Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MENULIS PANTUN BERBASIS KARAKTER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia SD/MI

Dengan Dosen Pengampu :

Dra. Dedeh Hetty, M.Pd

Disusun oleh :

1. Ahda Aulia Azhari 20223415056

2. Cindy Yulistiya Marpaung 20223415004

3. Maimunah Afaf Nur Muti’ah 20223415015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBITIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BANI SALEH

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah Bahasa dan Sastra Indonesia SD/MI dengan judul “Menulis Pantun
Berbasis karakter” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari
banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka
menyelesaikan makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka
dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Bekasi, 26 Maret 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................I
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................II
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN PANTUN.............................................................................................................3
B. SEJARAH PANTUN.....................................................................................................................4
C. PERAN DAN FUNGSI PANTUN................................................................................................5
D. CIRI-CIRI PANTUN.....................................................................................................................5
E. JENIS-JENIS PANTUN................................................................................................................5
F. CARA MEMBUAT PANTUN......................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN............................................................................................................................10
B. SARAN.........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

II
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pantun merupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim
Datuk Kaya Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji.
Anatologi pantun yang pertama itu berjudul perhimpunan pantun-pantun melayu. Genre
pantun merupakan genre yang paling bertahan lama. Mengungkapkan perasaan tidak
hanya dapat diceritakan dan ditulis dalam bentuk prosa. Ungkapan perasaan pun dapat
dinyatakan dalam bentuk puisi, seperti puasa lama yang disebut pantun. Selain pantun,
masih ada bentuk puisi lama lainyya, seperti pantun kilat (karmina), talibun, seloka,
gurindam, dan syair.
Pantun sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu. Misalnya wawangsalan,
paparikan, sisindiran, sesebred dalam masyarakat sunda; pantun ludruk, dan gandrung
dalam masyarakat jawa; serta ende-ende dalam masyarakat Mandailing. Bahkan
disebagian daerah Sumatra, masyarakat Minangkabau menggunakan pantun sebagai
pembuka acara diperayaan-perayaan. Selain dibaca, pantun juga kerap dinyanyikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian pantun?
2. Bagaimanakah sejarah dari pantun?
3. Apakah Peran dan Fungsi Pantun?
4. Bagaimanakah ciri-ciri pantun?
5. Apa sajakah jenis-jenis pantun?
6. Cara membuat pantun?
7. Menulis pantun berbasis karakter?
8. Mencermati makna puisi/pantun?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian pantun
2. Untuk mengetahui sejarah dari pantun?
3. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi Pantun
4. Mengetahui ciri-ciri pantun
5. Mengetahui jenis-jenis pantun?
6. Mengetahui cara membuat pantun?

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PANTUN

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau
yang berarti petuntun. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam
bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai
umpasa.
Branstetter (dalam Liaw Yock Fang 1993: 195) mengungkapkan bahwa pantun
merupakan puisi tradisional melayu, pantun juga merupakan puisi lama. Pantun berasal
dari akar kata tun yang mempunyai arti teratur. Disamping itu akar kata tun dalam dunia
melayu juga bisa berarti arah, pelihara dan bimbing, seperti yang ditunjukkan kata tunjuk
dan tuntun. Kesimpulannya pantun ialah bahasa yang terikat dan teratur atau tersusun.
Menurut Surana (2001: 31), pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4
larik sebait berima silang (a-b-a-b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif.
Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III
dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri
atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12. Namun, dalam buku Bahan
Ajar Sastra Rakyat (2005: 70) mengatakan bahwa Pantun merupakan salah satu jenis
puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari
kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti “petuntun”. Dalam bahasa Jawa,
misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan
dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas
empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun
pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Pantun adalah genre kesusastraan tradisional Melayu yang berkembang di seluruh
dunia khususnya di Nusantara sejak ratusan tahun lampau. Pantun adalah simbol artistik
masyarakat Nusantara dan ia adalah lambang kebijaksanaan berpikir. Semua bentuk
pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama,

3
kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya),
dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud
selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan
tujuan dari pantun tersebut. Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun,
dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun “versi
pendek” (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah “versi panjang” (enam baris atau
lebih).

