Anda di halaman 1dari 21

PUISI

Oleh:
Dafansha Noviana Queen Nayra (01)
I Made Merta Wiguna (07)
I Nyoman Kusuma Wijaya (13)
I Putu Nathan Verlianta Chandra (19)
I.G.A Raissa Permata Wibawa Kelana (25)
Ida Bagus Gede Dharmottama (31)
Jyesta Nayya Prameswari (37)
Nurul Aini Aulia (43)

SMA Negeri 4 Denpasar


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan
kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Adapun yang penulis bahas dalam makalah sederhana ini mengenai Puisi. Dalam
penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, termasuk juga guru, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi.
Ucapan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya penulis sampaikan teristimewa
pada seluruh pihak yang telah membimbing serta mendukung makalah ini.
Penulis begitu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Bila ada hal-
hal yang kurang berkenan terhadap isi permasalahan dalam makalah, penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
Selain itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
kemajuan kami kedepannya. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terima kasih.

Denpasar, 25 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………...……… 3
2.1 Pengertian Puisi Secara Umum …………………………….…………. 3
2.2 Pengertian Puisi Menurut Para Tokoh…………….…………………… 3
2.3 Unsur-unsur Puisi……………………………………………………… 4
2.4 Jenis-jenis Puisi Menurut Zaman…………………………………….... 5
2.5 Jenis-jenis Puisi Menurut Bentuk……………………………………... 7
2.6 Puisi Kontemporer…………………………………………………..… 10
BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 16
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 16
3.2 Saran…..………………………………………………………………. 16
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….. iv
Curriculum Vitae………………………………………………………………...... v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan dan seni kreatif yang obyeknya adalah
manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai
seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupannya maka ia
tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir,
tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia.
Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan
berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Di samping itu, sastra harus pula
mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh
sastrawan tentang kehidupan umat manusia.
Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama.
Beberapa ahli yang merumuskan pengertian puisi menggunakan berbagai pendekatan.
Batasan puisi dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik, karena puisi merupakan
karya seni yang tidak saja berhubungan dengan masalah bahasa tetapi juga berhubungan
dengan masalah jiwa. Dengan pendekatan itu Slamet Mulyana menyimpulkan bahwa puisi
adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan
pelbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem
korespondensi dalam salah satu bentuk. Puisi dapat dibuat atas dasar ungkapan perasaan
penyair dengan serangkaian bahasa yang sangat indah serta mengandung sebuah makna,
irama, rima, dan bait. Puisi akan lebih mengena kepada hati pembacanya jika puisinya
tersebut dibuat dari hati.
Sebagai karya sastra puisi menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan
dan menyampaikan makna. Begitu juga dengan karya sastra yang lain seperti novel,
cerpen, dan roman juga menjadikan bahasa sebagai hal penting untuk menyampaikan
pesan. Yang menjadikan sebuah puisi lebih menarik untuk dikaji, salah satunya dari segi
estetika bahasa yang sengaja dipadatkan oleh penyair. Estetika puisi juga berkaitan
dengan penggunaan gaya bahasa.
Pada saat tahun 70-an puisi sangat digemari para pujangga. Pembuktianya pun ada,
contohnya pada zaman dulu ada lagu yang liriknya dari puisi. Pada saat masa kejayaan
puisi, puisi tidak hanya sebagai ungkapan cinta terhadap lawan jenis tapi juga ada sebagai
kritik atas pemeritah, untuk seseorang yang berjasa, atau pun seseorang yang mereka
benci. Tapi sekarang puisi tidak terlalu digemari lagi itu dikarenakan perbandingan
kemajuan teknologi tidak sebanding dengan pemikiran dan perasaan masyarakat sehingga
seseorang lebih mengutamakan keinstalan dari pada suatu perosesnya.
Karena perbandingan tak seimbang tadi sehingga masyarakat terutama para remaja
tidak lagi terlalu tertarik kepada puisi, bukan itu saja puisi yang sangat terkenal pun sudah
mulai dilupakan. Makin lama masyarakat akan makin lupa tentang puisi seperti: jenis-
jenisnya, strukturnya, perbedaannya, dan lain-lain.
Untuk itu penulis membuat makalah ini berjudul “puisi” agar kita dapat
mengingatnya, mempelajarinya, dan juga memahami perbedaannya, dan strukturnya lebih
jelas sehingga kita dapat membuat puisi sendiri. Apa bila kita sudah bisa membuat puisi
dan lebih mengerti perbedaan juga strukturnya Sehingga kita generasi baru dapat
mempopulerkan puisi kembali

