Anda di halaman 1dari 35

KARYA TULIS ILMIAH

Pengembangan Berbahasa pada Gen Z

DISUSUN OLEH

FERIANTA JOSEPTIAN PINEM

YOLANDA HANI EMMELY TAMBUNAN

KELAS : XI IPA 3

SMA N 4 MEDAN

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur pada kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengembangan Berbahasa pada
Gen Z” dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya.

Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi nilai tugas Bahasa
Indonesia dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang materi yang sedang saya pelajari.
Pada kesempatan kali ini, tak lupa saya berterimakasih kepada seluruh pihak dan berbagai
sumber yang telah membantu saya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Selanjutnya dengan rendah hati, saya meminta kritik dan saran dari pembaca karya
tulis ilmiah ini yang bersifat membangun demi terciptanya karya tulis ilmiah selanjutnya
yang lebih baik lagi. Tidak semua hal dapat saya deskripsikan dengan baik dan sempurna
dalam karya tulis ini. Saya melakukannya dengan semaksimal mungkin. Di akhir, saya
berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................................................

2.1 Pengertian Puisi ..............................................................................................................................................

2.2 Jenis-Jenis Puisi ..............................................................................................................................................

2.3 Unsur Puisi ......................................................................................................................................................

2.4 Teknik Pembuatan Puisi .................................................................................................................................

BAB 3 CONTOH PUISI ...........................................................................................................................................

3.1 Puisi “Kesabaran” ...........................................................................................................................................

3.2 Analisis Puisi “Kesabaran” ..............................................................................................................................

BAB 4 PENUTUP ...................................................................................................................................................

4.1 Kesimpulan .....................................................................................................................................................

4.2 Saran...............................................................................................................................................................

4.3 Soal .................................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada akhir abad ke-19 dan masa awal abad baru. Sastrawan bernama Thomas Hardy
mencoba melukiskan keraguannya pada zaman baru itu. Segala nada yang hadir dalam
puisinya membawa kita pada pandangannya yang begitu pesimis. (B. Wijayanti, 2012) Karya
sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh
masyarakat luas.

Puisi sebagai karya sastra. Ketika kita membicarakan puisi berarti kita juga akan
membicarakan bahasa dalam puisi. Bahasa dapat dijadikan aspek formal yang mendukung
eksitensi dan kehadiran suatu teks ke hadapan pembaca. Bahasa hadir sebagai sarana untuk
menyampaikan dan untuk mengomunikasikan informasi, gagasan, ide, perasaan, pesan,
atau apapun yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.

Untuk membuat kalimat yang singkat dan padat makna tetapi dapat mengungkapkan
pengalaman, perasaan, pikiran, keinginan yang hendak diekspresikan oleh penyair, maka
diperlukan unsur- unsur puisi seperti diksi, pencitraan, irama, simile, metafora, simbol
ataupun pengulangan. Unsur-unsur tersebut saling mendukung, jalin- menjalin dengan rapi
dan jalinan itu membentuk makna yang utuh pada sebuah puisi. (Perrine, 1969: 11).

Penekanan pada segi estetik pada suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan,
meter dan rima dapat membedakan puisi dari prosa. Namun, perbedaan ini masih sering
diperdebatkan. Beberapa ahli modern mengatakan bahwa puisi tidak sebagai jenis literature
tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain
itu puisi juga dapat dijadikan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain kedalam
keadaan hatinya.

Dapat dilihat pada zaman sekarang, anak-anak muda atau yang sering kita dengar dengan
sebutan gen Z, karya sastra ini kurang diminati. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
berbahasa yang dimiliki seseorang karena bahasa yang digunakan pada puisi berupa bahasa-
bahasa tinggi atau kiasan. Puisi dikatakan sebagai karya sastra yang paling unik karena
tercipta dari kontemplasi terdalam penyairnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan puisi?
2. Apa yang membedakan puisi dan prosa?
3. Apa yang dimaksud dengan metafora?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulisan dari karya tulis ilmiah ini diantaranya adalah :
1. Mengetahui definisi puisi
2. Dapat menjelaskan unsur-unsur puisi
3. Dapat menjelaskan perbedaan puisi dan prosa
4. Diharapkan dapat menjadi sarana penambahan ilmu pengetahuan dalam puisi
5. Menyelesaikan tugas dari Pak Gultom

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puisi

Secara konvensional, sastra terdiri atas tiga genre, yakni puisi, prosa, dan drama.
Puisi merupakan salah satu genre yang paling tua. Jika ditelusuri, sudah banyak definisi
puisi. Dalam pandangan tradisional, puisi (poetry) merupakan ragam sastra yang terikat
oleh unsur-unsurnya, seperti irama, rima, matra, baris, dan bait (Yusuf, 1995:225).

Dalam karya sastra keindahan penuturan, artinya keidahan bahasa, adalah satu hal yang
ditentukan. Oleh karena itu, bahasa sastra sering tampil dengan sosok yang berbeda karena
menggambarkan tujuan itu. Sastra adalah salah satu macam karya seni, maka tujuannya
keindahannya menjadi sangat penting. (Nurgiyantoro, 2014:36).
Menurut (Melati, Warisma, & Ismayani, 2019) Karya sastra merupakan suatu karya yang
menceritakan tentang berbagai permasalahan kehidupan dengan imajinasi dan didalam nya
mengandung keindahan serta memiliki pemikiran yang tinggi.

