Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
“Pantun”
(Dosen pengampu: Muh.Anhari,S.Pd.M.Pd.)

Disusun oleh:

Sarmilah
(2261201073)

STIMI YAPMI MAKASSAR


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pantun” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari mkalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah bahasa indonesia, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang basis data babagi para pembaca dan juga penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Muh.Anhari,S.Pd.M.Pd. selaku


dosen mata kuliah bahasa indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang saya tekuni. saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. saya menyadari
bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar,23 Oktober 2022

penulis

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. I

DAFTAR ISI ........................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 1

1.3 TUJUAN............................................................................................................. 1

1.4 MANFAAT ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PANTUN ................................................................................... 3

2.2 SEJARAH PANTUN .......................................................................................... 4

2.3 CIRI-CIRI PANTUN .......................................................................................... 4

2.4 SYARAT-SYARAT PANTUN ........................................................................... 5

2.5 JENIS-JENIS PANTUN...................................................................................... 6

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 9

3.2 SARAN .............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 10

Page | ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pantun merupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk
Kaya Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji. Antologi
pantun yang pertama itu berjudul Perhimpunan Pantun-pantun melayu. Genre pantun
merupakan genre yang paling bertahan lama.

Mengungkapkan perasaan tidak hanya dapat diceritakan dan ditulis dalam bentuk
prosa. Ungkapan perasaan pun dapat dinyatakan dalam bentuk puisi, seperti puisi lama
yang disebut pantun. Selain pantun, masih ada bentuk puisi lama lainnya, seperti pantun
kilat (karmina), talibun, seloka, gurindam, dan syair.

Pantun sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu. Misalnya, wawangsalan,


paparikan, sisindiran, sesebred dalam masyarakat sunda; pantun ludruk, dan gandrung
dalam masyarakat jawa; serta ende-ende dalam masyarakat Mandailing. Bahkan, di
sebagian daerah Sumatra, masyarakat Minangkabau menggunakan pantun sebagai
pembuka acara di perayaan-perayaan. Selain dibaca, pantun juga kerap dinyanyikan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah Pengertian pantun?

2) Bagaimanakah sejarah pantun?

3) Bagaimanakah ciri-ciri pantun?

4) Bagaimanakah syarat-syarat pantun?

5) Apa sajakah jenis-jenis pantun?

1.3 Tujuan

1) Mengetahui Pengertian pantun.

2) Mengetahui sejarah pantun.

3) Mengetahui ciri-ciri pantun.

4) Mengetahui syarat-syarat pantun.

5) Mengetahui jenis-jenis pantun.

Page | 1
1.4 Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah untuk meningkatkan wawasan serta menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.

Page | 2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pantun

Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang
menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi asli Indonesia
(Waluyo,1987:9). Pantun juga terdapat dalam beberapa sastra daerah di Indonesia seperti
“parika” dalam sastra jawa atau “paparikan” dalam sastra sunda. Orang yang pertama kali
membentangkan pikiran dari hal pantun Indonesia ini adalah H.C. Klinkert dalam tahun
1868. Karangannya bernama “De pantuns of minnenzangen der Maleier”. Sesudah itu
datang Prof. Pijnapple; juga beliau memaparkan pikirannya dari hal ini dalam tahun 1883.
Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni lainnya hanya tepat
untuk suasana tertentu pula.

Menurut Surana (2001:31), pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik
sebait berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif.
Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III
dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri
atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12. Namun, dalam buku Bahan
Ajar Sastra Rakyat (2005:70) mengatakan bahwa:

Pantun adalah puisi melayu tradisional yang paling popular dan sering
dibincangkan. Pantun adalah ciptaan asli orang Melayu; bukan saduran atau penyesuaian
dari puisi-puisi jawa, India, cina dan sebagainya. kata pantun mengandung arti sebagai,
seperti, ibarat, umpama, atau laksana.

Sedangkan dalam Kamus Istilah Sastra (2006:173) menjelaskan bahwa:

Pantun adalah Puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat
baris yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan
baris kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan
isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada
tuduhan dan sebagainya)

Menurut penulis, pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dalam kesusastraan
Melayu Nusantara yang paling popular. Pada umumnya setiap bait terdiri atas empat baris
(larik), tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata, berirama a-b-a-b dengan variasi a-a-a-a.
Baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi.

Page | 3
2.2 Sejarah Pantun

Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan
(Fang, 1993: 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-
hikayat popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken
Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari,
artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan
umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata
pantun berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara,
misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada
tonton yang berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun
yang berarti benang atau atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti
memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan, kehormatan.

Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa
daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun
untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di
Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya,
dengan harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R. J. Wilkinson dan R. O. Winsted
dalam Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti
dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907,
Wilkinson malah balik bertanya, „tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?‟. Jadi
bukan pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang
berasal dari pantun.

2.3 Ciri-ciri Pantun

Abdul Rani (2006:23) mengatakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai berikut:

1. Terdiri atas empat baris.

2. Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata.

3. Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud si
pemantun. Bagian ini disebut isi pantun.

4. Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan abjad /ab-ab/.
Maksudnya, bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris
kedua sama dengan baris keempat.

Lain halnya menurut Harun Mat Piah (1989: 123-124) dalam Bahan Ajar Sastra Rakyat
(Elmustian, tanpa tahun:70-71), membagikan ciri-ciri pantun menjadi dua aspek, yaitu
aspek luaran dan dalaman. Aspek luaran adalah dari segi struktur dan ciri-ciri visual yaitu:
Page | 4
1. Terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan. Setiap rangkap terjadi dari baris-baris
yang sejajar dan berpasangan seperti 2,4,6,8 dan seterusnya. Rangkap yang paling
umum adalah empat baris.