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat disampaikan antara lain:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan puisi secara umum?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan puisi menurut para tokoh?
1.2.3 Bagaimana unsur-unsur puisi?
1.2.4 Apa saja jenis-jenis puisi menurut zaman?
1.2.5 Apa saja jenis-jenis puisi berdasarkan bentuk?
1.2.6 Apakah yang dimaksud dengan puisi kontemporer?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang dapat disampaikan antara
lain:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian puisi secara umum
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian puisi menurut para tokoh
1.3.3 Untuk mengetahui unsur-unsur puisi
1.3.4 Unutk mengetahui jenis-jenis puisi menurut zamannya
1.3.5 Untuk mengetahui jenis-jenis puisi berdasarkan bentuk
1.3.6 Untuk mengetahui pengertian dari puisi kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Secara Umum


Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani ”poeima” atau ”Poesis” yang
berarti pembuatan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut ”Poem” atau ”Poetry” yang
berarti membuat atau pembuatan, karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah
menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana
tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Definisi puisi cukup banyak, salah satu pendapat yang cukup mudah dipahami
diantaranya mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya Sastra yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa, yakni struktur fisik dan struktur batinnya. Penekanan pada segi estetik suatu
bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi
dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya
membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih
singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli
modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Bila
dibandingkan dengan karya sastra fiksi atau drama, pilihan kata dalam puisi cenderung padat,
singkat, imajinatif sehingga dikatakan mempunyai bentuk tersendiri.
Penggunaan rima dan irama agar puisi lebih indah juga merupakan pembeda yang
sangat signitifikan bila dibandingkan fiksi dan drama. Baris-baris pada puisi dapat berbentuk
apa saja (melingkar, zig-zag, dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis
untuk menunjukkan pemikirannya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata
yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut
menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang
diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.
Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru. Berdasarkan asal-usul istilah puisi
dari atas dan berbagai pendapat para ahli, pengertian puisi dapat didefinisikan sebagai salah
satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata, rima, dan irama sebagai media penyampaian
untuk membuatkan ekspresi, ilusi dan imajinasi.
2.1.2 Pengertian Puisi Menurut Para Tokoh
Beberapa para tokoh dalam bidang sastra mengutarakan pendapatnya pengenai
pengertian puisi, diantaranya ialah:
-Herman J. Waluyo
Waluyo (2002, hlm. 1), mengungkapkan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata
kias (imajinatif).

-Watt-Dunton
Menurut Watt-Dunton (dalam Situmorang, 1980) puisi adalah ekpresi konkret yang bersifat
artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.

-Suroto
Suroto (1989, hlm. 40) berpendapat bahwa secara bebas dapat dikatakan bahwa puisi adalah
karangan yang singkat, padat, pekat.

-Pradopo
Pradopo (1995) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dan interpretasi dari berbagai
pengalaman manusia yang penting, digubah dalam bentuk atau wujud yang paling berkesan.

-Herbert Spencer
Puisi adalah salah satu bentuk pengungkapan gagasan yang bersifat emosional dengan
mempertimbangkan keindahan dan efek estetis lainnya.

-Dunton
Puisi adalah pemikiran manusia secara konkret namun artistik dalam bahasa yang berirama
atau berima seperti musik.

-Samuel Taylor Coleridge


Coleridge berpendapat bahwa puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan yang terindah
pula.
2.1.3 Unsur-unsur Puisi
Puisi memiliki banyak sekali unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, diantaranya
adalah:
A. Perwajahan Puisi (Tipografi)
Perwajahan puisi (tipografi) yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata,
tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan
terhadap puisi.

B. Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka
kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya
dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

C. Imaji
Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji
suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair.

D. Kata Konkret
Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya
imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret “salju”
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa”
dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

E. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatik,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,
sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks,
satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

F. Rima/Irama
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Rima mencakup:
1) Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi
Sutadji C.B.),
2) Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
3) Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras
lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

2. Struktur Batin Puisi


A. Tema/Makna (Sense)
Tema/makna (sense) media puisi adalah tataran bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan.

B. Rasa (Feeling)
Rasa (feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

C. Nada (Tone)
Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema
dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama
dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

D. Amanat/Tujuan/Maksud (Intention)
Amanat/tujuan/maksud (intention) yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada
pembaca.
2.1.4 Jenis-jenis Puisi Menurut Zaman
Berdasarkan zamannya, puisi bisa dibedakan menjadi puisi lama dan puisi baru.
A. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang merupakan peninggalan sastra melayu lama. Puisi lama
terdiri atas puisi asli dan puisi pengaruh asing. Contoh puisi asli masyarakat melayu adalah
pantun dan contoh puisi asing pengaruh bahasa Arab adalah syair. Ciri-Ciri Puisi lama antara
lain sebagai berikut :
- Puisi lama bisanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama pengarangnya.
- Puisi lama masih terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti dari jumlah baris pada setiap
baitnya, sajak serta jumlah suku kata pada setiap barisnya.
- Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan sastra lisan.
- Menggunakan majas atau gaya bahasa tetap dan klise.
- Biasanya berisikan tentang kerajaan, fantastis, serta istanasentris.
Contoh dari puisi lama adalah:
Duduk manis di bibir pantai
Lihat gadis, aduhai tiada dua
Masa muda kebanyakan santai
Sudah renta sulit tertawa
B. Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang lahir pada tahun dua puluhan. Puisi baru merupakan puisi
yang sudah tidak terikat oleh aturan, berbeda dengan puisi lama. Puisi baru memiliki bentuk
yang lebih bebas dibandingkan puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima.
Ciri-ciri puisi baru antara lain:
- Diketahui nama pengarangnya, berbeda dengan puisi lama yang tidak diketahui nama
pengarangnya.
- Perkembangannya secara lisan serta tertulis.
- Tidak terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti rima, jumlah baris dan suku kata.
- Menggunakan majas yang dinamis atau berubah-ubah.
- Biasanya berisikan tentang kehidupan.
- Biasanya lebih banyak memakai sajak pantun dan syair.
- Memiliki bentuk yang lebih rapi dan simetris.
- Memiliki rima akhir yang teratur.
- Pada tiap-tiap barisnya berupa kesatuan sintaksis.
Contoh dari puisi baru adalah:
Jatuh Cinta Padamu

Memesonanya kamu
Menyungging senyummu
Menghiasi raut wajahmu
Mendiamkan detak jantungku
Mataku jadi pencuri senyummu
Yang menghantam jantungku

Bingung tak menentu


Dengan kehadiranmu
Mungkinkah menerimaku
Kutakut kehilanganmu
Bila kau tahu perasaanku
Yang jatuh cinta padamu
2.1.5 Jenis-jenis Puisi Menurut Bentuk
Jenis-jenis puisi menurut bentuknya, antara lain:
1. Distikon
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh dari puisi distikon adalah:
Bunga
Karya: Sitor Situmorang