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati
penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan
poet dan poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa
kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani
sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-
hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang
berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang
yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Keterampilan menulis puisi adalah kemampuan mengungkapkan gagasanpendapat, dan


perasaan kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis yang bersifat literer
(Depdiknas 2003:9).

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam
susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-
baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat
berhubungannya, dan sebagainya. (Samuel Taylor Coleridge, 1826).

Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair
menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya,
kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu
seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi. (Thomas Carlyle, 1838).

Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif,
yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. (William Wordsworth, 1834). Adapun
Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang
bercampur-baur. (Wystan Hugh Auden, 1961).

Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara
konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan,
dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-
katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti
musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur). (Theodore Watts-
Dunton, 1907).

Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam
hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan
keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan
kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik
yang paling indah untuk direkam. (Percy Bysshe Shelley, 1819).

Ada Beberapa Pengertian Puisi Menurut Para Ahli, yaitu :

1. Edwin Arlington Robinson (1869)

Puisi menurut Robinson, puisi adalah suatu bahasa yang akan disampaikan sesuatu yang
enggak akan dinyatakan, enggak diperkirakan sama dan ada puisi yang benar atau
sebaliknya.

2. Edgar Allan Poe (1809)

Puisi adalah suatu keindahan dalam bentuk berirama.

3. H.B. Jassin (1917)

Puisi merupakan pengucapan dengan perasaan yang di dalamnya mengandung pikiran-


pikiran dan tanggapan-tanggapan.

4. Herbet Spencer (1820)

Menurut Spencer, puisi ialah salah satu bentuk pengungkapan gagasan yang bersifat
emosional dengan mempertimbangkan keindahan dan efek estetis lainnya.

5. Muhammad Haji Salleh (1997)


Pengertian puisi menurut Muhammad Haji Salleh adalah sebuah bentuk karya sastra yang
kental dengan musik bahasa serta suatu kebijaksanaan oleh si penyair dan tradisinya.

6. Putu Arya Tirtawirya (1940)

Puisi adalah ungkapan secara implisit dan samar serta memiliki makna yang tersirat dan
kata-katanya cenderung pada makna konotatif.

7. Samuel Taylor Coleridge (1826)

Coleridge berpendapat bahwa puisi merupakan kata-kata terindah dalam susunan yang
indah pula.

8. Watt-Dunton (1907)

Puisi adalah ekspresi konkret yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa
emosional dan berirama.

2.2 JENIS – JENIS PUISI

Puisi memiliki 2 jenis yang umum yaitu puisi lama dan puisi modern. Puisi lama masih terikat
pada aturan penulisan, sedangkan puisi modern tidak lagi terikat dengan aturan tertentu
dan bentuknya lebih bebas.

A. Puisi Lama

Puisi lama menggunakan aturan penulisan pada umumnya. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam membuat puisi lama adalah:

 Jumlah kata dalam 1 baris


 Jumlah baris dalam 1 bait
 Persajakan (rima)
 Banyak suku kata di setiap baris
 Irama.
Ciri-Ciri puisi lama, yaitu :

 Tidak diketahui nama pengarangnya


 Penyampaiannya yang bersifat dari mulut ke mulut, sehingga termasuk sastra lisan
 Terikat dengan aturan.

Jenis-jenis puisi lama, yaitu :

Jenis-jenis puisi lama terdiri dari pantun, syair, talibun, dan gurindam. Adapun pengertian
dari keempat jenis puisi lama itu adalah sebagai berikut :

1. Pantun, Jenis puisi lama yang bersajak a b a b. Pantun memiliki empat baris, dua
baris sampiran dan dua baris isi.
2. Talibun, Puisi lama yang terdiri dari sampiran dan isi lebih dari empat baris. Jumlah
baris pada talibun selalu genap, contohnya dua baris sampir dan dua baris isi.
3. Syair, mempunyai empat bait dan bersajak a a a a serta isinya mengisahkan suatu hal
4. Gurindam, Jenis puisi lama yang terdiri atas dua baris dan berirama sama. Isi baris
pertama adalah sebab, sedangkan baris kedua berisi akibat.

B. Puisi Modern

Puisi modern adalah, puisi bebas yang tidak terikat dengan aturan. Jenis-jenis puisi modern
adalah :

• Mempunyai bentuk yang rapi, simetris.

• Persajakan akhir yang teratur.

• Menggunakan pola sajak pantun dan syair meskipun dengan pola yang lain.

• Umumnya puisi 4 seuntai.

• Setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis).


• Setiap gatranya terdiri dari dua kata dan 4-5 suku kata.

