksono, 2014: 32) berpendapat bahwa

metonimia adalah pengganti kata yang satu dengan kata yang lain dalam

suatu konstruksi akibat terdapatnya ciri yang bersifat tetap. Keraf

(2007:142) berpendapat bahwa metonomia adalah suatu gaya bahasa yang

mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena

mempunyai pertalian yang sangat dekat. Sedangkan, Altenberd (dalam

pradopo, 2013:77) mengatakan bahwa metonimia adalah penggunaan

bahasa sebagai sebuah objek atau pengunaan sesuatu yang sangat dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Perhatikan

contoh berikut:

Aku telah membantu ibu menjual telur dengan mengendarai


honda bebek kami.

Menurut peneliti, gaya bahasa metonimia adalah gaya bahasa yang

menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan merek atau pembuat

benda/dagangan tersebut. Berdasarkan contoh di atas dapat kita lihat pada

penggunaan kata “honda” yang di mana honda merupakan kendaraan roda

dua yang digunakan untuk menjual telur. Kata honda itu sendiri

merupakan sebuah nama perusahaan transportasi.

2.2.4.3 Personifikasi

Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam

gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-

barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.

Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat

manusia terhadap benda mati. Menurut KBBI, personifikasi adalah

pengumpamaan benda mati sebagai orang atau manusia, seperti bentuk

pengumpamaan alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setia.

Perhatikan contoh berikut:

Dinding-dinding kamarnya seakan hendak menggenjetnya

Menurut peneliti, gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang

digunakan oleh penulis dalam mengibartakan benda-benda mati menjadi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

seakan-akan hidup layaknya manusia. Berdasarkan contoh di atas dapat

dilihat kata “dinding-dinding kamar yang hendak menggenjet” kata

“menggenjet” di sini memiliki artian yang sama dengan kata menekan

atau menghimpit. Dinding kamar digambarkan seolah-olah mempunyai

kekuatan untuk berpindah tempat dan mampu menekan seseorang

layaknya seorang makhluk hidup seperti manusia.

2.2.4.4. Pleonasme

Keraf (2009:133) berpendapat bahwa pleinasme adalah semacam acuan

yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan

untuk menyatakan satu gagasan atau pikiran. Apabila kata yang

berlebihan tersebut dihilangkan maka tidak mengubah makna/arti. Gaya

bahasa pleonasme dapat disimpulkan menggunakan dua kata yang sama

arti sekaligus, tetapi sebenarnya tidak perlu, baik untuk penegas arti

maupun hanya sebagai gaya. Contohnya,

Ingin dan ingin lagi mendedahkan nasihat tentang kebersihan.

Menurut peneliti gaya bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang

menggunakan kata-kata yang lebih banyak namun jika sebagian dari kata

tersebut dihilangkan makna dari kata-kata tersebut tidak akan mengalami

perubahan. Dapat dilihat dari contoh di atas penggunaan kata “ingin dan

ingin lagi” pada kata “ingin dan ingin lagi mendedahkan nasihat tentang

kebersihan” jika kata “dan ingin lagi” dihilangkan dan menjadi kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

“ingin mendedahkan nasihat tentang kebersihan” hal itu tidak akan

merubah makna kata-kata yang lainnya.

2.2.4.5 Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal

yang secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora adalah

gaya bahasa yang membandingkan tetapi tidak menggunakan kata

perbandingan, jadi bagaimana melihat suatu dengan perantara benda lain

(Pradopo, 1997:66). Metafora juga dapat diartikan dengan majas yang

memperbandingkan suatu benda dengan benda lain. Kedua benda yang

diperbandingkan itu mempunyai sifat yang sama. Pengungkapannya berupa

perbandingan analogis dengan menghilangkan kata bagaikan, umpama,

serupa, dan lain-lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metafora

adalah gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun

singkat, padat, dan rapi (Keraf, 2009:139). Contoh sebagai berikut:

Mereka pantas berkejaran, bermain dan bertembang. Mereka


sebaiknya tahu masa kanak-kanak adalah surga yang hanya sekali
datang.

Menurut peneliti, gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang

membandingakan dua hal tidak secara terang-terangan dalam bentuk yang

singkat dan padat. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat penggunaan

kata “masa kanak-kanak adalah surga yang hanya sekali datang” di mana

“masa kanak-kanak” dibandingkan dengan “surga”. Masa kanak-kanak

adalah masa di mana seorang hanya tahu bermain, berkejaran, bahagia

berkumpul bersama teman-teman dan mengalami proses perkembangan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

2.2.4.6 Simile/ Perumpamaan

Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya

berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Perumpamaan adalah gaya bahasa

perbandingan yang pada hakikatnya membandingkan dua hal yang

berlainan dan yang dengan sengaja kita anggap sama. Keraf (2009:138)

berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat eksplisit atau

langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Sementara itu,

simile atau perumpamaan dapat diartikan suatu majas yang

membandingkan dua hal/benda dengan menggunakan kata penghubung,

terdapat kata laksana, ibarat, serupa, bagai, umpama, seperti, layaknya,

bak, dan sebagainya yang dijadikan sebagai penghubung kata yang

diperbandingkan. Simile atau perumpamaan merupakan gaya bahasa yang

menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata

perbandingan seperti: semisal, bak, laksana, bagai, seumpama, dan

sebagainya (Pradopo, 1997:62). Perhatikan contoh berikut:

Namun tampak di situ papan catur telah berubah serupa


pembantaian di Padang Karbala.

Menurut peneliti, gaya bahasa similie/perumpamaan adalah gaya bahasa

yang dengan sengaja menganggap dua hal yang berbeda terlihat sama.

Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat kata “papan catur” digambarkan

serupa dengan “Padang Karbala”. Papan catur adalah sebuah alat yang

digunakan dalam sebuah permainan, sedangkan Padang Karbala adalah

sebuah nama kota yang terdapat di Irak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

2.2.4.7 Asosiasi

Asosiasi adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat

memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan

keadaan yang dilukiskan. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa asosiasi

adalah gaya bahasa yang berusaha membandingkan sesuatu dengan hal

lain yang sesuai dengan keadaan yang digambarkan (Andri Wicaksono,

2014:37). Perhatikan contoh berikut:

Mukanya bagai bulan penuh.

Menurut peneliti, gaya bahasa asosiasi adalah gaya bahasa yang

menggunakan perbandingan keadaan nyata yang sesuai dengan keadaan

yang dilukiskan. Berdasarkan contoh di atas penggunaan kata “bulan

penuh” menggambarkan bahwa bentuk mukanya itu bulat seperti bulan

penuh yang bulat.

2.2.4.8 Eufemisme

Eufemisme adalah suatu dasar ungkapan yang halus untuk

menggantikan ungkapan yang mungkin dirasakan menghina,

menyinggung perasaan atau menyugestikan sesuatu yang tidak

menyenangkan. Eufemisme adalah gaya bahasa perbandingan yang

bersifat menggantikan satu pengertian dengan kata lain yang hampir sama

untuk menghaluskan maksud (Andri Wicaksono, 2014:37-38). Perhatikan

contoh berikut:

Istrinya yang memiliki masalah dengan rahim dan kesuburan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Menurut peneliti, gaya bahasa eufemisme adalah gaya bahasa yang

memperhalus sebuah kata supaya tidak menyinggung perasaan.

Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat penggunaan kata “memiliki

masalah dengan rahim dan kesuburan” sebagai ungkapan yang diperhalus

dari kata tidak bisa memiliki anak atau mandul. Mandul merupakan kata

yang kasar dan dapat menyinggung perasaan orang yang mendengar

maupun yang mengalaminya.

2.2.4.9 Epitet

Gaya bahasa epitet merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk

mengganti nama benda ataupun nama orang dengan sebutan lain. Tarigan

(dalam Andri Wicaksono, 2014:38) berpendapat bahwa keterangan ini

suatu frasa deskriptif yang memberikan atau menggantikan nama suatu

benda dan nama seseorang, seperti raja rimba, putri malam, sepasang

merpati, buaya darat, dan lain-lain. Perhatikan contoh berikut:

Cinta A Ling adalah jasad renik di seberang lautan yang selalu


tampak olehku, cinta Ayah sebesar lapangan sepak bola,
menari-nari di pelupuk mataku sering tidak ku lihat.

Menurut peneliti, gaya bahasa epitet adalah gaya bahasa yang

menggantikan kata sesungguhnya seperti nama benda ataupun nama orang

dengan kata lain. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat nama “Cinta A

Ling” digantikan dengan kata “Jasad renik”.

2.2.4.10 Alegori

Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan

yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140). Majas Alegori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

dapat diartikan majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan

atau penggambaran (Sadikin, 2011:32). Dengan demikian, alegori adalah

majas perbandingan yang memperlihatkan satu perbandingan utuh;

perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh. Perhatikan

contoh berikut:

Lidah manusia bagaikan sebuah pedang yang sangat tajam,


maka bijaklah dalam menggunakannya.

Menurut peneliti, gaya bahasa alegori adalah gaya bahasa yang

menggunakan suatu lambang untuk menjelaskan sesuatu. Berdasarkan

contoh di atas dapat dilihat penggunaan kata “ lidah manusia bagaikan

sebuah pedang yang sangat tajam” makna dari kiasan tersebut adalah

bijaklah dalam menjaga tutur kata karena dengannya kita bisa menjadi

manusia yang bermanfaat dan dengan pula kita bisa celaka jika tak pandai

mengendalikannya

2.2.4.11 Hipalase

Gaya bahasa hipalase adalah semacam gaya bahasa yang

mempergunakan sebuah kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata

yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain (Keraf, 2009:142).

Maksud pendapat di atas adalah hipalase merupakan gaya bahasa yang

menerangkan sebuah kata tetapi sebenarnya kata tersebut untuk

menjelaskan kata yang lain. Perhatikan contoh berikut:

Nenek tidur di atas sebuah kasur yang nyenyak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Menurut peneliti, gaya bahasa hipalase adalah gaya bahasa yang

menggunakan kata tertentu untuk menjelaskan suatu kata tetapi kata

tersebut sebenarnya digunakan untuk menjelaskan kata yang lainnya.

Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat kata “nenek tidur di atas sebuah

kasur yang nyenyak” kata tersebut ingin menjelaskan bahwa yang tidur

nyenyak tersebut adalah nenek bukan kasur.

2.2.5 Kerangka Berpikir

Dalam kerangka berpikir ini, peneliti akan memberi gambaran

secara singkat terkait dengan apa yang akan dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian ini. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni mendeskripsikan

wujud gaya bahasa dan makna gaya bahasa yang terdapat di novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hiarata, maka ada beberapa langkah untuk

mencapai tujuan tersebut. Dengan berbekal beberpa teori tentang gaya

bahasa dan pragmatik stilistika beserta dengan contoh-contohnya, maka

peneliti:

1. Memahami penggunaan stilistika pragmatik dalam novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata.

2. Mengidentifikasi gaya bahasa dan konteks pragmatik dalam dialog

antartokoh yang terdapat di novel.

3. Mengkasifikasi setiap penggunaan gaya bahasa dialog anatartokoh

4. Mendeskrispikan gaya bahasa dan konteks yang terdapat dalam

percakapan antartokoh

5. Memaknai gaya bahasa dan konteks yang terdapat dalam novel


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Penelitian ini juga menggunakan beberapa teori stilistika pragmatik

yang mendukung dalam menguraikan tuturan stilistika pragmatik dalam

novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Pertama, Pragmatik adalah

cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa secara eksternal,

yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi

(Wijana, 1996:1).

Kedua, Stilistika Pragmatik adalah kajian terhadap bahasa dalam

penggunaannya dengan mempertimbangkan beberapa unsur dasar yang

penting bagi penafsiran terhadap wacana tertulis, khususnya wacana sastra

(Black, 2011:1-2). Ketiga, Konteks adalah aspek-aspek lingkungan fisik

atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, pengetahuan yang

sama-sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham

apa yang dimaksud pembicara (Kridalaksana, 2011:134). Keempat,

Pradopo (dalam Andri Wicaksono, 2014: 32) berpendapat bahwa gaya

bahasa perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal

dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata perbandingan seperti:

bagai, sabagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata

pembanding lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Kerangka berpikikir sebagai berikut :

Gaya Bahasa dalam majas Novel Laskar


perbandingan pada Novel Pelangi karya
Laskar Pelangi karya Andrea Andrea Hirata
Hirata

Pragmatik

Konteks Pragmatik

Stilistika Pragmatik

Majas
Perbandingan

Gaya Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan, yaitu penelitian keputakaan. Menurut

Whitney (dalam Andi Prastowo, 2016:201) metode deskriptif merupakan

pencarian fakta dengan interprestasi tertentu. Penelitian kualitatif metode yang

biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.

Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan metode

pemanfaatan dokumen. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan oleh

peneliti adalah mendeskripsikan pemanfaatan gaya bahasa dalam novel Laskar

Pelangi karya Adrea Hiarata.

3.2 Sumber Data dan Data

Menurut Lofland ( dalam Moleong, 2006 : 157) mengatakan bahwa

sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam

penenlitian ini sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hiarata, sedangkan data yang didapatkan oleh peneliti

adalah melalui kata-kata yang dituturkan dalam novel Laskar Pelangi karya

Andrea Hiarata.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan data yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2014 : 375). Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

diterapkan; teknik adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode

(Sudaryanto, 2015:9). Menurut Mahsun (2007:92) metode adalah cara yang

digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan cara menyimak

penggunaan bahasa dan teknik dasar dalam metode ini adalah teknik sadap.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik catat, yaitu untuk mencatat

data-data yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.

Peneliti meneliti dengan cara mencatat atau memberi tanda tuturan yang

terdapat gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata

menggunakan laptop serta novel itu sendiri. peneliti terlebih dahulu membaca

dengan cermat dan teliti novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata. Kemudian

mencatat hal-hal yang penting, misalnya percakapan antar tokoh yang

mengandung gaya bahasa. Jadi, metode dan teknik yang baik digunakan dalam

menganalisis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata: Persfektif Stilistika Pragmatik adalah metode

simak dan dipadukan dengan teknik catat yang akan mempermudah peneliti

mengumpulkan dan menganalisis data

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen nontes

yaitu pengamatan (observasi). Metode simak (Pengamatan/Observasi)

merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan cara peneliti

melakukan penyimakan penggunaan bahasa. Dalam ilmu sosial, metode ini

dapat di sejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi (Mahsun,

2007:242). Peneliti akan melakukan pengamatan terhadap tuturan yang terdapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata. Peneliti melakukan pengamatan

dengan berbekal ilmu pragmatik, stilistika pragmatik dan pengetahuan tentang

novel.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi,

mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan,

menyamakan data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda

serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tak sama

(Mahsun, 2007:253). Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni

mendeskripsikan gaya bahasa dan makna pragmatik stilistika yang terdapat di

novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata, maka ada beberapa langkah untuk

mencapai tujuan tersebut. Dengan berbekal beberpa teori tentang gaya bahasa

dan pragmatik stilistika beserta dengan contoh-contohnya, maka peneliti

menggunakan cara analisis data sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi gaya bahasa dalam dialog antartokoh yang

terdapat di novel, kemudian data tersebut dijadikan satu.

2. Mengklasifikasi setiap penggunaan gaya bahasa dialog anatartokoh

3. Mendeskrispikan gaya bahasa yang terdapat dalam percakapan

antartokoh

4. Memaknai gaya bahasa yang terdapat dalam novel

5. Memasukkan data ke dalam tabel atau tabulasi data

6. Menunjukkan bukti untuk memperjelas keriteria suatu elemen yang

menunjukkan gaya bahasa berdasarkan perspektif stilistika

pragmatik dalam novel tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

3.6 Triangulasi Data

Terianggulasi data adalah teknik pemeriksaan kesalahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data lain (Moleong, 2006:330). Menurut

(Sugiyono, 2012 : 241) mengatakan bahwa dalam teknik pengumpulan data,

triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data,

yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data. Trianggulasi data akan dilakukan oleh orang yang ahli

dalam bidang stilistika pragmatik. Trianggulasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah trianggulasi penyidik. Dalam tringgulasi penyidik ini

adanya penyidik yang ikut memeriksa hasil pengumpulan data dan tabulasi data

yang telah diperoleh serta telah dianalisis oleh peneliti. Peneliti mempercayakan

Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai penyidik dalam trianggulasi ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama deskripsi data

penelitian gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel laskar pelangi

karya Andrea Hirata:persfektif stilistikan pragmatik. Bagian kedua adalah

analisis data gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel laskar pelangi

karya Andrea Hirata:persfektif stilistikan pragmatik. Bagian ketiga adalah

pembahasan hasil analisis yang akan mendeskripsikan gaya bahasa dalam majas

perbandingan pada novel laskar pelangi karya Andrea Hirata:persfektif

stilistikan pragmatik.

4.1 Deskripsi Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah Novel Laskar Pelangi karya

Andrea Hirata. Gaya bahasa dalam majas perbadingan berdasarkan konteks

dalam pragmatik yang digunakan dalam novel ini berjumlah 7 gaya bahasa.

Konteks merupakan hal yang sangat penting dalam kajian bidang pragmatik

karena dari konteks diketahui apa yang sebenarnya ingin disampaikan dari

tuturan tersebut sehingga dituturkan demikian. Mey (dalam Rahardi 2003:15)

mendefinisikan pragmatik sebagai studi mengenai kondisi-kondisi penggunaan

bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks masyarakat. Kalimat yang

mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan berdasarkan konteks

dalam pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis

gaya bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya

bahasa simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan.

Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa

dan menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa

berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi

karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna

pragmatik „menjelaskan kepribadian seseorang‟, (2) makna pragmatik

„menggambarkan karakter seseorang‟, (3) makna pragmatik „membandingkan‟,

(4) makna pragmatik „menegaskan sauatu kejadian‟, (5) makna pragmatik

„menunjukkan keadaan para pekerja‟.

Gaya bahasa hiperbola, misalnya Aku kembali melayang menembus

bintang gemerlapan menari-nari di atas awan, menyanyikan lagu nostalgia

“Have I Told You Lately That I Love You”. Kalimat tersebut merupakan gaya

bahasa hiperbola hal tersebut terlihat dari kata “melayang menembus bintang

gemerlapan menari-nari di atas awan” yang memiliki makna si Aku sedang

merasakan kebahagiaan dan membuat dia merasa seolah-olah melayang.

Konteks dari kalimat tersebut saat si Aku baru saja bertemu dengan wanita

impiannya.

Gaya bahasa metonimia, misalnya Ayahnya diam-diam maklum dan

mendukung Lintang dengan cara lain, yakni memberikan padanya sebuah

sepeda laki bermerek Rally Robinson, made in England. Kalimat tersebut

merupakan gaya bahasa metonimia hal tersebut terlihat dari penggunaan kata

“made in England”. Made in England merupakan kata yang menggangtikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

atribut objek sebuah sepeda yang bermerek Rally Robinson yang merupakan

sepeda buatan Inggris. Konteks dari kalimat tersebut saat Lintang meminta

bantuan kepada ayahnya tetapi ayahnya salah memberi jawaban. Sejak saat itu

Lintang tidak pernah meminta bantuan lagi pada ayahnya dan ayahnya

memberikan Lintang sebuah sepeda sebagai bentuk dukungnya kepada Lintang

yang ingin menjadi orang pintar.

4.2 Analisis Data

Subbab ini membahas hasil analisis gaya bahasa dalam majas perbandingan

pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata: Perspektif Stilistika Pragmatik.

Analisis gaya bahasa dilakukan untuk menemukan gaya bahasa berdasarkan

konteksnya dalam pragmatik. Pragmatik pada hakikatnya adalah cabang ilmu

bahasa yang memperlajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana

satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996:1).

Jadi yang akan dipaparkan dalam analisis ini adalah gaya bahasa dalam

konteks pragmatik yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea

Hirata: Prespektif Stilistika Pragmatik sehingga menginterpretasikan makna

oleh peneliti menggunakan gaya bahasa jenis tertentu dalam novelnya. Berikut

ini akan dipaparkan analisis lengkapnya.

4.2.1 Wujud Gaya Bahasa

Dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis

peneliti, peneliti menemukan 7 gaya bahasa berdasarkan konteksnya yang

meliputi gaya bahasa hiperbola, metonimia, personifikasi, metafora,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

simile/perumpamaan, dan alegori. Berikut ini akan diberikan masing-masing

contoh analisis.

4.2.1.1 Gaya Bahasa Hiperbola

Kalimat yang mengandung gaya bahasa hiperbola dalam novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 9 buah. Berikut ini

akan dipaparkan 4 dari data tersebut.

Data A1. “Sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin


panas. Berada di toko ini serasa direbus dalam
panci sayur lodeh yang mendidih.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena kapur tulis di SD


Muhammadiyah telah habis dan Ikal ditugaskan untuk
mengambil kapur tulis tersebut ke toko Sinar Harapan. Saat itu
sudah hampir tengah hari di mana kondisi kondisi toko juga
dipenuhi dengan berbagai macam barang-barang membuat
toko terasa semakin sempit dan membuat suasana semakin
panas.

Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang

menggunakan kata serasa direbus dalam panci sayur lodeh. Kalimat ini dirasa

terlalu melebih-lebihkan keadaan artinya bahwa kalimat tersebut dipakai untuk

menjelaskan keadaan yang sangat panas di toko Sinar Harapan. Keraf

(2009:135) berpendapat bahwa hiperbola yaitu semacam gaya bahasa yang

mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan

suatu hal.

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah saat kapur tulis

yang biasanya digunakan untuk proses belajar mengajar di SD Muhammadiyah

telah habis dan Ikal ditugaskan untuk meminta kepada A Miauw pemilik toko

Sinar Harapan. SD Muhammadiyah selalu berhutang di toko itu untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

keperluan kapur tulis dan pemilik toko yang kurang ramah membuat Ikal

sedikit malas untuk mengambil kapur tersebut. Saat itu tengah hari matahari

sangat terik sehingga membuat toko Sinar Harapan yang dipenuhi dengan

berbagai jenis barang semakin panas. Konteks biasanya dipahami sebagai

sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi dari partisipan (Brown dan

Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, konteks merupakan sesuatu yang

melatarbelakangi sebuah tuturan yang terjadi.

Data A2. “ Mata kami bertatapan dengan perasaan yang tak


dapat dilukiskan dengan kata-kata.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena kapur yang diberikan A


Ling kepada Ikal terlepas dan terjatuh ke lantai sehingga A
Ling dan Ikal harus memunguti kapur tersebut. A Ling yang
awalnya hanya memunguti dari balik tirai akhirnya membuka
tirai tersebut dan memperlihatkan paras A Ling yang
sesungguhnya. A ling dan Ikal saling bertatapan dalam suasana
hening dan membuat Ikal sangat terpana dengan parasnya A
Ling.

Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang

menggunakan kata tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kalimat ini terasa

terlalu melebih-lebihkan suasana, artinya saat mata Ikal dan A Ling saling

bertatapan dan tidak ada kata yang bisa diucapkan oleh mereka karena Ikal

terpana melihat paras yang selama ini sangat ingin dia lihat, sedangkan A Ling

merasa terkejut melihat Ikal dan menyebabkan kapur yang telah dikumpulkan

A Ling terjath kembali ke lantai. Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang

mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya dan

sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

untuk memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya. Gaya bahasa ini

melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Guntur Tarigan, 2009:55).

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah seperti biasanya

jika Ikal datang ke toko Sinar Harapan A Miauw sang pemilik toko pasti

meminta putrinya yang bernama A Ling untuk memberikan kapurnya kepada

Ikal. Biasanya A Ling memberikan kapur itu kepada Ikal melalui sebuah

lubang kecil sehingga wajah A Ling tidak pernah terlihat. Hari itu saat A Ling

memberikan kapur kepada Ikal, genggaman Ikal tidak kuat dan membuat kotak

kapur tulis tersebut terjatuh dari genggaman mereka berdua. A Ling dan Ikal

harus memungutui kapur tulis yang telah keluar dari kotaknya dan jatuh

berserakan di lantai. A Ling yang awalnya hanya memunguti kapur dari balik

tirai akhirnya membuka tirai tersebut dan untuk pertama kalinya Ikal melihat

wajahnya A Ling. Mata A Ling dan Ikal saling bertatapan untuk pertama

kalinya dan membuat suasana sangat hening. Pragmatik pada hakikatnya

adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam

Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang

dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat

satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data A3. “Ia tak peduli dengan kapur-kapur itu dan tak peduli
padaku yang masih hilang dalam waktu dan
tempat.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena A Ling tersadarkan oleh


keadaan di mana dia dan Ikal saling bertatapan yang
menyebabkan pipinya yang putih menjadi merah merona
karena merasa malu. A Ling kemudian bangkit dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

membanting pintu dengan cepat tanpa mempedulikan Ikal


yang masih terdiam di sana.

Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang

menggunakan kata masih hilang dalam waktu dan tempat. Kalimat ini terasa

terlalu melebih-lebihkan keadaan artinya Ikal masih memandangi wajah A

Ling yang baru pertama kali dilihatnya dan membuatnya terapana akan paras

cantiknya A Ling. Ikal tak memperhatikan hal lainnya kecuali wajah A Ling.

Keraf (2009:135) berpendapat bahwa hiperbola yaitu semacam gaya bahasa

yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-

besarkan suatu hal.

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah kotak kapur tulis

yang terjatuh dari genggaman A Ling dan Ikal membuat kapur tulis jatuh

berserakan di lantai. A Ling dan Ikal memunguti kapur tersebut, A Ling

memunguti kapur tersebut dari balik tirai. A Ling membuka tirai tersebut,

itulah saat pertama kalinya Ikal dan A Ling bertatapan mata. A Ling yang

menyadari tatapan mata itu langsung tersipu malu dan beranjak dari tempat itu

tanpa mempedulikan kapur tulis yang masih berserakan dan Ikal yang masih

memperhatikannya. A Ling pergi dan kemudian membanting pintu karena

merasa malu. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari

pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam

studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis

dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang

lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data A4. “Aku berbalik meninggalkan toko dan merasa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

kehilangan seluruh bobot tubuh dan beban


hidupku.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena Ikal yang awalnya tidak


suka dengan toko Sinar Harapan dan pemiliknya A Miauw
sehingga merasa berat saat pergi ke toko tersebut. Setelah
bertemu dengan A Ling anak dari pemilik toko tersebut
keadaan seakan berbalik. Toko menjadi terlihat indah dan
beraroma wangi, karena bahagianya Ikal tidak peduli dengan
kotak kapur dengan isi setengah yang dibawanya kembali ke
sekolah.

Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang

menggunakan kata kehilangan seluruh bobot tubuh dan beban hidupku.

Kalimat ini terasa terlalu melebih-lebihkan artinya Ikal merasa bahagia karena

dapat melihat wajah A Ling secara langsung dan membuat dia lupa dengan

masalah yang ada pada dirinya. Ikal merasa tubuhnya sangat ringan saat

melangkah keluar dari toko tersebut itu dikarenakan kebahagiaan yang

dirasakannya. Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang mengandung

pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya dan sifatnya dengan

maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk

memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan

kata-kata, frase, atau kalimat (Guntur Tarigan, 2009:55).

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah saat kapur tulis

yang biasanya digunakan untuk proses belajar mengajar di SD Muhammadiyah

telah habis dan Ikal ditugaskan untuk meminta kepada A Miauw pemilik toko

Sinar Harapan. SD Muhammadiyah selalu berhutang di toko itu untuk

keperluan kapur tulis dan pemilik toko yang kurang ramah membuat Ikal

sedikit malas untuk mengambil kapur tersebut. Saat itu tengah hari matahari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

sangat terik sehingga membuat toko Sinar Harapan yang dipenuhi dengan

berbagai jenis barang semakin panas. Awalnya Ikal merasa toko itu sangat

sesak tetapi setelah tanpa sengaja dia melihat wajah anak dari pemilik toko

tersebut pemikirannya tentang toko itiu berubah. Dia merasa toko itu menjadi

wangi dan tidak mempedulikan kotak kapur yang isinya hanya setengah.

Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana

dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi,

konteks merupakan sesuatu yang melatarbelakangi sebuah tuturan yang terjadi.

4.2.1.2 Gaya Bahasa Metonimia

Kalimat yang mengandung gaya bahasa metonimia dalam novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 2 buah. Berikut ini

akan dipaparkan data tersebut.

Data B1. “Pada pil itu ada tulisan besar APC.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat ada siswa yang sakit
di SD Muhammadiyah maka dengan otomatis akan diberikan
pil yang berbentuk bulat besar berwarna putih bertuliskan
APC. Pil APC adalah obat legendaris buat kalangan menengah
kebawah, pil tersebut juga mampu mengobati berbagai jenis
penyakit.

Penunjuk gaya bahasa metonimia pada kutipan tersebut adalah kalimat

yang menggunakan kata APC. Kata tersebut adalah kata yang dipakai untuk

mengganti atribut objek yaitu obat. Pil yang bertuliskan APC yaitu obat yang

bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Keraf (2007:142) berpendapat

bahwa metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata

untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat

dekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah jika ada siswa

yang sakit di SD Muhammadiyah maka dengan otomatis akan diberikan pil

yang berbentuk bulat besar berwarna putih bertuliskan APC. Pil APC adalah

obat legendaris buat kalangan menengah kebawah, pil tersebut juga mampu

mengobati berbagai jenis penyakit. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi

bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo,

2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai

oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu

dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya

Data B2. “Ia bercelana jeans, kaos oblong, dan membuang anting-
anting yang dibelikan ibunya.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena Flo lebih suka berpenampilan


layaknya seorang anak laki-laki karena ia tak suka menerima
dirinya perempuan. Flo memiliki saudara laki-laki namun tak
memiliki saudara perempuan, hal tersebutlah yang membuatnya
menjadi wanita yang tomboy.

