Anda di halaman 1dari 11

Sinopsis Novel Bidadari-Bidadari Surga

Karya Tere Liye

Novel Bidadari-bidadari Surga menceritakan tentang


kehidupan sebuah keluarga yang sangat penuh perjuangan
dan kerja keras. Keluarga tersebut terdiri dari 5 orang anak
dan 1 orang ibu, ayah mereka sudah meninggal sejak lama
secara tragis karena di cabik-cabik oleh binatang buas
(harimau) penunggu gunung dekat kampung mereka. Mereka
tinggal di sebuah lembah yang jauh dari kota.

Oleh karena itu, mata pencaharian mereka adalah bertani


dengan hanya mengandalkan air hujan turun seperti bertanam
padi, jagung, dsb. Sebelum ayah mereka meninggal, dia
memberi wasiat kepada kakak tertua mereka yaitu Laisa, agar
menjaga adik-adiknya hingga beliau pulang mencari kumbang
di gunung, tapi takdir berkata lain, ayah tercinta mereka sudah
dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Sejak saat itulah Laisa merasa benar-benar harus melindungi


adik-adiknya yang masih kecil serta menjaga ibunya yang
sudah tua. Diceritakan, pada saat Laisa duduk di bangku
sekolah dasar kelas empat, adiknya yang kedua yang
bernama Dalimunte akan memasuki bangku sekolah dasar,
saat itu ibu mereka (mereka biasa memanggilnya Mamak
Lainuri) tidak punya uang untuk menyekolahkan Dalimunte.

Hingga pada akhirnya, Laisa rela mengorbankan bangku


sekolahnya demi adiknya, Dalimunte. Sebenarnya mamak
tidak setuju dengan keputusan Laisa untuk meninggalkan
bangku sekolahnya, tetapi Laisa terus memohon kepada
mamak agar mengizinkannya meninggalkan sekolah dan akan
membantu mamak mengurusi ladang mereka saja. Laisa
berpikir, lagipula dia adalah perempuan jadi dia tak perlu
sekolah dan yang harus tetap sekolah adalah adiknya
Dalimunte, karena dia laki-laki.

Dalimunte adalah seorang adik yang baik, rajin membantu


mamak dan Kak Laisa di ladang. Dali juga sangat rajin
sembahyang di surau (seperti  mushola/masjid). Dia terkenal
sebagai anak yang cerdas dan sangat kreatif, bahkan dia suka
membuat mainan sendiri dan terkadang membuatkan mainan
untuk adik-adiknya.
Dalimunte juga berpikir untuk membuat kincir air untuk
desanya agar membuat irigasi ke setiap ladang milik warga.
Pada awalnya warga tidak percaya dengan kincir air karangan
Dali yang masih kecil itu. Namun, akhirnya Kak Laisa
meyakinkan warga agar percaya kepada adiknya dan untuk
mencobanya terlebih dahulu. Hingga pada akhirnya, kincir air
rancangan Dali di buat oleh para warga secara gotong-
royong. Setelah dicoba akhirnya kincir tersebut pun berhasil,
sehingga bisa mengaliri ladang-ladang milik warga.

Ikanuri dan Wibisana adalah adik Laisa yang ketiga dan


keempat. Umur mereka beda satu tahun, tetapi mereka terlihat
sangat mirip. Mereka memiliki paras wajah yang hampir sama
dan juga watak yang sama pula. Tentu sangatlah berbeda
dengan Dalimunte. Mereka tidak serajin Dali dan Kak Laisa.
Mereka lebih suka bermain daripada belajar atau bahkan
membantu mamak dan Kak Laisa di ladang.

Bahkan mereka pernah ketahuan bolos sekolah demi ke


kecamatan untuk bekerja mencari uang. Hingga akhirnya
setelah mereka pulang ke rumah, Kak Laisa memarahi
mereka. Laisa ingin adik-adiknya sekolah yang rajin supaya
kelak menjadi orang yang sukses. Laisa hampir setiap hari
memarahi mereka karena mereka selalu saja berbuat onar,
tapi walaupun mereka anak yang nakal mereka tetap sadar
akan jerih payah mamak dan Kak Laisa yang siap banting
tulang demi sekolah mereka.