Ciri-Ciri Puisi Secara Umum :

1. Penggunaan diksi umumnya memiliki unsur yang indah dan berupa diksi kiasan

2. Penggunaan diksi lebih memerhatikan rima serta persajakan agar menghasilkan bunyi
yang indah

3. Dalam penulisannya menggunakan bait-bait yang di mana didalamnya terdiri dari


beberapa baris

4. Pengungkapan alur, tokoh, dan sebagainya tidak begitu diperlihatkan

5. Penggunaan diksi majas cukup banyak.

Jenis-jenis Puisi Lainnya, yaitu :

1. Puisi Naratif

Dalam puisi naratif mengungkapkan suatu cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi
menjadi dua macam, yakni balada dan romansa. Balada adalah puisi yang berisi cerita
tentang orang-orang perkasa ataupun tokoh pujaan.

Contohnya Balada Orang-orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie karya WS Rendra.
Sedangkan romansa adalah jenis puisi cerita yang memakai bahasa romantik yang berisi
kisah percintaan, yang diselingi perkelahian dan petualangan.

2. Puisi Lirik

Pada jenis puisi lirik terbagi ke dalam beberapa macam, yakni elegi, serenada dan ode. Elegi
adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Contohnya Elegi Jakarta karya Asrul Sani
yang mengungkapkan perasaan duka penyair di Kota Jakarta.
Sedangkan serenada merupakan sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata "serenada"
sendiri bermakna nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja.

Sementara itu, ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang umumnya tokoh
yang dikagumi, sesuatu hal, atau sesuatu keadaan. Contohnya seperti Diponegoro karya
Chairil Anwar dan Ode buat Proklamator karya Leon Agusta.

3. Puisi Deskriptif

Dalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa,
benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian. Puisi yang termasuk kedalam jenis
puisi deskriptif, misalnya satire dan puisi yang bersifat kritik sosial.

Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan ketidakpuasan penyair terhadap suatu
keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya.

Sedangkan puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidakpuasan penyair
terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan
kepincangan atau ketidak beresan keadaan atau orang tersebut. Kesan penyairan ini juga
dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan penyair
terhadap suatu hal.

2.3 UNSUR PUISI

Pada dasarnya, unsur atau struktur puisi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu struktur batin
puisi dan struktur fisik puisi.

• Unsur Batin Puisi

Struktur batin puisi bisa dikatakan sebagai unsur pembentuk puisi. Strukur batin puisi masih
dibagi menjadi 4 struktur, yaitu:

1. Rasa
Struktur rasa ini dapat diartikan sebagai sentuhan rasa yang berasal dari penulis puisi.
Biasanya, penulis puisi atau penyair akan menulis sebuah puisi karena latar belakang serta
keresahan dari penulis itu sendiri. Akan tetapi, ada juga penulis puisi yang menulis puisi
berdasarkan permasalahan yang sedang terjadi.

2. Tema

Tema pada puisi ini biasanya akan menentukan hasil dari puisi itu sendiri. Oleh sebab itu,
terkadang ada beberapa penulis puisi yang lebih menyukai untuk menentukan tema dalam
membuat puisi.

3. Amanat

Amanat merupakan sebuah pesan yang berisi tentang kehidupan yang diberikan oleh
penulis kepada pembaca. Amanat ini ada yang dapat dijelaskan secara langsung dan ada
juga yang dijelaskan dengan menggunakan makna-makna tersirat.

4. Nada

Nada pada puisi dapat diartikan sebagai bunyi dari puisi yang dibuat oleh penulis atau
penyair. Nada yang digunakan bisa nada tinggi, nada rendah, dan lain-lain.

• Unsur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi merupakan unsur fisik puisi, sehingga biasanya di dalam puisi akan
terdapat unsur fisik puisi. Berbeda dengan struktur batin puisi, struktur fisik puisi ini terdiri
dari 6 struktur, yaitu:

1. Gaya Bahasa

Puisi yang sering kita baca ini biasanya akan ada berbagai macam gaya bahasa dalam satu
buah puisi. Dengan adanya gaya bahasa, maka akan memunculkan makna konotasi,
sehingga membuat pembaca puisi tersentuh perasaanya.

2. Diksi
Bahasa pada puisi sangatlah pada, sehingga setiap rangkaian katanya bisa memiliki makna
tersendiri. Susunan kata pada puisi itu sering dikenal dengan istilah diksi. Pemilihan diksi
harus memerhatikan kata-kata lainnya agar menghasilkan estetika bagi puisi itu sendiri.

3. Tipografi

Puisi terdiri dari beberapa baris dalam satu barisnya, kemudian pada bagian akhirnya
terkadang diberi tanda baca yang berbeda-beda. Tanda baca ini akan menentukan suasana
yang ada di dalam puisi.

4. Rima

Rima pada puisi ini biasanya terletak pada bagian akhir baris puisi. Dengan adanya rima,
bunyi puisi akan menjadi lebih indah.

5. Kata Konkret

Kata konkret merupakan kata-kata pada puisi yang bisa mengarahkan ke imajinasi pembaca.
Oleh karena itu, setelah membaca puisi, bisa menghadirkan imaji bagi seseorang.

