Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Puisi Lama Dan Puisi Baru

Disusun Oleh:

Kelas: 18

1. Anggraini Wahyucahyani : 2214060064


2. Angelita Aisha Maharani : 2214060066
3. Arum Dwi Pitasari : 2214060072
4. Krisna Prasetya eskada : 2214060074
5. Renata Eka Sayuti : 2214060088
6. Yulia Ike Kartika Ratri : 2214060093
7. Hala Wanda Gunawan : 2214060094
8. Moses Faling : 221406293

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2023
Kata Pengantar

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Atas izin Allah SWT yang
maha kuasa, penyusun bisa meyelesaikan tugas ini dengan sebaik – baik nya.
Sebagai peran keikut sertaan kami dalam memenuhi tugas Bahasa Indonesia
ini, maka kami menyusun tugas secara tertulis ini dalam bentuk sebuah
.”makalah dengan judul “ Puisi Lama dan Puisi Baru

Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini, tidak lepas dari bantuan semua
pihak yang terlibat dalam prosesnya. Rasa terima kasih kami sampaikan yang
setulus-tulusnya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan
makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun akan selalu
penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 02 April 2023


Penyusun

Daftar Isi

2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB. I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................5

BAB. II PEMBAHASAN....................................................................................................6

2.1 Pengertian Puisi.................................................................................................6

2.1.1 Pengertian, Ciri – ciri, dan Jenis – jenis Puisi Lama......................................7

2.1.2 Pengertian, Ciri – ciri, dan Jenis – jenis Puisi Baru........................................11

2.2 Kaidah Kebahasaan............................................................................................19

2.3 Persamaan Puisi Lama dan Puisi Baru..............................................................22

2.4 Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru...............................................................24

BAB. III PENUTUP............................................................................................................26

3.1 Kesimpulan........................................................................................................26

3.2 Saran ….............................................................................................................26

3.3 Kritik ….............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................27

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Puisi adalah karya sastra dengan Bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan
diberi irama dengan bunyi yang padu dengan pemilihan kata-kata kias
(imajinatif). Puisi sebagai sebuah karya sastra yang mempunyai ciri khusus
yang berbeda dengan bentuk karya sastra lainnya. Puisi pada suatu periode
tertentu pasti memiliki ciri khas.

Puisi di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dimana


banyak sekali muncul pujangga-pujangga terkenal dari Indonesia seperti,
Hamzah Fansuri, Raja Ali Haji, Marah Rusli, Sultan Takdir Alisjahbana,
Sanusi Pane, Mohammad Yamin, Chairil Anwar dan lan-lain.

Secara garis besar puisi Indonesia digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
puisi lama dan puisi baru. Menurut Sultan Takdir Alisjahbana, puisi lama
yang dibawa agama islam lebih memperlihatkan rangka umum masyarakat
sedangkan puisi baru adalah perubahan yang disebabkan oleh pertemuan
masyarakat Indonesia dengan masyarakat Eropa dan merupakan cerminan dari
masyarakat baru. Hal ini menyatakan bahwa puisi lama dan puisi baru
memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan perkembangan
zamannya.

Berdasarkan pernyataan tersebut kami meneliti tentang “Analistik


karakteristik puisi lama dan puisi baru” dimana dengan membandingkan
kelebihan dan kekurangan, persamaan, perbedaan dari masing-masing puisi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian puisi lama dan puisi baru?
2. Bagaimana ciri-ciri puisi lama dan puisi baru?
3. Bagaimana jenis-jenis puisi lama dan puisi baru?
4. Bagaimana persamaan dan perbedaan puisi lama dan puisi baru?
5. Bagaimana kaidah kebahasaan puisi lama dan puisi baru?

4
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian puisi lama dan puisi baru.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri puisi lama dan puisi baru.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis puisi lama dan puisi baru.
4. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan puisi lama dan puisi baru.
5. Untuk mengetahui kaidah kebahasaan puisi lama dan puisi baru.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Puisi


Secara etimologis, kata puisi dalam Bahasa Yunani berasal dari kata poesis
yang artinya penciptaan. Dalam Bahasa Inggris, kata puisi ini adalah poetry yang
erat dengan -poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dai Yunani yang berarti membuat
atau mencipta. Dalam Bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang
mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau
yang amat suka kepada dewa-dewi. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam,
orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat
menebak kebenaran yang tersembunyi. secara Bahasa dan sastra Indonesia puisi
adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta
ditandai oleh Bahasa yang padat. menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi
lama dan puisi baru.
Berikut definisi puisi menurut para ahli :
1. Watt-Dunton mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan
yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan
berirama.
2. Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal,
kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian
bunyi yang merdu seperti musik.
3. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah.
4. Ralph Waldo Emerson mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak
mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
5. Putu Arya Tirtawirya mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara
implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya
condong pada makna konotatif.
6. Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra
yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Jadi, puisi adalah suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan perasaan
dari penyair secara emosional yang mengandung buah pikiran yang dibalut
dengan rima, irama, dan kata kiasan.

6
2.2. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan atau puisi yang
dibatasi oleh aturan tertantu. Aturan didalam puisi lama tersebut adalah :
1. Jumlah kata dalam 1 baris.
2. Jumlah baris dalam 1 bait.
3. Persajakan (rima).
4. Banyak suku kata tiap baris.
5. Irama. Irama adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras
lembut ucapan bunyi.
A. Ciri - ciri puisi lama
1. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah
suku kata maupun rima.
4. Gaya bahasanya statis (tetap) dan klise (klise adalah ekspresi, ide, atau
elemen karya seni yang terlalu sering digunakan sehingga makna atau
efek aslinya memudar, bahkan sampai terdengar menyebalkan, apalagi
ketika elemen tersebut awalnya dianggap bermakna atau baru)
5. Isinya fantastis dan istanasentris.
B. Jenis – jenis puisi lama
1. Mantra
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan
gaib. Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, Bersifat lisan,
sakti atau magis, adanya perulangan, metafora merupakan unsur penting,
bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan
misterius, lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku
kata, baris dan persajakan.
Ciri – ciri :

1. Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.


2. Bersifat lisan, sakti atau magis.
3. Adanya perulangan.
4. Metafora merupakan unsur penting.
5. Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara)
dan misterius.

7
6. Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata,
baris dan persajakan.

Contoh :

Assalammu’alaikum putri satulung besar


Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

2. Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang biasanya dipakai masyarakat
untuk menyampaikan sesuatu. Pantun Memiliki ciri-ciri tertentu yang
terkait dengan kaidah bait, rima, dan irama. Jadi Pantun adalah puisi
yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris. Tiap baris terdiri dari 9
sampai 12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya
sebagai isi.
Ciri – ciri :
1. Setiap bait terdiri 4 baris.
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran.
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi.
4. Bersajak a – b – a – b.
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata.
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati

3. Seloka
Seloka adalah peribahasa (pepatah) yang diberi sampiran atau
puisi yang berisi pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda
gurau, sindiran, bahkan ejekan. Kalimat pada baris ke-2 dan ke-4 pada
bait pertama diulang kembali pengucapannya pada kalimat ke-1 dan ke-3
pada bait kedua.

8
Ciri – ciri :
1. Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair.
2. Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

4. Gurindam
Gurindam adalah puisi yang terdiri atas dua baris dalam setiap bait.
kedua baris itu berupa isi, berumus a-a, dan merupakan nasihat atau
sindiran.
Ciri – ciri :
1. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian.
2. Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)

5. Syair
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4
baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Ciri – ciri :
1. Terdiri dari 4 baris.
2. Berirama a-a-a-a.
3. Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair.

Contoh :

Pada zaman dahulu kala (a)

9
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

6. Talibun
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun
10 baris.
Ciri – ciri :
1. Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6,
8, 10 dan seterusnya.
2. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
3. Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan
empat isi.
4. Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
5. Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d.

