Oleh:
Dafansha Noviana Queen Nayra (01)
I Made Merta Wiguna (07)
I Nyoman Kusuma Wijaya (13)
I Putu Nathan Verlianta Chandra (19)
I.G.A Raissa Permata Wibawa Kelana (25)
Ida Bagus Gede Dharmottama (31)
Jyesta Nayya Prameswari (37)
Nurul Aini Aulia (43)
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan
kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Adapun yang penulis bahas dalam makalah sederhana ini mengenai Puisi. Dalam
penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, termasuk juga guru, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi.
Ucapan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya penulis sampaikan teristimewa
pada seluruh pihak yang telah membimbing serta mendukung makalah ini.
Penulis begitu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Bila ada hal-
hal yang kurang berkenan terhadap isi permasalahan dalam makalah, penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
Selain itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
kemajuan kami kedepannya. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………...……… 3
2.1 Pengertian Puisi Secara Umum …………………………….…………. 3
2.2 Pengertian Puisi Menurut Para Tokoh…………….…………………… 3
2.3 Unsur-unsur Puisi……………………………………………………… 4
2.4 Jenis-jenis Puisi Menurut Zaman…………………………………….... 5
2.5 Jenis-jenis Puisi Menurut Bentuk……………………………………... 7
2.6 Puisi Kontemporer…………………………………………………..… 10
BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 16
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 16
3.2 Saran…..………………………………………………………………. 16
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….. iv
Curriculum Vitae………………………………………………………………...... v
BAB 1
PENDAHULUAN
-Watt-Dunton
Menurut Watt-Dunton (dalam Situmorang, 1980) puisi adalah ekpresi konkret yang bersifat
artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
-Suroto
Suroto (1989, hlm. 40) berpendapat bahwa secara bebas dapat dikatakan bahwa puisi adalah
karangan yang singkat, padat, pekat.
-Pradopo
Pradopo (1995) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dan interpretasi dari berbagai
pengalaman manusia yang penting, digubah dalam bentuk atau wujud yang paling berkesan.
-Herbert Spencer
Puisi adalah salah satu bentuk pengungkapan gagasan yang bersifat emosional dengan
mempertimbangkan keindahan dan efek estetis lainnya.
-Dunton
Puisi adalah pemikiran manusia secara konkret namun artistik dalam bahasa yang berirama
atau berima seperti musik.
B. Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka
kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya
dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
C. Imaji
Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji
suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair.
D. Kata Konkret
Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya
imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret “salju”
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa”
dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
E. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatik,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,
sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks,
satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
F. Rima/Irama
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Rima mencakup:
1) Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi
Sutadji C.B.),
2) Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
3) Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras
lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
B. Rasa (Feeling)
Rasa (feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
C. Nada (Tone)
Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema
dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama
dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
D. Amanat/Tujuan/Maksud (Intention)
Amanat/tujuan/maksud (intention) yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada
pembaca.
2.1.4 Jenis-jenis Puisi Menurut Zaman
Berdasarkan zamannya, puisi bisa dibedakan menjadi puisi lama dan puisi baru.
A. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang merupakan peninggalan sastra melayu lama. Puisi lama
terdiri atas puisi asli dan puisi pengaruh asing. Contoh puisi asli masyarakat melayu adalah
pantun dan contoh puisi asing pengaruh bahasa Arab adalah syair. Ciri-Ciri Puisi lama antara
lain sebagai berikut :
- Puisi lama bisanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama pengarangnya.
- Puisi lama masih terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti dari jumlah baris pada setiap
baitnya, sajak serta jumlah suku kata pada setiap barisnya.
- Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan sastra lisan.
- Menggunakan majas atau gaya bahasa tetap dan klise.
- Biasanya berisikan tentang kerajaan, fantastis, serta istanasentris.
Contoh dari puisi lama adalah:
Duduk manis di bibir pantai
Lihat gadis, aduhai tiada dua
Masa muda kebanyakan santai
Sudah renta sulit tertawa
B. Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang lahir pada tahun dua puluhan. Puisi baru merupakan puisi
yang sudah tidak terikat oleh aturan, berbeda dengan puisi lama. Puisi baru memiliki bentuk
yang lebih bebas dibandingkan puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima.
Ciri-ciri puisi baru antara lain:
- Diketahui nama pengarangnya, berbeda dengan puisi lama yang tidak diketahui nama
pengarangnya.
- Perkembangannya secara lisan serta tertulis.
- Tidak terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti rima, jumlah baris dan suku kata.
- Menggunakan majas yang dinamis atau berubah-ubah.
- Biasanya berisikan tentang kehidupan.
- Biasanya lebih banyak memakai sajak pantun dan syair.
- Memiliki bentuk yang lebih rapi dan simetris.
- Memiliki rima akhir yang teratur.
- Pada tiap-tiap barisnya berupa kesatuan sintaksis.
Contoh dari puisi baru adalah:
Jatuh Cinta Padamu
Memesonanya kamu
Menyungging senyummu
Menghiasi raut wajahmu
Mendiamkan detak jantungku
Mataku jadi pencuri senyummu
Yang menghantam jantungku
Mengatas indera
Ia menanti
4. Kuint
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh puisi kuint adalah:
Mampir
Karya: Joko Pinurbo
Tadi aku mampir ke tubuhmu
tapi tubuhmu sedang sepi
dan aku tidak berani mengetuk pintunya.
Jendela di luka lambungmu masih terbuka
dan aku tidak berani melongoknya
5. Sekstet
Sekstet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh puisi sekstet adalah:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
6. Septima
Septima, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh dari puisi septima adalah:
Ku mencarimu
Mencari setiap langkahmu
Kau ada dimana
Kenapa sulit sekali untuk bertemu denganmu
Ku mengharapkanmu
Tuk selalu berjalan bersama
Mengaharapkan cintamu
7. Oktaf atau Stanza
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau
puisi delapan seuntai).
Contoh dari puisi oktaf atau stanza adalah:
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
8. Soneta
Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait
pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta
berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi
soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda
diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah
yang dianggap sebagai “Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi
tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam
segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh puisi sonata adalah:
Perasaan siapa ta ‘kan nyala
Melihat anak berelagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
2. Puisi Mbeling
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud
ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali
dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh
pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama “Puisi Mbeling”. Kata-kata
dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur
puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa
ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat). Selain itu, puisi mbeling juga menyampaikan
kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan
ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini,
Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
Contoh Puisi Mbeling adalah:
Pedas
pedas
cabai rawit
semua kecanduan
pedas
harga cabe rawit
haruskah mati kecanduan?
super pedas
ulah sang penguasa
pedas kecanduan
3. Puisi Konkret
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata
wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang
yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi
penyairnya. Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu
memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
———-a—————————-
—————————-t———-
—————i—————-i!!!!!!!!!!
5. Puisi Mini Kata
Puisi ini merupakan jenis puisi kontemporer yang minim sekali menggunakan kata, akan
tetapi dilengkapi simbol lain berupa huruf, garis, atau tanda baca.
Contoh Puisi Mini Kata adalah:
Reformasi
RR R
RRRRR
RRRRRRRRR
RRRRRRRRR
RRRRRRRR
!! REFORMASI !!
5. Puisi Multi Lingual
Puisi multi lingual menggunakan kata atau kalimat dalam berbagai bahasa, baik bahasa
daerah atau bahasa asing.
Contoh Puisi Multi Lingual adalah:
Merapi
merapi…
gagah bak penguasa
asap putih memayungimu
lebat hutan pengawalmu
sejarah laharmu abadi kini
merapi…
saumpamane kowe bisa nguri-uri
kabeh sing kaleksana ing tanah Jawi
prilakune manungsa
becik lan ora
marang alam
karunia sang Illahi.