6. Imaji

Ketika membaca puisi akan lebih tersentuh apabila menghubungkannya dengan indera
manusia. Imaji merupakan imajinasi yang melibatkan setiap indera manusia, biasanya imaji
suara, imaji penglihatan, dan sebagainya.

7. Versifikasi

Yaitu mengikut rima, ritme, dan metrum. Rima ialah persamaan bunyi baik di awal, tengah,
atau di akhir puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang
memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B), (2) bentuk interm pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repitisi bunyi [kata], dan sebagainya (Waluyo, 187:92), dan (3) pengulangan kata/ungkapan.
Ritma adalah tinggi rendah. panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol
dalam pembacaan puisi.
2.4 Teknik Pembuatan Puisi

Sampai saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik yang dipublikasikan di buku, di
koran, di internet, maupun yang masih tetap mengendap di tangan penulis atau bahkan
sudah hilang, entah ke mana rimbanya.

Berbagai ragam tema bahasan juga pernah diungkapkan lewat puisi, mulai dari kehidupan
sehari-hari, budaya, sains, politik dan tentu saja tentang cinta yang banyak sekali ditemukan,
khususnya puisi yang dituliskan oleh kaum remaja. Tentu, puisi-puisi ini dilahirkan dari
berbagai macam proses kelahiran. Sebenarnya, jika dicermati, menurut pengalaman, puisi
itu merupakan ungkapan kata bermakna yang dihasilkan dari berbagai macam proses
kelahiran masing-masing.

• Proses kelahiran ini ada beberapa tahap, antara lain :

1. TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA DIRI

Puisi pada tahap ini, biasanya lahir berdasarkan observasi pada sekitar diri sendiri, terutama
pada faktor fisik.

2. TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA DIRI

Pada tahap ini akan lahir puisi yang mampu mengungkapkan rasa atau perasaan diri sendiri
atas obyek yang bersinggungan atau berinteraksi. Perasaan yang terungkap bisa berupa
sedih, senang, benci, cinta, patah hati, dan lain-lain, misalnya tatkala melihat meja, akan
bisa lahir sebuah puisi

3. TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA OBYEK LAIN

Pada tahap ini puisi dilahirkan berdasarkan fakta-fakta di luar diri dan dituliskan begitu saja
apa adanya, tanpa tambahan kata bersayap atau metafora, misalnya tatkala melihat meja,
kemudian muncul gagasan untuk menulis puisi.

4. TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA OBYEK LAIN


Pada tahap ini penulis puisi mencoba berusaha mengungkapkan perasaan suatu obyek, baik
perasaan orang lain maupun benda-benda di sekitarnya yang seolah-olah menjelma menjadi
manusia. Misalnya tatkala melihat orang muda bersandar di bawah pohon rindang, dapat
sebuah terlahir puisi.

5. TAHAP MENGUNGKAPKAN KEHADIRAN YANG BELUM HADIR

Pada tahap ini puisi sudah merupakan hasil kristalisasi yang sangat mendalam atas segala
fakta, rasa dan analisa menuju jangkauan yang bersifat lintas ruang dan waktu, menuju
kejadian di masa depan. Mengungkapkan Kehadiran yang belum hadir artinya melalui media
puisi, puisi dipandang mampu untuk menyampaikan gagasan dalam menghadirkan yang
belum hadir, yaitu sesuatu hal yang pengungkapannya hanya bisa melalui puisi, tidak
dengan yang lain. Misalnya cita-cita anak manusia, budaya dan gaya hidup masyarakat di
masa depan, dan lain-lain. Salah satu contoh yang menarik adalah lahirnya puisi paling tegas
dari para pemuda Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta, atas prakarsa
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), dalam Sumpah Pemuda. Saat Sumpah
pemuda yang berbentuk puisi ini diikrarkan, bangsa Indonesia masih tersekat-sekat dalam
kebanggaan masing-masing suku, ras dan bahasa serta masih dijajah oleh kolonial Belanda.
Melalui Puisi Sumpah Pemuda, lambat laun terjadi pencerahan pada seluruh komponen
bangsa akan pentingnya persatuan, sehingga jiwa persatuan itu sanggup dihadirkan di
dalam setiap individu bangsa Indonesia, meskipun kemerdekaan dan persatuan belum
terwujud. Dan menunggu sampai dengan di raihnya kemerdekaan Republik Indonesia 17
Agustus 1945 (source : Imam Herlambang)

CARA MENULIS PUISI

• Tahap pertama

Membuat kerangka puisi, dimulai dari jenis puisi yang ingin ditulis, kemudian perhatikan
unsur puisi. Jika pembaca ingin menulis puisi lama, maka irama, rima sajak harus ditentukan
terlebih dahulu agar pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh pembaca puisi.
• Tahap kedua

Menentukan judul, penentuan judul di awal dapat mempermudah pembaca untuk


membatasi ungkapan atau emosi yang ingin disampaikan melalui puisi.

•Tahap ketiga

Proses kreatif yang dapat pembaca peroleh melalui membaca referensi serta puisi atau
berimajinasi.