Yashinta adalah adik terkecil Kak Laisa, dia adalah adik yang
sangat manis dan patuh pada Kak Laisa. Dia juga memiliki
rasa penasaran yang tinggi. Suatu hari, Kak Laisa
menceritakan anak berang-berang yang sangat lucu kepada
Yashinta dan akhirnya Yashinta langsung memohon-mohon
kepada Kak Laisa agar mengajaknya melihat anak berang-
berang lucu di bendungan. Yashinta termasuk gadis yang
cantik dan pintar, sepertinya dia mewarisi bakat Dalimunte.
Dia juga mewarisi bakat Laisa dalam hal sikap untuk bekerja
keras.

Sebenarnya setelah Yashinta akan memasuki sekolah dasar,


dia sempat bertanya kepada Laisa dan mamak, apakah dia
akan sekolah seperti kakak kakaknya? Dan langsung saja Kak
Laisa menjawab dengan tegas “YA” , seketika Yashinta
merasakan senang sekali. Namun, Tuhan berkata lain, saat
Yashinta akan masuk sekolah dasar, Dalimunte akan
memasuki sekolah menengah atas. Pada saat itulah keuangan
keluarga mereka sedang krisis.

Hal itu disebabkan oleh gagalnya percobaan kebun strawberry


Laisa. Pada saat itu Laisa memohon maaf kepada mamak,
karena perbuatannyalah keuangan keluarga menjadi krisis.
Yashinta kecil yang saat itu sudah mengerti keadaan bicara
pada mamak dan yang lain agar dia tidak usah sekolah saja.
Tapi saat itu Dalimunte yang rela untuk tidak sekolah, dia lebih
senang kalau Yashinta yang sekolah, biar Dali membantu
mamak dan Kak Laisa di ladang strawberry.

Berkat usaha dan kerja keras yang disertai dengan doa,


perkebunan strawberry mereka berhasil, buah-buah kecil
merah nan indah itu tumbuh subur di ladang mereka. Kini,
ladang mereka dipenuhi dengan buah strawberry yang siap
dikirim ke pasaran dengan kualitas tinggi dan harga yang
mahal. Dan, saat itulah  Laisa memutuskan untuk meneruskan
sekolah Dali. Pada awalnya Dali menolak untuk sekolah
kembali karena dia lebih senang membantu Kak Laisa dan
mamak di ladang. Namun Kak Laisa mengatakan bahwa dia
harus tetap sekolah dan menjadi anak yang pintar agar
membanggakan keluarganya. Akhirnya, Dali menurut pada
ucapan kakak tersayangnya itu.

Waktu terus berputar seperti halnya roda.

Kini lembah mereka sudah dipenuhi oleh perkebunan


strawberry. Warga lembah memilih untuk mengikuti jejak Laisa
yang menanam strawberry daripada padi dan jagung yang
memiliki keuntungan lebih sedikit. Saat itu pula lembah
mereka memiliki kemajuan dalam bidang ekonomi. Laisa
menjadi seseorang yang paling berjasa di lembah itu. Kini
Laisa sudah berumur 35 tahun lebih.

Dalimunte sudah menjadi orang yang membanggakan. Dia


mendapat beasiswa ke luar negeri dan sekarang bekerja di
laboratorium untuk melakukan penelitian dan sudah
mengantongi gelar profesor. Berjalannya waktu, Dalimunte
pun dan sudah memiliki istri yang cantik juga sangat baik
kepada keluarga Dalimunte yang bernama Cie Hui, seorang
gadis keturunan Cina. Sedangkan, Ikanuri dan Wibisana juga
sudah menjadi orang yang sukses. Mereka teah berhasil
memiliki bengkel besar di kabupaten dan juga sudah memiliki
istri cantik nan baik hati seperti istri Dalimunte.
Yashinta kecil yang dulu adalah anak kecil nan manis,
sekarang sudah menjadi gadis dewasa cantik dan juga sangat
cerdas. Sekarang dia kuliah di luar negeri untuk mengambil
beasiswa di bidang ilmu alam. Ketertarikannya pada alam
dimulai dari melihat anak berang-berang  lucu dulu bersama
Kak Laisa.

Sebenarnya Dalimunte , Ikanuri, dan Wibisana enggan


menikah dulu sebelum Kak Laisa menikah. Mereka rela
menunggu Kakanya hingga kapan pun. Bagaimanapun juga
Kak Laisa adalah orang yang sangat berjasa bagi hidup
mereka. Mereka tidak mungkin ‘melintasi’ Kak Laisa.

