Anda di halaman 1dari 16

REKAYASA IDE

PENTINGNYA SASTRA DAN PERKEMBANGAN MENULIS


KREATIF SASTRA DIKALANGAN MAHASISWA

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 4

Nama Mahasiswa : Dini Aulia Pratiwi (1202311003)

Foibe Dahlianti Pasaribu (1203311105)

Dosen Pengampu : Dr. Edizal Hatmi M.Pd

Mata Kuliah : Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra


Indonesia

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya
rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga saya bisa menyusun atau menyelesaikan tugas
Rekayasa Ide (RI) ini. Penulisan ini saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki dan tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas RI pada mata
kuliah Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra Indonesia.

Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen pengampu mata
kuliah Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra Indonesia yang telah memberikan
bimbingannya kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini hingga selesai.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua kalangan termasuk para mahasiswa untuk
mempermudah atau memahami dan menjadi referensi perkuliahan..

Medan, 24 November 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat...............................................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................................2
2.1 Pengertian Sastra...................................................................................................................2
2.2 Pengertian Menulis Kreatif Sastra........................................................................................2
2.3 Sejarah Perkembangan Menulis Kreatif Sastra.....................................................................3
2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis dan Langkah-Langkah Menulis.........................5
BAB III PEMBAHASAN DAN SOLUSI...................................................................................10
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................11
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
4.2 Saran....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra akan selalu ada selama ada bahasa mulai dari lisan maupun tulisan sampai cerita
bergambar pada era manusia belum mengenal huruf sampai kontemporer, ilmu sastra
menunjukan bahwa terdapat berbagai cara dalam memainkan kata dengan tujuan menyenangkan,
menghibur, dan menarik.

Sejak zaman dahulu kita sudah mengetahui tulis-menulis,membaca,dan lain-lain.tetapi


belum semuanya mengerti tujuan atau manfaat teks tertulis dan mengapa harus dipelajari teks
tertulis itu. Belakangan ini dapat diketahui bahwa teks tertulis sangat penting untuk kita semua
lebih tepatnya para mahasiswa maupun kaum awam,tetapi jarang sekali kita ketahui mengapa
teks tertulis harus kita pahami dan mempelajarinya.

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan sebuah kreasi yang bukan semata-mata sebuah
imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikamya adalah
suatu media yang mendaya gunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia
oleh sebab itu sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi
kehidupan manusia kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dari manusia
untuk mengungkapkan eksitensinya.

Biasanya kesustraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa, jadi yang termasuk
dalam kategori sastra adalah: novel cerita cerpen, syair, pantun, sandiwara atau drama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Karya sastra?
2. Apa yang dimaksud dengan menulis?
3. Bagaimana sejarah perkembangan menulis kreatif sastra?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Dari hasil mini riset sebelumnya kita dapat memperoleh manfaat berupa pengetahuan
tentang karya sastra serta kita mengetahui sejarah sastra Indonesia dan dapat memahami
mengapa teks tertulis menjadi perhatian mahasiswa.
1
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sastra
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi
segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan.
kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya.

Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi
gagsan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan
sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari
perasaan dan pemikirannya.

Dalam konteks kesenian,kesustraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian yang
menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan gagasan dan perasaan senimannya,
sehingga sastra juga disamakan dengan cabang seni lain seperti seni tari,seni lukis, seni menulis
dan sebagainya.

2.2 Pengertian Menulis Kreatif Sastra


Secara sederhana menulis dapat didefinisikan sebagai kegiatan mencurahkan pikiran dan
atau perasaan ke dalam tulisan (periksa Suriamiharja, dkk., 1996: 1). Melalui kegiatan menulis,
seseorang dapat mengungkapkan banyak hal yang terkadang tidak dapat diungkapkan secara
lisan. Untuk itu, keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Salah satu jenis kegiatan menulis
adalah menulis kreatif. Menulis kreatif terkait dengan penggunaan daya kreativitas dan
eksploitasi kemampuan seseorang untuk menciptakan hal-hal baru atau mengelola sesuatu
menjadi sesuatu yang lain. Dalam konteks itu. Rokhman (1991:4-5) mengatakan bahwa
kreativitas merupakan perilaku yang berbeda dengan perilaku umum: kecenderungan jiwa
seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru atau lain dari yang lain; bentuk berpikir yang
cenderung jelimet dan menantang arus, serta hasil yang berbeda dengan yang pemah ada.
Kreativitas memiliki unsur-unsur penting, yakni (1) kemampuan berpikir kritis, (2) kepekaan
emosi, (3) bakat, (4) dan daya imajinasi (lih, Rokhman, 1991 :6-8). Kreativitas dapat
dikembangkan melalui pengalaman, bacaan pengenalan alam, hobi dan kesenian, mengarang
(mencipta), permainan, dan lingkungan (lih juga Rokhmin, 1991:23-30).

Istilah teks memiliki beragam pengertian. Dalam perspektif formal, teks adalah sebuah
tenunan makna yang membentuk suatu wacana yang utuh dengan memanfaatkan satuan bahasa
mulai dari satuan bunyi sampai dengan satuan yang lebih besar daripada kalimat Teks
2
merupakan sebuh wadah makna yang terajut dalam satu kesatuan dengan tata bunyi, tata kata,
tata klausa/kalimat, dan wacana secara keseluruhan (Djawani, 1995:1964). Realisasi lingustik
formal ke dalam berbagai hubungan semantik dan pragmatis antara kalimat dan klausa dengan
berbagai unsur bawahannya yang membentuk sebuah teks disebut kohesi. Aspek kohesi teks
dalam wacanasastra dan wacana sejenis, menurut Cook (1994:29), adalah bentuk paralelisme
fonologis, morfologis, dan sintaksis.

Dalam perspektif fungsional, 'teks berarti bahasa yang sedang melaksanakan tugas
tertentu dalam satu konteks situasi (Halliday dan Hasan, 1994:13), Menurut
Aminudin(2000:290-291). teks merupakan paparan dunia idea yang dibentuk oleh relasi
lambanglambang kebahasaan dan sistem tanda yang lain sesuai tata cara yang digunakan dan
dikembangkan penuturnya sebagai paparan dunia idea. Teks menggambarkan fakta.pendapat,
sikap, harapan, pengertian, dan berbagai informasi lain yang terkonstrusi melalui fakta yang
menghadirkannya. Teks berinteraksi dengan konteks karena teks merupakan sebuah bentuk
pengetahuan milik bersama satu kelompok masyarakat yang berisi gambaran dan cara
pandangnya tentang dunia (Cook 1994:24). Sebagai sebuah wadah makan yang memaparkan
dunia idea, dalam setiap teks terdapat seperangkat hubungan internal yang mengatur
koherensinya, hubungan asosiatif yang menghubungkan dengan teks-teks lain dalam sebuah
korpus budaya, acuan menunjuk pada satuan-satuan tertentu, dan kondisi diluar teks itu sendiri.
Koherensi internal, pola asosiatif, dan tata acuannya itu membentuk struktur komunikatif teks,
dan interaksi yang rumit antara hubungan-hubungan itu sesuai asumsi budaya para penuturuya
(Fox, 1986:44). Paparan dunia idea sebuah teks dapat dipahami pula jika penafsir memperoleh
gambaran makna sesuai persepsi yang dibentuk. koherensi gambaran makna yang dipersepsikan,
dan pertalian gambaran makna dengan pengertian yang dihadirkan teks tersebut (Aminuddin.
1981: 186).

2.3 Sejarah Perkembangan Menulis Kreatif Sastra


Menulis adalah manifestasi fisik dari bahasa lisan. Diperkirakan manusia
mengembangkan bahasa sejak 35.000 Sebelum Maschi. Dilansir dari Ancient History
Encyclopedia, hal tersebut dibuktikan dari lukisan gua pada periode Manusia Cro-Magnon
(sekitar 50.000-30.000 Sebelum Maschi) yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Dari
gambar tersebut memunculkan sebuah bahasa. Dari beberapa gambar tampak menceritakan
sebuah kisah, bukan hanya sekedar gambar binatang dan manusia.

Bangsa Sumeria (3.500-3.000 Sebelum Masehi) pertama kali menciptakan tulisan sebagai
alat komunikasi jarak jauh yang diperlukan dalam perdagangan. Dengan meningkatnya kota di

3
Mesopotamia dan kebutuhan sumber daya berkurang, perdagangan jarak jauh harus dilakukan.
Sehingga, untuk berkomunikasi melintasi antarkota atau wilayah, para pedagang dan konsumen
menggunakan tulisan sebagai alat komunikasi.

Bentuk tulisan paling awal adalah pictographs atau piktograf (simbol yang mewakili
obyek). Berfungsi untuk membantu mengingat apa saja yang dibeli dan apa yang telah dikirim.
Bisa juga sebagai catatan berapa banyak barang yang diperlukan atau jenis barang yang dibeli
atau dijual. Bahkan tulisan piktograf untuk mencatat berapa banyak domba yang diperlukan
untuk acara pengorbanan di kuil. Piktograf tersebut ditulis pada tanah liat basah yang kemudian
dikeringkan. Hal tersebut menjadi catatan resmi perdagangan. Dari semua catatan yang ada,
paling banyak menyimpan catatan penjualan bir. Hal ini karena bir menjadi minuman populer di
Mesopotamia kuno. Namun catatan piktograf hanya berisi barang dan benda. Bukan sistem
penulisan seperti saat ini. Sehingga catatan itu tidak memberikan secara rinci, dari mans, dikirim
ke atau diterima dari siapa. Untuk lebih mengekspresikan konsep tulisan, bangsa Sumeria
mengembangkan fonogram. Fonogram adalah simbol yang mewakili suara. Suara ini adalah
bahasa yang diucapkan orang-orang Sumeria. Dengan fonogram, seseorang dapat dengan mudah
menyampaikan makna yang tepat. Misalnya dua domba dari toko dalam keadaan hidup. Jenis
tulisan fonetis ini menjadi awal dari sistem penulisan sejati yang ditandai dengan kombinasi
piktogram dan fonogram. Tulisan fonetis adalah tulisan yang digunakan untuk mencatat bunyi
bunyi bahasa secara detail.

Sarana komunikasi dengan menulis tersebut membuat para ahli untuk mencatat peristiwa-
peristiwa yang ada. Sekaligus untuk menciptakan suatu bentuk seni yang kita kenal sebagai
sastra. Bangsa Sumeria yang memulai sistem penulisan di atas tanah liat kemudian digunakan
dibeberapa wilayah di sekitarnya. Hampir semua sejarah yang ada saat ini, berasal dari ribuan
dokumen tanah liat yang tertulis dalam tulisan paku. Dikembangan oleh bangsa Sumeria dan
digali oleh para arkeolog.

Menulis, adalah salah satu bentuk budaya yang tercipta melalui proses-proses yang
disebutkan. Penemuan lambang-lambang oral (huruf)yang bentuk akhirnya berupa tulisan,
adalah suatu prestasi intelektual yang dicapai manusia dalam peradaban masyarakat klasik.
Peralihan sistem komunikasi manusia dari tradisi oral ke tradisi menulis, sangat mempengaruhi
percepatan perkembangan budaya dan perluasan informasi antar masyarakat dan antar generasi
secara lebih otentik dan efektif. Akibat dari semua itu, tentunya--secara tidak langsung akan
merubah tatanan budaya-budaya lainnya ke bentuk yang lebih baik dari masa-masa sebelumnya.
Dengan demikian penemuan budaya tulisan dalam sistem budaya suatu masyarakat, tidak hanya