Dalam proses membuat puisi, penggunaan diksi tidak perlu terlalu sulit, cukup memulai
dengan kata-kata yang familiar, dengan begitu pembaca akan mulai terbiasa untuk
membuat ragam puisi lainnya. Selamat berpuisi. (Ahmad, Cara Membuat Puisi yang Bagus
dan Unsur-Unsurnya, 2021).

BAB 3

CONTOH PUISI

Kesabaran

Karya Chairil Anwar

Aku tak bisa tidur

Orang ngomong, anjing nggonggong

Dunia jauh mengabur

Kelam mendinding batu

Dihantam suara bertalu-talu


Di sebelahnya api dan abu

Aku hendak bicara

Suaraku hilang, tenaga terbang

Sudah! Tidak jadi apa-apa!

Ini dunia enggan disapa, ambil perduli

Keras membeku air kali

Dan hidup bukan hidup lagi

Kuulangi yang dulu kembali

Sambil bertutup telinga, berpicing mata

Menunggu reda yang mesti tiba

ANALISIS PUISI “KESABARAN “

 Unsur Batin
a.    Tema
Herman J. Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-
matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema
merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema
(umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema
dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar yaitu tema sosial, karena
menceritakan kehidupan sosial penyair yang kemugkinan besar berusaha sabar dalam
menghadapi orang lain.

b.    Perasaan (Feeling)


Herman J. Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair
yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar perasaannya yaitu perasaan penyair
yang berusaha sabar dalam menghadapi hidup, ia tidak memperdulikan apapun yang orang
katakan tentang dirinya. Ia lebih baik diam dan tidak berkomentar.

c.    Nada dan Suasana


Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadap pembaca,
beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleh penyair, seperti yang dikemukakan oleh
Herman J. Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati,
menyindir, atau bersikap lugas…”. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca
puisi itu, atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.
Nada di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar Penulis berpendapat bahwa
puisi tersebut bernada lugas, sebab penyair begitu lugas dalam mengemukakan bagaimana
pengalamannya dalam bersabar. Puisi yang berjudul ‘Kesabaran’ mencerminkan bagaimana
kelugasan penyair dalam mengemukakan pengalamannya, tidak bersikap menggurui. Hal ini
disebabkan bahwa kesabaran adalah sesuatu yang sangat sakral, ada di dalam setiap diri
manusia.
Suasana di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar memberikan suasana pada
pembaca, bahwa perasaan penyair sangat kuat dan ia tidak memikirkan apapun yang
membuat ia sakit hati, ia akan bersabar dan tidak akan banyak berkomentar. Hal ini penulis
rasakan setelah membaca puisi tersebut, memberikan kesadaran bahwa apabila kita
menghadapi masalah harus bersikap sabar dan yakin bahwa cobaan itu akan berlalu seiring
berjalannya waktu.
d.   Amanat
Setelah memahami tentang tema, nada,dan perasaan yang terdapat dalam puisi
tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam
puisinya adalah tentang kesabaran, penyair ingin mengamanatkan bahwa kita harus
bersabar dalam menghadapi masalah, sebab masalah pasti akan selalu datang. Maka dari
itu, kita harus bersabar dan yakin bahwa suatu saat cobaan itu akan berlalu.

 Unsur Fisik Puisi

 a.       Diksi (Pemilihan Kata)

Penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus
dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di
tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab
itu, disamping memilih kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya
dan kekuatan atau daya magis dari kata-kata tersebut. Kata-kata diberi makna baru dan
yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak penyair. Karena begitu pentingnya
kata-kata dalam puisi, maka bunyi kata juga dipertimbangkan secara cermat dalam
pemilihannya. Karena pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis, maka
kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolut dan tidak bisa
diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda. Bahkan sekalipun unsur
bunyinya hampir mirip dan maknanya sama, kata yang sudah dipilih itu tidak dapat diganti.
Jika kata itu diganti akan mengganggu komposisi dengan kata lainnya dalam konstruksi
keseluruhan puisi itu.

Di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar diksi atau pemilihan kata menggunakan kata-
kata yang mudah dimengerti oleh pembaca meskipun dalam struktur kata tidak beraturan
dan kurang sesuai dengan struktur kata pada umumnya. Misalnya: kata ‘nggonggong’ dalam
struktur kata pada umumnya bukan ‘nggonggong’ tetapi ‘menggonggong’, namun penyair
lebih memilih kata ‘nggonggong’ sebagai kata yang memiliki unsur orisinalitas atau private
symbol sehingga menghasilkan poetic power.
 

b.      Pengimajian

Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata kongkret. Diksi yang dipilih harus
menghasilkan pengimajian oleh karena itu kata-kata menjadi lebih kongkret seperti kita
hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian dapat dibatasi dengan
pengertian: kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Baris atau bait puisi itu seolah
mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau sesuatu
yang bisa kita rasakan, raba, atau sentuh (imaji taktil).