6. Puisi Supra Kata
Puisi ini adalah puisi yang menggunakan kata-kata konvensional dan susunannya
dijungkirbalikkan sehingga menciptakan kosakata baru yang belum ditemui sebelumnya.
Aspek bunyi dan ritme merupakan hal yang paling ditonjolkan. Puisi ini lebih mirip dengan
puisi mantra karena digunakan untuk merangsang timbulnya suasana magis.
Contoh Puisi Supra Kata adalah:
PUISI JAMAN BAHARI
GIRISA
Ya meraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya
7. Puisi Idiom Baru
Puisi idiom baru menggunakan idiom baru di dalamnya. Kata yang digunakan dalam
puisi ini diungkapkan dengan cara baru sehingga mengandung nyawa baru. Idiom yang
digunakan dalam puisi ini adalah idiom yang jarang digunakan.
Contoh Puisi Idiom Baru adalah:
Tidak
keheningan
bukanlah sepi
kesepian
bukanlah sunyi
penderitaan
bukanlah luka
pertanyaan
bukanlah ketidakpercayaan
menghilang
bukanlah ketakutan
firasat
jadi pertanda
kau pergi
tuk selamanya!
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Secara etimologis, kata puisi berasal dari kata Yunani “poites”, yang berarti
pembangun, pendahulu, pembuat. Dari kata Latin puisia, yang berarti membangun,
memimpin, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata
direduksi menjadi hasil karya sastra dan seni, yaitu menggunakan ritme, irama, dan
kadang-kadang bahkan metafora, untuk menyusun kata menurut kondisi tertentu.
3.1.2 Menurut zamannya puisi di bagi menjadi 2 (dua), yaitu: puisi lama dan puisi baru.
Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Puisi baru adalah puisi
bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima.
3.1.3 Puisi kontemporer berusaha melepaskan diri dari batasan tradisional puisi itu sendiri.
Puisi kontemporer sering menggunakan kata-kata yang tidak memperhatikan etika
berbahasa, menggunakan kata-kata yang semakin kasar dan sarkastis. Penggunaan kata-
kata simbolik atau simbol intuitif, gaya bahasa, ritme, dan lain-lain dianggap kurang
penting.
3.2 Saran
Mendukung minat siswa terhadap puisi dan sastra dengan memenuhi kebutuhan media
pembelajaran khususnya media pembelajaran bahasa.
Dapat menggunakan media gambar sebagai salah satu alternatif media belajar dalam
pembelajaran menulis puisi untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Ahmad. 2021. Pengertian Puisi; Jenis-jenis, Contoh, dan Cara Membuat Puisi. Tersedia pada
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-puisi/
Ajim, N. 2018. Jenis-jenis Puisi Berdasarkan Bnetuk Zaman dan Isi. Tersedia pada
https://www.mikirbae.com/2018/09/jenis-jenis-puisi-berdasarkan-bentuk.html
Muda, S. 2018. Puisi Baru: Pengertian, Ciriciri, Jenis, dan Contohnya. Tersedia pada
https://blogbahasa-indonesia.blogspot.com/2018/05/puisi-baru.html
Nisa, A. 2021. Contoh Puisi Baru Beserta Jenisnya Berdasarkan Isi dan Bentuk. Tersedia pada
https://bobo.grid.id/read/082893599/contoh-puisi-baru-beserta-jenisnya-berdasarkan-
isi-dan-bentuk?page=all
Pangesti, R. 2022. Apa Saja Unsur-unsur Pembangun Puisi? Siswa Perlu Tahu!. Tersedia
pada https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5938802/apa-saja-unsur-unsur-
pembangun-puisi-siswa-perlu-tahu
Thabroni, G. 2019. Pengertian Puisi, Unsur & Jenis Menurut Para Ahli (Lengkap). Tersedia
pada https://serupa.id/pengertian-puisi-menurut-para-ahli/