B. SEJARAH PANTUN
Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan
(Fang, 1993: 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-
hikayat popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken
Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari,
artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan
umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata
pantun berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara,
misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada
tonton yang berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun
yang berarti benang atau atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti
memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan,
kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa
daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun
untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di
Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya,
dengan harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R.J. Wilkinson dan R.O. Winsted
dalam Hamidy (1983: 69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti
dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907,
Wilkinson malah balik bertanya, ‘tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?’. Jadi
bukan pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang
berasal dari pantun.

4
C. PERAN DAN FUNGSI PANTUN
Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap, yang merupakan satu
kesatuan yang disebut bait/kuplet. Pantun turut berfungsi sebagai media untuk
menyampaikan hasrat yang seni atau rahasia yang tersembunyi melalui penyampaian
yang berkias. Orang melayu mencipta pantun untuk melahirkan perasaan mereka secara
berkesan tetapi ringkas, kemas, tepat, dan menggunakan bahasa yang indah-indah.
Pada zaman dahulu kala masyarakat melayu belum lagi pandai menulis dan
membaca. Hal ini demikian karena, masyarakat melayu pada waktu itu belum lagi
bertamadun. Keadaan ini telah membuktikan bahwa orang melayu sebelum tahu menulis
dan membaca telah pandai mencipta dan berbalas-balas pantun antara satu sama lain.
Pantun sering digunakan dalam upacara peminangan dan perkawinan atau sebagai
pembuka atau penutup bicara dalam majelis-majelis resmi. Pantun sering dijadikan
sebagai alat komunikasi.

D. CIRI-CIRI PANTUN
1. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu
kesatuan yang disebut bait/kuplet.
2. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya
10 suku kata).
3. Separuh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun),
kemudian separuh bait berikutnya merupakan isi (pesan yang mau disampaikan).
4. Setiap bait terdiri dari 4 baris.
5. Bait pertama dan kedua adalah sampiran.
6. Baris ketiga adalah isi.
7. Bersajak a-b-a-b.

E. JENIS-JENIS PANTUN
Suroto (1989:44-45) membagi pantun menjadi dua bagian yaitu:
menurut isinya:
1. Pantun anak-anak
Yaitu pantun yang digunakan anak-anak untuk mengungkapkan perasaannya.
Pantun anak terbagi menjadi dua yaitu pantun bersuka cita dan pantun berduka.
Pantun bersuka cita digunakan anak-anak untuk mengungkapkan kegembiraan

5
yang mereka rasakan. Pantun berduka hati menjadi sarana mengungkapkan rasa
sedih yang mereka rasakan.
a. pantun bersuka cita:
Dibawa itik pulang petang,
dapat di rumput bilang-bilang.
Melihat ibu sudah datang,
hati cemas menjadi hilang.
b. pantun berduka cita:
Anak nelayan menangkap pari,
sampannya karam terlanggar karang.
Sungguh malang nasibku ini,
ayah pergi ibuk berpulang
2. Pantun remaja atau dewasa
Merupakan pantun yang digunakan remaja untuk mengungkapkan perasaan
yang mereka rasakan. Pantun orang muda dapat dibagi menjadi tiga yaitu pantun
dagang, pantun muda, dan pantun jenaka. Dengan pantun ini mereka dapat 13
mengungkapkan rasa suka, rasa rindu pada kekasihnya, dan juga rasa duka.
a. Pantun perkenalan
Minta daun diberi daun
Dalam daun buah bidara
Minta pantun diberi pantun
Dalam pantun kita bicara
b. Pantun Berkasih-kasihan/percintaan
Ikan dimasak nasi ditanak
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak nyenyak
Hanya teringat dinda seorang
c. Pantun percerain/perpisahan
Jauh berdagang ditengah kota
Menjual dagangan berbagi barang
Abang pergi mencari harta