Penunjuk gaya bahasa metonimia pada kutipan tersebut adalah kalimat

yang menggunakan kata jeans. Kata tersebut adalah kata yang dipakai untuk

mengganti atribut objek yaitu celana, celana yang biasanya digunakan anak

laki-laki, karena pada umumnya anak perempuan menggunakan rok. Ia di atas

menggambarkan tokoh Flo yang sangat tomboy karena memiliki beberapa

kakak laki-laki, ia satu-satunya anak perempuan. Altenberd (dalam pradopo,

2013:77) mengatakan bahwa metonimia adalah penggunaan bahasa sebagai

sebuah objek atau pengunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan

dengannya untuk menggantikan objek tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah Flo lebih suka

berpenampilan layaknya seorang anak laki-laki karena ia tak suka menerima

dirinya perempuan. Flo memiliki saudara laki-laki namun tak memiliki saudara

perempuan, hal tersebutlah yang membuatnya menjadi wanita yang tomboy.

Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud

penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan

penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus

dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

4.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi

Kalimat yang mengandung gaya bahasa personifikasi dalam novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 4 buah. Berikut ini akan

dipaparkan data tersebut.

Data C1. “Kadang-kadang mereka hinggap di jendela kelas


sambil menjerit sejadi-jadinya, menimbulkan suara
bising yang musingkan bagi perut-perut yang
keroncongan.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena siswa di SD


Muhammadiyah sudah lapar, lelah, dan mengantuk tetapi
belum saatnya pulang sekolah. Waktu pulang sekolah masih
sekitar 5 menit lagi mereka meminta izin untuk pulang kepada
Bu Mus tapi mereka tak diizinkan. Bu Mus menatap mereka
dengan senyuman tapi mereka menatap Bu Mus dengan benci.
Mereka semakin sulit berkonsentrasi karena kicauan burung
prenjek yang sangat bising.

Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kutipan tersebut karena

menganggap burung prenjek menjerit-jerit, seakan-akan burung prenjak yang

hinggap di jendela berperilaku layaknya seperti manusia. Kicauan burung prenjek

yang dianggap sebagai jeritan dan mampu mengganggu konsentrasi saat mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

merasa lapar. Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam

gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang

yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga

dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia terhadap benda mati.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah saat hari sudah

siang dan sudah hampir waktunya pulang sekolah. Siswa di SD Muhammadiyah

sudah lapar, lelah, dan mengantuk tetapi belum saatnya pulang sekolah. Waktu

pulang sekolah masih sekitar 5 menit lagi mereka meminta izin untuk pulang

kepada Bu Mus tapi mereka tak diizinkan. Bu Mus menatap mereka dengan

senyuman tapi mereka menatap Bu Mus dengan benci. Mereka semakin sulit

berkonsentrasi karena kicauan burung prenjek yang sangat bising. Yule (2006:3)

menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud

sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang

apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks

itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data C2. “Tapi harus diakui bahwa pesan ini mengandung


sebuah tenaga.”

Konteks : tuturan itu terjadi Ikal dan teman-temannya pergi ke


rumah Tuk Bayan, sesampainya di sana mereka menceritakan
maksud dan tujuan kedatangan mereka. Tuk Bayan
memberikan gulungan kertas kepada mereka dan
mengisyaratkan agar mereka segera pulang dan hanya
membuka tulisan tersebut setelah sampai di sini. Isi pesannya
mengandung sebuah makna yang cukup mendalam.

Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kutipan tersebut karena

menganggap sebuah pesan memiliki tenaga layaknya manusia. pesan yang mampu

membuat cara pandang seseorang menjadi berbeda terhadap suatu hal. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

KBBI, personifikasi adalah pengumpamaan benda mati sebagai orang atau

manusia. Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat

manusia terhadap benda mati.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut Ikal dan teman-

temannya pergi ke rumah Tuk Bayan, sesampainya di sana mereka

menceritakan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Tuk Bayan memberikan

gulungan kertas kepada mereka dan mengisyaratkan agar mereka segera pulang

dan hanya membuka tulisan tersebut setelah sampai di sini. Isi pesannya

mengandung sebuah makna yang cukup mendalam. Pragmatik pada hakikatnya

adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam

Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang

dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat

satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data C3. “Kalau ada siswanya yang sakit maka ia akan


langsung mendapatkan pertolongan cepat secara
professional atau segera dijemput oleh mobil
ambulans yang meraung-raung.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat ada siswa yang sakit dari
sekolah PN Timah maka dengan cepat guru dan staf di sana
akan membawa siswa yang sakit itu ke rumah sakit dengan
menggunakan ambulans. Fasilitas yang sediakan oleh sekolah
PN sangat lengkap terhadap siswa yang bersekolah di sana.

Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kutipan tersebut karena

menganggap mobil ambulans meraung-raung layaknya makhluk hidup. saat ada

siswa yang sakit dari sekolah PN Timah maka dengan cepat guru dan staf di sana

akan membawa siswa yang sakit itu ke rumah sakit dengan menggunakan

ambulans. Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang

yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga

dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia terhadap benda mati.

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah fasilitas yang

didapatkan siswa yang sekolah di PN Timah sangat lengkap. Jika ada siswa yang

sakit dari sekolah PN Timah maka dengan cepat guru dan staf di sana akan

membawa siswa yang sakit itu ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans.

Fasilitas yang sediakan oleh sekolah PN sangat lengkap terhadap siswa yang

bersekolah di sana berbeda dengan SD Muhammadiyah yang jika siswanya sakit

hanya akan diberikan PIL APC yang berukuran sebesar kancing baju. Yule

(2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.

Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran

tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana

konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data C4. “Wanita anggun itu tersentak kaget karena


pertanyaannya secara mendadak dipotong oleh
suara sebuah tombol meraung-raung tak sabar.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat seorang wanita sedang


membacakan sebuah pertanyaan yang akan dijawab secara
rebutan oleh beberapa kelompok siswa yang mengikuti
pertandingan tersebut. Disaat pertanyaan sedang dilontarkan
tiba-tiba dengan cepatnya regu f yang merupakan siswa dari
SD Muhammadiyah membunyikan tombol agar segera dapat
menjawab pertanyaan tersebut.

Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut karena menganggap

tombol meraung-raung layakya seperti manusia, jadi tombol seakan-akan benda

hidup. wanita yang kaget karena mendengar suara tombol berbunyi saat dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

sedang bertanya. Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah

semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau

barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.

Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia

terhadap benda mati.

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah siswa-siswi SD

dari beberapa sekolah sedang mengikuti lomba olimpiade cerdas cermat. Siswa

dari SD Muhammadiyah mendapatkan nilai yang sama dengan salah satu SD yang

mengikuti lomba tersebut. Juri membuat keputusan dengan memberikan

pertanyaan rebutan untuk mendapatkan nilai tambahan dan bagi yang bisa

menjawab benar nilai kelompoknya akan ditambah tetapi jika menjawab salah

maka secara otomatis nilai akan dikurangi. Moderator seorang wanita sedang

membacakan sebuah pertanyaan yang akan dijawab secara rebutan oleh beberapa

kelompok siswa yang mengikuti pertandingan tersebut. Disaat pertanyaan sedang

dilontarkan tiba-tiba dengan cepatnya regu f yang merupakan siswa dari SD

Muhammadiyah membunyikan tombol agar segera dapat menjawab pertanyaan

tersebut. Werth (1999) telah mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci

dan akurat tentang konteks. Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari

teks adalah dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan

yang dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan,

yang se kaligus juga memberikan makna terhadap wacana yang sedang

berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku baik

untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan)

4.2.1.4 Gaya Bahasa Metafora

Kalimat yang mengandung gaya bahasa metafora dalam novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 5 buah. Berikut ini akan

dipaparkan data tersebut.

Data D1. “IBU Muslimah yang beberapa menit lalu sembap,


gelisah, dan coreng-moreng kini menjelma menjadi
sekuntum Crinum giganteum.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu bu Muslimah


sangat cemas dan takut jika SD Muhammadiyah ditutup.
Seketika bu Mus menjadi tenang dan tidak takut lagi SD
Muhammadiyah akan ditutup karena jumlah siswanya sudah
mencapai 10 orang sesuai kesepakatannya dengan Dinas.

Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena

membandingkan Bu Mus dengan Crinum gigateum. Bu Mus yag sebelumnya

sangat cemas namun berubah menjadi bunga crinum giganteum yaitu bunga yang

memancarkan keindahan, sebelum siswa genap berjumlah sepuluh orang Bu Mus

sangat cemas, namun dengan kedatangan Harun sekolah Muhammadiyah tidak

jadi ditutup. Bu Mus yang awalnya cemas kini menjadi ceria. Metafora adalah

gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat,

dan rapi (Keraf, 2009:139).

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah tahun ajaran baru

akan dimulai, bagi beberapa sekolah hal tersebut terlihat sangat menyenangkan

tetapi tidak bagi sekolah SD Muhammadiyah. SD Muhammadiyah hampir ditutup

karena sangat kurangnya siswa yang mau bersekolah ke sana. Dinas Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

memberika kesempatan trakhir kepada SD Muhammadiyah untuk tetap berdiri

dengan syarat harus memenuhi sepuluh jumlah siswa. Hari sudah siang tetapi

jumlah siswa yang mendaftar di SD Muhammadiyah masih sembilan orang, jika

tidak genap sepuluh orang maka sekolah itu akan ditutup. Pak Harfan dan Bu Mus

sangat gelisah dan cemas menunggu siswa yang akan datang ke sekolah tersebut,

mereka sangat tidak ingin jika sekolah itu ditutup.

Pak Harfan hendak memberikan pidato penyambutan kepada orangtua

siswa dan siswa baru yang ingin sekolah di sana. Pak Harfan tidak ingin sekali

membuat mereka kecewa karena keputusan sekolah itu harus ditutup karena

jumlah siswanya yang tidak memenuhi. Pak Harfan ingin memulai pidatonya ada

seorang anak laki-laki yang datang dan ingin bersekolah di sana, sehingga jumlah

siswanya genap sepuluh. Seketika bu Mus menjadi tenang dan tidak takut lagi SD

Muhammadiyah akan ditutup karena jumlah siswanya sudah mencapai 10 orang

sesuai kesepakatannya dengan Dinas. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi

bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo,

2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh

penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan

kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data D2. “Konon hanya mereka yang bertangan dingin,


berhati lembut putih bersih yang mampu
membiakkannya, ialah Bu Muslimah, guru kami.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Bu Muslimah mampu


mengembangbiakkan tanaman bunga stripped canna beauty.
Stripped canna beauty merupakan tanaman yang emosional
sehingga menyiramnya harus hati-hati dan tidak semua orang
bisa menumbuhkannya. Orang-orang bertangan dinginlah yang
mampu menumbuhkan dan merawatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena

membandingkan Bu Mus dengan tangan yang dingin. Tangan dingin yang

dimaksudkan adalah ketelitian seseorang dalam merawat sesuatu. Bu Mus dikenal

sebagai guru yang bertangan dingin, yaitu beliau sangat teliti dalam merawat

tanaman dan tanaman yang ditanamnya selalu tumbuh dengan subur. Metafora

adalah gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun singkat,

padat, dan rapi (Keraf, 2009:139).

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah Bu Muslimah

merupakan guru yang sangat teliti dan telaten dalam menjalankan sesuatu. Bunga

yang susah tumbuh dan dirawat bagi beberapa orang tapi bagi Bu Mus itu tidak

terlihat sulit.Bu Muslimah mampu mengembangbiakkan tanaman bunga stripped

canna beauty. Stripped canna beauty merupakan tanaman yang emosional

sehingga menyiramnya harus hati-hati dan tidak semua orang bisa

menumbuhkannya. Orang-orang bertangan dinginlah yang mampu menumbuhkan

dan merawatnya. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi

tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis.

Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu

konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang

dikatakan.

Data D3. “Mahar tetap sedingin es, eskpresinya datar.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Mahar dan teman-temannya


pergi ke rumah Tuk Bayan Tula dan mendapatkan gulungan
kertas yang berisikan sebuah pesan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena

membandingkan eskpresi Mahar dengan dinginnya es. Mahar berekspresi sangat

datar dan dingin, sikapnya tersebut terjadi ketika semua orang tidak mempercayai

pesan Tuk Bayan Tula sedangkan ia percaya bahwa pesan Tuk benar. Ekspresinya

datar dan ia hanya diam ketika orang mulai merendahkannya. Metafora adalah

gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat,

dan rapi (Keraf, 2009:139).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Mahar dan

teman-temannya pergi ke rumah Tuk Bayan Tula. Sampai di rumah Tuk Bayan

Tula Mahar dan teman-temannya menjelaskan maksud dari kedatangan mereka.

Tuk Bayan paham dengan maksud kedatangan Mahar dan teman-temannya

kemudian, Tuk Bayan memberikan gulungan kertas yang berisikan sebuah pesan.

Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud

penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan

penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan

bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data D4. “ Itulah panggilan untuk Bang Arsyad orang Melayu,


tangan kanan A Miauw sang juragan toko Sinar
Harapan.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Ikal ditugaskan untuk


mengambil sekotak kapur tulis ke toko Sinar Harapan tetapi
harus menunggu pemilik toko melayani pelanggan yang
lainnya terlebih dahulu. Para pelanggan itu tidak tertarik basa-
basi dengan masyarakat melayu disekitarnya kecuali dengan
bang Arsyad.

Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena

membandingkan Bang Arsyad dengan tangan kanan. Arti kiasan dari tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

tersebut adalah orang kepercayaan. Jadi, A Miauw menaruh rasa percaya yang

begitu dalam kepada Bang Arsyad. Metafora adalah gaya bahasa yang

membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat, dan rapi (Keraf,

2009:139).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah ketika kapur

tulis di SD Muhammadiyah sudah habis maka, Ikal ditugaskan untuk

mengambil sekotak kapur tulis ke toko Sinar Harapan. Sampainya di toko Sinar

Harapan Ikal harus menunggu pemilik toko melayani pelanggan yang lainnya

terlebih dahulu. Para pelanggan itu tidak tertarik basa-basi dengan masyarakat

melayu disekitarnya kecuali dengan bang Arsyad. Pelanggan toko itu juga jika

berbicara dengan bang Arsyad hanya seperlunya saja. Pragmatik pada

hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson

dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks

yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan

kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data D5. “Ia adalah kambing hitam tempat tumpahan semua


kesahalan, dia tak pernah sekalipun dimintai
pertimbangan jika Laskar Pelangi mengambil
keputusan, lalu dalam lomba apa pun dia selalu
kalah.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena setiap rencana maupun


keputusan yang diambil oleh tim laskar pelangi mereka tidak
pernah meminta pendapat dari Syahdan. Saat keputusan yang
mereka ambil adalah sebuah kesalahan maka Syahdan yang
akan menanggung setiap kesalahan tersebut padahal dia tidak
tahu apa-apa akan kesalahan itu.

Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena

membandingkan sosok ia (Syahdan) dengan kambing hitam. Kambing hitam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

artinya orang yang akan selalu disalahkan pada setiap kesalahan sedangkan orang

tersebut tidak mengerti akan kesalahan itu. Metafora adalah gaya bahasa yang

membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat, dan rapi (Keraf,

2009:139).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah ketika sepuluh

siswa SD Muhammadiyah yang mereka sebut dengan laskar pelangi sedang

merencakan sesuatu mereka tidak pernah meminta pendapat dari Syahdan. Setiap

rencana maupun keputusan yang diambil oleh tim laskar pelangi mereka tidak

pernah meminta pendapat dari Syahdan dan Syahdan tidak pernah protes akan hal

itu. Saat keputusan yang mereka ambil adalah sebuah kesalahan maka Syahdan

yang akan menanggung setiap kesalahan tersebut padahal dia tidak tahu apa-apa

akan kesalahan itu. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi

tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis.

Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu

konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang

dikatakan.

4.2.1.5 Gaya Bahasa Simile/ Perumpamaan

Kalimat yang mengandung ga ya bahasa simile/perumpamaan dalam novel

Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 18 buah. Berikut

ini akan dipaparkan 5 dari data tersebut

Data E1. “Di bangku itu ia seumpama balita yang dinaikkan ke


atas tank, girang tak alang kepalang, tak mau turun
lagi.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Bu Mus membagi teman


sebangku kepada siswa yang hadir saat itu. Ikal mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

teman sebangku Lintang setelah mendengar hal itu Lintang


sangat bahagia dan segera bergegas masuk ke dalam ruang
kelas.

Penunjuk gaya bahasa simile pada kutipan tersebut karena menggunakan

kata seumpama. Artinya ketika Lintang duduk di bangku kelas ia tampak sangat

bahagia bagaikan anak balita yang dinaikkan ke atas tank sangat senang dan tak

mau turun lagi. Lintang sangat bahagia karena akhirnya dia bisa bersekolah.

Keraf (2009:138) berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat

eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah sebelum

dimulainya pembelajaran Bu Mus terlebih dahulu membagi teman sebangku

kepada siswa yang hadir saat itu. Ikal mendapat teman sebangku Lintang,

setelah mendengar hal itu Lintang sangat bahagia dan segera bergegas masuk

ke dalam ruang kelas. Lintang sangat bersemangat di hari pertamanya sekolah

dan dia juga terlihat sangat bahagia karena akhirnya bisa belajar dan

bersekolah. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya

(language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa

pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan

tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya

yang terlepas dari konteksnya.

Data E2. “Karena penampilan Pak Harfan agak seperti


beruang madu maka ketika pertama kali melihatnya
kami merasa takut.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Pak Harfan pertama kali


mengajar di kelas tersebut. Sebelum pak Harfan mengajar para
siswa tersebut ketakutan melihat tampilannya tetapi setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

menjalankan proses belajar mengajar para siswa menyukai


cara mengajar pak Harfan.

Penunjuk gaya bahasa simile pada kutipan tersebut karena menggunakan

kata seperti dan menganggap penampilan pak Harfan sama dengan beruang madu.

Artinya penampilan pak Harfan sama seperti beruang madu, penampilan Pak

Harfan memiliki jenggot yang lebat sehingga seperti beruang madu. Keraf

(2009:138) berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat eksplisit

atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah hari pertama

pembelajaran di SD Muhammadiyah dimulai dan Pak Harfan pertama kali

mengajar di kelas tersebut. Sebelum pak Harfan mengajar para siswa tersebut

ketakutan melihat tampilannya tetapi setelah menjalankan proses belajar mengajar

para siswa menyukai cara mengajar pak Harfan. Mereka sangat mudah memahami

materi-materi yang disampaikan pak Harfan kepada mereka. Yule (2006:3)

menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud

sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang

apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks

itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data E3. “ Ketika aku menyusul Lintang ke dalam kelas, ia


menyalamiku dengan kuat seperti pegangan tangan
calon mertua yang menerima pinangan.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat pertemuan pertama kalinya


Ikal dan Lintang di SD Muhammadiyah di mana Lintang
sangat bahagia karena bisa sekolah dan mendapatkan teman
baru. Ikal dan Lintang menjadi teman sebangku karena sudah
diatur oleh bu Mus. Ikal dn Lintang berkenalan dan menjadi
sahabat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Penunjuk gaya bahasa simile pada kutipan tersebut karena menggunakan

kata seperti dan menganggap Lintang menyalaminya layaknya seorang mertua.

Artinya Lintang menyalami seperti pegangan tangan calon mertua yang

menggambarkan bahwa Lintang memiliki nilai persaudaraan yang tinggi. Lintang

sangat bahagia karena bisa sekolah. Keraf (2009:138) berpendapat bahwa simile

adalah pebandingan yang bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu

sama dengan hal yang lain.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah hari pertama

sekolah di SD Muhammadiyah Ibu guru Muslimah mengatur teman sebangku

dari setiap siswa. SD Muhammadiyah lah pertemuan pertama kalinya Ikal dan

Lintang di SD Muhammadiyah di mana Lintang sangat bahagia karena bisa

sekolah dan mendapatkan teman baru. Ikal dan Lintang menjadi teman

sebangku karena sudah diatur oleh bu Mus. Ikal dn Lintang berkenalan dan

menjadi sahabat. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari

pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam

studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis

dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang

lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data E4. “Lapar membuat mereka tampak seperti semut-semut


hitam yang sarangnya terbakar, lebih tergesa
dibanding waktu berangkat pagi tadi.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat jam 12 siang yang di mana


merupakan jam istirahat para karyawan dari PN. Para
karyawan menyempatkan waktu istirahat tersebut untuk
kembali ke rumah mereka masing-masing makan siang
bersama keluarga, maka dengan cepat mereka berjalan
memenuhi jalanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Penunjuk gaya bahasa perumpamaan pada kutipan tersebut karena

menggunakan kata seperti. Artinya mengibaratkan karyawan PN Timah

kelaparan seperti semut-semut hitam yang sarangnya kebakaran, dapat dimaknai

bahwa mereka sangat laparsehingga mereka pulang ke rumah mereka dengan

berjalan tergesa-gesa. Perumpamaan adalah gaya bahasa perbandingan yang pada

hakikatnya membandingkan dua hal yang berlainan dan yang dengan sengaja kita

anggap sama (Keraf, 2009:138).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah karyawan PN

saat jam istrirahat yang digunakan untuk makan siang mereka diperbolehkan

pulang ke rumah. Jam 12 siang yang di mana merupakan jam istirahat para

karyawan dari PN. Para karyawan menyempatkan waktu istirahat tersebut untuk

kembali ke rumah mereka masing-masing makan siang bersama keluarga, maka

dengan cepat mereka berjalan memenuhi jalanan. Waktu istirahat yang tidak lama

sangat mereka manfaatkan untuk makan di rumah. Yule (2006:3) menjelaskan

bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya

dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang

dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu

berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data E5. “Asap itu membuat penghuni rumah batuk-batuk,


namun ia amat diperlukan guna menyalakan gemuk
sapi yang dibeli bulan sebelumnya dan digantungkan
berjuntai-juntai seperti cucian di atas perapian.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat subuh para istri meniup


potongan bambu untuk menghidupkan tumpukan kayu bakar.
Asap tersebut mampu membangunkan seisi rumah bahkan
hewan ternak yang tinggal di sekitar rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Penunjuk gaya bahasa perumpamaan pada kutipan tersebut karena

menggunakan kata seperti. Artinya mengibartkan gemuk sapi yang digantung

berjuntai-juntai seperti cucian di atas perapian dapat diketahui bahwa gemuk sapi

tersebut digantung di atas tungku seperti menjemur pakaian. Perumpamaan adalah

gaya bahasa perbandingan yang pada hakikatnya membandingkan dua hal yang

berlainan dan yang dengan sengaja kita anggap sama (Keraf, 2009:138).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah setiap subuh

para istri meniup potongan bambu untuk menghidupkan tumpukan kayu bakar

untuk digunakan memasak. Asap tersebut mampu membangunkan seisi rumah

bahkan hewan ternak yang tinggal di sekitar rumah. Werth (1999) telah

mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci dan akurat tentang konteks.

Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari teks adalah dunia teks. Teks

ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan yang dipahami bersama, di

mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan, yang se kaligus juga

memberikan makna terhadap wacana yang sedang berlangsung. Werth

memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan secara dinamis dan

bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku baik untuk wacana

tertulis maupun untuk wacana lisan)

4.2.1.6 Gaya Bahasa Alegori

Kalimat yang mengandung gaya bahasa alegori dalam novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 6 buah. Berikut ini akan

dipaparkan 4 dari data tersebut

Data F1. “Merekalah mentor, penjaga, sahabat pengajar, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

guru spiritual.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat para siswa SD


Muhammadiyah pertama kalinya belajar bersama dengan pak
Harfan dan Bu Mus di mana mereka diajari dengan sabar oleh
pak Harfan dan Bu Mus. Awal pendaftaran sekolah juga
mereka telah disambut hangat oleh senyum pak Harfan da Bu
Mus.

Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai

pertauatan antara kata mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual.

Artinya Seseorang yang sabar dalam mendidik dan menjaga orang lain. Kata

mereka dimaksudkan di sini adalah Pak Harfan dan Bu Mus yang penuh dengan

keikhlasan dan kesabaran dalam mengasuh sepuluh anggota Laskar Pelangi.

Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang

lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Bu Mus dan Pak

Harfan guru SD Muhammadiyah yang rela bekerja mendidik anak bangsa tanpa

harus di gaji. Siswa SD Muhammadiyah pertama kalinya belajar bersama dengan

pak Harfan dan Bu Mus di mana mereka diajari dengan sabar oleh pak Harfan dan

Bu Mus. Awal pendaftaran sekolah juga mereka telah disambut hangat oleh

senyum pak Harfan da Bu Mus. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik

adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna

pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di

dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa

yang dikatakan

Data F2. “Di balik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin,
serta berbau hangus, dia memiliki an absolutely
beautiful mind.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Konteks : tuturan itu terjadi karena Lintang merupakan siswa


pintar yang sangat rajin ke sekolah meskipun dia harus
menempuh jarak yang sangat jauh ke sekolah dengan
menggunakan sepeda. Jarak rumah Lintang berada paling jauh
dibandingkan dengan anak yang lainnya tetapi dia selalu
sampai paling awal ke sekolah daripada siswa yang lainnya.

Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai

pertautan antara kata tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus. Artinya

kondisi fisik seseorang tak menentukan kualiatas dari orang tersebut.

Penggambaran tersebut merupakan gambaran fisik Lintang walaupun ia terlihat

apa adanya tetapi ia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Alegori adalah gaya

bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan

yang utuh (Keraf, 2007:140).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Lintang

berpenampilan apa adanya, karena menurut dia ilmu pendidikan itu sangat

penting. Lintang merupakan siswa pintar yang sangat rajin ke sekolah

meskipun dia harus menempuh jarak yang sangat jauh ke sekolah dengan

menggunakan sepeda. Jarak rumah Lintang berada paling jauh dibandingkan

dengan anak yang lainnya tetapi dia selalu sampai paling awal ke sekolah

daripada siswa yang lainnya. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa

dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137).

Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh

penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan

kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data F3. “Maka jika ditanyakan kepadanya bagaimana seekor


cacing melakukan hajat kecilnya, siap-siap saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

mendengarkan penjelasan yang rapi, kronologis,


terperinci, dan sangat cerdas mengenai cara kerja
rambut getar di dalam sel-sel api, lalu dengan santai
saja, seumpama seekor monyet sedang mencari kutu
di punggung pacarnya, ia akan membuat analogi
buang hajat cacing itu pada sistem ekskresin
protozoa dengan anatomi vakula kontraktil yang
rumit itu, bahkan jika tidak di stop, ia akan dengan
senang hati menjelaskan fungsi-fungsi korteks,
simpai bowman,medulla, lapisan malpigi, dan
dermis dalam sistem ekskresi manusia.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Lintang menjelaskan sesuatu


kepada teman-temannya dengan sangat detail sehingga mudah
dipahami oleh teman-temannya. Lintang juga bereksperimen
merumuskan metode jembatan keledai untuk hafalan pada
pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya misalnya pelajaran
biologi. Ia menciptakan konfigurasi belajar metabolisme
dengan cara yang mudah dipahami.

Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai

pertautan antara penjelasan yang rapi, kronologis, terperinci, dan sangat cerdas.

Artinya Seseorang yang jika menjelaskan sesuatu kepada orang lain akan

menjelaskan dengan sangat jelas dan mudah dipahami oleh lawan bicaranya.

Kalimat tersebut menggambarkan cara Lintang menjelaskan sesuatu kepada

teman-temannya dengan penjelasan yang sangat jelas dan mudah dimengerti oleh

teman-temannya. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu

dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah jika salah satu dari

teman Lintang tidak memahami pembelajaran yang telah berlangsung dan

meminta kepadanya untuk dijelaskan ulang. Lintang akan dengan senang hati

membantu teman-temannya. Lintang menjelaskan sesuatu kepada teman-

temannya dengan sangat detail sehingga mudah dipahami oleh teman-temannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Lintang juga bereksperimen merumuskan metode jembatan keledai untuk hafalan

pada pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya misalnya pelajaran biologi. Ia

menciptakan konfigurasi belajar metabolisme dengan cara yang mudah dipahami.

Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in

use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik

melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan

pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari

konteksnya.

Data F4. “ Aku terus menerus memanggil-manggil nama


Syahdan, tapi ia diam saja, kaku, tak bernyawa,
Syahdan telah mati.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Ikal dan teman-temannya


sedang bermain menggunakan pelepah. Puncak dari
permainan mereka adalah saat para penarik pelepah yang
bertenaga kuat berbelok mendadak serta dengan sengaja
menambah kekuatan tarikannya. Tarikan dan belokan
tersebut menyebabkan para penumpang terjatuh dari
pelepah. Saat Syahdan mengambil peran sebagai co-pilot
tiba-tiba Syahdan terjatuh tubuhnya terlentang, tergeletak
tak berdaya, air menggenangi sebagian tubuhnya di dalam
parit, dan dia tak bergerak.

Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai

pertautan antara diam, kaku, dan tidak bernyawa. kaku, tak bernyawa, telah mati

ketiga hal tersebut memiliki arti yang sama menandakan kalau Syahdan

meninggal, padahal Syahdan hanya berpura-pura untuk mengelabui teman-

temannya. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan

yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Ikal dan teman-

temannya sedang bermain menggunakan pelepah. Puncak dari permainan mereka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

adalah saat para penarik pelepah yang bertenaga kuat berbelok mendadak serta

dengan sengaja menambah kekuatan tarikannya. Tarikan dan belokan tersebut

menyebabkan para penumpang terjatuh dari pelepah. Saat Syahdan mengambil

peran sebagai co-pilot dan Ikal sebagai pilotnya tiba-tiba Syahdan terjatuh

tubuhnya terlentang, tergeletak tak berdaya, air menggenangi sebagian tubuhnya

di dalam parit, dan dia tak bergerak. Syahdan membuat semua temannya menjerit

takut, takut jika Syahdan benar-benar meninggal. Syahdan menahan napas selama

yang dia bisa demi mengelabui teman-temannya yang sudah panik melihatnya

terlentang tak berdaya. Werth (1999) telah mengembangkan sebuah konsep yang

sangat terinci dan akurat tentang konteks. Konteks di mana sebuah wacana

sementara topik dari teks adalah dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan

dan menjadi landasan yang dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat

negosiasi antar partisipan, yang se kaligus juga memberikan makna terhadap

wacana yang sedang berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah

sesuatu yang diciptakan secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari

wacana. (ini berlaku baik untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan).

