Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BIDAL DAN PANTUN

MATA KULIAH KHASANAH SASTRA TRADISIONAL


Dosen pengampu: Ulfah Julianti

Disusun oleh:

Muhammad Wahyudin Hakiki


17101070094

Yuli Supriyati
171010700357

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bidal
dan Pantun” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan. Terima kasih
penulis sampaikan juga kepada Ibu Ulfah Julianti selaku dosen Khasanah Sastra
Tradisioanl yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan
tugas ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian
mata kuliah Khasanah Sastra Tradisional di Universitas Pamulang. Semoga bisa
memberi pengetahuan tambahan bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa karya
ini masih jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik tetap penulis harapkan demi
perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Tangerang, 08 September 2019

Penyusun,

Kelompok VII

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar isi ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1

1.3 Manfaat ................................................................................................. 2

1.4 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Bidal ..................................................................................................... 3

2.2 Jenis-Jenis Bidal ................................................................................... 3

2.3 Pantun .................................................................................................... 4

2.4 Jenis-jenis Pantun .................................................................................. 5

2.5 Contoh Pantun Berbalasan .................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9


3.1 Simpulan ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidal pada awalnya hanya sebuah nama penutup ujung jari tangan yang biasa
dipakai dalam menjahit supaya tidak tertusuk jarum. Tetapi, seiring perkembangan,
Bidal diartikan sebagai peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat,
peringatan, sindiran, dan sebagainya. Bidal biasanya berupa kalimat singkat yang
memiliki makna kiasan atau figurative yang bertujuan manangkis, menyanggah,
atau menyindir. Pengungkapan pikiran dan perasaan demikian tidak secara
langsung, tapi dengan sindiran, ibarat, dan perbandingan. Dilihat dari bentuknya,
Bidal masuk dalam kategori puisi lama. Alasannya, bentuk bidal yang singkat dan
tidak sepanjang prosa.
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa
Minangkabau yang berarti "penuntun". Pantun memiliki nama lain dalam bahasa-
bahasa daerah: dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan paparikan; dalam
bahasa Sunda, pantun disebut paparikan; dan dalam bahasa Batak, pantun dikenal
dengan sebutan umpasa.
Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap
larik terdiri atas 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-
a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan,
tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah
pantun tidak memberi nama penggubahnya. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun
dilakukan secara lisan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah pengertian, jenis-jenis dan contoh Bidal?
1. Bagaimanakah pengertian, jenis-jenis dan contoh Pantun?

1
1.3 Manfaat
1. Dapat memahami pengertian Bidal dan jenis-jenisnya
2. Dapat memahami apa itu Pantun dan apa saja jenis-jenisnya

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menjelaskan pengertian Bidal dan jenis-jenisnya
2. Untuk menjelaskan pengertian Pantun dan jenis-jenisnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bidal

Bidal adalah satu diantara puisi Melayu atau bentuk puisi lama yang
merupakan warisan budaya dari para sastrawan jaman dahulu. Puisi lama dalam
bentuk bidal ini memiliki arti pada setiap baitnya, yaitu dapat berupa nasihat,
sindiran, peringatan, dan sebagainya yang dikemas dalam bentuk pepatah pendek
atau peribahasa. Dalam artiannya sebagai pepatah, bidal dapat digunakan sebagai
sanggahan atau untuk mematahkan pembicaraan dengan lawan. Dalam hal ini
kalimat yang diucapkan tidak berupa kalimat sanggahan atau sindiran secara
langsung, namun dikemas dalam bentuk puisi. Misalnya "tua-tua keladi". Ada
banyak bentuk puisi lama atau bidal ini, yang mana biasanya berupa satu atau lebih
kalimat pendek berupa perumpamaan, kalimat ibarat, dan atau sanggahan.

Contohnya:

“Malu bertanya sesat di jalan”.


Artinya orang yang malu bertanya kepada yang lebih pandai akan merugi.
“Patah tumbuh hilang berganti”
Artinya hilang satu muncul lebih banyak.

