Disusun oleh:
Yuli Supriyati
171010700357
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bidal
dan Pantun” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan. Terima kasih
penulis sampaikan juga kepada Ibu Ulfah Julianti selaku dosen Khasanah Sastra
Tradisioanl yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan
tugas ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian
mata kuliah Khasanah Sastra Tradisional di Universitas Pamulang. Semoga bisa
memberi pengetahuan tambahan bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa karya
ini masih jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik tetap penulis harapkan demi
perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.
Penyusun,
Kelompok VII
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat
1. Dapat memahami pengertian Bidal dan jenis-jenisnya
2. Dapat memahami apa itu Pantun dan apa saja jenis-jenisnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bidal
Bidal adalah satu diantara puisi Melayu atau bentuk puisi lama yang
merupakan warisan budaya dari para sastrawan jaman dahulu. Puisi lama dalam
bentuk bidal ini memiliki arti pada setiap baitnya, yaitu dapat berupa nasihat,
sindiran, peringatan, dan sebagainya yang dikemas dalam bentuk pepatah pendek
atau peribahasa. Dalam artiannya sebagai pepatah, bidal dapat digunakan sebagai
sanggahan atau untuk mematahkan pembicaraan dengan lawan. Dalam hal ini
kalimat yang diucapkan tidak berupa kalimat sanggahan atau sindiran secara
langsung, namun dikemas dalam bentuk puisi. Misalnya "tua-tua keladi". Ada
banyak bentuk puisi lama atau bidal ini, yang mana biasanya berupa satu atau lebih
kalimat pendek berupa perumpamaan, kalimat ibarat, dan atau sanggahan.
Contohnya:
3
Artinya mulut besar tetapi Penakut.
Contoh: Bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak hendak.
2.3 Pantun
Pantun adalah bentuk puisi lama yang terdiri atas empat larik, berima silang (a-
b-a-b). Larik pertama dan kedua disebut sampiran atau bagian objektif. Biasanya
berupa lukisan alam atau hal apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik
ketiga dan keempat dinamakan isi atau bagian subjektif (Surana, 2010:31).
Pengertian lain R.O. Winsted, seorang pengkaji budaya melayu menyatakan bahwa
pantun bukanlah sekadar gubahan kata-kata yang mempunyai rima dan irama,
tetapi merupakan rangkaian kata indah untuk menggambarkan kehangatan cinta,
kasih sayang, dan rindu dendam penuturnya. Dengan kata lain, pantun mengandung
ide kreatif dan kritis serta padat kandungan maknanya.
Pantun adalah bentuk puisi Indonesia (melayu), tiap bait biasanya terdiri dari
empat baris yang bersanjak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata,
4
baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja sedangkan
pada baris ketiga dan keempat merupakan isi; peribahasa sindiran”. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008: 1016). Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian:
sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan
alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak
punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk
mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan
dari pantun tersebut.
5
c. Pantun Tua, terdiri dari : pantun tua kiasan, pantun tua nasihat, pantun tua
adat, pantun tua agama, dan pantun tua dagang.
Menurut Suroto (1989:44-45), jenis jenis pantun terbagi menjadi dua yaitu:
1. Pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara bait pertama
dengan bait yang kedua, bait kedua dengan bait ketiga dan seterusnya.
Adapun susunan kaitannya adalah baris kedua bait pertama menjadi baris
pertama pada bait kedua, baris keempat bait pertama dijadikan baris ketiga
pada bait kedua dan seterusnya.
2. Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang terdiri atas
dua baris, baris pertama merupakan sampiran sedang baris kedua merupakan
isi. Sebenarnya asal mula pantun ini juga terdiri atas empat baris, tetapi
karena barisnya pendek-pendek maka seolah-olah kedua baris pertama
diucapkan sebagai sebuah kalimat, demikian pula kedua baris yang terakhir.
6
2.5 Contoh pantun berbalasan:
Orang ke-1:
Tanpa madu minum jamu
Rasanya jadi pahit sekali
Hei teman kemana saja dirimu
Tak kunjung datang kemari
Orang ke-2:
Memotong kayu dengan gergaji
Kayunya dari pohon beringin
Maaf teman saya pergi
Perut lapar ingin ke kantin
Orang ke-1:
Lele goreng enak dimakan
Minumnya es jus nanas
Enak sekali kamu makan
Sedang saya berkutat tugas
Orang ke-2:
Jika lapar jangan dipaksa
Pergi keluar cari makan
Saya kekantin karena terpaksa
Perut lapar tak tertahankan
Orang ke-1:
Setrika listrik digerakkan
Makin digerakkan makin panas
Kalau begitu saya maafkan
Bantu saya mengerjakan tugas
7
Orang ke-2:
Pahitnya jamu tak tertahankan
Cari minuman dicampur madu
Jaman sekarang tak ada gratisan
Kasih apa kalau saya bantu
Orang ke-1:
Pohon rindang pohon mengkudu
Pohonnya tumbuh di pinggir kali
Kalau kamu mau membantuku
Kan kuberi hadiah nanti
Orang ke-2:
Hujan lebat ada petir
Suaranya keras sampai kehulu
Sudahlah teman jangan khawatir
Kau temanku pasti kubantu
Orang ke-1:
Hujan turun dimana-mana
Menyirami padi-padiku
Aku tak tahu harus bagaimana
Tapi engkau sungguh teman baikku
Orang ke-2:
Buat poster tolong tunjukkan
Jangan lupa gambarnya juga
Sudahlah kamu jangan sungkan
Karna kamu teman baikku juga
8
BAB IV
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Bidal dan Pantun merupakan bentuk puisi lama. Yang membedakannya adalah
Bidal memiliki arti pada setiap baitnya, yaitu dapat berupa nasihat, sindiran, peringatan,
dan sebagainya yang dikemas dalam bentuk pepatah pendek atau peribahasa. Sedangkan
Pantun berupa puisi lama yang terdiri atas empat larik, berima silang (a-b-a-b). Larik
pertama dan kedua disebut sampiran atau bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam
9
DAFTAR PUSTAKA
10