Pengimajian di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar yaitu sebagai berikut:

–       Aku tak bisa tidur (imaji taktil)

–       Orang ngomong, anjing nggonggong (imaji auditif)

–       Dunia jauh mengabur (imaji taktil)

–       Kelam mendiding batu (imaji taktil)

–       Dihantam suara bertalu-talu (imaji auditif)

–       Di sebelahnya api dan abu (imaji visual)

–       Aku hendak bicara (imaji taktil)

–       Suaraku hilang, tenagaku terbang (imaji taktil)

–       Sudah! tidak jadi apa-apa! (imaji taktil)

–       Ini dunia enggan disapa, ambil perduli (imaji taktil)

–       Keras membeku air kali (imaji visual)

–       Dan hidup bukan hidup lagi (imaji taktil)


–       Kuulangi yang dulu kembali (imaji taktil)

–       Sambil bertutup telinga, berpicing mata (imaji visual)

–       Menunggu reda yang mesti tiba (imaji taktil)

c.       Kata Kongkret

Untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkongkret,
maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti
halnya pengimajian, kata yang diperkongkret ini juga erat hubungannya dengan penggunaan
kiasan dan lambang. Jika penyair mahir memperkongkret kata-kata, maka pembaca seolah-
olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian
pembaca terlibat penuh secara bathin kedalam puisinya. Jika imaji pembaca merupakan
akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka kata kongkret ini merupakan syarat
atau sebab terjadinya pengimajian itu. Dengan kata yang diperkongkret, pembaca dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.

Di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan
ia berusaha sabar dan mengabaikan orang-orang yang menggunjingnya atau
membicarakannya ia menggunakan kata ‘Aku tak bisa tidur/Orang ngomong, anjing
nggonggong/Dunia jauh mengabur/Kelam mendinding batu/Dihantam suara
bertalu-talu/Di sebelahnya api dan abu’, kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan ia
berusaha berbicara namun ia tidak dapat berbicara dan akhirnya berusaha untuk tidak
perduli ia menggunakan kata ‘Aku hendak bicara/Suaraku hilang, tenaga terbang/Sudah!
tidak jadi apa-apa!/Ini dunia enggan disapa, ambil perduli’, kata kongkret yang dipilih untuk
melukiskan ia sudah tahan dan kuat untuk menjalani hidup ia menggunakan kata ‘Keras
membeku air kali/Dan hidup bukan hidup lagi’, kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan
bahwa ia akan terus bersabar dan yakin bahwa suatu saat nanti cobaan itu akan berlalu
seiring berjalannya waktu ia menggunakan kata ‘Kuulangi yang dulu kembali/Sambil
bertutup telinga, berpicing mata/Menunggu reda yang mesti tiba’.
 

d.      Bahasa Figuratif (Majas)

Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa
figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan
banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair
untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung
mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang.

Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair
karena: 1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, 2) bahasa figuratif
adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi
kongkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, 3) bahasa figuratif adalah cara
menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, 4)
bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan
dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Perrine,
1974:616-617).

Di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar menggunakan majas hiperbola yakni kiasan
yang berlebih-lebihan. Misalnya dalam kata ‘Dunia jauh mengabur’, ‘Kelam mendinding
batu’, ‘Suaraku hilang, tenaga terbang’, ‘Keras membeku air kali’, ‘Dan hidup bukan hidup
lagi’. Selain itu puisi tersebut juga menggunakan majas personifikasi seperti dalam kata ‘Ini
dunia enggan disapa, ambil perduli’.

e.       Rima dan Ritma

Bunyi di dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam
puisi. Dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frasa yang berulang-ulang,
merupakan unsur yang memperindah puisi itu.

1.      Rima
Pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan
pengulangan bunyi itu puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini penyair
juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini pemilihan bunyi-bunyi mendukung
perasaan dan suasana puisi.

Rima di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut:

Aku tak bisa tidur (pengulangan bunyi fonem /a/ dan /i/)

Orang ngomong, anjing nggonggong (pengulangan bunyi fonem /o/ dan /ng/)

Dunia jauh mengabur (pengulangan bunyi fonem /u/)

Kelam mendinding batu (pengulangan bunyi fonem /e/ dan /m/)

Dihantam suara bertalu-talu (pengulangan bunyi fonem /a/)

Di sebelahnya api dan abu (pengulangan bunyi fonem /a/)

Aku hendak bicara (pengulangan bunyi fonem /a/)

Suaraku hilang, tenaga terbang (pengulangan bunyi fonem /a/ dan /ng/)

Sudah! tidak jadi apa-apa! (pengulangan bunyi fonem /a/)

Ini dunia enggan disapa, ambil perduli (pengulangan bunyi fonem /i/ dan /a/)

Keras membeku air kali (pengulangan bunyi fonem /k/, /e/, dan /a/)

Dan hidup bukan hidup lagi (pengulangan bunyi fonem /a/, /i/ dan kata ‘hidup’)

 
Kuulangi yang dulu kembali (pengulangan bunyi fonem /u/ dan /a/)

Sambil bertutup telinga, berpicing mata (pengulangan bunyi fonem /a/,/i/ dan /u/)

Menunggu reda yang mesti tiba (pengulangan bunyi fonem /e/ dan /a/)

2.      Ritma

Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi,
kata, frasa, dan kalimat. Ritma dapat dikatakan sebagai irama namun berbeda dengan
metrum (matra). Dalam puisi karya-karya Chairil Anwar, irama sudah diciptakan secara
kreatif artinya tidak hanya berupa pemotongan baris-baris puisi menjadi dua frasa, namun
dapat berupa pengulangan kata-kata tertentu untuk mengikat beberapa baris puisi.