2.2 Jenis-jenis bidal:

1. Ungkapan adalah kiasan pendek.

Contoh : Tangan panjang artinya suka mencuri

Ringan tangan artinya suka membantu

Besar kepala artinya sombong

2. Pepatah adalah kiasan yang mengandung arti sebenarnya, digunakan untuk

memutuskan pembicaraan orang lain.

Contoh : Anjing menyalak tidak menggigit.

3
Artinya mulut besar tetapi Penakut.

3. Perumpamaan adalah kalimat untuk mengumpamakan seseorang atau

sesuatu mengenai pekerti, tabiat dan keadaan.

Contoh : Bagai durian dengan mentimun.

Artinya orang kecil melawan orang besar pasti akan kalah.

4. Tamzil adalah kiasan yang bersajak dan berirama.

Contoh: Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.

Artinya budi baik dibalas dengan kebaikan, budi jahat dibalas


dengan kejahatan.

5. Ibarat adalah perumpamaan untuk mengatakan sesuatu dengan

sejelasjelasnya dengan mengambil perbandingan.

Contoh: Bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak hendak.

Artinya orang yang selalu sakit-sakitan.

2.3 Pantun

Pantun adalah bentuk puisi lama yang terdiri atas empat larik, berima silang (a-
b-a-b). Larik pertama dan kedua disebut sampiran atau bagian objektif. Biasanya
berupa lukisan alam atau hal apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik
ketiga dan keempat dinamakan isi atau bagian subjektif (Surana, 2010:31).
Pengertian lain R.O. Winsted, seorang pengkaji budaya melayu menyatakan bahwa
pantun bukanlah sekadar gubahan kata-kata yang mempunyai rima dan irama,
tetapi merupakan rangkaian kata indah untuk menggambarkan kehangatan cinta,
kasih sayang, dan rindu dendam penuturnya. Dengan kata lain, pantun mengandung
ide kreatif dan kritis serta padat kandungan maknanya.

Pantun adalah bentuk puisi Indonesia (melayu), tiap bait biasanya terdiri dari
empat baris yang bersanjak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata,

4
baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja sedangkan
pada baris ketiga dan keempat merupakan isi; peribahasa sindiran”. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008: 1016). Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian:
sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan
alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak
punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk
mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan
dari pantun tersebut.

2.4 Jenis-jenis pantun

Menurut Nursisto dalam buku Ikhtisar Kesusastraan Indonesia (2000:11-14)


membagi jenis-jenis pantun yakni:

a. Berdasarkan isinya, pantun dibagi menjadi tiga: (1) Pantun kanak-kanak :


pantun bersukacita dan pantun berdukacita, (2) Pantun muda : Pantun
nasib/dagang dan pantun perhubungan. Pantun perhubungan terbagi lagi
menjadi pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perceraian,
dan pantun beriba hati. Dan (3) Pantun tua : pantun adat, pantun agama, dan
pantun nasihat.
b. Berdasarkan banyaknya baris tiap bait dibagi menjadi: (1) Pantun dua
seuntai atau pantun kilat, (2) Pantun empat seuntai atau pantun empat
serangkum, (3) Pantun enam seuntai atau delapan seuntai, atau pantun enam
serangkum, delapan serangkum (talibun).

Menurut Abdul Rani (2006:23-27) mengklasifikasikan jenis-jenis pantun


berdasarkan isinya yaitu :

a. Pantun Anak-Anak, terdiri dari : pantun anak-anak jenaka, pantun anak


kedukaan, dan pantun anak teka-teki.
b. Pantun Muda-Mudi, terdiri dari : pantun muda mudi kejenakaan, pantun
muda-mudi dagang, pantun muda-mudi cinta kasih, dan pantun mudamudi
ejekan.

5
c. Pantun Tua, terdiri dari : pantun tua kiasan, pantun tua nasihat, pantun tua
adat, pantun tua agama, dan pantun tua dagang.

Menurut Suroto (1989:44-45), jenis jenis pantun terbagi menjadi dua yaitu:

a. Menurut isinya, terdiri dari : pantun anak-anak (biasanya berisi permainan),


pantun muda mudi (biasanya berisi percintaan), pantun orang tua (biasanya
berisi nasihat atau petuah), pantun jenaka (biasanya berisi sindiran sebagai
bahan kelakar), dan pantun teka-teki.
b. Menurut bentuk atau susunannya, terbagi dua yakni:

1. Pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara bait pertama
dengan bait yang kedua, bait kedua dengan bait ketiga dan seterusnya.
Adapun susunan kaitannya adalah baris kedua bait pertama menjadi baris
pertama pada bait kedua, baris keempat bait pertama dijadikan baris ketiga
pada bait kedua dan seterusnya.

2. Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang terdiri atas
dua baris, baris pertama merupakan sampiran sedang baris kedua merupakan
isi. Sebenarnya asal mula pantun ini juga terdiri atas empat baris, tetapi
karena barisnya pendek-pendek maka seolah-olah kedua baris pertama
diucapkan sebagai sebuah kalimat, demikian pula kedua baris yang terakhir.

6
2.5 Contoh pantun berbalasan:

Orang ke-1:
Tanpa madu minum jamu
Rasanya jadi pahit sekali
Hei teman kemana saja dirimu
Tak kunjung datang kemari

Orang ke-2:
Memotong kayu dengan gergaji
Kayunya dari pohon beringin
Maaf teman saya pergi
Perut lapar ingin ke kantin

Orang ke-1:
Lele goreng enak dimakan
Minumnya es jus nanas
Enak sekali kamu makan
Sedang saya berkutat tugas

Orang ke-2:
Jika lapar jangan dipaksa
Pergi keluar cari makan
Saya kekantin karena terpaksa
Perut lapar tak tertahankan

Orang ke-1:
Setrika listrik digerakkan
Makin digerakkan makin panas
Kalau begitu saya maafkan
Bantu saya mengerjakan tugas

7
Orang ke-2:
Pahitnya jamu tak tertahankan
Cari minuman dicampur madu
Jaman sekarang tak ada gratisan
Kasih apa kalau saya bantu

Orang ke-1:
Pohon rindang pohon mengkudu
Pohonnya tumbuh di pinggir kali
Kalau kamu mau membantuku
Kan kuberi hadiah nanti
Orang ke-2:
Hujan lebat ada petir
Suaranya keras sampai kehulu
Sudahlah teman jangan khawatir
Kau temanku pasti kubantu

Orang ke-1:
Hujan turun dimana-mana
Menyirami padi-padiku
Aku tak tahu harus bagaimana
Tapi engkau sungguh teman baikku

Orang ke-2:
Buat poster tolong tunjukkan
Jangan lupa gambarnya juga
Sudahlah kamu jangan sungkan
Karna kamu teman baikku juga

8
BAB IV
PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Bidal dan Pantun merupakan bentuk puisi lama. Yang membedakannya adalah

Bidal memiliki arti pada setiap baitnya, yaitu dapat berupa nasihat, sindiran, peringatan,

dan sebagainya yang dikemas dalam bentuk pepatah pendek atau peribahasa. Sedangkan

Pantun berupa puisi lama yang terdiri atas empat larik, berima silang (a-b-a-b). Larik

pertama dan kedua disebut sampiran atau bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam

atau hal apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bahasa Dan Sastra. 2019. “Pengertian Bidal, Peribahasa, Pepatah, Perumpamaan,


Pameo, Ungkapan, dan Contohnya” Dalam
https://sanchezrull.blogspot.com/2016/04/pengertian-bidal-peribahasa-
pepatah.html (diakses tanggal 08 September 2019, Pukul 08.41 WIB)

Wikipedia. 2019. “Pantun” Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Pantun (diakses


pada tanggal 08 September 2019, Pukul 09.01 WIB)

Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran UNPAM. 2018. “Bidal dan


Pantun” Dalam https://e-learning.unpam.ac.id/course/view.php?id=34996
(diakses tanggal 08 September 2019, Pukul 09.33 WIB)

10

Anda mungkin juga menyukai