Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah perkuliahan puisi. Makalah ini diajukan sebagai
salah satu syarat tugas mata kuliah puisi.
Penulis menyadari pada saat penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan
dan bantuan dari segala pihak. Karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian kiranya semoga laporan yang
telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………….……………………………………. i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 4
1.2 Permasalahan..................................................................................................... 4
1.4 Tujuan................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pantun.............................................................................................. 5
2.2 Sejarah Pantun................................................................................................... 6
2.3 Ciri-ciri Pantun.................................................................................................. 6
2.4 Syarat-syarat Pantun…………………………………………………….……. 7
2.5 Jenis-jenis Pantun…………………………………………………………..… 8
BAB III PENUTUP.
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 12
3.2 Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan
Menurut penulis, pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dalam
kesusastraan Melayu Nusantara yang paling popular. Pada umumnya setiap bait terdiri
atas empat baris (larik), tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata, berirama a-b-a-b dengan
variasi a-a-a-a. Baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan
keempat adalah isi.
2.2. Sejarah Pantun
Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan
(Fang, 1993: 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-
hikayat popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken
Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parikyang berarti pari,
artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan
umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata
pantun berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara,
misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog
ada tonton yang berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa
kuno, tuntun yang berarti benang atau atuntunyang berarti teratur dan matuntun yang
berarti memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan,
kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa
daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun
untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di
Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya,
dengan harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R. J. Wilkinson dan R. O. Winsted
dalam Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti
dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907,
Wilkinson malah balik bertanya, ‘tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?’. Jadi
bukan pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang
berasal dari pantun.
b. Pantun muda
- Pantun nasib atau pantun dagang
- Pantun perhubungan
- Pantun perkenalan
- Pantun berkasih-kasihan
- Pantun perceraian
- Pantn beriba hati.
- Pantun jenaka
- Pantun teka-teki
c. Pantun tua
- Pantun adat
- Pantun agama
- Pantun nasihat
Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis dan isinya yaitu:
1. Pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a. pantun bersukacita
b. pantun berdukacita
c. pantun jenaka atau pantun teka-teki
3) Pantun Tua
a) Pantun tua kiasan
b) Pantun tua nasihat
c) Pantun tua adat
d) Pantun tua agama
e) Pantun tua dagang
Contoh pantun
2. Pantun teka-teki
Contoh:
Kalau puan puan perana
Ambil gelas di dalam peti
Kalaup uan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
3. Pantun jenaka
Contoh :
Anak rusa di rumpun salak
Patah tanduknya ditimpa genta
Riuh kerbau tergelak-gelak
Melihat beruk berkacamata
4. Pantun berdukacita
Contoh:
Ke balai membawa labu
Labu amanat dari situnggal
Orang memakai baju baru
Hamba menjerumat baju bertambal
5. Pantun perkenalan
Contoh:
Sekuntum bunga dalam padi
Ambil batang cabut uratnya
Tuan sepantun langit setinggi
Bolehkah berlindung di bawahnya?
6. Pantun perceraian
Contoh :
Pucuk pauh selara pauh
Pandan di rimba diladungkan
Adik jauh kakanda jauh
Kalau rindu sama menungkan
3.1. Kesimpulan
Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang
bersajak (a-b-a-b)tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua
biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan
dan sebagainya)
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap
baitnya.Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.Baris ketiga dan keempat
merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan.Jumlah suku kata dalam tiap baitnya
rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.
Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya,
berdasarkan isinya ,dan berdasarkan bentuknya atau susunannya.
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu
digali dan dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan,
ilmuan, dan lebih spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rani, Supratman. 2006. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Rahman, Elmustian dan Abdul Jalil. Tanpa tahun. Bahan Ajar Mata Kuliah Sastra
Rakyat. Pekanbaru: Labor Bahasa, Sastra, dan Jurnalistik Universitas Riau.
Rahman, Elmustian dan Abdul Jalil. 2005. Bahan Ajar Teori Sastra. Pekanbaru: Labor
Bahasa, dan Jurnalistik Universitas Riau.
Surana. 2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.