Ritma di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar adalah kata ‘aku’ yang merupakan
pengikat beberapa baris, sehingga baris-baris itu seolah bergelombang menimbulkan ritma.

Aku tak bisa tidur

Orang ngomong, anjing nggonggong

Dunia jauh mengabur

Kelam mendinding batu

Dihantam suara bertalu-talu

Di sebelahnya api dan abu

Aku hendak bicara

Suaraku hilang, tenaga terbang


Sudah! Tidak jadi apa-apa!

Ini dunia enggan disapa, ambil perduli

Keras membeku air kali

Dan hidup bukan hidup lagi

Kuulangi yang dulu kembali

Sambil bertutup telinga, berpicing mata

Menunggu reda yang mesti tiba

(Sahdar Saputra, 2012)

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa memang anak-anak


muda di zaman sekarang atau “Gen Z” memang kurang adanya minat pada karya sastra,
salah satunya karya sastra puisi yang kami bahas ini. Padahal puisi termasuk salah satu
bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan dalam bahasa yang indah dan
sifatnya yang imajinatif. Bahkan puisi juga dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang
menggambarkan perasaan penulisnya.

4.2 Saran
Melihat kondisi remaja pada zaman sekarang yang kurang adanya minat pada karya
sastra puisi ini, penulis menyarankan sebaiknya tetap menyukai puisi karena karya sastra
adalah warisan turun temurun dari nenek moyang kita. Perkembangan zaman bukanlah
hal yang bisa menghilangkan warisan turun temurun ini.

4.3 Soal

A. PILIHAN BERGANDA

Bacalah Kutipan Puisi Berikut !

Judul: Menyesal

Pagiku hilang sudah melayang

Hari mudaku sudah pergi

Sekarang petang datang membayang

Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi

Beta lengah dimasa muda

Kini hidup meracuni hati

Miskin ilmu miskin harta

.... (A. Hasyim)

1. Kata petang pada larik ketiga puisi tersebut mempunyai makna lambang ...

a. Waktu sore hari

b. Kehidupan malam

c. Suasana senja
d. Masa tua

2. Maksud bait kedua puisi tersebut adalah ...

a. Seseorang yang lengah dipagi hari sehingga hidupnya sangat menderita di usia muda

b. Seseorang yang menderita hidupnya karena tidak memiliki ilmu dan harta

c. Seseorang yang miskin harta dan miskin ilmu pada masa muda karena ia lupa waktu

d. Seseorang yang telah menyia-nyiakan masa mudanya dalam menuntut ilmu sehingga
hidupnya menderita di hari tua

3. Persamaan bunyi yang terdapat pada bari spertama puisi di atas adalah ...

a. hilang dan melayang

b. pagiku dan hilang

c. pagiku dan melayang

d. sudah dan melayang

4. Majas personifikasi dalam puisi di atas terdapat dalam baris ...

a. 1 dan 2

b. 2 dan 3

c. 1 dan 4

d. 3 dan 4
5. Cermati ciri-ciri puisi berikut !

i. Bersajak a-a-a-a

ii. Isi semua tidak ada sampiran

iii. Berasal dari Melayu (Indonesia)

iv. Setiap bait terdiri dari 2 baris

Manakah yang termasuk ciri-ciri syair ...

a. i, ii

b. i, iii

c. ii, iv

d. iv, i

6. Halaman Tak Terbatas

Bunga yang indah

......

Akan sia-sia belaka

Di vas yang salah

Bungaku tak pernah layu

Merekah sepanjang waktu

malah selalu
Larik bermajas yang tepat untuk melengkapi puisi tersebut adalah ...

a. kumbang hinggap disana

b. memiliki duri menusuk

c. merebak aroma

d. tumbuh di halaman

7. Jeritan Malam

Merintih ke langit

Derita hidup mengepung

menjerit bangsaku sedang berjuang

merintinh ke langit

tenaga mesin menembus kelam

berputar roda atas rel tertentu

terus menuju ke stasiun akhir

semangat wajah menembus kelam

berjuang bangsaku atas cinta tertentu

terus menuju negara merdeka!

Larik bermajas personifikasi yang sesuai untuk melengkapi puisi tersebut adalah ...

a. kami kedua menanti

b. menjerit peluit kereta malam


c. ratapan pekik melangit

d. bangkit berlari menumbuhkan kepala

Bacalah puisi berikut untuk menjawab soal 8, 9, 10 !