4.2.2 Makna Pragmatik Gaya Bahasa

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa

secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam

komunikasi (Wijana, 1996:1). Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik

adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna

pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di

dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

yang dikatakan. Leech (2003:34) menyatakan bahwa maksud yaitu makna yang

dimaksudkan pesannya. Studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang

dimaksudkan orang dalam suatu konteks khusus untuk memberi pengaruh

terhadap apa yang dikatakan orang tersebut. Diperlukan suatu pertimbangan

tentang bagaimana penutur mengatur apa yang ingin dikatakannya dan

disesuaikan dengan orang yang penutur ajak dibacara (mitra tutur), di mana,

kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik merupakan studi makna kontekstual.

Makna gaya bahasa dalam penelitian ini akan diiterpretasikan oleh peneliti

berdasarkan penggunaan gaya bahasa jenis tertentu dalam kutipan novelnya.

Peneliti menemukan beberapa makna dari gaya bahasa yang digunakan dalam

novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Berikut ini akan dipaparkan makna

dari gaya bahasa tersebut.

4.2.2.1 Makna Pragmatik Menjelaskan Kepribadian Seseorang

Berikut akan dipaparkan analisis makna menjelaskan yang muncul dari

gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea

Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.

Data 1. “Dibalik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin,


serta berbau hangus, dia memiliki an absolutely
beautiful mind”

Konteks : tuturan itu terjadi karena Lintang merupakan siswa


pintar yang sangat rajin ke sekolah meskipun dia harus
menempuh jarak yang sangat jauh ke sekolah dengan
menggunakan sepeda. Jarak rumah Lintang berada paling jauh
dibandingkan dengan anak yang lainnya tetapi dia selalu
sampai paling awal ke sekolah daripada siswa yang lainnya.

Pada pernyataan di atas mengandung makna „menjelaskan‟. Hal ini terlihat

dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam menjelaskan sosok Lintang ,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

yaitu Dibalik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus, dia

memiliki an absolutely beautiful mind. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa

Lintang merupakan anak yang sangat pintar meskipun penampilannya terlihat

tidak terawat dan kotor. KBBI menjabarkan bahwa kata menjelaskan berarti

menerangkan secara jelas atau secara terang.

Data 2. “laki-laki cemara angin itu pontang-panting sederas


pelanduk untuk meminta bantuan orang-orang di kantor
desa. Lalu secepat kilap pula ia menyelinap ke dalam
rumah dan tiba-tiba sudah berada di depan Lintang.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Lintang sedang belajar dan


bertanya kepada ayahnya empat kali empat berapa, karena
ayahnya tidak tahu jawabannya maka saat Lintang lengah
ayahnya diam-diam pergi ke luar rumah dan meminta bantuan
kepada orang yang ada di kantor desa.
Pada pernyataan di atas mengandung makna „menjelaskan‟. Hal ini terlihat

dari kata-kata yang digunakan penulis, yaitu laki-laki cemara angin itu pontang-

panting sederas pelanduk untuk meminta bantuan orang-orang di kantor desa.

Lalu secepat kilap pula ia menyelinap ke dalam rumah dan tiba-tiba sudah

berada di depan Lintang. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perjuangan

ayah Lintang dalam membantu anaknya belajar ia rela lari dengan sangat terburu-

buru meminta bantuan kepada orang-orang yang berada di kantor desa untuk

mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan Lintang kepadanya. Jadi,

makna di atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan

caranya dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.

Data 3. “Konon hanya mereka yang bertangan dingin, berhati


lembut putih bersih yang mampu membiakkannya,
ialah Bu Muslimah, guru kami.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Bu Muslimah mampu


mengembangbiakkan tanaman bunga stripped canna beauty.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Stripped canna beauty merupakan tanaman yang emosional


sehingga menyiramnya harus hati-hati dan tidak semua orang
bisa menumbuhkannya. Orang-orang bertangan dinginlah yang
mampu menumbuhkan dan merawatnya.

Pada pernyataan di atas mengandung makna „menjelaskan‟. Hal ini terlihat

dari kata-kata yang digunakan penulis, yaitu Konon hanya mereka yang

bertangan dingin, berhati lembut putih bersih yang mampu membiakkannya, ialah

Bu Muslimah, guru kami. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa Bu Mus adalah

orang yang sabar dalam mendidik maupun merawat sesuatu serta teliti dan tekun

dalam mengerjakan sesuatu. Jadi, makna di atas diketahui melalui tuturan yang

disampaikan oleh penutur dengan caranya dan ditafsirkan oleh pendengar atau

pembaca.

Data 4. “Ia adalah kambing hitam tempat tumpahan semua


kesahalan, dia tak pernah sekalipun dimintai
pertimbangan jika Laskar Pelangi mengambil
keputusan, lalu dalam lomba apa pun dia selalu kalah.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena setiap rencana maupun


keputusan yang diambil oleh tim laskar pelangi mereka tidak
pernah meminta pendapat dari Syahdan. Saat keputusan yang
mereka ambil adalah sebuah kesalahan maka Syahdan yang
akan menanggung setiap kesalahan tersebut padahal dia tidak
tahu apa-apa akan kesalahan itu.
Pada pernyataan di atas mengandung makna „menjelaskan‟. Hal ini terlihat

dari kata-kata yang digunakan penulis, yaitu Ia adalah kambing hitam tempat

tumpahan semua kesahalan. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa Syahdan

selalu disalahkan dalam setiap kejadian padahal ia tidak tahu apapun tentang hal

tersebut. Syahdan tidak diminta pendapat dan saran saat anak-anak yang lainnya

membuat suatu rencana tetapi jika renaca mereka mendapatkan masalah maka

Syahdanlah orangnya yang pasti akan langsung disalahkan. Jadi, makna di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan

ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.

4.2.2.2 Makna Pragmatik Menggambarkan Karakter Seseorang

Berikut akan dipaparkan analisis makna menggambarkan yang muncul

dari gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya

Andrea Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data

tersebut.

Data 5. “Merekalah mentor, penjaga, sahabat pengajar, dan


guru spiritual.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat para siswa SD


Muhammadiyah pertama kalinya belajar bersama dengan pak
Harfan dan Bu Mus di mana mereka diajari dengan sabar oleh
pak Harfan dan Bu Mus. Awal pendaftaran sekolah juga
mereka telah disambut hangat oleh senyum pak Harfan da Bu
Mus.

Dari pernyataan di atas terkandung makna „menggambarkan‟. Hal ini

terlihat dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam menggambarkan

sosok Bu Mus dan Pak Harfan dalam menjaga dan didik mereka, yaitu Merekalah

mentor, penjaga, sahabat pengajar, dan guru spiritual. Pernyataan tersebut

menggambarkan Bu Mus dan Pak Harfan yang penuh dengan keikhlasan dan

kesabaran dalam menjaga, mengajari dan mengasuh anak-anak Laskar Pelangi.

Data 6. “Maka jika ditanyakan kepadanya bagaimana seekor


cacing melakukan hajat kecilnya, siap-siap saja
mendengarkan penjelasan yang rapi, kronologis,
terperinci, dan sangat cerdas mengenai cara kerja
rambut getar di dalam sel-sel api, lalu dengan santai
saja, seumpama seekor monyet sedang mencari kutu
di punggung pacarnya, ia akan membuat analogi
buang hajat cacing itu pada sistem ekskresin protozoa
dengan anatomi vakula kontraktil yang rumit itu,
bahkan jika tidak di stop, ia akan dengan senang hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

menjelaskan fungsi-fungsi korteks, simpai bowman,


medulla, lapisan malpigi, dan dermis dalam sistem
ekskresi manusia.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Lintang menjelaskan sesuatu


kepada teman-temannya dengan sangat detail sehingga mudah
dipahami oleh teman-temannya. Lintang juga bereksperimen
merumuskan metode jembatan keledai untuk hafalan pada
pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya misalnya pelajaran
biologi. Ia menciptakan konfigurasi belajar metabolisme
dengan cara yang mudah dipahami.

Dari pernyataan di atas terkandung makna „menggambarkan‟. Hal ini

terlihat dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) menggambarkan sosok

Lintang dalam memberi penjelasan kepada teman-temannya yaitu Maka jika

ditanyakan kepadanya bagaimana seekor cacing melakukan hajat kecilnya, siap-

siap saja mendengarkan penjelasan yang rapi, kronologis, terperinci. Pernyataan

tersebut menggambarkan Lintang yang jika menjelaskan seseuatu kepada teman-

temannya akan sangat jelas dan terperinci sehingga teman-temannya dapat dengan

mudah memahami apa yang telah disampaikan oleh Lintang. Jadi, makna di atas

diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan

ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.

4.2.2.3 Makna Pragmatik Membandingkan

Berikut akan dipaparkan analisis makna membandingkan yang muncul

dari gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya

Andrea Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data

tersebut.

Data 7. “IBU Muslimah yang beberapa menit lalu sembap,


gelisah, dan coreng-moreng kini menjelma menjadi
sekuntum Crinum giganteum.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu bu Muslimah


sangat cemas dan takut jika SD Muhammadiyah ditutup.
Seketika bu Mus menjadi tenang dan tidak takut lagi SD
Muhammadiyah akan ditutup karena jumlah siswanya sudah
mencapai 10 orang sesuai kesepakatannya dengan Dinas.

Dari pernyataan di atas terkandung makna „membandingkan‟. Hal ini

terlihat dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam membuat

perbandingan sosok Bu Muslimah, yaitu Ibu Muslimah yang beberapa menit lalu

sembap, gelisah, dan coreng-moreng kini menjelma menjadi sekuntum crinum

giganteuml. Pernyataan tersebut membandingkan perubahan sikap Bu Muslimah

hanya dalam beberapa menit saja. Perubahan sikap Bu Muslimah saat jumlah

siswa SD Muhammadiyah 9 orang terlihat sangat sembap , gelisah dan coreng-

moreng tetapi saat jumlah siswa sudah tergenapi 10 orang Bu Muslimah terlihat

bahagia dan berseri yang diibaratkan dengan bunga Crinum giganteum.

4.2.2.4 Maksud Menegaskan Suatu Kejadian

Berikut akan dipaparkan analisis makna menegaskan yang muncul dari

gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea

Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.

Data 8. “ Aku terus menerus memanggil-manggil nama


Syahdan, tapi ia diam saja, kaku, tak bernyawa,
Syahdan telah mati.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Ikal dan teman-temannya


sedang bermain menggunakan pelepah. Puncak dari permainan
mereka adalah saat para penarik pelepah yang bertenaga kuat
berbelok mendadak serta dengan sengaja menambah kekuatan
tarikannya. Tarikan dan belokan tersebut menyebabkan para
penumpang terjatuh dari pelepah. Saat Syahdan mengambil
peran sebagai co-pilot tiba-tiba Syahdan terjatuh tubuhnya
terlentang, tergeletak tak berdaya, air menggenangi sebagian
tubuhnya di dalam parit, dan dia tak bergerak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Dari pernyataan di atas terkandung makna „menegaskan‟. Hal ini terlihat

dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam menegaskan keadaan Syahdan

setelah terjatuh, yaitu Aku terus menerus memanggil-manggil nama Syahdan, tapi

ia diam saja, kaku, tak bernyawa, Syahdan telah mati. Pernyataan tersebut

menegaskan bahwa tubuh Syahdan kaku dan tidak memberi respon apapun saat

teman-temannya memanggil-manggil namanya dengan panik dan penuh rasa

takut.

Data 9. “Sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin


panas. Berada di toko ini serasa direbus dalam panci
sayur lodeh yang mendidih.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena kapur tulis di SD


Muhammadiyah telah habis dan Ikal ditugaskan untuk
mengambil kapur tulis tersebut ke toko Sinar Harapan. Saat itu
sudah hampir tengah hari di mana kondisi kondisi toko juga
dipenuhi dengan berbagai macam barang-barang membuat
toko terasa semakin sempit dan membuat suasana semakin
panas.

Dari pernyataan di atas terkandung makna „menegaskan‟. Hal ini terlihat

dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) menegaskan keadaan cuaca pada saat

itu yaitu udara semakin panas berada di toko ini serasa direbus dalam panci

sayur lodeh yang mendidih. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pada saat itu

sudah tengah hari, cucaa sangat panas terik. Toko Sinar Harapan menjadi terasa

lebih panas karena barang-barang yang menumpuk dan membuat udara semakin

sedikit memasuki ruangan tersebut. Jadi, makna di atas diketahui melalui tuturan

yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan ditafsirkan oleh pendengar

atau pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

4.2.2.5 Makna Pragmatik Menunjukkan Keadaan Para Pekerja

Berikut akan dipaparkan analisis makna menunjukkan yang muncul dari

gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea

Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.

Data 10. “Lapar membuat mereka tampak seperti semut-semut


hitam yang sarangnya terbakar, lebih tergesa dibanding
waktu berangkat pagi tadi.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat jam 12 siang yang di mana


merupakan jam istirahat para karyawan dari PN. Para
karyawan menyempatkan waktu istirahat tersebut untuk
kembali ke rumah mereka masing-masing makan siang
bersama keluarga, maka dengan cepat mereka berjalan
memenuhi jalanan.

Dari pernyataan di atas terkandung makna „menunjukkan‟. Hal ini terlihat

dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam menunjukkan sikap dari

karyawan PN, yaitu lebih tergesa dibanding waktu berangkat pagi tadi.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa karyawan PN berangkat pada pagi hari

akan terlihat lebih santai, sedangkan pada saat jam istirahat kerja mereka dengan

sangat terburu-buru untuk pulang ke rumah untuk makan siang. Dalam KBBI

menjabarkan bahwa kata “menunjukkan” adalah memperlihatkan, ,menyatakan,

dan menerangkan sesuatu.

4.3 Pembahasan

Pada subbab ini, peneliti akan menjelaskan temuan data-data hasil

penelitian yang secara keseluruhan diambil dari proses analisis data sebelumnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya bahasa dalam majas

perbandingan berdasarkan konteks dan makna pragmatik yang terdapat dalam

novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata perspektif stilistika pragmatik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan beberapa jenis gaya bahasa dalam majas

perbandingan yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Secara keseluruhan gaya bahasa dalam majas perbandingan berdasarkan konteks

dalam pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis

gaya bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa

hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya bahasa

simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan.

Tuturan dalam novel dominan menggunakan gaya bahasa perumpamaan,

disebabkan karena gaya bahasa perumpamaan merupakan perbandingan yang

pada hakikatnya membandingkan dua hal yang berlainan dan yang dengan sengaja

kita anggap sama. Dengan menggunakan gaya bahasa perumpamaan penutur

dapat menyampaikan sesuatu dengan cara yang lebih halus maupun lebih kasar

dengan pengibaratan. Peneliti juga menemukan gaya bahasa hiperbola yang

merupakan semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang

berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal. Hal tersebut bertujuan untuk

menarik perhatian para pembaca.

Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya

bahasa dan menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya

bahasa berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna

pragmatik „menjelaskan kepribadian seseorang‟, (2) Makna pragmatik

„menggambarkan karakter seseorang‟, (3) Makna pragmatik „membandingkan‟,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

(4) Makna pragmatik „menegaskan suatu kejadian‟, (5) Makna pragmatik

„menunjukkan keadaan para pekerja‟.