4
akan menawarkan peningkatan dalam lapangan komunikasi saja, akan tetapi lebih jauh akan
mempengaruhi aspek-aspek budaya manusia itu secara keseluruhan. Hal-hal yang kita sebutkan
terbukti dari beberapa kerajaan besar pada zaman purba-seperti Mesir, Sumeria. Babylonia,
Niniveh, China dan lain-lain-yang telah memperoleh kemajuan yang pesat di bidang peradaban
dalam masa 10.000 tahun semenjak mereka menemukan tulisan. Kemajuan tersebut ternyata
lebih besar dari apa yang dicapai selama Zaman Batu yang berlangsung lebih kurang 2 juta tahun
(Santoso, tt:19-20).

2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis dan Langkah-Langkah Menulis


1. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis.

Raimes menguraikan seperangkat pedoman pembelajaran menulis. Pedoman ini


didasarkan pada prinsip-prinsip yang mencakup pertimbangan tujuan, teori, konten (isi), fokus,
silabus, bahan, metodologi, kegiatan, dan evaluasi. Prinsip-prinsip tersebut dipraktikkan oleh
guru dalam pembelajaran menulis di kelas. Agar dalam praktik menghasilkan manfaat belajar
yang optimal, maka guru harus terus-menerus dan sistematis merekam, merenungkan, dan
menganalisis apa yang telah dilakukan di dalam kelas. Guru juga dapat menggunakan
pengalaman reflektif sebagai dasar untuk memperbaiki praktik pembelajaran mereka.

Menurut Raimes ada sepuluh langkah dalam perencanaan pembelajaran menulis dan
dalam. membantu guru untuk merencanakan pembelajaran menulis. Kesepuluh langkah tersebut
sebagai berikut:

a. Tujuan dan Sasaran

Di dalam merencanakan pelatihan menulis hendaknya guru dapat memastikan tujuan


tujuan yang akan dicapai. Hal ini agar pembahasan tidak terlalu luas sehingga siswa dapat
memahami dan menerima pembelajaran menulis dengan baik. Dalam pembelajaran menulis
kreatif, maka guru harus menentukan tujuan bahwa dalam pembelajaran tersebut siswa dapat
mengetahui dan dapat menulis jenis-jenis tulisan. Dengan tujuan tersebut maka guru dalam
membelajarkan menulis kreatif dapat menjelaskan dan mengarahkan siswa agar paham dan dapat
menulis kreatif misalnya menulis surat pribadi, menulis buku harian, atau dalam menarasikan
teks wawancara. Dengan kata lain, langkah pertama dalam pembelajaran menulis adalah
menentukan tujuan pembelajaran dan indikator-indikatomya.

b. Prinsip-Prinsip Teori

Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah memilih teori yang
akan digunakan. Pemilihan teori ini tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dalam

5
pembelajaran menulis kreatif teori yang digunakan dan harus dikuasai siswa antara lain tentang
menulis kreatif, jenis-jenis tulisan, dan langkah-langkah menulis, Guru harus memberi
pemahaman siswa tentang teori-teori tersebut dengan jelas sehingga siswa dapat memahami
dengan baik. Di dalam mengajar guru harus mempunyai pikiran seperti: Mengapa saya
melakukan kegiatan ini di kelas? Apakah yang saya ajarkan sesuai dengantata bahasa dan belajar
bahasa? Apa yang siswa dapatkan dari yang saya ajarkan? Apa gunanya belajarbagi siswa?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi dasar guru dalam mengajar di kelas, sehingga
pembelajaran dapat lebih terarah.