Contoh :

Kalau anak pergi ke pekan


Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
7. Karmina
Karmina adalah puisi lama lama yang terdiri dua baris dalam satu
bait, baris pertama berupa sampiran, baris kedua berupa isi, bersajak
tengah dan akhir.
Ciri – ciri :
1. Bersajak aa-aa, aa-bb.
2. Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
3. Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
4. Semua baris diawali huruf capital.
5. Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
6. Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
7. Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
Contoh :

10
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2.3. Puisi Baru

Puisi baru adalah karya sastra yang lahir setelah puisi lama, puisi ini lahir
bersamaan dengan puisi kontemporer, tidak terikat dengan aturan-aturan dalam
puisi. Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi
jumlah baris, suku kata, maupun rima.
A. Ciri – ciri Puisi Baru :
1. Bentuknya rapi dan simetris.
2. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur).
3. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola
yang lain.
4. Sebagian besar puisi empat seuntai.
5. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
6. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) yaitu 4-5 suku kata.
7. Pengarangnya diketahui.
8. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama.
9. Berkembang secara lisan dan tertulis.
10. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah).
11. Isinya tentang kehidupan pada umumnya.
B. Jenis – jenis Puisi Baru :

1. Menurut Isinya
a. Balada
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari
3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema
rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-
b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren
dalam bait-bait berikutnya.
Ciri – ciri :
1. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8
(delapan) larik.
2. Skema rima a-b-a-b-b-c-c-b kemudian skema rima berubah
menjadi a-b-a-b-b-c-b-c.
3. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam
bait-bait berikutnya.
Contoh :

11
Balada Pembungkus Tempe
Karya: W.S. Rendra

Fermentasi asa
Mengharap sempurna
Bentuk utuh nan konyol
Rasa, karsa tempe

Pembungkus yang berjasa


Penuh kisah bertulis duka lara
Dibuang tanpa dibaca

Pembungkus tempe
Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai
Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya?

b. Romansa
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan
perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau
lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih
atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Ciri – ciri :
1. Keindahan perasaan.
2. Persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.

Contoh :

Senja di Pelabuhan Kecil


Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap

12
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)

c. Himne
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Ciri – ciri :
1. Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang
pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra).
2. Puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang
dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-
Tuhan-an.
Contoh :

Bahkan batu-batu yang keras dan bisu


Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)

d. Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram
berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran;
didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan
pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Ciri – ciri :
1. Unsur pengajaran.
2. Didaktik. Didaktik adalah suatu ilmu tentang mengajar.
3. Nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman.
4. Ada teladan.

Contoh :

13
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)

e. Ode
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan
gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas
sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi
tertentu atau peristiwa umum.
Ciri – ciri :
1. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat).
2. Bernada anggun.
3. Membahas sesuatu yang mulia.
4. Bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa
umum.
Contoh :
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
f. Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak
atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena
sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh :
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang

14
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
g. Satire
Satire adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai sebuah
sindiran atau sebuah kritikan.
Contoh :

Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)

2. Menurut Bentuknya
a. Distikon
Distikon adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi
dua seuntai).
Ciri – ciri :
1. 2 baris; sajak 2 seuntai.
2. Distikon (Greek: 2 baris).
3. Rima –  aa –  bb.
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank.

b. Terzina

15
Terzina dalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri atas 3
baris.
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)

c. Kuatrain
Kuatrain adalah jenis puisi baru yang mana tiap bait dari puisi ini
terdiri atas 4 baris.
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)

d. Kuint
Kuint adalah jenis puisi baru yang tiap bait dari puisi ini terdiri dari 5
baris.
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan

16
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)

e. Sektet
Sektet adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri dari 6 baris.
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)

f. Septime
Septime adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri atas 7 baris.
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Mohammad Yamin)

g. Oktaf atau Stanza


Oktaf atau Stanza adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri
atas 8 baris.
Contoh :

17
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)

h. Soneta
Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang
terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan
dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata
sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara.
Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk
dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan
Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap
sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia
tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi
lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang
menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )

18
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
2.4. Kaidah Kebahasaan
A. Puisi Lama
Pada puisi lama, majas sangat penting untuk memberi andil dalam
membangun konsentrasi dan intensifikasi dari sebuah puisi. Seringkali majas
dapat membuat sebait puisi menjadi padat dengan makna dan imajinasi serta
memberi warna emosi tertentu pada perasaan yang mendengarkan pembacaannya.
Jenis-jenis bahasa kiasan/majas yang sering digunakan adalah:

1. Simile
Simile ini salah satu yang hampir sama dengan asosiasi yang akan digunakan
kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile bukan
membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah
kegiatan dengan ungkapan.
Contoh : Sifatnya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin
disampaikan dalam bentuk ungkapan.
Contoh:
Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut.
Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.
3. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak
masuk akal.
Contoh :
Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah.
Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.

4. Personifikasi
Gaya bahasa ini biasanya akan menggantikan fungsi benda mati yang dapat
bersikap layaknya dengan manusia.
Contoh : Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku
untuk segera bermain di pantai.
5. Metonimia

19
Metonimia adalah salah satu yang bisa menyandingkan merek atau istilah
sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh : Supaya laparnya cepat hilang, lebih baik makan sate. Sate di sini
merujuk pada makan yang sehat.
6. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan
sinekdok totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang
menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda.
Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya
bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda
atau situasi.
Contoh:
a. Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
b. Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali
berturut-turut.
7. Allegori
Allegori adalah menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh : Suami adalah salah satu nakhoda dalam mengarungi kehidupan
berumah tangga. Nakhoda yang dimaksud berarti pemimpin keluarga.

Keindahan puisi terdapat pula pada pilihan dan rangkaian kata yang
digunakan. Kata dan rangkaian kata yang bergaya merupakan unsur penting
lain dalam menciptakan efek estetis. Majas menjadikan larik dan bait-bait
dalam puisi hidup, bergerak, dan merangsang pembaca untuk memberikan
reaksi tertentu dan merenungkan atas apa yang diungkapkan penyair. Menulis
puisi berarti menciptakan, mengekspresikan seluruh ide/ gagasan dan pikiran,
serta menggunakan pilihan kata (diksi) yang tepat sehingga indah dibaca dan
dimaknai.

B. Puisi Baru
a. Pemadatan bahasa: membuat kata-kata dalam puisi seakan bernyawa
sehingga mampu untuk menyihir pembaca.
b. Pemilihan kata khas: agar puisinya lebih bermakna. Faktor yang harus
dipertimbangkan adalah makna kias, persamaaan bunyi (rima), lambang.
c. Kata konkret: keinginan penyair untuk menggambarkan sesuatu secara
lebih berwujud atau konkret.

20
d. Pengimajian: dapat berupa kata ataupun rangkaian kata-kata yang bisa
memperjelas sesuatu yang ingin disampaikan penyair karena menggugah
rasa imajinasi pembaca.
e. Irama (ritme): dalam puisi sering kita jumpai pengulangan kata, frasa,
bunyi maupun kalimat.
f. Tata wajah (tipografi): sebagai penyair menganggap tata wajah sebagai
unsur puisi yang paling penting.
2.5. Persamaan Puisi Lama dan Puisi Baru
1. Puisi lama dan puisi baru merupakan sarana pengarang untuk mengungkapkan
perasaan.
Puisi secara umum menjadi sebuah sarana yang digunakan pengarang
untuk mengungkapkan perasaan yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu
karya seni sastra yang indah. Hanya saja dalam puisi lama, pengarang memiliki
perasaan untuk membantu orang lain menjadi lebih baik dengan memberi
nasihat. Sedangkan dalam puisi baru, pengarang lebih bebas dan memberikan
perasaan dari dirinya sendiri untuk diketahui oleh orang lain.
Contoh:
a. Puisi lama (pantun):
Unggas undan si raja burung
Terbang ke desa suka menanti
Wahai tubuh apalah untung
Senantiasa bersusah hati
Pantun ini menggambarkan pengarang yang ingin memberikan perasaannya
bahwa apabila kita selalu bersusah hati dan bersedih, badanpun mampu
menjadi sakit.

b. Puisi baru (romance):


Angin bangun ketika senja
Ngingatkan animo gugur akan tiba
Aku cemas bila kehilangan kau
Aku cemas pada kecemasanku sendiri
Puisi ini menggambarkan seseorang yang mengkhawatirkan orang
yang dicintainya, takut kehilangan dan kebingungannya membuatnya mulai
menggila.

2. Puisi lama dan puisi baru pasti mengandung makna dan arti yang ingin
disampaikan kepada pembaca atau penikmat puisi tersebut.

21
Baik puisi lama ataupun puisi baru memiliki pesan yang dirangkum sang
pengarang ke dalam suatu seni bahasa penuh irama. Pesan ini biasanya tersirat
dan pembaca mampu saja mengartikannya dalam makna yang berbeda.
Namun, puisi yang berisi keambiguan menyerupai ini kadang lebih banyak
menarik perhatian orang.
Contoh :
a. puisi lama (Talibun) :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
b. Puisi baru (Chairil Anwar ‘kawanku dan Aku’) :
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
2.6. Perbedaan Puisi Lama Dan Puisi Baru
A. Puisi lama lebih bersahabat asalnya dengan sastra Arab dan hindu, sedangkan
puisi baru muncul akhir tersebarnya budaya Eropa.

Berdasarkan asal muasal penyebarannya, puisi lama mulai disebarkan


dan tumbuh di kepingan bumi timur tengah di mana penduduknya sudah
membentuk peradaban. Karena penduduk yang menyukai untaian kata-kata
cantik untuk memberikan puji-pujian atau sekadar pesan, karya seni inipun
menjadi adegan tak terpisahkan dari sastra Arab. Pada dikala itu, perdagangan
yang terjadi bukan hanya sebagai pertukaran barang, tetapi juga pertukaran
budaya. Begitulah cara puisi lama tumbuh pula dalam sastra hindu yang
kebanyakan lebih digunakan untuk memuji dewa-dewi mereka.
Seiring berjalannya waktu, negara-negara Eropa mulai berkembang. Tak
hanya dalam perdagangan dan politik negara, Eropa juga sedikit demi sedikit
menumbuhkan budaya, pendidikan, dan kesenian. Dengan sentuhan dari
budaya Arab, Eropa mengadaptasi puisi dengan gayanya sendiri.

22
Contoh :
c. Puisi Arab (terjemahan) :
Barangsiapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan
terpelihara, dan barangsiapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, ia
akan dicerca.
d. Puisi baru (terjemahan) :
Jiwa di dunia yang hilang jiwa
Jiwa sayang, kenangan padamu
Adalah derita di sisiku
Bayangan yang bikin tinjauan beku
B. Puisi lama tumbuh di dalam masyarakat untuk mengembangkan nasihat,
sedangkan puisi baru tumbuh untuk mengekspresikan isi hati sang pengarang.
Puisi lama lebih banyak dibuat oleh pengarang dengan tujuan memberi
pesan tersirat atau pesan secara eksklusif kepada masyarakat sekitar.
Dibandingkan dengan puisi baru, puisi lama memiliki caranya sendiri dalam
pengolahan kata sehingga terbentuk rima yang sempurna tanpa mengurangi
pesan yang ingin disampaikan. Berbeda dengan puisi baru yang tujuannya tak
lebih dari memberikan perasaan pengarang ke dalam bahasa yang indah.
Contoh perbandingan puisi agama, syair dan balada.
a. Syair (puisi lama):
Cintailah ia sewajarnya saja
Agar hatimu tak lalai dari-Nya
Cukup kataka bahwa kau setia
Buktikan dirimu dengan bertakwa
b. Balada (puisi baru) :
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
Menitikkan darah dari tangan dan kaki
Dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati dosa manusia.
Dari teladan tersebut, irama dan rima puisi lama dan puisi baru terang
terlihat. Begitu pula makna yang didapat dari kedua puisi. Syair di atas
menawarkan bahwa puisi lama lebih banyak memberi pesan tersirat dan
dibentuk dengan bumbu agama dari Arab, sedangkan balada lebih
menceritakan perasaan pengarang akan keagungan tuhannya.