Bunga di atas batu


Dibakar sepi

Mengatas indera
Ia menanti

Bunga di atas batu


Dibakar sepi
2. Terzina
Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh dari puisi terzina adalah:
Hanya
Karya: Sapardi Djoko Damono

hanya suara burung yang kaudengar


dan tak pernah kau lihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
hanya desir yangin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu

hanya doaku yang bergetar malam ini


dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu
3. Kuatren
Kuatren, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh dari puisi kuatren adalah:
Hujan Bulan Juni
Karya: Sapardi Djoko Damono

tak ada yang lebih tabah


dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak


dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif


dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

4. Kuint
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh puisi kuint adalah:
Mampir
Karya: Joko Pinurbo
Tadi aku mampir ke tubuhmu
tapi tubuhmu sedang sepi
dan aku tidak berani mengetuk pintunya.
Jendela di luka lambungmu masih terbuka
dan aku tidak berani melongoknya
5. Sekstet
Sekstet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh puisi sekstet adalah:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
6. Septima
Septima, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh dari puisi septima adalah:
Ku mencarimu
Mencari setiap langkahmu
Kau ada dimana
Kenapa sulit sekali untuk bertemu denganmu
Ku mengharapkanmu
Tuk selalu berjalan bersama
Mengaharapkan cintamu
7. Oktaf atau Stanza
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau
puisi delapan seuntai).
Contoh dari puisi oktaf atau stanza adalah:
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
8. Soneta
Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait
pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta
berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi
soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda
diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah
yang dianggap sebagai “Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi
tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam
segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh puisi sonata adalah:
Perasaan siapa ta ‘kan nyala
Melihat anak berelagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala

Jauh sedikit sesayup sampai


Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau
2.1.6 Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan
zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi
kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi
kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer
seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata
yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi,
gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi. Puisi Kontemporer
memiliki beberapa jenis, diantaranya ialah:
1. Puisi Mantra
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri
adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri
mantra adalah:
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan
untuk menimbulkan akibat tertentu. Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan
dunia misteri. Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu
terletak pada perintah.
Contoh Puisi Mantra adalah:
Shang Hai
Karya Sutardji

ping di atas pong


pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping

mau pong? bilang ping


mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping

ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring

2. Puisi Mbeling
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud
ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali
dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh
pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama “Puisi Mbeling”. Kata-kata
dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur
puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa
ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat). Selain itu, puisi mbeling juga menyampaikan
kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan
ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini,
Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
Contoh Puisi Mbeling adalah:
Pedas
pedas
cabai rawit
semua kecanduan
pedas
harga cabe rawit
haruskah mati kecanduan?
super pedas
ulah sang penguasa
pedas kecanduan

3. Puisi Konkret
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata
wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang
yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi
penyairnya. Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu
memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:

A. Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat


tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-
pengulangannya.
B. Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang
disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
C. Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris
berikutnya.
D. Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap
penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).
4. Puisi Tanpa Kata
Sesuai dengan namanya, puisi ini tidak menggunakan kata untuk mengungkapkan
ekspresinya. Seabagi gantinya puisi ini menggunakan titik, garis, huruf, atau simbol.
Contoh Puisi Tanpa Kata adalah:
Mati
———————m—————-

———-a—————————-

—————————-t———-

—————i—————-i!!!!!!!!!!
5. Puisi Mini Kata
Puisi ini merupakan jenis puisi kontemporer yang minim sekali menggunakan kata, akan
tetapi dilengkapi simbol lain berupa huruf, garis, atau tanda baca.
Contoh Puisi Mini Kata adalah:
Reformasi
RR R

RRRRR

RRRRRRRRR

RRRRRRRRR

RRRRRRRR

!! REFORMASI !!
5. Puisi Multi Lingual
Puisi multi lingual menggunakan kata atau kalimat dalam berbagai bahasa, baik bahasa
daerah atau bahasa asing.
Contoh Puisi Multi Lingual adalah:
Merapi
merapi…
gagah bak penguasa
asap putih memayungimu
lebat hutan pengawalmu
sejarah laharmu abadi kini

merapi…
saumpamane kowe bisa nguri-uri
kabeh sing kaleksana ing tanah Jawi
prilakune manungsa
becik lan ora
marang alam
karunia sang Illahi.
6. Puisi Supra Kata
Puisi ini adalah puisi yang menggunakan kata-kata konvensional dan susunannya
dijungkirbalikkan sehingga menciptakan kosakata baru yang belum ditemui sebelumnya.
Aspek bunyi dan ritme merupakan hal yang paling ditonjolkan. Puisi ini lebih mirip dengan
puisi mantra karena digunakan untuk merangsang timbulnya suasana magis.
Contoh Puisi Supra Kata adalah:
PUISI JAMAN BAHARI