Makna yang paling banyak ditemukan adalah makna pragmatik

menjelaskan kepribadian seseorang. Hal ini dapat dilihat dari Novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata tersebut banyak menjelaskan tentang bagaimana

seseorang bersikap, berperilaku dan diperlakukan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan

bagaimana gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi

karya Andrea Hirata. Berikut ini disimpulkan gaya bahasa dan makna berdasarkan

konteks dalam pragmatik yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea

Hirata.

Kalimat yang mengandung gaya bahasa berdasarkan konteks dalam

pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis gaya

bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa

hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya bahasa

simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan. Penelitian

ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dan

menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa

berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi

karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna

pragmatik „menjelaskan kepribadian seseorang‟, (2) Makna pragmatik

„menggambarkan karakter seseorang‟, (3) Makna pragmatik „membandingkan‟,

(4) Makna pragmatik „menegaskan suatu kejadian‟, (5) Makna pragmatik

„menunjukkan keadaan para pekerja‟.

76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

5.2 SARAN

Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, peneliti

memberikan saran mengenai penelitian sejenis. Berikut akan dipaparkan saran

dari peneliti.

1. Hasil penelitian tentang gaya bahasa dalam majas perbandingan pada

novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini dapat dijadikan salah satu

sumber pembaca dalam menganalisis hal yang berkaitan dengan

penelitiannya.

2. Penelitian ini membahas tentang gaya bahasa pada novel Laskar Pelangi,

peneliti ini mengkaji gaya bahasa berdasarkan konteks dalam pragmatik.

Diharapkan bagi peneliti yang akan meneliti terkait dengan novel Laskar

Pelangi agar dapat mengidentifikasi dengan lebih akurat dan dapat lebih

dikembangkan lagi.

3. Bagi penelitian lain, penelitian tentang penggunaan ilmu kebahasaan

dalam suatu karya sastra lebih dikembangkan lagi. Diharapkan penelitian

terhadap karya sastra akan lebih bervariasi dengan memperhatikan

berbagai aspek ilmu kebahasaan seperti pragmatik, semantik,

sosiolinguistik dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN PUSTAKA

Black, Elisabeth. 2011. Stlistika Pragmatik. Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:


Rineka Cipta.

Hanesti, Martha Ria. 2014. Analisis Kesopanan dan Ketidaksopanan


Level Narator dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan
Buat Emak) Karya Ahmad Tohari (Sebuah Kajian Stilistika
Pragmatik). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan:
Universitas Sanata Dharma.

Hermawan, Ade Henta. 2014. Kajian Parodi dalam Novel Trilogi


Ronggeng Dukuh Paruk Buku ke ll (Lintang Kemukus Dini
Hari) Karya Ahmad Tohari (Suatu Tinjauan Stilistika
Pragmatik). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan:
Universitas Sanata Dharma.

Hirata, Andrea. 2017. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa: Komposisi Lanjutan 1.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kunjana dkk. 2016. Pragmatik Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.


Jakarta:Erlangga

Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode


dan Tekniknya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Prastowo, Andi. 2016. Memahami Metode-Metode Penelitian Suatu


Tinjauan Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa:
Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius

Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Yogyakarta:Erlangga.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika, Bahasa, Sastra,


dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.


Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Angkasa.


Bandung.

Wicaksono, Andri. 2014. Catatan Ringkas Stilistika. Garudhawaca.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

DATA PENELITIAN
GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN PADA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA:
PERSPEKTIF STILISTIKA PRAGMATIK

Oleh: Meylina Br Barus (151224088)


Pembimbing Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum

Petunjuk trianggulasi
1. Trianggulator diminta untuk memberi tanda (V) pada kolom ya atau tidak untuk menggambarkan penilaian anda.
2. Kemudian trianggulator diminta untuk memberi catatan pada kolom komentar untuk membantu kebenaran dari hasil analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

No. Data Konteks Wujud Gaya Bahasa Makna Gaya Bahasa Setuju Komentar
Ya Tidak

1. “Merekalah mentor, penjaga, Penutur: seorang anak Alegori Makna: kesabaran


sahabat pengajar, dan guru laki-laki berusia 6 tahun
spiritual.” Keterangan: termasuk Keterangan: Seseorang
Tempat: di sekolah dalam gaya bahasa yang sabar dalam
Novel Laskar Pelangi
halaman 32. Tujuan tuturan: penutur
alegori karena
mempunyai pertauatan
mendidik dan menjaga
orang lain.

ingin menjelaskan antara kata mentor, Kata mereka
peran gurunya di penjaga, sahabat, dimaksudkan di sini
sekolah. pengajar, dan guru adalah Pak Harfan dan
spiritual. Bu Mus yang penuh
Tuturan sebagai produk dengan keikhlasan dan
tindak verbal: penutur kesabaran dalam
ingin memperlihatkan mengasuh sepuluh
sosok gurunya di anggota Laskar
sekolah. Pelangi.

2. “Di balik tubuhnya yang tak Penutur: seorang anak Alegori Makna: jangan
terawat, kotor, miskin, serta lelaki yang berusia 6 memandang seseorang
berbau hangus, dia memiliki tahun. Keterangan: termasuk dari fisiknya.
an absolutely beautiful
mind.” Tujuan tuturan: penutur
dalam gaya bahasa
alegori karena Keterangan: kondisi

ingin menjelaskan mempunyai pertautan fisik seseorang tak
Novel Laskar Pelangi keadaan dan antara kata tak menentukan kualiatas
halaman 109. kemampuan dari terawat, kotor, miskin, dari orang tersebut.
temannya. serta berbau hangus. Penggambaran tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

merupakan gambaran
Tuturan sebagai produk fisik Lintang walaupun
tindak verbal: penutur ia terlihat apa adanya
ingin memperlihatkan tetapi ia memiliki
keadaan dari temannya. kecerdasan yang luar
biasa.
3. “Maka jika ditanyakan Penutur: seorang anak Alegori Makna: kepintaran
kepadanya bagaimana yang bernama Ikal
seekor cacing melakukan Keterangan: termasuk Keterangan: Seseorang
hajat kecilnya, siap-siap saja Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa alegori yang jika menjelaskan
mendengarkan penjelasan
yang rapi, kronologis,
ingin
menggambarkankan
karena mempunyai
pertautan antara
sesuatu kepada orang
lain akan menjelaskan

terperinci, dan sangat cerdas bagaimana cara penjelasan yang rapi, dengan sangat jelas dan
mengenai cara kerja rambut temannya yang kronologis, terperinci, mudah dipahami oleh
getar di dalam sel-sel api, bernama Lintang jika dan sangat cerdas. lawan bicaranya.
lalu dengan santai saja, menjelaskan sesuatu Kalimat tersebut
seumpama seekor monyet kepada mereka. menggambarkan cara
sedang mencari kutu di Lintang menjelaskan
punggung pacarnya, ia akan Tuturan sebagai bentuk sesuatu kepada teman-
membuat analogi buang tindakan: penutur temannya dengan
hajat cacing itu pada sistem mendeskrisikan setiap penjelasan yang sangat
ekskresin protozoa dengan detail cara temannya jelas dan mudah
anatomi vakula kontraktil yang bernama Lintang dimengerti oleh teman-
yang rumit itu, bahkan jika dalam menjelaskan temannya.
tidak di stop, ia akan dengan sesuatu.
senang hati menjelaskan
fungsi-fungsi korteks,
simpai bowman,medulla,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

lapisan malpigi, dan dermis


dalam sistem ekskresi
manusia.”

Novel Laskar Pelangi


halaman 120 dan 121.
4. “ Aku terus menerus Penutur: seorang anak Alegori Makna: kebohongan
memanggil-manggil nama laki-laki bernama Ikal
Syahdan, tapi ia diam saja, Keterangan: termasuk Keterangan: kaku, tak
kaku, tak bernyawa, Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa alegori bernyawa, telah mati
Syahdan telah mati.” ingin memastikan karena mempunyai ketiga hal tersebut √
keadaan dari temannya pertautan antara diam, memiliki arti yang
Novel Laskar Pelangi yang bernama Syahdan kaku, dan tidak sama menandakan
halaman 174. bernyawa. kalau Syahdan
Tuturan sebagai bentuk meninggal, padahal
tindakan: penutur Syahdan hanya
memanggil temannya berpura-pura untuk
dan berusaha mengelabui teman-
memastikan keadaan temannya.
temanya yang bernama
Syahdan.

5. “Aku terpana dan merasa Penutur: seorang anak Alegori Makna: perasaan
seperti melayang, mati suri laki-laki bernama Ikal
dan mau pingsan dalam Keterangan: termasuk Keterangan:perasaan
ekstase.” Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa alegori seakan-akan mati suri,
ingin memberi karena mempunyai melayang dan mau √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Novel Laskar Pelangi gambaran suasana pertautan antara pingsan hal tersebut
halaman 209. perasaan yang sedang melayang, mati suri, dialami Ikal saat ia
dia rasakan. dan pingsan yang di bertatapan mata
alami oleh Ikal. langsung dengan A
Tuturan sebagai bentuk Ling gadis misterius
tindakan:penutur ingin yang sebelumnya tak
mendeskrisikan suasana pernah dilihatnya.
setelah pertemuannya
dengan A Ling di toko
Sinar Harapan.
6. “Aku limbung, kepalaku Penutur: seorang anak Alegori Makna: terkejut
pening, dan pandangan laki-laki bernama Ikal.
mataku berkunang-kunang Keterangan: termasuk Keterangan: Ikal
karena syok berat” Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa alegori dikejutkan dengan

Novel Laskar Pelangi


ingin memberi
gambaran suasana
karena mempunyai
pertautan antara
suara keras bantingan
pintu dan menyadari

halaman 211 perasaan yang sedang limbung, kepala dia telah jatuh cinta
dia rasakan pening, dan kemudian dia merasa
pandangan mata seperti kurang sehat
berkunang-kunang. kepalanya pening dan
pandangannya
berkunang-kunang.
7. “Ada rasa kemurtadan, Penutur: seorang anak Alegori Makna: kepercayaan
pengkhianatan, dan laki-laki bernama Ikal.
pembangkangan pada Keterangan: termasuk Keterangan: hal
Tuhan.” Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa alegori tersebut menandakan

Novel Laskar Pelangi


ingin memperlihatkan
adanya perubahan
karena mempunya
pertautan antara
bahwa anggota
Societeit de Limpai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

halaman 414 kemurtadan, telah musrik, karesna


pengkhianatan, dan mempunyai
pembangkangan kepercayaan selain
memercayai Tuhan.
8. “Sekarang sudah hampir Penutur: seorang anak Hiperbola Makna: keadaan cuaca
tengah hari, udara semakin laki-laki bernama Ikal.
panas. Berada di toko ini Keterangan: termasuk Keterangan:
serasa direbus dalam panci Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa hiperbola penggunaan kata udara
sayur lodeh yang mendidih.” ingin memberitahukan karena menggunakan semakin panas, berada √
keadaan dalam toko kata serasa direbus di toko ini serasa
Novel Laskar Pelangi tersebut. dalam panci sayur direbus dalam panci
halaman 207. lodeh sayur lodeh
Tempat: toko sinar menunjukkan bahwa
harapan suasana di sana sangat
panas terik.
Suasana: panas terik
9. “ Mata kami bertatapan Penutur: seorang anak Hiperbola Makna: perasaan
dengan perasaan yang tak laki-laki bernama Ikal.
dapat dilukiskan dengan Keterangan: termasuk Keterangan:saat mata
kata-kata.” Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa hiperbola Ikal dan A Ling

Novel Laskar Pelangi


ingin menggambarkan
suasana pertemuannya
krena menggunakan
kata yang tak dapat
bertatapan dan tidak
ada kata yang bisa

halaman 209. dengan A Ling yang dilukiskan dengan diucapkan oleh mereka
merupakan anak dari kata-kata karena perasaan yang
pemilik toko tidak menentu.
10. “Ia tak peduli dengan kapur- Penutur: seorang anak Hiperbola Makna: perasaan
kapur itu dan tak peduli laki-laki bernama Ikal. bahagia
padaku yang masih hilang Keterangan: termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

dalam waktu dan tempat.” Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa hiperbola Keterangan: ikal yang

Novel Laskar Pelangi


ingin menyampaikan
keadaan yang sedang ia
karena menggunakan
kata hilang dalam
awalnya merasa toko
itu panas setelah

halaman 211. rasakan setelah bertemu waktu dan tempat bertemu dengan A Ling
dengan A Ling yang dia sudah tidak peduli
merupakan anak dari dengan kapur tulis itu
pemilik toko dan merasa toko itu
menjadi indah, harum
dan pemilik toko
menjadi ramah
padanya
11. “Aku berbalik meninggalkan Penutur: seorang anak Hiperbola Makna: kebahagiaan
toko dan merasa kehilangan laki-laki bernama Ikal.
seluruh bobot tubuh dan Keterangan: termasuk Keterangan: Ikal
beban hidupku.” gaya bahasa hiperbola merasa badannya

Novel Laskar Pelangi


karena menggunakan
kata merasa
sangat ringan dan
seperti tidak memiliki

halaman 212 kehilangan seluruh masalah dalam
bobot tubuh dan beban kehidupan, ia sangat
hidupku bahagia, bahagia yang
belum ia pernah
rasakan.
12. “Aku kembali melayang Penutur: seorang anak Hiperbola Makna: perasaan
menembus bintang laki-laki bernama Ikal. seseorang
gemerlapan menari-nari di Keterangan: termasuk
atas awan, menyayikan lagu Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa hiperbola Keterangan: Ikal
nostalgia “have l told you ingin memberi karena menggunakan merasa saat dia √
lately that i love you.” gambaran saat kata melayang menyanyikan lagu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

seseorang sedang menembus bintang “have i told you lately


Novel laskar pelangi bahagia gemerlapan menari- that i love you” seperti
halaman 213. nari di atas awan. melayang di udara
Konteks: saat Ikal karena dia merasa
pertama kalinya jatuh sangat bahagia
cinta
13. “Dan rinduku terlanjur Penutur: seorang anak Hiperbola Rinduku berdarah-
berdarah-darah” laki-laki bernama Ikal. darah mempunyai
Keterangan: termasuk kesan jika Ikal
Novel Laskar Pelangi Konteks: saat Ikal gaya bahasa hiperbola memendam rasa rindu
halaman 265. merasakan rindu karena menggunakan
kata rinduku terlanjur
yang sangat berat
kepada A Ling.