2. Setiap baris mengandung empat kata dasar, dengan jumlah suku kata antara 8 hingga
10.

3. Adanya klimaks yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau
perkataan pada kuplet maksud.

4. Setiap stanza terbagi kepada dua unit yaitu pembayang dan maksud.

5. Mempunyai skema rima ujung yang tetap: a-b – a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a.

6. Setiap stanza pantun adalah satu keseluruhan mengandung sifat fikiran yang bulat dan
lengkap.

Ciri-ciri dalamannya adalah:

1. Penggunaan lambang-lambang tertentu mengikuti tanggapan dan pandangan dunia


masyarakat.

2. Adanya perhubungan makna antara pasangan pembayang dengan pasangan maksud,


sama ada secara kongkrit atau abstrak atau melalui lambang-lambang.

3. Sedangkan menurut Suroto (1989: 43), ciri-ciri pantun sebagai berikut:

4. Pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya.

5. Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.

6. Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan.

7. Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.

2.4 Syarat-syarat pantun

Menurut Effendy (1983:28), syarat-syarat dalam pantun adalah:

a. Tiap bait terdiri dari empat baris

b. Tiap baris terdiri dari empat atau lima kata atau terdiri dari delapan atau sepuluh suku
kata

c. Sajaknya bersilih dua-dua: a-b-a-b. dapat juga bersajak a-a-a-a.

d. Sajaknya dapat berupa sajak paruh atau sajak penuh

Page | 5
e. Dua baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir merupakan isi dari
pantun itu.

2.5 Jenis-jenis Pantun

Suroto (1989:44-45) membagi pantun menjadi dua bagian yaitu:

menurut isinya:

a. pantun anak-anak, biasanya berisi permainan.

b. pantun muda mudi, biasanya berisi percintaan.

c. Pantun orang tua, biasanya berisi nasihat atau petuah. Itulah sebabnya, pantun ini
disebut juga pantun nasihat.

d. Pantun jenaka, biasanya berisi sindiran sebagai bahan kelakar.

e. Pantun teka-teki

menurut bentuknya atau susunannya:

a. pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara bait satu dengan bait kedua,
bait kedua dengan bait ketiga dan seterusnya. Adapun susunan kaitannya adalah baris
kedua bait pertama menjadi baris pertama pada bait kedua, baris keempat bait pertama
dijadikan baris ketiga pada bait kedua dan seterusnya.

b. Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang terdiri atas dua baris,
baris pertama merupakan sampiran sedang baris kedua merupakan isi. Sebenarnya
asal mula pantun ini juga terdiri atas empat baris, tetapi karena barisnya pendek-
pendek maka seolah-olah kedua baris pertama diucapkan sebagai sebuah kalimat,
demikian pula kedua baris yang terakhir.

Contoh pantun

1. Pantun muda mudi

Contoh: Tanam melati di rama-rama

Ubur-ubur sampingan dua

Sehidup semati kita bersama

Satu kubur kelak berdua

Page | 6
2. Pantun teka-teki

Contoh: Kalau puan puan perana

Ambil gelas di dalam peti

Kalau puan bijak laksana

Binatang apa tanduk di kaki

3. Pantun jenaka

Contoh : Anak rusa di rumpun salak

Patah tanduknya ditimpa genta

Riuh kerbau tergelak-gelak

Melihat beruk berkacamata

4. Pantun berdukacita

Contoh: Ke balai membawa labu

Labu amanat dari situnggal

Orang memakai baju baru

Hamba menjerumat baju bertambal

5. Pantun perkenalan

Contoh: Sekuntum bunga dalam padi

Ambil batang cabut uratnya

Tuan sepantun langit setinggi

Bolehkah berlindung di bawahnya?

6. Pantun perceraian

Contoh : Pucuk pauh selara pauh

Page | 7
Pandan di rimba diladungkan

Adik jauh kakanda jauh

Kalau rindu sama menungkan

7. Pantun nasib atau pantun dagang

Contoh : Unggas undan si raja burung

Terbang ke desa suka menanti

Wahai badan apalah untung

Senantiaa bersusah hati

Page | 8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang
bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua
biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan
sebagainya)

Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap
baitnya.Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.Baris ketiga dan keempat
merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan.Jumlah suku kata dalam tiap baitnya
rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.

Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya, berdasarkan


isinya ,dan berdasarkan bentuknya atau susunannya.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali
dan dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan,
dan lebih spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.

Page | 9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rani, Supratman. 2006. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Effendy, M. Ruslan. 1983. Selayang Pandang Kesusastraan Indonesia. Surabaya: PT. Bina
Ilmu.

Hamzah, Amir. 1996. Esai dan Prosa. Jakarta: Dian Rakyat.

Laelasari dan Nurlailah.2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.

Rahman, Elmustian dan Abdul Jalil. Tanpa tahun. Bahan Ajar Mata Kuliah Sastra Rakyat.
Pekanbaru: Labor Bahasa, Sastra, dan Jurnalistik Universitas Riau.

Rahman, Elmustian dan Abdul Jalil. 2005. Bahan Ajar Teori Sastra. Pekanbaru: Labor
Bahasa, dan Jurnalistik Universitas Riau.

Surana. 2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai