Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM
PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


DR. NEFI DARMAYANTI, M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 6

Lulu Hairani 0307232028


Mhd Aris Syahputra Harahap 0307233084
Sulvi Andini Br Butar Butar 0307231010

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA MEDAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya akhir zaman.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga
kami mengaharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih bak lagi.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3
A. Mengetahui pengertian teori behavioristik........................................................................3
B. Mengetahui teori-teori yang termasuk kedalam pandangan behavioristik........................4
C. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori behavioristik........................................4

BAB III PENUTUP...................................................................................................................12


A. Kesimpulan......................................................................................................................12

II
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang telah direncanakan dengan sadar
agarproses belajar dapat dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan, sehingga
siswa dapatberpartisipasi aktif dalam pembelajaran untuk mengembangkan potensi
diri merekadalam hal spiritual, pribadi, kompetensi, serta akhlak mulia, yang
bermanfaat bagimasyarakat dan negara (Handayani & Subakti, 2020).
Pendidikan memiliki peran yangsangat penting dan harus ditanamkan sejak
dini, karena pendidikan menjadi bekal untukmasa depan individu (Huda, 2023).
Pengetahuan dan ilmu diperoleh selama masa sekolahdasar, di mana siswa diajarkan
untuk memperoleh pengetahuan yang meliputi tiga aspek,yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Kristiani & Airlanda, 2021). Dalam psikologi pendidikan, aliran
behavioristik merupakan salah satu dari tigaaliran yang berkembang dari masa ke
masa. Aliran ini berpendapat bahwa belajar adalahperubahan yang terlihat dari
tingkah laku, yang ditandai dengan adanya stimulus danrespons. Meskipun aliran ini
berasal dari Barat, banyak konsep dalam aliran behavioristikyang sesuai dengan
ajaran Islam (Djaali, 2011).
Teori belajar merupakan kombinasi dari prinsip-prinsip yang saling terkait
danpenjelasan tentang berbagai fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa
belajar.Penggunaan teori belajar dengan langkah-langkah pengembangan yang tepat,
pemilihanmateri pelajaran yang sesuai, dan penggunaan unsur desain pesan yang
efektif dapatmemudahkan siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Selain itu,
suasana belajarjuga menjadi lebih santai dan menyenangkan. Pada hakikatnya proses
belajar merupakan aktivitas mental yang tidak dapat dilihat secara langsung. Artinya
perubahan yang terjadi selama proses belajar individu tidak dapat diamati secara
eksplisit tetapi dapat diamati dari perubahan perilaku yang terlihat (Puspitasari &
Airlanda, 2021).
Teori ini mengacu pada pendekatan psikologis yang berfokus pada perilaku
nyata dan tidak melibatkan kesadaran atau struktur mental. Ciri utama teori
pembelajaran behavioris adalah peran otoriter guru, sebagai agen indoktrinasi dan
propaganda, dan sebagai pengontrol respons perilaku. Teori ini berpendapat bahwa
manusia bersifat pasif dan segala sesuatunya bergantung pada rangsangan yang
diterimanya.
Tujuan pembelajaran ini adalah mencapai perubahan positif pada perilaku
siswa. Selain digunakan untuk menilai siswa yang melanggar peraturan sekolah, teori
pembelajaran behavioral juga diterapkan dalam proses pembelajaran (Majid dan
Suyadi, 2020). Seseorang dianggap telah belajar apabila ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah laku. Pendekatan behavioris mengakui pentingnya masukan
stimulus dan respon dalam proses pembelajaran. Teori ini berfokus pada pembentukan
perilaku berdasarkan hubungan antara stimulus dan respons yang dapat diamati tanpa
menghubungkannya dengan kesadaran atau struktur mental. Teori pembelajaran
behavioral bertentangan dengan teori kognitif yang memandang proses belajar
sebagai proses mental yang tidak dapat diamati dengan kasat mata (Ripaldi, Marnis &

1
Restu, 2017). Teori pembelajaran perilaku berfokus pada hasil belajar, khususnya
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dievaluasi secara khusus. Hasil
belajar dicapai melalui proses peningkatan respon.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Behavioristik
2. Bagaimana pengembangan teori Behavioristik menurut tokoh tokoh
3. Bagaimana definisi belajar menurut pandangan teori behavioristik
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari teori Behaviioristi
5. Bagaimana aplikasi teori Behavioristik dalam pembelajaran

C. Tujuan
1. Mengerti dan memahami mengenai teori pembelajaran Behavioristik
2. Mampu mengkaji hakikat belajar menurut teori Behavioiristik
3. Mengetahui apa saja yang terjadi kelemahan serta kelebihan teori Behavioristik
4. Memahami dan menjelaskan bagaimana penerapan teori Behavioristik dalam
system pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu hanya dari segi
fenomena fisik dan mengabaikan aspek fisik aspek spiritual. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan emosi setiap individu ketika belajar.
Peristiwa belajar sekadar melatih refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu. Dalam konsep perilaku, perilaku manusia merupakan hasil proses belajar
sehingga dapat diubah dengan menerapkan dan menciptakan kondisi belajar. Teori
behaviorisme menekankan pada tingkah laku atau tingkah laku yang dapat diamati.

Teori perilaku adalah teori yang didasarkan pada behaviorisme, yang merupakan
bagian dari aliran psikologi. Teori belajar behavioris ini dikenal sebagai teori yang ditemukan
oleh Gagedan Berliner mengenai perubahan perilaku karena pengalaman. Menurut teori
behavioral, belajar adalah perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon. Dengan kata lain, belajar adalah suatu bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam kemampuannya berperilaku baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang dianggap telah mempelajari sesuatu apabila mampu menunjukkan


perubahan tingkah lakunya. . Misalnya; Mahasiswa tidak dapat dikatakan berhasil dalam
pembelajaran IPS jika tidak dapat/tidak mau mengikuti kegiatan sosial seperti; pengabdian
masyarakat, patroli, dll. Menurut teori ini, hal terpenting adalah:

1. Input atau masukan sebagai stimulus dan keluaran atau output sebagai respons.

Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, misalnya alat
perkalian, alat peraga, petunjuk pekerjaan rumah atau suatu cara untuk membantu siswa
belajar, sedangkan Umpan Balik adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap rangsangan
yang diberikan guru. Teori ini juga mengutamakan pengukuran, karena pengukuran
memang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku.

2. Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah segala sesuatu yang memperkuat terjadinya suatu respon.
Misalnya ketika siswa diberi pekerjaan rumah oleh gurunya, maka ketika ia mempunyai
pekerjaan rumah tambahan maka siswa akan lebih aktif dalam belajar sehingga
penambahan pekerjaan rumah merupakan penguatan positif dalam belajar dan sebaliknya.

Prinsip-prinsip behaviorisme adalah:

1. Pokok bahasan psikologi adalah tingkah laku


2. Segala bentuk perilaku mengacu pada refleks
3. Mengutamakan pembentukan kebiasaan.

3
B. Tokoh – Tokoh dan Pemikirannya Terhadap Teori Belajar Behavioristik

a. E.L Thorndike : koneksionisme.


Thorndike adalah seorang pendidik dan psikolog Amerika. Menurutnya, belajar
merupakan suatu proses interaktif antara Stimulus (S) yang dapat berupa pikiran, perasaan
atau gerakan dan Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan.
Stimulus merupakan perubahan lingkungan luar yang menjadi sinyal yang
memotivasi organisme untuk bertindak. Sedangkan respon adalah setiap tingkah laku yang
terjadi karena adanya suatu stimulus. Dari eksperimennya yang terkenal diketahui bahwa
untuk menjalin hubungan antara stimulus dan respon, diperlukan kemampuan memilih respon
yang benar dan terlebih dahulu melalui usaha atau coba-coba (kesalahan).
Bentuk pembelajaran yang paling dasar adalah Belajar dengan coba-coba atau belajar secara
selektif dan terhubung dan berlangsung menurut aturan-aturan tertentu.
Oleh karena itu, teori belajar yang dikembangkan oleh Thorndike sering disebut teori belajar
koneksionis atau koneksionis.

Edward L.Thorndika dari American Connectionism Theory berpendapat bahwa


landasan belajar adalah adanya hubungan antara kesan panca indera dengan dorongan
bertindak atau munculnya hubungan antara stimulus dan respon adalah Bond, oleh karena itu
disebut Bond.
Teori ikatan SR.

Dalam pembelajaran dikenal dua hukum utama dan hukum sekunder.

Hukum primer meliputi:

1.Hukum persiapan, khususnya kemauan bertindak, yang timbul dari adaptasi terhadap
lingkungan seseorang akan mendatangkan kepuasan

2.Hukum latihan dan pengulangan, sesuatu yang sangat ampuh jika dilakukan secara rutin
pada saat latihan dan pengulangan

3.Hukum akibat, yaitu perbuatan yang menimbulkan akibat atau pengaruh yang memuaskan
cenderung diulangi dan perbuatan yang tidak mendatangkan kepuasan dilupakan

Hukum sekunder meliputi:

1. Hukum tanggapan ganda, yaitu jika banyak upaya berbeda dilakukan untuk menyelesaikan
situasi masalah, salah satunya akan berhasil.

2. Hukum Asimilasi, yaitu orang mudah beradaptasi dengan situasi baru, asalkan situasi
tersebut mempunyai unsur bersamaan.

3. Hukum tindakan parsial, seseorang dapat bertindak selektif berdasarkan


kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu.

4
b. Thomas Watson

Watson mengartikan belajar sebagai suatu proses interaktif antara stimulus


dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati dan
diukur. Oleh karena itu, meski diakuinya ada perubahan mental pada diri seseorang
saat proses belajar, namun ia menilai faktor tersebut tidak boleh diperhitungkan
karena tidak bisa diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
penelitiannya tentang pembelajaran konsisten dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika
atau biologi yang sangat banyak membahas tentang pengalaman empiris, khususnya
sejauh mana hal tersebut dapat diamati dan diukur. Menurut Watson, hanya dengan
asumsi seperti itulah kita dapat memprediksi perubahan apa yang akan terjadi pada
siswa.

c. Edwin Guthrie:

Prinsip utama belajar Guthrie adalah hukum kontinuitas. Artinya, kombinasi


rangsangan yang menyertai gerakan tersebut, apabila muncul kembali, cenderung
diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus-respon untuk menjelaskan proses pembelajaran. Pembelajaran terjadi karena
gerakan tersebut pada akhirnya mengubah situasi stimulus ketika tidak ada respon
lebih lanjut yang dapat terjadi. Konsolidasi hanya melindungi aset pembelajaran baru
dari kerugian dengan mencegah perolehan respons baru.

Teori Guthrie berpendapat bahwa hubungan stimulus-respons bersifat


sementara. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar hendaknya siswa menerima
rangsangan sesering mungkin agar hubungan stimulus-respon semakin kuat dan
langgeng. Guthrie juga berpendapat bahwa hukuman memegang peranan penting
dalam proses pembelajaran. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat dapat
mengubah perilaku seseorang.

d. B.F Skinner

Skinner adalah seorang Amerika yang dikenal sebagai seorang behavioris


dan percaya bahwa perilaku individu dikendalikan oleh proses pengkondisian operan.
di mana seseorang dapat mengendalikan perilaku suatu organisme melalui penguatan
secara sadar dalam lingkungan yang relatif besar.

Menurut Skinner, manajemen kelas adalah upaya mengatur perilaku,


terutama melalui proses penguatan, khususnya memberi penghargaan pada perilaku
yang diinginkan dan bukan memberi penghargaan pada perilaku yang tidak pantas.
AC berfungsiadalah suatu proses perilakuoperant (penguatan positif atau negatif)
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulangkembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.

Teori belajar behavioris ini telah lama diterima oleh para guru dan pendidik,
namun dari semua pendukungnya, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya

5
terhadap perkembangan teori belajar behavioris. Program pembelajaran seperti mesin
pengajaran, pembelajaran terprogram, modul, dan program pembelajaran lainnya
yang didasarkan pada konsep hubungan stimulus-respon dan menekankan pada
penguat adalah Program pembelajaran tersebut menerapkan teori pembelajaran
lanjutan Skinner.
Menurut Skinner – berdasarkan eksperimennya dengan tikus dan merpati –
faktor terpenting dalam pembelajaran adalah penguatan. Artinya penguatan yang
dibentuk oleh asosiasi stimulus-respon akan semakin kuat jika diperkuat (penguatan
positif dan penguatan negatif). Penguatan positif disajikan dalam bentuk hadiah,
perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif antara lain menunda
atau menolak imbalan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak
puas.
Skinner tidak percaya pada hipotesis Guthrie bahwa hukuman memainkan
peranan penting dalam pembelajaran siswa. Memang, menurut Skinner:
1. Efektivitas hukuman dalam mengubah perilaku hanya bersifat
sementara
2. Dampak psikologis yang buruk dapat dikondisikan (menjadi bagian
dari jiwa terpidana) jika hukumannya diperpanjang
3. Hukuman mendorong terpidana untuk mencari cara lain (betapapun
kejam dan jahatnya) untuk menghindari hukuman.
4. Hukuman dapat menyebabkan terpidana melakukan hal lain, terkadang
lebih buruk dari kesalahan pertama yang dilakukannya. Skinner lebih
percaya pada apa yang disebut penguatan negatif dan positif.

e. Ivan Pavlov: Kemasan klasik


Dalam pemikirannya, Pavlov meyakini bahwa dengan menggunakan
rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat diubah sesuai keinginannya. Berdasarkan
hipotesis tersebut, Pavlov melakukan percobaan pada hewan (anjing) karena
menganggap hewan mirip dengan manusia. Namun, dengan segala kelebihan yang
melekat, manusia berbeda dengan hewan.
Pavlov melakukan percobaan dengan melakukan operasi leher pada seekor
anjing. Kelenjar ludah kemudian keluar dari luar. Saat diperlihatkan makanan, air liur
anjing mengalir. Kemudian pada percobaan berikutnya, sebelum makanan disajikan,
lampu merah dinyalakan terlebih dahulu baru makanannya. Air liur juga akan keluar
dengan sendirinya. Jika hal ini terjadi berulang kali, suatu saat melewati lampu merah
saja tanpa makan akan menyebabkan air liur mengalir.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan merah rangsangan buatan.
Ternyata kalau perbuatanyang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan
ini akan menimbulkan syarat (kondisi)untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut.
Dari eksperimen tersebut, setelah pengkondisian atau pembiasaan, dapat di ketahui
bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat di gantikan oleh sinarmerah sebagai
stimulus yang dikondisikan. Ketika sinar merah di nyalakanternyata air liur anjing

6
keluar sebagai respon-nya. Pavlov berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar yanglainpun
dapat dilatih sebagaimana tersebut.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan
sehari-hari ada situasiyang sama pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual
es creem Walls yang berkeliking darirumah kerumah. Awalnya mingkin suara itu
asing, tetapi setelah si penjual es creem sering lewat, makanada lagu tersebut bisa
menerbitkan air liur.Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan
strategi pavlov ternyata individudapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus
alami dengan stimulus yang tepat untukmendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa iadikendalikan oleh stimulus
yang berasal dari luar dirinya.
f. Alfabet Badura
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare, Alberta, warga
negara Kanada. Ia adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teorinya tentang
pembelajaran sosial atau kognisi sosial dan efektivitas pribadi. Eksperimennya yang
paling terkenal adalah eksperimen Boneka Bobo yang menunjukkan bahwa anak-
anak secara akurat meniru perilaku agresif orang dewasa di sekitar mereka.

Faktor-faktor yang terkait dengan pembelajaran observasional adalah:

1. Perhatian, meliputi peristiwa peniruan dan ciri-ciri pengamat.


2. Proses penyimpanan atau memori, termasuk pengkodean simbol.
3. Regenerasi motorik, meliputi kemampuan fisik, kemampuan fisik,
kemampuan meniru, daya umpan balik.
4. Motivasi, termasuk dorongan eksternal dan harga diri.

C. Definisi Belajar Menurut Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori behavioral, belajar adalah perubahan tingkah laku akibat


adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar adalah suatu
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam kemampuannya berperilaku baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
mempelajari sesuatu apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Misalnya, seorang guru mengajar siswanya membaca. Selama proses pembelajaran,
guru dan siswa sebenarnya berada pada situasi belajar yang diinginkan, meskipun
hasil akhir yang diperoleh belum maksimal. Namun jika terjadi perubahan pada diri
seorang siswa dari yang semula tidak tahu membaca menjadi tahu membaca namun
masih tersandung, maka perubahan itulah yang dimaksud dengan belajar. Contoh
lainnya adalah anak yang belum bisa menghitung perkalian. Meski sudah berusaha
keras dan rajin diajarkan oleh guru, namun jika anak tidak bisa melakukan latihan
perkalian, maka anak tersebut dianggap belum belajar. Karena dia tidak dapat
menunjukkan tingkah laku akibat belajar.
Menurut teori ini yang terpenting adalah inputnya berupa stimulus dan
outputnya berupa respon. Pada contoh di atas, stimulus adalah segala sesuatu yang

7
guru berikan kepada siswa, misalnya tabel perkalian, bahan ajar, instruksi kerja, atau
metode tertentu untuk membantu siswa belajar, sedangkan umpan balik adalah reaksi
atau reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan. guru. guru. Menurut teori ini,
perilaku pada saat belajar akan berubah jika ada rangsangan dan respon. Stimulus
dapat berupa perlakuan yang diberikan kepada siswa, sedangkan respon dapat berupa
perilaku yang terjadi pada diri siswa.

Menurut teori perilaku, apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap
tidak penting karena tidak dapat diamati atau diukur. Yang dapat diamati hanyalah
stimulus dan responnya saja. Jadi, apapun yang diberikan guru (stimulus) dan apa
yang dihasilkan siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran karena pengukuran penting dalam melihat ada tidaknya
perubahan perilaku.

Faktor lain yang juga dianggap penting oleh sekolah perilaku adalah
penguatan. Penguatan adalah segala sesuatu yang memperkuat terjadinya suatu
respon. Jika penguatan lebih lanjut diberikan maka reaksi akan menjadi lebih kuat.
Demikian pula, jika permintaan menurun, respons yang diberikan akan semakin
intensif. Misalnya, ketika siswa mendapat pekerjaan rumah dari guru, ditambah
dengan pekerjaan rumah, mereka belajar lebih giat.

Oleh karena itu, penambahan pekerjaan rumah merupakan penguatan positif


dalam pembelajaran. Jika tugas dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan
pembelajaran, maka pengurangan tugas tersebut merupakan penguatan pembelajaran
yang negatif. Oleh karena itu, penguatan merupakan bentuk rangsangan yang penting
untuk ditingkatkan atau diturunkan agar suatu respons dapat terjadi.
D. Kelebihan dan kekurangan teori perilaku
Para penganut paham behaviorisme menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku yang di dalamnya penguatan, penghargaan, dan hukuman
menjadi rangsangan yang memotivasi siswa untuk berperilaku. Pendidik sering
menggunakan teori behavioris untuk merencanakan kurikulum dengan
mengorganisasikan konten pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan keterampilan tertentu. Cacat dan kelemahan teori perilaku sering dikritik
karena ketidakmampuannya menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Teori ini
selalu menyederhanakan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau
pembelajaran hanya dengan hubungan stimulus-respon saja dan tidak dapat
menjelaskan perbedaan yang terjadi pada hubungan stimulus-respon itu sendiri. Selain
itu, teori perilaku tidak dapat menjelaskan perubahan tingkat emosi siswa, bahkan
ketika mereka mengalami pengalaman penguatan serupa. Teori ini tidak mungkin
menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman
penguatan yang relatif sama ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran
berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Jadi teori
ini hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati, dan tidak
memperhatikan keberadaan pengaruh pikiran ataupun perasaan yang
mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut. Teori behaviorisme juga

8
cenderung mengarahkan siswa berpikir linier, tidak produktif dan tidak kreatif.
Pandangan teori ini yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses pembentukan
yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, menjadikan siswa tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi.

E. Prinsip Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran

Teori behaviorisme yang menekankan hubungan antara stimulus (S) dan


respon (R), secara umum dianggap penting bagi keberhasilan akademik siswa.
Caranya adalah guru banyak memberikan rangsangan dalam proses pembelajaran dan
dengan cara ini siswa akan bereaksi positif, apalagi jika diikuti dengan reward yang
mempunyai fungsi reinforcing (memperkuat respon yang sudah ditunjukkan). Karena
teori ini berasal dari eksperimen perilaku hewan, maka dalam konteks pembelajaran
beberapa prinsip umum harus diperhatikan. Menurut Mukinan (1997:
23), beberapa prinsip tersebut adalah:
(1) Teori ini berpendapat bahwa apa yang kita sebut belajar adalah perubahan
perilaku. Seseorang dikatakan belajar sesuatu apabila mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku tertentu. (2) Teori ini berpendapat bahwa yang terpenting
dalam proses pembelajaran adalah adanya stimulus dan respon, karena itulah yang
dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi antara dua orang dianggap tidak penting
karena tidak bisa diamati. (3) Reinforcement, yaitu segala sesuatu yang menguatkan
terjadinya suatu respon, merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Responsnya
akan lebih kuat jika penguatan (baik positif maupun negatif) ditambahkan.

Jika proses belajar siswa menekankan pada munculnya hubungan antara


stimulus dan respon, maka bila hubungan ini berkaitan dengan perilaku yang
ditunjukkan siswa, maka penting untuk memperhatikan faktor-faktor lain di bawah
ini agar guru dapat mendeteksi atau menyimpulkan bahwa pembelajaran tersebut
terjadi. proses telah berhasil. Yang kami dengar adalah sebagai berikut:

1. Guru perlu memahami jenis stimulasi apa yang pantas diberikan kepada siswa.
2. Guru juga memahami bagaimana reaksi siswa.
3. Untuk mengetahui apakah respon siswa benar-benar sesuai dengan yang
diharapkan,
guru harus mampu:
a) Tentukan bahwa reaksi tersebut dapat diamati.
b) Respon siswa juga terukur (measurable).
c) Jawaban siswa harus dinyatakan dengan jelas atau mempunyai makna yang
jelas (tidak ambigu).
d) Agar respons ini terus terjadi atau tetap setia pada ingatan/perilaku siswa,
diperlukan semacam penghargaan.
Dalam menerapkan teori perilaku pada proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal (siswa menunjukkan perilaku/keterampilan yang sistematis),
guru perlu mempersiapkan dua hal berikut:

9
1).Kemampuan dan karakteristik awal siswa. Siswa yang mata pelajarannya memerlukan
keterampilan tertentu yang ditentukan dalam keterampilan dasar dan standar keterampilan
hendaknya menganalisis kemampuannya berdasarkan kemampuan dan karakteristik awalnya.
Memang siswa belajar di sekolah tanpa perangkat apapun (kemungkinan besar mereka sudah
memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di luar belajar). Selain itu,
setiap siswa juga mempunyai ciri khas dalam mengakses dan/atau menyikapi materi
pembelajaran tertentu.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru jika menganalisis kemampuan dan
karakteristik siswanya, yaitu:
o Akan diperoleh gambaran kemampuan awal siswa secara lengkap dan rinci,
yang merupakan prasyarat untuk menyajikan materi baru.
o Akan ada deskripsi tingkat dan jenis pengalaman yang dimiliki siswa.
Berdasarkan pengalaman ini, guru dapat memberikan materi yang lebih tepat
dan memberikan contoh serta ilustrasi yang familiar kepada siswa.
o Latar belakang sosial budaya siswa dapat diketahui, antara lain latar belakang
keluarga, sosial, ekonomi, pendidikan dan lainnya.
o Dapat diketahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik baik
jasmani maupun rohani.
o Mengetahui keinginan dan kebutuhan peserta didik.
o Dapat mengetahui tingkat kemahiran berbahasa siswa.
o Dapat diketahui tingkat penguasaan ilmu yang diperoleh siswa.
o Dapat menggali sikap dan nilai-nilai yang membentuk kepribadian siswa.
2) Rencanakan materi pembelajaran yang akan diajarkan. Idealnya proses pembelajaran
yang dilakukan guru benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan siswa dan juga sesuai
dengan kondisi siswa, sehingga disini guru tidak melebih-lebihkan dan/atau menilai siswa
rendah. Namun kenyataannya tidak demikian. Ada siswa yang sudah mengetahui dan ada
pula yang sama sekali belum mengetahui materi yang akan dibahas di kelas. Untuk dapat
memberikan layanan pembelajaran yang hampir ideal kepada seluruh kelompok siswa
(tergantung pada kapasitas awal dan karakteristik masing-masing kelompok), kita dapat
menggunakan dua pendekatan, yaitu pembelajaran siswa, (a) disesuaikan dengan mata
pelajaran yang akan dipelajari, yaitu pembelajaran siswa. oleh guru yang melakukan tes dan
pengelompokan (dalam hal ini tes diberikan sebelum siswa memasuki pelajaran), atau (b)
materi pembelajaran disesuaikan dengan situasi siswa (Atwi Suparman, 1997:108).
Materi pembelajaran yang akan diajarkan, baik yang disesuaikan dengan situasi siswa
maupun siswa yang menyesuaikan materi, dapat didahului dengan pemberian tes awal atau
tes periksa terlebih dahulu. Hasil uji pendahuluan ini dapat menghasilkan dua keputusan,
yaitu:
Siswa dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
a) paham dan paham cukup baik, dan
b) kurang paham dan kurang paham. Jika keputusan siswa dikelompokkan ke dalam dua
kelompok di atas, maka konsekuensinya adalah:

10
Materi, guru dan ruang kelas harus terpisah. Pendekatan seperti ini nampaknya sangat sulit
diterapkan karena memerlukan penyediaan perangkat pembelajaran yang lebih lengkap dan
memerlukan modal (anggaran) yang lebih besar. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
berdasarkan hasil analisis kemampuan awal siswa, guru dapat menganalisis persentase
penguasaan materi pembelajaran. Hasil yang dapat kita ketahui adalah pada pengetahuan
konten tertentu mayoritas siswa paham dan paham, dan pada pengetahuan konten lainnya
mayoritas siswa kurang paham atau kurang paham. Guru dapat merencanakan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran konten yang sudah diketahui
sebagian besar siswa, konten ini dapat dipelajari dalam bentuk ekstrakurikuler (siswa diajak
belajar dan berdiskusi di rumah atau belajar kelompok kemudian melaporkan hasilnya). dari
diskusi kelompok yang bersangkutan). Sedangkan untuk sebagian besar materi pembelajaran
yang masih asing atau asing bagi siswa, maka materi tersebut merupakan materi utama yang
akan dipelajari secara utuh di kelas. Sedangkan langkah-langkah umum yang dapat
dilakukan guru untuk menerapkan teori behavioris dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
(1)Menentukan tujuan pembelajaran.
(2) Melakukan analisis pembelajaran.
(3) Mengidentifikasi ciri-ciri dan kemampuan awal peserta didik.
(4) Mengidentifikasi indikator keberhasilan akademik.
(5) Mengembangkan materi pendidikan (topik, mata pelajaran, dll).
(6) Menyusun strategi pembelajaran (kegiatan, metode, materi dan waktu).
(7) Mengamati rangsangan yang mungkin diberikan ,tugas, pekerjaan rumah, dan sebagainya
(8) Mengamati dan menganalisis tanggapan peserta didik.
(9) Memberikan penguatan (reinforcement) positif dan negatif, dan
(10) Mengkaji kembali kegiatan pembelajaran.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu hanya dari segi
fenomena fisik dan mengabaikan aspek fisik aspek spiritual. Peristiwa belajar sekadar
melatih refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Teori behaviorisme menekankan pada tingkah laku atau tingkah laku yang dapat
diamati. Teori perilaku adalah teori yang didasarkan pada behaviorisme, yang merupakan
bagian dari aliran psikologi.
Teori belajar behavioris ini dikenal sebagai teori yang ditemukan oleh Gagedan Berliner
mengenai perubahan perilaku karena pengalaman. Dengan kata lain, belajar adalah suatu
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam kemampuannya berperilaku baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan
guru kepada siswa, misalnya alat perkalian, alat peraga, petunjuk pekerjaan rumah atau
suatu cara untuk membantu siswa belajar, sedangkan Umpan Balik adalah reaksi atau
tanggapan siswa terhadap rangsangan yang diberikan guru. Penguatan adalah segala
sesuatu yang memperkuat terjadinya suatu respon.

12
DAFTAR PUSTAKA

Huda, M., Fawaid, A., & Slamet, S. (2023). Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam
Proses Pembelajaran. Pendekar: Jurnal Pendidikan Berkarakter, 1(4), 64-72.
Shahbana, E. B., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam
Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-33.
Muflihin, M. H. (2009). Aplikasi dan Implikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
(Analisis Strategis Inovasi Pembelajaran). Khazanah Pendidikan, 1(2)

13

Anda mungkin juga menyukai