Tujuan tuturan: penutur berdarah-darah
ingin memberi
gambaran perasaan Ikal
saat merasakan rindu
14. “ Matanya sayu tapi Penutur: seorang anak Hiperbola Makna: perjalanan
meradang, seperti telah laki-laki bernama Ikal hidup
mengalami cobaan hidup Keterangan: termasuk
yang mahadahsyat.” Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa hiperbola Keterangan: poster

Novel Laskar Pelangi


ingin menjelaskan
sebuah poster Rhoma
karena kata meradang
hanya
Rhoma Irama yang
menempel di dinding

halaman 20. Irama. menggambarkan papan seakan-akan
keadaan mata dan kata menggambarkan
Tuturan sebagai produk mahadahsyat sebuah perjalanan
tindak verbal: penutur menggambarkan kehidupan
ingin mendeskripsikan sesuatu yang luar
poster Rhoma Irama biasa atau dilebih-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

yang di tempelkan pada lebihkan.


bagian yang bolong di
dinding papan.
15. “ Kami ternganga karena Penutur: seorang anak Hiperbola Makna: kekaguman
suara Pak Harfan yang berat laki-laki yang bernama
menggetarkan benang- Ikal. Keterangan: termasuk Keterangan: suara Pak
benang halus dalam kalbu gaya bahasa hiperbola Harfan yang berat telah
kami.” Tujuan tuturan: penutur karena menggunakan mampu menggetarkan √
ingin menunjukkan rasa kata suara yang hati murid-muridnya.
Novel Laskar Pelangi bangga pada pak menggetarkan benang- pak Harfan berhasil
halaman 22 dan 23. Harfan dengan benang kalbu membuat murid-
pengajaran yang dia seseorang, seakan- muridnya kagum atas
berikan. akan suara memiliki ceritanya
kekuatan untuk
Tuturan sebagai suatu menggetarkan.
tindakan: penutur ingin
memberi gambaran saat
pak Harfan melakukan
pembelajaran yang
mampu membuat para
siswa bangga dan
memaknai setiap kata
dari pak Harfan.
16. “ Laki-laki cemara angin itu Penutur: seorang anak Hiperbola Makna: tergesa-gesa
berlari pontang-panting laki-laki yang bernama
sederas pelanduk untuk Ikal. Keterangan: termasuk Keterangan: berlari
minta bantuan orang-orang gaya bahasa hiperbola potang-panting kalimat
di kantor desa. Lalu secepat Tujuan tuturan: penutur karena kata berlari tersebut √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

kilat pula ia menyelinap ke ingin mengutarakan pontang-panting menggambarkan bahwa


dalam rumah dan tiba-tiba ayah Lintang berlari sederas pelanduk ayah Lintang berlari
sudah berbeda di depan dengan sangat terburu- merupakan kata yang dengan sangat cepat
Lintang.” buru dilebih-lebihkan. dan kata secepat kilat
juga merupakan kata
Novel Laskar Pelangi Tuturan sebagai suatu yang dilebih-lebihkan
halaman 96. tindakan: penutur ingin karena kata kilat han ya
menggambarkan bahwa terlihat dalam waktu
ayah Lintang berlari yang singkat.
dengan sangat cepat
untuk pergi ke kantor
desa.
17. “IBU Muslimah yang Penutur: seorang anak Metafora Makna: perubahan
beberapa menit lalu sembap, laki-laki yang bernama sikap
gelisah, dan coreng-moreng Ikal. Keterangan: termasuk
kini menjelma menjadi gaya bahasa metafora Keterangan: Bu Mus
sekuntum Crinum
giganteum.”
Tujuan tuturan: penutur
ingin memperlihatkan
karena
membandingkan Bu
yag sebelumnya sangat
cemas namun berubah

perubahan sikap dari Mus dengan Crinum menjadi bunga crinum
Novel Laskar Pelangi IBU Muslimah. gigateum. giganteum yaitu bunga
halaman 9. yang memancarkan
Tuturan sebagai suatu keindahan, sebelum
tindakan: penutur siswa genap berjumlah
menggambarkan sepuluh orang Bu Mus
keadaan awal Bu sangat cemas, namun
Muslimah yang gelisah dengan kedatangan
karena kecemasan Harun sekolah
terhapad sekolah yang Muhammadiyah tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

harus ditutup hanya jadi ditutup. Bu Mus


karena kekurangan 1 yang awalnya cemas
oarng siswa, kemudia kini menjadi ceria.
berubah menjadi ceria
dan berseri saat seorang
siswa datang dan
menjadi penyelamat
sekolah tersebut tidak
jadi tutup.
18. “Konon hanya mereka yang Penutur: seorang anak Metafora Makna: ketelitian
bertangan dingin, berhati laki-laki yang bernama
lembut putih bersih yang Ikal. Keterangan: termasuk Keterangan: Bu Mus
mampu membiakkannya, gaya bahasa metafora dikenal sebagai guru
ialah Bu Muslimah, guru
kami.”
Tujuan tuturan: penutur
ingin menyampaikan
karena
membandingkan Bu
yang bertangan dingin,
yaitu beliau sangat

sikap dari seorang guru Mus dengan tangan teliti dalam merawat
Novel Laskar Pelangi yang mereka panggil dingin. tanaman dan tanaman
halaman 193. Bu Muslimah yang ditanamnya selalu
tumbuh dengan subur.
Tuturan sebagai suatu
tindakan: penutur
menggambarkan sosok
seorang Bu Mus.
19. “Mahar tetap sedingin es, Penutur: seorang anak Metafora Makna: sikap dan
eskpresinya datar.” laki-laki bernama Ikal. prilaku
Keterangan: termasuk
Novel Laskar Pelangi Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa metafora Keterangan: Mahar
halaman 193. ingin memberi karena berekspresi sangat √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

gambaran bagaimana membandingkan datar dan dingin,


Mahar menanggapi eskpresi Mahar sikapnya tersebut
sebuah pernyataan. dengan dinginnya es terjadi ketika semua
orang tidak
Konteks: saat Mahar mempercayai pesan
dan teman-temannya Tuk Bayan Tula
pergi ke rumah Tuk sedangkan ia percaya
Bayan Tula bahwa pesan Tuk
benar. Ekspresinya
Tempat: di rumah Tuk datar dan ia hanya
Bayan Tula diam ketika orang
mulai merendahkannya
20. “ Itulah panggilan untuk Penutur: seorang anak Metafora Makna: kepercayaan
Bang Arsyad orang Melayu, laki-laki bernama Ikal.
tangan kanan A Miauw sang Keterangan: termasuk Keterangan: karena
juragan toko Sinar Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa metafora kata tangan kanan
Harapan.” ingin memberi karena merupakan penanda √
gambaran bagaimana membandingkan Bang kepercayaan seseorang
Novel Laskar Pelangi cara kerja Bang Arsyad Arsyad dengan tangan terhadap orang lain.
halaman 200 di toko Sinar Harapan kanan.

Konteks: saat Bang


Arsyad mampu menjadi
kepercayaan A Miauw

Tempat: di Toko Sinar


Harapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

21. “Ia adalah kambing hitam Penutur: seorang anak Metafora kata kambing hitam
tempat tumpahan semua laki-laki bernama Ikal. merupakan ungkapan
kesahalan, dia tak pernah Keterangan: termasuk orang yang selalu
sekalipun dimintai Konteks: saat Syahdan gaya bahasa metafora disalahkan sedangkan
pertimbangan jika Laskar
Pelangi mengambil
menjadi pelampiasan
dari kelakuan teman-
karena
membandingkan
dia tidak mengerti hal
itu.

keputusan, lalu dalam lomba temannya sosok ia (Syahdan)
apa pun dia selalu kalah.” dengan kambing
Tujuan tuturan: penutur hitam.
Novel Laskar Pelangi ingin memberikan
halaman 477. gambaran bagaimana
cara teman-temannya
memperlakukan
Syahdan
22. “Pada pil itu ada tulisan Penutur: seorang anak Metonimia Makna: obat
besar APC.” laki-laki yang bernama
Ikal. Keterangan: Keterangan: pil yang
Novel Laskar Pelangi 18. Termasuk gaya bahasa bertuliskan APC yaitu
Tujuan tuturan: pnutur
ingin menyampaikan
metonimia karena
menggunakan kata
obat yang bisa
menyembuhkan

jenis obat yang sering APC dipakai untuk berbagai macam
mereka konsumsi saat mengganti atribut penyakit.
sakit. objek yaitu obat
Tuturan sebagai produk
tindak verbal: karena
penutur menyebutkan
hal yang dapat dilihat
secara jelas bentuknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

seperti apa.
23. “Ia bercelana jeans, kaos Penutur: seorang anak Metonimia Makna: penampilan
oblong, dan membuang laki-laki yang bernama
anting-anting yang dibelikan Ikal. Keterangan: termasuk Keterangan: Ia
ibunya.” gaya bahasa menggunakan celana

Novel Laskar Pelangi


Tujuan tuturan: penutur
ingin menggambarkan
metonimia karena
menggunakan kata
yang biasanya
digunakan anak laki-

halaman 48. penampilan fisik jeans yang dipakai laki, karena pada
temannya untuk mengganti umumnya anak
atribut objek yaitu perempuan
Tuturan sebagai produk celana menggunakan rok. Ia di
tindak verbal: penutur atas menggambarkan
ingin mendeskrispikan tokoh Flo yang sangat
penampilan dari tomboy karena
temannya. memiliki beberapa
kakak laki-laki, ia satu-
satunya anak
perempuan.
24.. “Kosen pintu itu miring Penutur: seorang anak Simile Makna: bangunan tua
karena seluruh bangunan laki-laki yang bernama
sekolah sudah doyong Ikal Keterangan: termasuk Keterangan: bangunan
seolah akan roboh.” gaya bahasa simile sekolah sudah goyang

Novel Laskar Pelangi


Tujuan tuturan: penutur
ingin memperlihatkan
karena menggunakan
kata seolah
seperti akan roboh
yang menggambarkan

halaman 1. gambaran keadaan keadaan sekolah yang
sekolah tempat mereka memperihatikan karena
akan belajar. bangunnya sudah tidak
berdiri tegak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Tuturan sebagai bentuk


tindakan: penutur ingin
memberi gambaran
suasana sekolah dan
bangunan yang akan
mereka gunakan selama
belajar dan bersekolah
di SD Muhammadiyah.
Bangunan tua sekolah
yang terbuat dari kayu,
kayu sudah mulai
rapuh, kosen pintu
miring dan bagunan
yang seakan-akan saat
datang angin akan
segera roboh.
25. “ Ketika aku menyusul Penutur: seorang anak Simile Makna: kebahagiaan
Lintang ke dalam kelas, ia laki-laki yang bernama
menyalamiku dengan kuat Ikal. Keterangan: termasuk Keterangan: Lintang
seperti pegangan tangan gaya bahasa simile menyalami seperti
calon mertua yang menerima Tujuan tuturan: penutur
pinangan.” ingin memperlihatkan
karena menggunakan
kata seperti dan
pegangan tangan calon
mertua yang

awal perkenalannya menganggap Lintang menggambarkan bahwa
Novel Laskar Pelangi dengan Lintang menyalaminya Lintang memiliki nilai
halaman 12. layaknya seorang persaudaraan yang
Tuturan sebagai bentuk mertua tinggi. Lintang sangat
tindakan: penutur ingin bahagia karena bisa
menggambarkan sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

bagaimana ia pertama
kali berkenalan dengan
Lintang dan kesan
pertama yang dia
dapatkan di awal
perkenalan itu.
26. “Anak ini berbau hangus Penutur: seorang anak Simile Makna: perjuangan
seperti karet terbakar.” laki-laki bernama Ikal
Keterangan: termasuk Keterangan: Lintang
Novel Laskar Pelangi Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa simile yang harus mengayuh
halaman 10 ingin menyampaikan
keadaan dari temannya
karena menggunakan
kata seperti dan
sepeda di bawah trik
sinar matahari menjadi

yang bernama Lintang. menganggap aroma bau hangus seperti
tubuh Lintang sama karet terbakar.
Tuturan sebagai bentuk dengan karet terbakar.
tindakan: penutur ingin
memberi gammbaran
tentang temannya yang
harus menempuh jarak
yang jauh dengan
mengayuh sepeda di
bawah trik sinar
matahari sehingga
membuat dia berbau
seperti karet terbakar.
27. “Di bangku itu ia seumpama Penutur: seorang anak Simile Makna: kebahagiaan
balita yang dinaikkan ke atas laki-laki bernama Ikal
tank, girang tak alang Keterangan: termasuk Keterangan: ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

kepalang, tak mau turun Tujuan penutur: penutur gaya bahasa simile Lintang duduk di
lagi.” ingin memperlihatkan karena menggunakan bangku kelas ia tampak √
kebahagiaan yang kata seumpama sangat bahagia
Novel Laskar Pelangi dirasakan oleh bagaikan anak balita
halaman 10. temannya. yang dinaikkan ke atas
tank sangat senang dan
Tuturan sebagai bentuk tak mau turun lagi.
tindakan: penutur ingin
menggambarkan
suasana saat pertama
kali masuk sekolah SD
dan bertemu dengan
seorang anak yang
bernama Lintang.
Lintang terlihat sangat
bahagia saat bisa
bersekolah dan tak
ingin jika sekolah itu
harus tutup karena
kekurangan 1 orang
murid.
28. “Karena penampilan Pak Penutur: seorang anak Simile Makna: jangan menilai
Harfan agak seperti beruang laki-laki bernama Ikal orang lain dari
madu maka ketika pertama Keterangan: termasuk penampilan
kali melihatnya kami merasa Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa simile
takut.” ingin menyampaikan karena menggunakan Keterangan: √
kesan pertamanya saat kata seperti dan penampilan pak Harfan
Novel Laskar Pelangi bertemu dengan pak menganggap sama seperti beruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

halaman 21 Harfan. Pak Harfan penampilan pak madu, penampilan Pak


merupakan salah satu Harfan sama dengan Harfan memiliki
guru yang ada di beruang madu jenggot yang lebat
sekolah SD sehingga seperti
Muhammadiyah beruang madu.
Belitong.

Tuturan sebagai bentuk


tindakan: penutur ingin
menggambarkan
suasana kelas dan
persaan para siswa saat
pertama kali bertemu
dan diajar oleh pak
Harfan. Susana kelas
yang menegangkan
karena para siswa
merasa takut melihat
penampilan pak Harfan.
29. “Toko yang tadi berbau Penutur: seorang anak Simile Makna: semua dapat
busuk memusingkan laki-laki yang bernama berubah jika kamu
sekarang menjadi harum Ikal. Keterangan: termasuk merasa bahagia
semerbak seperti minyak gaya bahasa simile
kesturi dalam botol-botol
liliput yang dijual pria-pria
Tujuan tuturan: penutur
ingin menyampaikan
akrena menggunakan
kata seperti
Keterangan: harum
semerbak seperti

berjanggut lebat seusai perubahan sikap minyak kesturi yang
shalat Jumat.” seseorang jika sedang menggambarkan
bahagia. suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Novel Laskar Pelangi menyenangkan.


halaman 212. Tuturan sebagai suatu
tindakan: penutur
menggambarkan
suasana toko Sinar
Harapan yang tadinya
berbau tidak sedap
membuat pusing
seketika berubah
menjadi wangi saat Ikal
melihat sosok A Ling
untuk pertama kalinya.
Ikal yang merasa
bahagia dan jatuh cinta
melihat A Ling sudah
tak menghiraukan
bebauan yang ada di
toko tersebut, bagi Ikal
semua sudah seperti
wangi bunga.
30. “Kadang-kadang mereka Penutur: seorang anak Personifikasi Kicauan burung yang
hinggap di jendela kelas laki-laki bernama Ikal. dianggap sebagai
sambil menjerit sejadi- Keterangan: termasuk jeritan dan mampu
jadinya, menimbulkan suara Konteks: saat burung gaya bahasa mengganggu
bising yang musingkan bagi
perut-perut yang
berkicau di tepian
jendela
personifikasi karena
menganggap burung
konsentrasi saat
mereka merasa lapar.

keroncongan.” prenjek menjerit-jerit,
Tempat: di Sekolah seakan-akan burung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Novel Laskar Pelangi Muhammadiyah prenjak yang hinggap


halaman 133. di jendela berperilaku
Tujuan tuturan: penutur layaknya seperti
ingin memberi manusia.
gambaran bagaimana
burung-burung tersebut
berperilaku
31. “Ketika Mahar bernyanyi Penutur: seorang anak Personifikasi Saat Mahar bernyanyi
seluruh alam diam laki-laki bernama Ikal. suasana menjadi
menyimak.” Keterangan: termasuk hening seakan-akan
Konteks: ketika Mahar gaya bahasa alam dapat menyimak
Novel Laskar Pelangi
halaman 138.
bernyanyi personifikasi karena
menganggap Mahar
nyanyiannya √
Tujuan tuturan: penutur bernyanyi seluruh
ingin memperlihatkan alam diam menyimak
bagaimana Ikal seakan-akan alam
bernyanyi makhluk hidup atau
manusia yang dapat
menyimak
32. “Sinar merah lampu sirine Penutur: seorang anak Personifikasi Ambulans datang
mobil ambulans yang laki-laki bernama Ikal. dengan cepat dan
berputar-putar menjilati sisi Keterangan: termasuk membunyikan suara
pohon-pohon besar, Konteks: saat mobil gaya bahasa sirine saat ada siswa
menciptakan suasana
mencekam seperti ada
ambulans datang dan personifiksi karena
lampu sirine dihidupkan menganggap
dari PT. PN yang sakit
serta langsung

kematian.” ambulans memiliki membawanya ke
Tujuan tuturan: penutur lidah seperti manusia rumah sakit.
Novel Laskar Pelangi ingin memberi sehingga bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

halaman 310. gambaran bagaimana menjilati.


tindak sekolah saat ada
siswa yang sakit.

