DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Dosen Pengampu:
Dr. H. Suhardi Mukmin, M.Hum.
Drs. Nandang Heryana, M.Pd.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah membantu dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan penulis buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II PANTUN
2.1 Pengertian Pantun
2.2 Sejarah Perkembangan Pantun.......................................................................... 3
2.3 Ciri dan Syarat Pantun ...................................................................................... 5
2.4 Jenis-jenis dan Contoh Pantun .................................................................... 6
2.5 Cara Menulis Pantun yang Baik dan Benar ……………………………….. 8
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) untuk mengetahui pengertian pantun;
2) untuk bagaimana sejarah perkembangan pantun;
3) untuk mengetahui apa saja ciri dan syarat pantun;
4) untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dan contoh pantun;
5) untuk mengetahui bagaimana cara menulis pantun yang baik dan benar.
BAB II
PANTUN SELAYANG PANDANG
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983:69) menduga pantun itu berasal dari bahasa
daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-
daun untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu
di Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan payau kepada
istrinya, dengan harapan agar istrinya itu beranak. R.J. Wilkinson dan R.O. Winsted
dalam Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti
dugaan Ophuysen.
2) Sebuah karya sastra dapat di katakan sebagai sebuah pantun apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut.
(1) Satu bait pantun terdiri dari 4 baris.
Sebuah pantun dapat disusun dari beberapa bait. Misalnya, pantun berkait,
maka terdiri dari beberapa bait dalam satu karya pantun. Tetapi dalam satu bait,
tidak boleh terdapat lebih dari satu pantun.
(2) Baris pertama ( baris ke-1 & ke-2) adalah sampiran, baris ke dua (ke-3 & ke-
4) adalah isi.
Sampiran adalah baris yang terdiri dari rangkaian kata yang tidak memiliki
maksud, yang dibutuhkan dalam sampiran ‘sekadar’ bunyi yang pas. Isi adalah
maksud dan inti yang akan disampaikan dalam sebuah pantun.
4) Pantun kilat
Ciri-cirinya yaitu setiap bait terdiri dari dua baris, baris pertama merupakan
sampiran, baris kedua merupakan isi, bersajak a-a, dan setiap baris terdiri dari
8-12 suku kata.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi
Dahulu saying sekarang benci
4) Pantun agama
Pantun agama adalah pantun yang di dalamnya terdapat nilai-nilai atau prinsip
keagamaan. Biasanya tak hanya tentang pengetahuan agama, namun juga berisikan
perintah dan larangan menurut agama.
Contoh:
Kalau menegakkan benang basah
Aib malu orang sekampung
Kalau menegakkan agama yang salah
Hidup mengerang mati menanggung
5) Pantun nasehat
Pantun nasehat merupakan pantun yang menjelaskan sendi kebaikan dana
bermasyarakat, kemudian disampaikan melalui peraturan estetika kata.
Contoh:
Kelapa gading buahnya banyak
Lebat berjulai di pangkal pelepah
Bila berunding sesama bijak
Kusut selesai, sengketa pun sudah
Apalah tanda kayu meranti
Kayunya rampak melambai angin
Apalah tanda melayu sejati
Ilmunya banyak, belajarpun rajin
6) Pantun teka-teki
Ini adalah pantun yang berisikan tebakan atau sebuah teka-teki. Dan untuk
melengkapi pantun teka-teki biasanya dibutuhkan jawaban.
Contoh:
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk di hidung
7) Pantun Jenaka
Salah satu jenis pantun yang paling sering dijumpai dalam berbagai acara, semisal
pernikahan adat Betawi. Jenis pantun jenaka sendiri memiliki tujuan untuk menghibur
pendengarnya. Kadang juga digunakan untuk menyindir.
Contoh:
Dimana kuang hendak bertelur
Di atas lata dirongga batu
Dimana tuan hendak tidur
Di atas dada dironggah susu
Pohon manggis di tepi rawa
Tempat nenek tidur beradu
Sedang menanggis nenek tertawa
Melihat kakek bermain gundu
8) Pantun Dagang
Ini merupakan pantun yang mengisahkan tentang kisah atau nasib seseorang. Dan
biasanya pantun dagang ini diceritakan atau dinyanyikan oleh mereka yang sedang di
perantauan atau mereka yang memiliki nasib tak seberuntung temannya.
Contoh:
Tudung saji hanyut terapung
Hanyut terapung di air sungai
Niat hati ingin pulang kampung
Apa daya tangan tak sampai
9) Pantun Kepahlawanan
Ini adalah Pantun yang isinya berisikan tentang perjuangan seorang pahlawan dan
semangat para pahlawan.
Contoh:
Hang jabat hang kasturi
Budak budak raja Malaka
Jika hendak jangan dicuri
Mari kita bertentang mata
Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misal tahu takut
Kami pun muda lagi perkasa
2) Menentukan tema
Seperti halnya karya sastra lain, pantun juga harus memiliki tema atau topik.
Tujuannya agar pantun yang kita buat memiliki tujuan yang jelas untuk apa dan untuk
siapa. Pantun biasanya memiliki tema yang singkat seperti tema tentang hiburan, cinta,
nasihat, pendidikan, dan kepahlawanan.
3) Menulis isi
Setelah memiliki tema, langkah selajutnya adalah membuat isi pantun terlebih
dahulu. Isi dari pantun tersebut harus berkaitan dengan tema atau topik pantun yang
akan dibuat.
4) Menulis sampiran
Langkah terakhir dalam membuat pantun yaitu memikirkan dan menulis
sampirannya. Cara untuk menulis sampiran, pertama, lihat akhiran setiap baris isi
pantun yang sudah dibuat, lalu carilah kata yang sesuai dengan rima terakhir isi pantun
yang telah dibuat. Setelah selesai membuat isi dan sampirannya, langkah selanjutnya
yaitu menggabungkan keempat kalimat yang telah dibuat sesuai urutannya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-
bahasa nusantara. Pantun merupakan ciptaan asli orang melayu. Tiap bait dalam pantun
biasanya terdiri dari empat baris yang bersajak (a-b-a-b) dan tiap barisnya biasanya
terdiri dari empat kata, baris pertama dan kedua berupa sampiran dan baris ketiga dan
keempat berupa isi, setiap baris terdiri dari 8—12 suku kata.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah mengenai pantun selayang pandang ini, hendaknya
pembaca khususnya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia lebih
mempelajari, mendalami, serta menerapkan ilmu mengenai kesusastraan khususnya
mengenai pantun.
DAFTAR PUSTAKA