6
Buat meminang dinda tersayang
3. Pantun orang tua
Adalah pantun yang digunakan orang tua untuk menasehati anak-anaknya.
Pantun orang tua dapat dibagi menjadi tiga yaitu pantun nasihat, pantun adat, dan
pantun agama. Melalui pantun ini, orang tua biasanya menasehati pemuda dan
anaknya agar selalu taat menjalankan ibadah dan selalu melakukan perbuatan baik
serta menghindari perbuatan yang membahayakan.
a. Pantun Nasehat
Padi segenggam ditumbuh luluh
Tidak boleh ditanak lagi
Kehendak Allah juga yang sungguh
Tidak boleh sekehendak hati
b. Pantun agama
Kemumu di dalam semak
Jatuh melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya
c. Pantun budi
Kalau hendak menanam ubi
Jangan ditanam rapat-rapat
Jika engkau orang berbudi
Banyak kawan juga sahabat
Menurut bentuknya atau susunannya:
1. Pantun biasa
Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan masukkan ke dalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan masukkan ke dalam hati

7
2. Pantun Kilat/Karmina
Pantun kilat/karmina, yaitu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu sayang, sekarang benci
3. Pantun Berkait
Pantun berkait, yaitu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengait
antara bait pertama dan bait berikutnya.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati yang tak rusuh
Ibu mati bapak berjalan
4. Talibun
Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap
jumlahnya, separuh merupakan sampiran, dan separuh lainnya merupakan isi.
Contoh :
Mencari udang memakai jala
Udang sirna tak tahu kemana
Meninggalkan harap di ujung usaha
Tiada hari tanpa duka merana
Kelak engkau di masa tua
Jika tak manfaatkan masa muda
5. Seloka
Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar
(a-a-a-a).
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati yang tak rusuh
Ibu mati bapak berjalan.

8
F. CARA MEMBUAT PANTUN
1. Menentukan topik atau tema pantun
Langkah pertama cara membuat pantun adalah menentukan topik atau tema
pantun. Topik atau tema pantun dapat berasal dari apa saja, seperti dari
pengalaman pribadi, perasaan hati, peristiwa yang dilihat ataupun yang didengar.
Contohnya: tema pantun cinta, transportasi, budi pekerti, atau pekerjaan.
2. Memilih jenis pantun yang ingin dibuat
Langkah kedua cara membuat pantun adalah memilih jenis pantun yang ingin
dibuat sesuai tema yang sudah ditentukan sebelumnya. Contohnya: jenis pantun
sukacita, dukacita, ataupun perkenalan.
3. Menulis isi pantun terlebih dahulu (baris ketiga dan keempat)
Langkah ketiga cara membuat pantun adalah menulis isi pantun terlebih dahulu.
Isi pantun yakni terdapat pada baris ketiga dan keempat. Perlu diperhatikan, isi
pantun haruslah mencerminkan tema pantun.
4. Membuat kalimat sampiran (baris pertama dan kedua)
Langkah keempat cara membuat pantun adalah menulis kalimat sampiran.
Sampiran pantun yakni terdapat pada pertama dan kedua. Perlu diingat, bunyi
akhir baris pertama harus memiliki bunyi yang sama dengan baris ketiga. Begitu
pula untuk bunyi akhir baris kedua harus sama bunyinya dengan akhir baris
keempat.
5. Menggabungkan isi dan sampiran menjadi pantun
Langkah terakhir cara membuat pantun adalah dengan menggabungkan isi dan
sampiran agar menjadi pantun yang baik dan benar. Jangan sampai terbalik,
urutannya adalah sampiran pada baris pertama dan kedua, lalu isi pantun pada
baris ketiga dan keempat.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris
yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris
kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi;
setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab .
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam
tiap baitnya. Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran. Baris ketiga dan keempat
merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan. Jumlah suku kata dalam tiap baitnya
rata-rata berkisar delapan sampai dua belas. Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan
tingkatan umur pemakainya, berdasarkan isinya, dan berdasarkan bentuknya atau
susunannya.

B. SARAN
Dalam makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
didalamnya baik dari segi penulisan susunan kata bahan refrensi dan lainnya, oleh karena
itu penulis mengharapkan masukan dari pihak pembaca sebagai pengetahuan untuk
mewujudkan perubahan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Demikianlah makalah
yang sederhana ini kami susun semoga dapat bermanfaat bagi penyusun dan pada
khususnya pada pembaca umumnya. Oleh sebab itu kritik dan saran kami tunggu demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Djoko, Damono. (2004). Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Fajrina.N.Y. (2018). Meningkatkan Kemampuan Menulis Pantun Berbasis Karakter. Tarakan:


Universitas Borneo Tarakan

11

Anda mungkin juga menyukai