Tempat: sekolah PT.


PN
33. “Tapi harus diakui bahwa Penutur: seorang anak Personifikasi Makna: sebuah isi
pesan ini mengandung laki-laki bernama Ikal. pesan yang mampu
sebuah tenaga.” Keterangan: termasuk merubah seseorang
Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa
Novel Laskar Pelangi
halaman 318.
ingin memberi
gambaran seseorang
personifikasi karena
menganggap sebuah
Keterangan: pesan
yang mampu membuat

saat dia mendapatkan pesan memiliki tenaga cara pandang seseorang
pesan dari orang yang layaknya manusia. menjadi berbeda
dicintainya terhadap suatu hal.

Konteks: saat penutur


mendapat pesan dari
orang yang dicintainya
34. “Kalau ada siswanya yang Penutur: seoarng anak Personifikasi Makna: kelengkapan
sakit maka ia akan langsung laki-laki yang bernama fasilitas sekolah
mendapatkan pertolongan Ikal Keterangan: termasuk
cepat secara profesional atau gaya bahasa Keterangan: saat ada
segera dijemput oleh mobil
ambulans yang meraung-
Tujuan tuturan: penutur
ingin membuat sebuah
personifikasi karena
menganggap mobil
siswa yang sakit dari
sekolah PN Timah

raung.” perbandingan antara ambulans meraung- maka dengan cepat
sekolahnya dengan raung layaknya guru dan staf di sana
Novel Laskar Pelangi sekolah lainnya. makhluk hidup. akan membawa siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

halaman 58. yang sakit itu ke rumah


Tuturan sebagai pruduk sakit dengan
tindak verbal: penutur menggunakan
39ingin menjelaskan ambulans.
fasilitas yang ada di
sekolah PN Timah jika
ada siswanya yang
sakit.
35. “Wanita anggun itu Penutur: seorang anak Personifikasi Makna: konsentrasi
tersentak kaget karena laki-laki yang bernama
pertanyaannya secara Ikal. Keterangan: Keterangan: wanita
mendadak dipotong oleh Termasuk gaya bahasa yang kaget karena
suara sebuah tombol
meraung-raung tak sabar.”
Tujuan tuturan: penutur
ingin menggambarkan
personifikasi karena
menganggap tombol
mendengar suara
tombol berbunyi saat

seseorang yang kaget meraung-raung dia sedang bertanya.
Novel Laskar Pelangi karena mendengar layakya seperti
halaman 369. bunyi telepon. manusia, jadi tombol
seakan-akan benda
Tuturan sebagai bentuk hidup.
tindakan: penutur
menggambarkan
suasana di mana
terdapat seorang wanita
sedang bertanya dan
pertanyaanya terhenti
karena bunyi telepon.
36. “Sebaliknya, bagiku pagi itu Penutur: seorang anak Perumpanaan Makna: kesan pertama
adalah pagi yang tak bernama Ikal masuk sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

terlupakan sampai puluhan Keterangan:


tahun mendatang karena Tujuan tuturan: penutur Termasuk gaya bahasa Keterangan: ketika
pagi 3itu aku melihat
Lintang dengan canggung
ingin mendeskripsikan
kesan awalnya saat
perumpamaan karena
menggunakan kata
Lintang memegang
pensil diibaratkan sama

menggemgam sebuah pensil bertemu dengan seperti. seperti memegang
yang belum diserut seperti Lintang. pisau belati, yang
memegang sebilah belati.” berarti memegang
Tujuan tuturan sebagai dengan menggunakan
Novel Laskar Pelangi produk tindak verbal: kelima jarinya.
halaman 14. penutur ingin
menyampaikan
informasi tentang
pertemuan pertamanya
dengan Lintang
37. “Jika kami sakit, sakit apa Penutur: seorang anak Perumpamaan Makna: obat
pun- diare, bengkak, batuk, laki-laki bernama Ikal
flu, atau gatal-gatal-maka Keterangan: Keterangan: Pil APC
guru kami akan memberikan Tujuan tuturan: penutur Termasuk gaya bahasa yang berwarma putih,
sebuah pil berwarna putihm
berukuran besar bulat
ingin memberi
gambaran saat salah ada
perumpamaan karena
menggunakan kata
berukuran besar
diibaratkan sama

seperti kancing jas hujan, siswa yang mengalami seperti. seperti kancing jas
yang rasanya sangat pahit.” sakit di sekolah. hujan yang memiliki
ukuran cukup besar.
Novel Laskar Pelangi Tuturan sebagai produk
halaman 18. tindak verbal: penutur
ingin menyampaikan
informasi terkait
dengan keadaan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

sekolahnya jika salah


satu siswa di sekolah itu
sakit.
38. “Yang rutin berkunjung Penutur: seoang anak Perumpamaan Makna: pentingnya
hanyalah seorang pria hanya laki-laki bernama Ikal menjaga kesehatan
berpakaian seperti ninja.” Keterangan:
Tujuan tuturan: penutur Termasuk gaya bahasa Keterangan: karena
Novel Laskar Pelangi
halaman 18.
ingin mempertegas
tentang kedatangan
perumpamaan karena
menggunakan kata
pria yang rutin
berkunjung merupakan

seorang petugas dari seperti. petugas dinas
dinas kesehatan secara kesehatan yang
rutin. menyemprot sarang
nyamuk dengan DDT
Tuturan sebagai produk maka ia berpakaian
tindak verbal: penutur seperti ninja
ingin memberi menggunaka masker
informasi tentang karena bau zat pestisida
kedatangan rutin bisa menggangu
seorang pria dari dinas pernafasannya.
kesehatan
menggunakan pakaian
tertutup
39. “Lapar membuat mereka Penutur: seorang anak Perumpamaan Makna: kelaparan
tampak seperti semut-semut laki-laki bernama Ikal
hitam yang sarangnya Keterangan: termasuk Keterangan:
terbakar, lebih tergesa Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa mengibaratkan
dibanding waktu berangkat
pagi tadi.”
ingin menggambarkan
suasana pekerja setelah
perumpamaan karena
menggunakan kata
karyawan PN Timah
kelaparan seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

pulang bekerja. seperti. semut-semut hitam


Novel Laskar Pelangi yang sarangnya
halaman 52. Tuturan sebagai bentuk kebakaran, dapat
tindakan: penutur ingin dimaknai bahwa
mendeskripsikan mereka sangat lapar
suasana saat pekerja sehingga mereka
dari PN Timah pulang pulang ke rumah
kerja yang sudah mereka dengan
kelaparan dan segera berjalan tergesa-gesa.
pulang ke rumah untuk
menyantap makanan
yang ada.
40. “Asap itu membuat Penutur: seorang anak Perumpamaan Makna: manfaat
penghuni rumah batuk- laki-laki bernama Ikal.
batuk, namun ia amat Keterangan: termasuk Keterangan:
diperlukan guna menyalakan Tempat: di rumah gaya bahasa mengibartkan gemuk
gemuk sapi yang dibeli
bulan sebelumnya dan Konteks: rumah
perumpamaan karena
menggunakan kata
sapi yang digantung
berjuntai-juntai seperti

digantungkan berjuntai- dipenuhi asap yang seperti. cucian di atas perapian
juntai seperti cucian di atas digunakan untuk dapat diketahui bahwa
perapian.” menyalakan gemuk sapi gemuk sapi tersebut
digantung di atas
Novel Laskar Pelangi tungku seperti
halaman 53. menjemur pakaian

41. “Ibunda Guru, Ibunda mesti Penutur: seorang anak Perumpamaan Makna: sikap dan
tahu bahwa anak-anak kuli laki-laki perilaku
ini kelakuannya seperti Keterangan: termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

setan. Sama sekali tak bisa Tempat: Sekolah gaya bahasa Keterangan: teman-
disuruh diam, terutama
Borek, kalau tak ada guru
Muhammadiyah perumpamaan karena
menggunakan kata
teman kelas Kucai
diibaratkan seperti

ulahnya ibarat pasien rumah Konteks: sikap anak- seperti setan karena mereka
sakit jiwa yang buas.’ anak saat guru yang sangat sulit untuk
mengajar di kelas tidak diatur dan diberitahu.
Novel Laskar Pelangi hadir
halaman 71.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
gambaran suasana kelas
saat gurunya tidak ada.
42. “Nona penuh rahasia ini Penutur: seorang anak Perumpamaan A Ling diibaratkan
seperti pengenjawantahan laki-laki bernama Ikal. seperti pengejawatahan
makhluk asing dari negeri Keterangan: termasuk makhluk asing, di
antah berantah dan ia dengan Konteks: saat A Ling gaya bahasa mana A Ling tidak
konsisten menjaga jarak
denganku.”
tidak pernah
memperlihatkan
perumpamaan karena
menggunakan kata
diketahui paras
maupun identitasnya.

wajahnya seperti
Novel Laskar Pelangi
halaman 206. Tujuan tuturan:penutur
ingin memperlihatkan
bagaimana cara A Ling
dengan konsisten tidak
memperlihatkan
wajahnya kepada Ikal
43. “kapur-kapur yang telah ia Penutur: seorang anak Perumpamaan Makna: perasaan
kumpulkan terlepas dari laki-laki bernama Ikal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

genggamannya, jatuh Keterangan: termasuk Keterangan: Ikal


berserakan, sedangkan Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa seketika menjadi kaku
kapur-kapur yang ada di
genggamanku terasa dingin
ingin menggambarkan
suasana saat kapur
perumpamaan karena
menggunakan kata
setelah melihat sosok A
Ling dan merasa bahwa

membeku seperti aku sedang terjatuh ke lantai dan seperti kapur tulis yang
mencekram batangan- harus dikumpulkan satu dipegangnya menjadi
batangan es lilin.” persatu sangat dingin karena ia
terlalu fokus dan
Novel Laskar Pelangi terpesona kepada A
halaman 209. Ling
44. “Aku menghampiri sepeda Penutur: seorang anak Perumpamaan Makna: kebahagiaan
reyot Pak Harfan yang laki-laki bernama Ikal.
sekarang terlihat seperti Keterangan: termasuk Keterangan: Ikal
sepeda keranjang baru.” Tujun tuturan: penutur gaya bahasa seakan melihat sepeda

Novel Laskar Pelangi


ingin menggambarkan
keadaan sepeda pak
perumpamaan karena
menggunakan kata
pak Harfan yang sudah
reyot menjadi sepeda

halaman 212. Harfan seperti keranjang baru, itu
karena Ikal sedang
Suasana: bahagia dan jatuh cinta
menyenangkan
45. “Tiupan puluhan trombon Penutur: seorang anak Perumpamaan Makna: bunyi tiupan
laksana sangkakala hari laki-laki bernama Ikal.
kiamat dan dentuman Keterangan: termasuk Keterangan: tiupan
timpani menggetarkan Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa trombon diibaratkan
dadaku.” ingin menunjukkan perumpamaan karena seperti sangkakala √
kekuatan dari tiupan menggunakan kata ketika hari kiamat
Novel Laskar Pelangi trombon laksana dapat disimpulkan
halaman 218. bahwa tiupan trombon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Suasana: ramai karena tersebut sangat


sedang berada di kencang bahkan
sebuah karnaval memekakkan telinga.
46. “Kotak kapur yang ada Penutur: seorang anak Perumpamaan Makna: berharga atau
tulisan pesan A Ling itu laki-laki bernama Ikal. sangat penting
kusimpan di kamarku Keterangan: termasuk
seperti benda koleksi yang Tujuan tuturan: penutur gaya bahasa Keterangan: pesan A
bernilai tinggi.” ingin menyampaikan perumpamaan karena Ling diibaratkan √
betapa berharganya menggunakan kata seperti benda koleksi
Novel Laskar Pelangi segala sesuatu yang seperti. yang bernilai tinggi.
halaman 258. didapatkan dari orang Ikal sangat menjaganya
yang kita cintai. dengan baik seperti
barang bernilai sangat
Tuturan sebagai bentuk tinggi karena pesan
tindakan: penutur ingin tersebut dari orang
memperlihatkan betapa yang penting dalam
bahagianya dia saat hidupnya.
mendapat tulisan dari
orang yang dia cintai
walaupun hanya di
kotak kapur.

47. “Gambar di kaleng itu Penutur: seorang anak Perumpamaan Gambar Samson
memperlihatkan seorang pria laki-laki bernama Ikal. tersebut diibaratkan
bercelana dalam marah, Keterangan: termasuk seperti gorilla diketahui
berbadan tinggi besar, Konteks: saat Samson gaya bahasa bahwa Samson
berotot kawat tulang besi
dan laksana seekor gorila
memperlihatkan tubuh
besarnya yang berotot
perumpamaan karena
menggunakan kata
memiliki tubuh yang
besar dan berotot.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

jantan.” laksana.
Tujuan tuturan: penutur
Novel Laskar Pelangi ingin memperlihatkan
halaman 78 bagaimana cara
pandang orang terhadap
orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Meylina Br Barus lahir di Berastagi pada tanggal 17


Mei 1997. Pendidikan Dasar ditempuh di SD Negeri
044849 Kubucolia, Sumatera Utara, pada tahun 2003-2009.
Pendidikan Menengah Pertama ditempuh di SMP Negeri 1
Barusjahe, Sumatera Utara, pada tahun 2009-2012. Sekolah
Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 1 Tiga Panah, Sumatera Utara, pada
tahun 2012-2013. Melanjutkan studi di SMA Negeri 2 Kabanjahe, Sumatera
Utara, pada tahun 2013-2015.
Seusai menempuh jenjang SMA pada tahun 2015 tercatat sebagai
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa
pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai
tugas akhir dengan judul Gaya Bahasa dalam Majas Perbadingan pada Novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata : Perspektif Stilistika Pragmatik. Skripsi ini
disusun sebagai syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana.

109

Anda mungkin juga menyukai