c. Perencanaan Konten

Langkah ketiga dalam perencanaan dan pembelajaran menulis adalah perencanaan


konten. Maksud perencanaan konten tersebut yaitu dalam pembelajaran menulis di kelas guru
menggunakan pengalaman pribadi, isu-isu sosial dan budaya, sastra, atau isi dari bidang studi
lain sebagai tema atau topik tulisan. Di dalam pembelajaran bahasa terutama pembelajaran
menulis yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa, guru harus aktif memberikan
informasi-informasi lain baik dari bidang bahasa maupun dari bidang kajian ilmu lain. Hal ini
agar siswa lebih banyak mendapat informasi, gagasan, dan ide. Jadi, agar siswa dapat menulis
maka siswa perlu topik yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan ide-ide, menemukan
bentuk-bentuk agar sesuai dengan ide-ide, dan berani mengambil resiko. Artinya bahwa sebelum
menulis siswa harus mempunyai ide yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.

d. Elemen

Langkah keempat adalah menimbang elemen. Menulis terdiri dari banyak bagian
sehingga perlu mempertimbangkan mana yang akan menjadi yang paling penting seperti konten,
organisasi, orisinalitas, gaya, kelancaran, akurasi, atau bentuk tulisan yang digunakan. Elemen
yang dimaksud adalah bagian-bagian dari yang akan ditulis baik itu topik, tema, diksi, gaya
bahasa, dan lain sebagainya. Tema yang dapat diambil bisa tentang sosial, budaya, pendidikan,
atau tema-tema umum lainnya. Dalam pembelajaran menulis kreatif guru boleh saja menentukan
tema, tetapi siswa juga bisa mencari tema bebas sesuai yang dinginkan. Tema-tema bebas
tersebut misalnya tentang keluarga, pendidikan, sosial, alam, budaya, kesehatan, politik, dan
tema-tema lainnya sesuai dengan perkembangan dan usia siswa.

e. Silabus

Setelah memutuskan konten dan bobot elemen adalah bagaimana akan mengatur isi dan
pengalaman belajar di dalam kelas. Isi dan pengalaman belajar tersebut menjadi dasar organisasi
6
silabusdalam pembelajaran menulis dari tradisional ke modern dan inovatif, yaitu struktural
(pada tingkat awal), fungsional, topikal, situasional, keterampilan dan proses, serta tugas. Oleh
karena itu, langkah selanjutnya adalah mengembangkan silabus.

Dengan adanya silabus dalam praktik pembelajaran, Richards menunjukkan sebuah


"kombinasi pendekatan yang sering digunakan" (1990, hlm 9-10); apa yang merekagunakan dan
dalam proporsi apa tergantung pada siswa, tujuan, prinsip-prinsip teoritis, dan kendala
kelembagaan. Dalam mengembangkan silabus guru hendaknya mengacu pada kurikulum yang
berlaku. Silabus digunakan sebagai acuan guru dalam membelajarkan pembelajaran menulis di
kelas. Silabus disusun sesuai dengan kelas dan tingkat perkembangan siswa yang berisi standar
kompetensi dan kompetensi dasar.

f. Bahan

Langkah yang keenam adalah pemilihan bahan. Guru dalam memilih bahan atau topik
belajar dapat melalui video, perangkat lunak, dan buku. Bahan-bahan tersebut harus sesuai
dengan tujuan, prinsip, isi, dan bobot yang telah diputuskan agar tidak terjadi penyimpangan atau
kesalahan. Jika akan menggunakan buku, teks, atau artikel sebagai bahan belajar maka harus
memperhatikan topik, jenis penulisan, peluang, dan instruksi dalam metode menghasilkan ide.
instruksi pada prinsip-prinsip organisasi tulisan, kesempatan untuk kolaborasi. -hal yang harus
direvisi, dan dalam mengoreksi dan mengedit. Selain melalui hal-hal tersebut, guru atau siswa
juga dapat mencari bahan dari internet, berita, koran, majalah, atau media lainnya. Dalam
memilih bahan guru harus berhati-hati dan menyesuaikan dengan perkembangan siswa Guru
jangan sampai memilih bahan yang kurang sesuai dengan perkembangan siswa karena dapat
memberi efek yang kurang baik.