GIRISA

Ya meraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya
7. Puisi Idiom Baru
Puisi idiom baru menggunakan idiom baru di dalamnya. Kata yang digunakan dalam
puisi ini diungkapkan dengan cara baru sehingga mengandung nyawa baru. Idiom yang
digunakan dalam puisi ini adalah idiom yang jarang digunakan.
Contoh Puisi Idiom Baru adalah:
Tidak

keheningan
bukanlah sepi
kesepian
bukanlah sunyi
penderitaan
bukanlah luka
pertanyaan
bukanlah ketidakpercayaan
menghilang
bukanlah ketakutan
firasat
jadi pertanda
kau pergi
tuk selamanya!
 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Secara etimologis, kata puisi berasal dari kata Yunani “poites”, yang berarti
pembangun, pendahulu, pembuat. Dari kata Latin puisia, yang berarti membangun,
memimpin, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata
direduksi menjadi hasil karya sastra dan seni, yaitu menggunakan ritme, irama, dan
kadang-kadang bahkan metafora, untuk menyusun kata menurut kondisi tertentu.

3.1.2 Menurut zamannya puisi di bagi menjadi 2 (dua), yaitu: puisi lama dan puisi baru.
Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Puisi baru adalah puisi
bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima.

3.1.3 Puisi kontemporer berusaha melepaskan diri dari batasan tradisional puisi itu sendiri.
Puisi kontemporer sering menggunakan kata-kata yang tidak memperhatikan etika
berbahasa, menggunakan kata-kata yang semakin kasar dan sarkastis. Penggunaan kata-
kata simbolik atau simbol intuitif, gaya bahasa, ritme, dan lain-lain dianggap kurang
penting.

3.2 Saran

3.2.1 Saran Bagi Sekolah

Mendukung minat siswa terhadap puisi dan sastra dengan memenuhi kebutuhan media
pembelajaran khususnya media pembelajaran bahasa.

3.2.2 Saran Bagi Guru

Dapat menggunakan media gambar sebagai salah satu alternatif media belajar dalam
pembelajaran menulis puisi untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.

3.2.3 Saran Bagi Penulis

Melanjutkan program-program yang bernilai positif dan mendukung karya terhadap


kesusastraan Indonesia serta meminimalisir faktor-faktor yang menghambat
perkembangan informasi yang berkaitan dengan nilai, makna dan unsur-unsur pada karya
sastra puisi
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2021. Pengertian Puisi; Jenis-jenis, Contoh, dan Cara Membuat Puisi. Tersedia pada
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-puisi/

Ajim, N. 2018. Jenis-jenis Puisi Berdasarkan Bnetuk Zaman dan Isi. Tersedia pada
https://www.mikirbae.com/2018/09/jenis-jenis-puisi-berdasarkan-bentuk.html

Muda, S. 2018. Puisi Baru: Pengertian, Ciriciri, Jenis, dan Contohnya. Tersedia pada
https://blogbahasa-indonesia.blogspot.com/2018/05/puisi-baru.html

Nisa, A. 2021. Contoh Puisi Baru Beserta Jenisnya Berdasarkan Isi dan Bentuk. Tersedia pada
https://bobo.grid.id/read/082893599/contoh-puisi-baru-beserta-jenisnya-berdasarkan-
isi-dan-bentuk?page=all

Pangesti, R. 2022. Apa Saja Unsur-unsur Pembangun Puisi? Siswa Perlu Tahu!. Tersedia
pada https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5938802/apa-saja-unsur-unsur-
pembangun-puisi-siswa-perlu-tahu

Ramadhanti. 2021. Puisi Kontemporer. Teredia pada https://www.pinhome.id/blog/puisi-


kontemporer/

Thabroni, G. 2019. Pengertian Puisi, Unsur & Jenis Menurut Para Ahli (Lengkap). Tersedia
pada https://serupa.id/pengertian-puisi-menurut-para-ahli/

Anda mungkin juga menyukai