Alamku ini

Awan bergerak

seiring waktuku yang kerontang

angin berdiri menepi

sejenak beri kesejukan

kuda berlari terkikik

tinggal jejak kaki

di antara rumputan misteri

alamku ini memang begini

dapat dipastikan perubahan yang terhenti

8. Makna kias kering kerontang pada bait puisi di atas adalah ...

a. penyesalan

b. kesunyian

c. keputusasaan

d. penderitaan
9. Maksud puisi tersebut adalah ...

a. seseorang yang tidak mau lagi memedulikan hidupnya

b. ketidakpedulian seseorang terhadap kehidupan orang lain

c. kekecewaan seseorang atas nasib yang menimpa orang lain

d. keputusasaan menghadapi masalah hidup yang dialaminya

10. Suasana yang tergambar dalam puisi tersebut adalah ...

a. galau

b. gelisah

c. sedih

d. harmonis

B. Essay

1. Sebutkan tokoh-tokoh penyair di Indonesia!

2. Apa yang dimaksud puisi kontemporer?

4. Bagaimana ciri-ciri puisi baru?

5. Berikan contoh judul karya puisi kontemporer!

c. Menjodohkan

a. puisi f. rasa, tema, amanat, nada


b. majas g. gaya bahasa
c. versifikasi h. majas
d. metafora I. ragam sastra yang bahasanya terikat oleh
irama, mantra, rima serta penyusunan larik
dan bait. Biasanya puisi berisi ungkapan
penulis mengenai emosi, pengalaman
maupun kesan yang kemudian dituliskan
dengan bahasa yang baik sehingga dapat
berima dan enak untuk dibaca.
e. unsur batin j. rima, ritme, metrum

KUNCI JAWABAN

PILGAN

1. C
2. D
3. A
4. C
5. A
6. C
7. B
8. C
9. D
10. A

ESSAY

1. W.S Rendra, Remy Sylado, Medy Loekito, Taufiq Ismail, Chairil Anwar, Sapardi Djoko
Damono dan N.H Dini.
2. Jenis puisi yang berusaha keluar dari ikatan aturan konvensional yang pada
umumnya digunakan dalam puisi lama atau baru sehingga puisi ini akan terus
mengikuti perkembangan zaman dan tidak lagi terikat tentang irama, gaya bahasa,
dan hal-hal lainnya.
3.  Bentuk tulisan atau tipografi puisi unik
 Penulisan kata, baris ataupun bait tidak sesuai dengan penulisan puisi secara
umum
 Dapat terjadi kemacetan bunyi karena terkadang puisi kontemporer hanya berupa
tanda baca atau menggunakan sedikit diksi dan simbol.
 Menggunakan idiom yang tidak lazim
 Ditemukan banyak pengulangan kata, frasa, atau kelompok kata
 Terkadang ada campur baur bahasa Indonesia dengan bahasa lain

4.  Balada: Sajak sederhana yang menceritakan cerita rakyat yang mengharukan, yang
terkadang dinyanyikan atau disajikan dalam bentuk dialog.
 Ode: Puisi lirik yang berisi sanjungan kepada orang yang berjasa dengan nada
agung.
 Himne (gita puja): Sejenis nyanyian pujaan, biasanya pujaan ditujukan kepada
Tuhan atau Dewa.
 Romansa: Jenis puisi cerita yang berisikan luapan perasaan cinta kasih.
 Epigram: Puisi yang berisikan tuntunan atau ajaran hidup.
 Satire: Puisi yang berisi sindiran atau kritik dan disampaikan dalam bentuk ironi,
parodi, atau sarkasme.
 Elegi: Syair atau nyanyian yang berisi ratapan dan ungkapan dukacita, khususnya
pada peristiwa kematian.

5. Episoda Satu Detik (Antara Tuhan dan Setan) karya Remy Sylado, Pupus karya Abdul
Malik, O, Amuk, dan O Amuk Kapak karya Sutardji Calzoum Bachri, Hai Ti karya
Ibrahim Sattah, dan Wajah Kita karya Hamid Jabbar.

MENJODOHKAN

 (a, i)
 (b, g)
 (c, j)
 (d, h)
 (e, f)

DAFTAR PUSTAKA

Laeli Nur Anisa, Wagiran, dan Suseno (2013). “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
PUISI KEINDAHAN ALAM MENGGUNAKAN METODE PARTISIPATORI DENGAN MEDIA
GAMBAR” dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2 (hlm : 2-3). Semarang:
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia.

Wijayanti B (2012). “Menganalisa Puisi Thomas Hardy yang Berjudul The Man He Killed”
dalam REVISI SKRIPSI JADI-THE FINAL SKRIPSI (hlm. 2-6). Semarang: undip.ac.id.

Maulinda Rerin (2018). “MAKNA PUISI KETIKA BURUNG MERPATI SORE MELAYANG KARYA
TAUFIK ISMAIL (KAJIAN STILISTIKA)” dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3
(1): 53. Jakarta: Prodi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang Jakarta.

Putri Amalia Nurul Puji, Tiana Puspitasari, Indra Permana (2019). “ANALISIS PUISI HERI
ISNAINI “PRANGKO” DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA” dalam Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia 2 (3): 366. IKIP Siliwangi.

Suryaman Maman, Wiyatmi (2013). “PUISI INDONESIA” dalam Buku Puisi-Buku Ajar (hlm.
16-17). Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai