Anda di halaman 1dari 18

TEORI-TEORI PENDIDIKN IPS DARI PARA AHLI

Dosen Pengampu : Husna Parluhutan Tambunan,S.Pd.,M.Pd

Mata Kuliah : Pednidikan IPS SD

DISUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK : 4

Tamara Tesalonika Simarmata ( 1213311032 )

Elsha Syafitri ( 1213311029 )

Jesika Nonida Purba ( 1213311035 )

Amel Maribot ( 1213311021 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatnya dan karunia-Nya ,Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah pendidikan IPS SD dengan tepat waktu.

Dan kami juga berharap agar makalah ini dapat menjadi pengetahuan bagi saya
dan pembaca meskipun bentuknya sangat jauh dari kesempurnaan karena kami menyadri
terbatsnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.

Serta sebagai manusia biasa tentu kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
dosen pembimbing mau pun pembaca.

Medan, September 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..….2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….….3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….……….4

A. Latar Belakang………………………………………………………….4

B. Rumusan Masalah………………………………………………..……. 4

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….5

D. Manfaat Penulisan……..……………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………6

A. Teori Teori Pendidikan IPS dari Para Ahli……………..………………6

BAB III PENUTUP………….…………………………………..……….………..10

A. Kesimpulan ……………….……………………………….………..…14

B. Saran……………………………………………………….…………..14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial pada hakekatnya merupakan mata pelajaran yang bersumber
dari kehidupan social masyarakat dan diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu social.
Sebagaimana dikemukakan oleh Hamalik (1992:35) bahwa “IPS” merupakan mata pelajaran
yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu social, disusun melalui pendekatan
pendidikan, psikologis, dan kelayakan, serta kebermaknaan bagi peserta didik dalam
kehidupannya”.
IPS awalnya merupakan istilah yang lahir di Amerika Serikat dengan konsep social
studies. Dalam perkembangannya, konsep tersebut mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu
social untuk tujuan citizenship education. Sebagaimana yang didefinisikan oleh NCSS (1994:3)
bahwa : “Social studies integrated study of the social sciences and humanities to promote civic
competence. Within the school program, social studies provide coordinated, systematic study
drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law,
philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as all as appropriate content
from the humanities, mathematics, ant natural science”. (Pendidikan IPS adalah studi ilmu-ilmu
sosial dan humaniora yang diintegrasikan untuk tujuan membentuk kewarganegaraan. IPS di
sekolah menjadi suatu studi secara sistematik dalam berbagai disiplin ilmu seperti antropologi,
arkeologi, ekonomi, geografi, Sejarah, hukum, filsafat, politik, psikologi, agama, dan sosiologi,
sebagaimana yang ada dalam ilmu-ilmu humaniora, bahkan termasuk matematika, dan ilmu-ilmu
alam dapat menjadi aspek dalam IPS).
Pernyataan tersebut menegaskan, bahwa konsep IPS merupakan kajian terpadu antara
disiplin-disiplin ilmu social dan kemanusiaan, diarahkan untuk mencapai kemampuan
warganegara yang ideal. Pembelajaran IPS ditingkat sekolah menengah pertama pada kurikulum
2013 saat ini pun diberikan secara terpadu yang didalamnya meliputi : konsep geografi,
ekonomi, sejarah, dan sosiologi bukan itu saja dalam pendidikan ips sd terdapat Teori –teori
pendidikan IPS dari para ahli.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan, maka rumusan masalah yaitu :


1. Apa yang dimaksud dengan Teori - teori Pendidikan IPS SD dari Para ahli.

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dan pengetahuan mengenai Teori - teori Pendidikan IPS SD.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu :

1. Agar menambah wawasan mengenai Teori - teori Pendidikan IPS SD dari para ahli
BAB II

PEMBAHASAN

TEORI TEORI PENDIDIKAN IPS DARI PARA AHLI

A. Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik berorientasi pada “hasil yang dapat di ukur, diamati,
dianalisis, dan diuji secara obyektif”. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku
yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diaharapkan dari teori behavioristik adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian
didasarkan atas perilaku yang tampak.Dalam teori belajar ini, guru tidak banyak ceramah, tetapi
instruksi singkat dan diikuti contoh, baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Menurut
Watson, aliran behavioristik menekankan pembahasan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Belajar mengandung arti perubahan perilaku organism sebagai pengaruh
lingkungan. Behavioristik tidak mau memepersoalkan apakah manusia itu jelek atau baik,
rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku manusia
dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Behavioristik menekankan pada pembahasan pada
terbentuknya perilaku daru hasil belajar. Behavioristik hanya ingin mengetahui bagaimana
perilaku manusia yang dilakukan oleh faktor-faktor yang ada dilingkungan sekitarnya.
Thorndike, salah seorang penganut paham Behavioristik menyatakan bahwa belajar merupakan
peritiwa terbentuknya asosiasi asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)
dengan respon (R)yang diberikan atas stimulus tersebut. Penganut paham psikologi behavior
yang lain yaitu Skinner, berpendapat hamper senada dengan hokum akibat Thomdike, la
mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement).
Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin
kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi chaa, yaitu penguatan positif
dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimuhas, apabila representasinya mengiring
sah tingkah laku yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu.
Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus yang dihilangkan dihapuskan karena cenderung
menguatkan tingkah laku (Bell 1981:151).Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus
untuk merangsang pembelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangkan
behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi
bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian
tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai komplek (Paul, 1997).Teori
behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak variabel Atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau
belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu
menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi
pembelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman pengutana yang sama. Pandangan ini tidak
dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang
relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas
sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus
dan respon yang dapat diamati Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.Teori behavioristik juga
cenderung mengarahkan pembelajar untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu
membawa pembelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik
tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak factor yang mempengaruhi proses
belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping. Skinner dan tokoh tokoh lain
pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam
kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguatan negatif (negative
reinforcement) cenderung membatasi pembelajar untuk berpikir dan berimajinasi. Aplikasi teori
behavioristik dalam kegiatan pembelajaran IPS tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge ) ke orang yang belajar atau pembelajar. Fungsi mind atau
pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir
yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini
ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pembelajar diharapakan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.Demikian halnya dalam
pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai objek pasif, yang selalu membutuhkan motivasi dan
penguatan dari pendidik. Oleh karena itu para pendidik mengembangkan kurikulum yang
berstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pembelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pembelajar diukur hanya
pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang
dijangkau dalam proses evaluasi..Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran
dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajar untuk berkreasi.
bereksperimen dan mengembangkan kemampuannya sendir. Karena sistem pembelajaran
tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pembelajar kurang mampu untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pembelajar atau orange
yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dahulu
secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu
dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu
keberhasilan belajar. Pembelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada diluar diri pembelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristic ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagai aktivitas "mimetic", yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi
atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara
ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon
pasif. keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper atau pensil test. Evaluasi
hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pembelajar menjawab secara "benar
sesuai dengan keinginan guru, hai ini menunjukkan bahwa pembelajar telah terpisah dari
kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini
menekankan evaluasi kemampuan pembelajar secara individual.

Tokoh-Tokoh Behavioristik Beserta Pemikirannya

1. Edward Edward Lee Thorndike/Teori Koneksionisme

Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika.
Lulus SI dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar
doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology
(1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher's Word
Book (1921), Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940). Menurut
Thorndike dasar dari belajar adalah Trial and error atau secara aslinya di sebut sebagai learning
by selecting and connecting. Thorndike mengajukan pengertian Teori Belays tersebut dari
eksperimennya dengan Puzzle box. Atas dasar pengamatannya terhadap bermacam-macam
percobaan, thorndike sampai pada kesimpulan bahwa hewan itu menunjukan adanya
penyesuaian diri sedemikian rupa sebelum hewan itu dapat melepaskan diri dari puzzle box.
Selanjutnya di kemukakan bahwa perilaku dari semua hewan coba itu sama, yaitu apabila hewan
coba, dalam hal ini kucing yang di gunakan dan di hadapkan pada masalah, ia dalam keadaan
discomfort dan dalam memecahkan masalahnya menggunakan trial dan error.Dalam
eksperimennya Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering di sebut dengan
hukum primer dalam belajar. a. Hukum Kesiapan (law of readiness).Apabila suatu ikatan siap
untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap maka akan
menimbulkan ketidak puasan/ ketidaksenangan terganggu. Prinsip pertama teori koneksionisme
adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan
kecenderungan bertindak. b. Hukum Latihan (law of exercise) Artinya bahwa hubungan antara
Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering di pakai dan akan semakin
berkurang apabila tidak di gunakan. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang
merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi
akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.

c. Hukum akibat (law of effect) Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil
perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan
lain kali akan diulangi Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
2. Teorl Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi
walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang
belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi
pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

3. Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolut Charles Darwin. Bagi Hull,
seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar
organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan
pemuasan kebutuhan biologs (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat
berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga
dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991)

B.Teori Humanistik

Pengertian Humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia


pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang
disepakati mengenai kata humanistik dalam pendidikan. Dalam artikel "some educational
implications of the humanistic Psycologist" Abraham maslow mencoba untuk mengkritisi teori
Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah
prestasi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia daripada berfokus pada "ketidaknormalan" atau "sakit" seperti yang dilihat oleh teori
psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah "sakit" tersebut sembuh, yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.Kemampuan
bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan pin pendidik yang beraliran
humanistik biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif
ini..Kemampuan positif ini erat kaitannya dengan pengembangan emosi pos yang terdapat dalam
domain efektif. misalnya keterampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan
orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan persamaan, kesadaran, memahami perasaan
orang lain, kejujuran interpersonal des pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah
meningkatkan kualitat keterampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Selain
menitikberatkan pada hubungan interpersonal, para pendidik yang beraliran humanistik juga
mencoba untuk membuat pembelajaran yang membanta anak didik untuk meningkatkan
kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan
berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spectrum yang luas mengeai
perilaku manusia "Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa
membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan baik?" Melihat hal-hal yang
diusahakan pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya
emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu
perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan
bahwa emosi adalag karakteristik yang sangat kuat yang Nampak dari para pendidik baraliran
humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi
sama dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan
emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita
dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi. Berbeda dengan behaviorisme, yang
melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia
atau dengan Freudianyang melihat motivasi sebagai campuran antara motivasi yang lebih rendah
atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan humanistik, yaitu bahwa
dilihat dari perilaku manusia bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi
manusia dengan motivasi yang dimiliki binatang. Menurut aliran humanistik, para pendidik
sabaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mi. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa
manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang. Untuk lebih baik, dan juga belar.Jadi
sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan melaksanakan anak belajar
sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak di paksa untuk belajar
sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran
guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap
berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut panjang pelakunya,
buakn dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi potensi
yang ada dalam diri mereka.

Aplikasi Teori humanistik Carl Roger dalam pembelajaran IPS

Teori Roger dalam pembelajaran adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator belajar
yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan. penerimaan, dan kepercayaan, (3)
pengertian yang empati.

- Realitas di dalam fasilitator belajar


Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak
menyangkal dirinya sendiri, sehingga ia dapat masuk ke dalam hubungan dengan peserta didik
tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.

- Penghargaan, penerimaan dan kepercayaan

Menghargai pendapat, perasaan dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu
dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut maka akan muncul kepercayaan akan satu
dengan lainnya.

-Pengertian yang empati

Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus memeliki
pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki kesadaran yang
sensitive bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian
akan materi pendidikan dipandang dari sudut murid bukan guru.

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk kepada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan gru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman
belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya
secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilaui adalah:

- Merumuskan tujuan pembelajaran yang jelas

- Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifatjelas, jujur dan
positif

- Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajara utas inisiatif
sendiri. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, mamknai proses pembelajaransecara
mandiri.

- Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan
apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
-Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,tidak menilai secara
normative tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau
proses belajarnya.

-Memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai dengan kecepatannya.

- Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok diterapkan pada materi materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisi
terhadap fenomena social. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat
oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

C. Teori Kognitifistik

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristi, teori belajar kognitif
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya (Baharuddin. dkk, 2012:87). Para
penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar
hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori
belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah
suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat
relative dan berbekas (Given, 2014:188). Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah
pengorganisasian aspek aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam
model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan
situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh
proses berpikir internal yang terjadi selama proses belajar. Dalam teori ini menekankan pada
gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi yang terjadi dalam proses belajar saling berhubungan
secara keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan situasi tersebut dibagi menjadi komponen-
komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan kehilangan
sesuatu (Muhaimin,dkk. 2012:199). Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar
memperoleh dan membangun bentuk-bentuk representatif yang mewakili objek-objek itu
direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui, gagasan atau lambing, yang
semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya menceritakan pengalamannya
selama perjalanan negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri, tempat-tempat yang dikunjungi
selama berada di negara lain tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadit
ditempat-tempat itu.

Tokoh dari teori pembelajarn kognitif antara lain:

1.Teori perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget

Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya adalah Jean Piaget, yang pernah mengemukakan
pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang terdiri atas beberapa tahap. Dalam hal
pemerolehan bahasa ibu, Piaget megatakan bahwa anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan
kreatil dalam menguasai bahasa ibuny kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh
adanya kognisi; kognisi itu memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak
lahir, sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu
Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin
abstrak cara berfikirnya, karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan
kognitif anak didiknya, serta memberikan isi metode, media pembelajaran yang sesuai dengan
tahap-tahap tersebut (Dalyono, 2012:39; Nugroho, 2015:298) Piaget juga mengemukakan bahwa
proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses
belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap-tahap lainnya.

2. Teori Perkembangan Kognitif dikenmbangkan oleh Jarome Brunner

Menurut Brunner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu sampai anak mencapai tahap
perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat
diberikan padanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya dengan tingkat
perkembangannya (Pahliwandari, 2016:160). Penerapan teori Brunner yang terkenal dalam dunia
pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah
Dasar sampai Perguruan Tinggi tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif
mereka, artinya menuntut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar yang terbaik menurut
Brunner adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melaui proses intuitif kemudian
dapat dihasilkan suatu kesimpulan. Implikasi teori Brunner dalam proses pembelajaran adalah
menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan
berusaha membandingkan realita diluar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; den
dengan pengalamannya anak akan mencoba menyelesaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-struktur idenya dalam rangkan untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya. Dari
implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa setiap orang telah
memiliki pengetahuan dan pengalaman didalam dirinya yang tertera dalam bentuk struktur
kognitif, yang kemudian mengalami tahap belajar sebagai bahan perubahan persepsi dan
pemahaman dari apa yang ia temukan (Budiningsih, 2015: 40-41).

3.Teori Perkembangan Kognitif dikembangkan oleh Ausebel


Menurut Ausebel siswa akan belajar baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa, dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemampuan belajar siswa. Untuk itu pengetahuan tehadap isi pembelajaran harus
sangat baik, dengan demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum
dan inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika berpikir
yang baik, agar dapat memilah-milih materi pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang
singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah dipahami
(Mulyati, 2015:80).

4. Teori Perkembangan Kognitif dikembangkan oleh Robert M.Gagne

Menurut Gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pengolahan otak manusia : 1) reseptor; 2)
Sensory register; 3) Short-term memory: 4) Long-term memory; 5) Response generator. Salah
satu teori yang berasal dari psikologi kognitif adalah teori pemrosesan informasi yang
dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi dalam otak manusia. Dengan memahami struktur kognitif siswa, maka
dengan tepat pembelajaran IPS disesuaikan dengan kemampuan siswanya. Selain itu, juga model
penyusunamateri pelajaran IPS hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
agarlebih mudah dipahami. Penyusuna materi pelajaran IPS dibuat bertahap mulai dariyang
paling sederhana ke kompleks. Hendaknya dalam proses pembelajaran sebisamungkin tidak
tetapi hanya terfokus pada hafalan, juga memahami apa yang sedangdipelajari, dengan demikian
jauh akan lebih baik dari sekedar menghafal kosa kata.

D. Teori Sibernetik

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori
belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih
mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar
akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem informasi dan pesan tersebut. Oleh sebab itu,
teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala
situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sibernetik digunakan untuk
menggambarkan cara bagaimana umpan balik memungkinkan berlangsungnya proses
komunikasi. Sibenertika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi
(penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan. Teori ini menganggap siswa sebagai
suatu sistem yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri. Menurut teori sibernetik, belajar
adalah pengolahan informasi belajar memegang peranan penting, namun yang lebih penting lagi
adalah pengolahan sistem informasi. Dengan kata lain, system informasi dipandang sangat
memegang peranan penting dalam memudahkan penyampaian materi pembelajaran yang akan
disajikan kepada siswa. Asumsi lain dari teor sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses
belajar manapun yang ideal untuk segala situasi yang cocok untuk semua siswa, karena cara
belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Menurut teori sibernetik, pembelajar
menggunakan jenis jenis memori yang berbeda salam belajar karena situasinya berbeda-beda.
Teori sibernetik digagas oleh beberapa tokoh di antaranya ialah Lev N Landa, Pask dan Scott.
Lev N. Landa merupakan salah seorang ahili psikolog yang beraliran sibernetik. Sebagai
penganut sibernetik Pask dan Scott memiliki pandangan tersendiri mengenai belajar. Menurut
keduanya proses belajar bergantung pada strategi yang digunakan oleh peserta didik. Dengan
demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa teori sibernetik merupakan teori belajar yang
menekankan pada penyampaian informasi. Dalam penyampaian informasi, interaksi antar
pendidik dan peserta didik hendak diperhatikan agar pemahaman mengenai informasi yang
disampaikan dapat diterima, diproses dan tersimpan dengan baik di memori peserta didik. Dalam
implementasinya, teori belajar sibernetik telah dikembangkan oleh beberapa tokoh dalam
pembelajaran diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan
informasi yang dikembangkan oleh Gagne dan Berline, Bichler, Snowman. Baine dan Tennyson.
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi yaitu:

a. Antara stimulus dan respons berpijak pada asumsi, yaitu pemrosesan informasi ketika pada
masing-masing tahap dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.

b. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun
isinya.

c. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.

Asumsi lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal
untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karena itu, sebuag informasi mungkin
akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama
itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

Adapun aplikasi teori belajar sibernetik dalam membelajaran IPS, yaitu:

- Menentukan tujuan-tujuan instruksional

- Menentukan metode pembelajaran

- Mengkaji system informasi yang terkandung dalam materi tersebut

-Menentukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan sistem informasi

-Menyusun materi pembelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem

-Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang informasinya sesuai
dengan urutan materi pelajaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori –teori pendidikan ips dari para ahli terdiri dari teori Behavioristik,Teori Humanistik,Teori
Kognitifistik,dan Teori Sibernatik yang teori teori tersebut mempunyai argument maupun sudut
pandang yang berbeda beda dalam penidikan ips.Semua teori tersebut juga sama bagusnya dan
mempunya kelemahan dan kelebihan tersendiri sendiri.

B.Saran

Semoga dengan adanya hasil penulisan makalah ini, pembaca maupun penulis dapat mengerti
mengenai Teori - teori Pendidikan IPS dari para ahli.Serta sebagai manusia biasa tentu kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing mau pun pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Tambunan parluhutan husna,dkk.2021.PENDIDIKAN IPS SD.Medan:CV.Kencana Emas


Sejahtera.
Iswadi.2014.TEORI BELAJAR.Bogor:IN MEDIA.

K,Hamid Abdul.2014.Teori Belajar dan Pembelajaran.Medan:Program Pascasarjana


Universitas Negeri Medan.

Anda mungkin juga menyukai