Hingga akhirnya Kak Laisa meyakinkan mereka untuk


menikah terlebih dahulu, karena Kak Laisa memang rela untuk
dilintasi oleh mereka. Walaupun dia sudah tua dan tidak
memiliki suami ataupun anak, dia sudah sangat bahagia
memiliki adik-adik yang membanggakan dan  memiliki mamak
disampingnya. Hingga akhirnya adik-adiknya ‘melintasi’ Kak
Laisa.

Yashinta dewasa pun sama, padahal dia sudah merasakan


jatuh cinta pada teman sepenelitiannya bernama Goughsky.
Orang itu juga sangat mencintai Yashinta. Hingga akhirnya
Goughsky bersilaturahmi ke rumah Yashinta dan melamar
Yashinta di depan mamak dan kakak-kakaknya.

Pada saat itu pula Yashinta menolaknya karena dia tidak


mungkin harus ‘melintasi’ Kak Laisa seperti ketiga kakaknya.
Kak Laisa adalah kakak yang baik dan tidak pernah
mengecewakan adik-adiknya terutama Yashinta. Sungguh
teganya jika dia ‘melintasi’ Kak Laisa.

Akan tetapi, Kak Laisa mencoba berbicara pada Yashinta


supaya jangan menunggu sampai Kak Laisa menikah. Walau
bagaimanapun, Kak Laisa rela kalau dia harus dilintasi oleh
adik-adiknya. Tetapi pendirian Yashinta sudah bulat, dia tidak
mungkin melintasi Kak Laisa. Dia akan tetap menunggu
hingga Kak Laisa menikah dan lebih baik menjauh dari
Goughsky. Meskipun hal tersebut sangat berat bagi hatinya.

Waktu terus berputar, tidak ada yang tahu bahwa Allah


memiliki rencana seperti ini,,

Kak Laisa ternyata selama ini mengidap penyakit kanker. Dia


sangat pandai menutupi tentang penyakitnya ini kepada adik-
adik tersayangnya. Hal tersebut dikarenakan Kak Laisa tidak
ingin adik-adiknya menjadi putus harapan dan akan terganggu
dalam mewujudkan cita-cita mereka.

Oleh karena itu, Kak Laisa menyimpannya sendiri dan hanya


kepada mamaklah dia bicara perihal penyakitnya itu. Waktu
terus berlalu, hari-hari Kak Laisa menjadi penuh dengan
perjuangan melawan kanker. Dia terus berobat ke rumah sakit
tanpa sepengetahuan adik-adiknya. 

Pada akhirnya, kanker di tubuh Kak Laisa sudah makin parah,


kata dokter sudah stadium IV , dan saat itulah mamak
mengirim SMS kepada anak-anaknya yang berada di kota
agar segera pulang karena hidup Kak Laisa bisa terhitung jari.

Saat mereka sampai ke lembah satu per satu, mereka


menangis melihat Kak Laisa terbaring lemah di ranjang
dengan infus dan peralatan dokter lainnya. Rumah mereka
dipenuhi oleh warga yang sedang membacakan surat Yassin.
Mereka memohon maaf kepada Kak Laisa atas segala
kesalahan.
Apalagi Ikanuri dan Wibisana yang selalu membuat onar
ketika kecil. Saudara yang terakhir datang adalah Yashinta.
Dia datang di saat yang tepat, yaitu ketika Kak Laisa masih
diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan adiknya
yang terakhir. Yashinta datang menggunakan kapal terbang
milik pemegang saham penelitiannya dengan ditemani juga
oleh orang yang dia cintai dulu (Goughsky).

Saat itu yashinta mengalami patah tulang dan memar di


tubuhnya karena terburu-buru turun gunung ingin segera
pulang ke lembah untuk bertemu dengan Kak Laisa. Allah
memang baik, Yashinta masih diberi kesempatan untuk
bertemu Kak Laisa. Pada saat itu juga, Yashinta memeluk
tubuh Kak Laisa yang terbaring lemah.

Yashinta memohon maaf kepada Kak Laisa apabila ia punya


salah dan seketika itu juga Kak Laisa meminta Yashinta untuk
menikah dengan Goughsky di depan Kak Laisa. Akhirnya,
setelah Kak Laisa melihat pernikahan Yashinta, dia menghirup
nafas terakhirnya dan meninggalkan dunia ini dengan
senyuman di wajahnya.
Meski sebenarnya Laisa bukanlah saudara kandung dari Dali
dan bukan anak biologis Mamak Lainuri, tapi dia sangatlah
mulia mengorbankan segalanya demi adik-adiknya.

Anda mungkin juga menyukai