23
C. Puisi lama tidak pernah mencantumkan nama pengarang, sedangkan puisi baru
selalu mencantumkan nama pengarang.
Puisi lama tidak mencantumkan nama pengarang sebab fungsi dari puisi
itu sendiri pada awalnya yakni untuk memberi pesan tersirat dan pelajaran ke
dalam masyarakat. Ketika puisi baru muncul, tujuannya berubah sehingga
pengarang mencantumkan namanya di dalam puisinya sehingga tidak disalin
oleh orang lain serta membuatnya terkenal.
Contoh :
a. puisi lama (anonim):
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat

b. Puisi baru (Chairil Anwar):


Aku kira
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak, dan berbahagia
Sedang saya mengembara serupa Ahasveros

D. Puisi lama disebarkan dari verbal ke mulut, sedangkan puisi baru disebarkan
dalam bentuk goresan pena atau buku.
Mengapa puisi lama tersebar dari verbal ke mulut, diceritakan dari satu orang
ke orang lain? Puisi lama tumbuh semenjak zaman sebelum masehi di mana
belum ada benda yang digunakan untuk menulis. Terlebih lagi, puisi lama tidak
ditujukan untuk dicetak dan dinikmati orang banyak, tidak menyerupai puisi
baru yang tujuannya sebagai karya seni yang dinikmati pembaca.
Contoh :
a. Puisi lama (pantun) :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
b. Contoh puisi baru dapat dibuktikan dengan kumpulan puisi seorang
pengarang yang dijadikan sebuah buku menyerupai buku Aku oleh
Chairil Anwar atau Sayap-Sayap Patah oleh Kahlil Gibran.

24
E. Puisi lama memiliki aturan yang ketat mengenai rima, jumlah baris dan bait
terkait, dan tata bahasa yang harus digunakan, sedangkan puisi baru lebih
dinamis dan bebas tanpa terikat aturan.
Contoh :
a. Puisi lama (syair) :
Hai sekalian kita yang berdagang
Nafsumu itu lawan berperang
Jangan hendak lebih oke kurang
Janganlah sama dengan orang

b. Contoh puisi baru (ode) :


Generasi sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke kawasan berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Dari kedua teladan di atas, dapat dilihat bahwa syair memiliki sajak yang
berima indah, menawarkan ciri puisi lama yang selalu bersajak sama serta
biasanya berpola empat baris per bait. Sangat kontras berbeda jikalau
dibandingkan dengan puisi baru yang tidak berima. Bahasa yang cantik dan
kata-kata yang mengandung kiasanlah yang masih membuatnya dikategorikan
sebagai puisi.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara Bahasa dan sastra Indonesia puisi adalah bentuk karangan yang
terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh Bahasa yang
padat.
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan (jumlah kata, jumlah
baris, jumlah suku kata, rima dan irama). Puisi baru adalah puisi yang bentuknya
lebih bebas atau tidak terikat oleh aturan-aturan.
Setiap jenis puisi dari puisi lama ataupun puisi baru selalu memiliki unsur
puisi berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera,
susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
3.2 Saran
Pada saat kita menginterpretasikan puisi atau menganalisis puisi, kita harus
mengetahui dulu karya sastra bentuk puisi baik itu puisi lama maupun puisi baru,
kemudian baru kita menganalisisnya.
Dan bagi para pelajar yang tertarik dengan penulisan makalah ini,
diharapkan dapat mengkajinya lebih dalam dari berbagai sumber yang tersedia,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta wawasan.
3.3 Kritik
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,
kritik yang membangun kami harapkan kepada pembaca agar makalah ini menjadi
lebih baik.

26
Daftar Pustaka

Hamidy, UU. 2001. Pembahasan Karya Fiksi dan Puisi. Pekanbaru : Unri Press.

Jalil. 1984. Teori dan Periodisasi Puisi Indonesia. Bandung: Bandung Angkasa.

http://situspuisi.blogspot.com/2014/10/puisi-baru-beserta-contohnya.html

https://ilmu-semesta.com/persamaan-dan-perbedaan-puisi-lama-dan-puisi-baru/

Ridiawati, R., Munaris, M., & Samhati, S. (2015). Pembelajaran menulis puisi
lama dan puisi baru di kelas vii. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan
Pembelajarannya), 3(2).

DJAFAR, H. (2015). BAHASA DALAM PUISI LAMA DAN PUISI


BARU. Skripsi, 1(311409092).

Rohmah, R. A. (2020). Puisi Baru (Vol. 1). CV. Karoteh Utama.

27

Anda mungkin juga menyukai