g. Bermain Peran

Dalam merencanakan suatu pelajaran atau pelatihan, guru cenderung berpikir tentang apa
yang akan mereka lakukan, apa yang harus disajikan dalam pelajaran, bagaimana cara
memimpin diskusi dikelas dan sebagainya. Ada banyak pembicaraan teoretis tentang kelas yang
berpusat pada siswa dan guru. Artinya bahwa guru tidak hanya berperan sebagai guru, tetapi juga
berperan sebagai siswa. Itulah mengapa pentingnya siswa bagi guru dalam menulis jurnal
reflektif mengajar. Secara tidak langsung guru juga pernah menjadi siswa, sehingga guru dapat
mengerti kondisi dan kemampuan siswa. Olch karena itu, agar guru lebih dekat dan mampu
memahami siswa lebih jauh guru tidak hanya berperan sebagai guru, tapi juga berperan sebagai
siswa.

7
h. Jenis dan Metode Umpan Balik

Pertama, dalam kasus kelas besar tidak setiap tulisan harus diperbaiki atau bahkan dilihat
oleh guru. Siswa dapat melakukan penulisan jurnal, umpan balik untuk membaca atau menulis
bebas di mana tujuannya adalah untuk menghasilkan ide-ide sehingga meningkatkan kelancaran
akurasi Kedua, siapa pun yang memiliki berbagai metode fisik menanggapi komentar atau
percakapan dengan penulis, umpan balik dengan perangkat lunak komputer, menggunakan fitur
fitur seperti kemampuan "comment" dan "redlining" (menulis kembali); umpan balik seperti
rekaman suara: atau tanggapan tertulis. Ketiga, memilih jenis dalam memberi umpan balik
dengan memperhatikan waktu dan ukuran kelas. Keempat, guru dan siswa perlu menyepakati
tujuan umpan balik.

i. Evaluasi

Guru menggunakan tes dan tes esai kalimat untuk mengevaluasi siswa. Mereka
menggunakan hasil tes ini di samping kuesioner untuk mengetahui atau mengevaluasi
kesuksesan mereka sendiri sebagai guru. Salah satu bentuk evaluasi dalam pembelajaran menulis
sebenarnya membantu menggabungkan evaluasi siswa dan evaluasi program penggunaan
portofolio. Portofolio tersebut kemudian dievaluasi. Portofolio ini mengarahkan siswa untuk
merevisi dan untuk menyajikan karya terbaik mereka. Portofolio berisi kumpulan tulisan mulai
dari awal semester sampai akhir. Dengan portofolio baik guru maupun siswa dapat mengetahui
perkembangan keterampilan menulisnya. Portofolio juga dapat menambah nilai siswa selain nilai
tes semester.

j. Refleksi

Sasaran, isi, teori, silabus, bahan, kegiatan, umpan balik dan evaluasi adalah substansi
yang dapat direncanakan dalam pembelajaran menulis. Guru hendaknya selalu belajar dari
pengalaman dalam pembelajaran menulis di kelas agar kesalahan atau kekurangan dalam
pembelajaran tidak terulang lagi. Pengalaman merupakan hal yang sangat penting bagi guru.
Guru yang sudah berpengalaman akan lebih mudah dalam mengajar di kelas, baik dalam
pembelajaran menulis atau pembelajaran yang lainnya. Artinya pengalaman merupakan hal yang
penting dalam mendukung proses pembelajaran. Kualitas seorang guru juga dapat ditentukan
dari pengalamannya.

8
Berdasarkan kesepuluh langkah dalam pembelajaran menulis menurut Raines dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran menulis harus melalui tahap-tahap tertentu. Hal mi diperkuat
dengan pendapat Seow yang menyakan bahwa proses penulisan di kelas dapat ditafsirkan
sebagai sebuah program pengajaran yangmemfasilitasi siswa dengan serangkaian pengalaman
belajar yang direncanakan untuk membantu mereka memahami sifat penulisan disetiap poin.

9
BAB III

PEMBAHASAN DAN SOLUSI

Sebagai mahasiswa, pasti kita lebih mendalami apa itu Sastra dan mendalami kajian
Bahasa Indonesia. Karena sastra ialah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu. Mengapa teks tertulis dapat menjadi perhatian siswa jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia karna teks adalah satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata
organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna secara kontekstual. Istilah teks dan wacana
dianggap sama dan hanya dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak dan
merupakan realisasi makna dari teks. Teks dapat dibagi menjadi dua yaitu teks tertulis dan teks
lisan, teks lisan adalah teks yang diberikan secara langsung melalui mulut sedangkan teks tertulis
adalah teks yang diberikan secara ditulis atau tertulis sifatnya tidak langsung.

Mengapa teks tertulis jadi perhatian mahasiswa. Sebagai mahasiswa sebaiknya dapat
memahami atau lebih menguasai dalam bidang teks tertulis. Karena dari zaman dahulu atau
dalam periodesasi sastra kita sudah melihat bahwa para pakar sangat mengandalkan sastra untuk
menuangkan perasaan yang dirasakannya dituangkan kedalam karya sastra dalam tertulis.

Teks tertulis lebih dapat diperhatikan karna Bahasa dan Sastra Indonesia ini memang
tepat sekali mempelajari apa itu sastra dan kajian teks, apakah itu pengertian, fungsi, dan
pembagiannya. Sebagai calon pendidik seharusnya dapat menguasai teks tertulis ini karena
manfaatnya sangat banyak, kita dapat menelaah apakah kalimat atau wacana itu teks makro
ataupun teks mikro.

Banyak sekali orang yang belum dapat membedakan teks makro maupun teks mikro pada
kalimat, sehingga mahasiswa jurusan ini sebaiknya harus menguasai hal ini sehinggah dapat
berbagi ilmu kepada orang lain atau sebagai calon pendidik berbagi ilmu pada peserta didik.

Banyak sekali manfaat mempelajari analisis teks karna kita bissa membedakan teks itu
makro atau mikro. Teks tertulis ini sangat mempengaruhi lulusan dari jurusan ini karena adanya
pembahasan mengenai teks tertulis ini, mahasiswa lebih mendalami teks dan lebih memahami
sastra ataupun demikian. Disini dapat kita ketahui dalam menelaah dan teks yang ditulis
pengarang dalam wacana atau paragraf atau puisi karena kita lebih mendalami atau memahami
perasaan pengarang dalam menuangkan pemikirannya dalam teks tertulis itu.
10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sastra ialah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Mengapa
teks tertulis dapat menjadi perhatian siswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia karna teks
adalah satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu
untuk mengungkapkan makna secara kontekstual. Istilah teks dan wacana dianggap sama dan
hanya dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak dan merupakan realisasi makna
dari teks. Teks dapat dibagi menjadi dua yaitu teks tertulis dan teks lisan, teks lisan adalah teks
yang diberikan secara langsung melalui mulut sedangkan teks tertulis adalah teks yang diberikan
secara ditulis atau tertulis sifatnya tidak langsung.

4.2 Saran
Kami sadar bahwa Rekayasa Ide ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itulah
saran dan kritik yang bersifat membangun masih sangat kami harapkan guna penulisan kami
selanjutnya agar menjadi lebih baik. Dan semoga rekayasa ide ini menjadi motivasi untuk lebih
meningkatkan daya tarik untuk terus menuangkan ide melalui menulis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr Muakihatul Hasanah. M Pd.Prof Dr. Wahyudi Siswanto, M.Pd. 2013 MENGENAL PROSES
KREATIF SASTRAWAN INDONESIA, Cakrawala Indonesia (Anggota [KAPI)
Misbah Priagu Nursalim, Eris Risnawati, Zaky Mubarok. 2020. Penulisan Kreatif. Unpam Press

12

Anda mungkin juga menyukai