Anda di halaman 1dari 34

Senin, 03 September 2022

BLOK KBDK

MAKALAH TEORI BEHAVIORISME DAN


IMPLIKASINYA PADA BELAJAR

Disusun Oleh :

1. Rara Gloria Atalia Rupilu (202283199)


2. Laura Desyana Putri Lopulalan (202283192)
3. Nadya Syahbanna (202283210)
4. Kurniati Kumala Salwa Larahibu

PENGAMPUH:
Prof. Dr. T. G. Ratumanan, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
Kata Pengantar

Pertama-tama Kami panjatkan Puji dan Syukur untuk berkat Rahmat Tuhan yang
Maha Kuasa yang sudah melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Teori Behaviorisme dan
Implikasinya pada Belajar “ tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari pembuatan Makalah ini yaitu untuk menambah wawasan tentang
penerapan gaya belajar behaviorisme, harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan sebagaimana semestinya makalah ini di buat.

Kami menyadari pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh
karena itu tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bpk, selaku dosen
pengampuh yang telah membimbing kami, kepada teman-teman dan semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di
karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang
bersifat membangun dari berbagai pihak. Tidak lupa harapan kami semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
kami. Atas perhatian serta waktunya kami sampaikan Terima Kasih

Ambon, 03 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI………………………..........................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

a) Pengertian Teori Behaviorisme


b) Pengertian Teori Behaviorisme Menurut Para Tokoh
c) Aplikasi Teori Behaviorisme dan Implikasinya Terhadap Belajar
d) Tujuan Pembelajaran Behaviorisme
e) Prinsip-Prinsip Teori Pembelajaran Behaviorisme
f) Kelebihan dan Kekurangan Dalam Teori Pembelajaran Behaviorisme
g) Analisis Teori Behaviorisme

BAB III KESIMPUULAN DAN SARAN

a) Kesimpulan
b) Saran

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon atau sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini menjadi latar belakang adanya pengembangan teori praktek
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil dari belajar
Teori behavioristic dengan berbagai hubungan stimulus-responnya,
menempatkan seseorang yang belajar sebagai individu yang pasif. Tanggapan
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat apabila diberikanya penguatan dan akan
menghilang bila di kenai hukuman.
Metode behavioristik ini sangat tepat untuk mendapatkan kemampuan yang
membutuhkan kelenturan, reflek, daya tahan, dsb. Contohnya: menari,
menggunakan computer, berenang, belajar bahasa asing, mengetik, olahraga dan
sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominasi orang dewasa, suka meniru, mengulangi dan
harus dibiasakan, dan menyukai atau senang dengan bentuk-bentuk
pengahargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian
1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah sebagai berikut :

a) Pengertian Teori Behaviorisme


b) Pengertian Teori Behaviorisme menurut Tokoh-tokoh
c) Aplikasi teori Behaviorisme dan implikasinya terhahap belajar
d) Tujuan pembelajaran Behaviorisme
e) Prinsip-prinsip teori pembelajaran Behaviorisme
f) Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran Behaviorisme
g) Analisis teori Behaviorisme

1.3. Tujuan

a) Menjelaskan pengertian dari teori belajar behaviorisme


b) Untuk mengetahui pemikiran berbagai tokoh-tokoh terhadap teori belajar
Behaviorisme
c) Menjelaskan aplikasi teori terhadap implikasi belajar
d) Menjelaskan tujuan pembelajaran Behaviorisme
e) Mempelajari Prinsip-prinsip teori pembelajaran behaviorisme
f) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran
Behaviorisme
g) Untuk menegathui dan menjelaskan analisis dari teori Behaviorisme
BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengertian Teori Behaviorisme

Teori Behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan


perilaku pelajar sebagai hasil proses pembelajaran. Menurut teori
Behavioristik, Belajar adalah tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk
perubahan yang di alami pelajar dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat di katakan berhasil
dalam belajar Pendidikan kewarga negaraan jika ia belum bisa atau tidak mau
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan seperti: musyawarah untuk mufakat,
ikut bela Negara, cinta tanah air, Melibatkan diri dalam pemilihan umum dan
lain-lain.

Menurut teori ini yang terpenting adalah :

1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau ouput yang
berupa respons.

Stimulus merupakan ransangan dari dalam diri sesorang yang mendorong


terjadinya kegiatan. Dalam system pembelajaran stimulus juga merupakan
rangsangan yang diberikan oleh guru atau pengajar kepada muridnya untuk
membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan
siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.

2. Penguatan (reinforcement)

Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timblunya respon.


Misalnya peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya dutambahkan
maka ia akan semakin giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut
merupakan penguatan positif dalam belajar begitu pula sebaliknya

prinsip behaviorisme adalah:

1. Objek psikologi adalah tingkah laku


2. Semua bentuk tingkah laku di kendalikan oleh reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan

Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik


diantaranya:

1. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike


2. Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop
3. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner
4. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh hull
5. Contiguous conditioning yang dikembangkan oleh Guthrie
b. Tokoh-tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behaviorisme

1. Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan


respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui
alat indera atau suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi
tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik Ketika
belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/Tindakan
(akibat adanya rangsangan). Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan
belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak
konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme
sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori
Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan
respon (R). Eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar
(puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus
dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat
serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan
kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari
belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting
lerning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena
itu, teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut
dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Ada tiga hukum
belajar yang utama, yakni :
1) Hukum efek
2) Hukum latiham
3) Hukum kesiapan (Gredler 1991)

Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat


memperkuat respon. Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya
terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuto hukum-
hukum berikut :

a) Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu


organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b) Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu
tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut
akan semakin kuat.
c) Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon
cenderungi perkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

2. Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936)

Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah


proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di
mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Mula-mula ia menunjukkan makanan (unconditioned stimulus) kepada
anjing yang sedang kelaparan dan mengeluarkan air liur (unconditioned
response). Kemudian Pavlov membunyilkan bel yang (conditioned
stimulus) yang diteruskan dengan pemberian makanan (unconditioned
stimulus) kepada anjing (unconditioned response). Selanjutnya, dalam
penelitian Pavlov, yang terjadi adalah ketika bel mulai dibunyikan maka
pada saat yang sama anjing mengeluarkan air liurnya. Anjing merespon
bel tersebut dengan air liur meskipun tanpa adanya makanan. Classical
conditioning telah terjadi. Pebelajar (anjing) mengenali hubungan antara
unconditioned stimulus (makanan) dengan conditional stimulus (bel)
(Kusmintardjo dan Mantja, 2011). Urutan kejadian melalui percobaan
terhadap anjing:

 US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus


tidak dikondisikan yaitu stimulus yang langsung menimbulkan
respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk
mengeluarkan air liur.
 UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden
(respondent behavior) respon tak bersyarat, yaitu respon yang
muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar karena
anjing melihat daging.
 CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus
yang tidak dapat langsung menimbulkan respon. Agar dapat
menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US secara terus-
menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan
menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan
dengan daging.
 CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang
muncul dengan hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar
karena anjing mendengar bel. Dari eksperimen Pavlov setelah
pengkondisian atau pembiasan dapat diketahui bahwa daging yang
menjadi stimulus alami (UCS = Unconditional Stimulus =Stimulus
yang tidak dikondisikan) dapat digantikan oleh bunyi lonceng
sebagai stimulus yang dikondisikan (CS = Conditional Stimulus =
Stimulus yang
dikondisikan). Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing
keluar sebagai respon yang dikondisikan. Dengan menerapkan
strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus
yang berasal dari luar dirinya.

3. Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990)

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih


mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan
konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut
Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan
tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh
sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon
yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-
konsekuensi. Konsekuensi- konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin,2000). Oleh karena itu, dalam
memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami
hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami
konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang
mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan
bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah.
Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian
seterusmya Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:

 Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang


sistematis pada perilaku yang spesifik untuk mendapatkan
hubungan S-R. Pendekatannya induktif. Dalam hal ini pengaruh
Watson jelas terlihat.
 Empty organism, menolak adanya proses internal pada individu.
 Menolak menggunakan metode statistikal, mendasarkan
pengetahuannya pada subyek tunggal atau subyek yang sedikit
namun dengan manipulasi eksperimental yang terkontrol dan
sistematis

Konsep-Konsep Utama :

1) Proses operant conditioning


 Memilah perilaku menjadi respondent behavior dan operant
behavior. Respondent terjadi pada kondisioning klasik, dimana
reinforcement mendahului UCR/CR. Dalam kondisi sehari-hari
yang lebih sering terjadi adalah operant behavior dimana
reinforcement terjadi setelah respons.
 Positive dan negative reinforcers (kehadirannya PR menguatkan
perilaku yang muncul, sedangkan justru ketidakhadiran NR yang
akan menguatkan perilaku).
 Extinction: hilangnya perilaku akibat dari dihilangkannya
reinforcers
 Schedules of reinforcement, berbagai variasi dalam penjadwalan
pemberian reinforcement dapat meningkatkan perilaku namun
dalam kadar peningkatan dan intensitas yang berbeda-beda
(Lundin, 1991)
 Discrimination : organisma dapat diajarkan untuk berespon hanya
pada suatu stimulus dan tidak pada stimulus lainnya.
 Secondary reinforcement, adalah stimulus yang sudah melalui
proses pemasangan/kondisioning dengan reinforcer asli sehingga
akhirnya bisa mendapatkan efek reinforcement sendiri.
 Aversive conditioning, proses kondisioning dengan melibatkan
suasana tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan
punishment. Reaksi organisme adalah escape atau avoidance.
2) Behavior Modification
Adalah penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut sebagai
behavior therapy. Merupakan penerapan dari shaping
(pembentukan TL bertahap), penggunaan positive reinforcement
secara selektif, dan extinction. Pendekatan ini banyak diterapkan
untuk mengatasi gangguan perilaku, Kritik terhadap Skinner:
 Pendekatannya yang lebih bersifat deskriptif dan kurang analitis
dianggap kurang valid sebagai sebuah teori
 Validitas dari kesimpulan yang diambilnya yang merupakan
generalisasi berlebihan dari satu konteks perilaku kepada hamper
seluruh perilaku umum
 Pandangan ‘empty organism’ mengundang kritik dari pendukung
aspek biologis dan psikologi kognitif yang percaya pada kondisi
internal mansuia, entah itu berupa proses biologis atau proses
mental,Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha
untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara lain
dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi
imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.

Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses


penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.

Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas
Skinner membuat eksperiment sebagai berikut: dalam laboratorium. Skinner
memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut
”Skinnerbox” yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol,
alat pembeli makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur
nyalanya,
dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar (hunger drive),
tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana
kemari untuk keluar dari box, tidak
sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan
makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan
sitikus, proses ini disebut shaping.
Unsur terpenting adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya
adalahmpengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi
dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai
stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu
sedangkan
penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.

Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain (Kusmintardjo dan Mantja,2011):


a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya
hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio
reinforcer.
g. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori, Skinner adalah
penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendiskripsikan
siswa menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan
sendiri konsekuensi dari perbuatannya misalnya anak perlu mengalami
sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan
hukuman verba maupun fisik seperti : kata-kata kasar, ejekan, cubitan,
jeweran justru berakiba buruk pada siswa. Selain itu kesalahan dalam
reinforcement positif juga terjadi di dalam situasi pendidikan seperti
penggunaan rangking juara di kelas yang mengharuskan anak
menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi
penguatan sesuai dengan kemampun yang diperlihatkan sehingga
dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi
yang ditunjukkan para siswa; misalnya: penghargaan di bidang
bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari, atau olahraga.

4. Edwin Ray Guthrie (1886 – 1959)


Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti yaitu
Contiguity dapat diartikan sebagai rangkaian peristiwa, hal-hal atau
benda-benda yang terus saling berkait antara satu dengan lainnya. Teori
ini dikembangkan oleh Edwin Ray Guthrie (1886-1956). Guthrie
menegaskan bahwa kombinasi stimulus yang muncul bersamaan dengan
satu gerakan tertentu, sehingga belajar adalah konsekuensi dari asosiasi
antara stimulus dan respon tertentu (Hitipew, 2009).
Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan
terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil
belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan
respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat
mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing
melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak
boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak.
5. John Watson (1878-1958)

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus


dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat
diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi, walaupun dia mengakui
adanya perubahan- perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak
perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang
behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan
ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada
pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat
diamati dan diukur. Setelah memperoleh gelar master dalam bidang
bahasa (Latin dan Yunani), matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia
menempuh pendidikan di University of Chicago. Minat awalnya adalah
pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh Angell. Dalam
karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran
behaviorisme:

1) Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science.


Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi
tidak punya tempat di dalamnya
2) Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri
sebagai natural science. Salah satu halangannya adalah keputusan
untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh
karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psi.
3) Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
6. Clark L. Hull (1884-1952)

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan


respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya
teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk
menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis
(drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam
belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun
respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan
dengan kondisi biologis(Gredler, 1991)
Prinsip-prinsip utama teorinya :

 Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada.


Namun fungsi reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive
reduction daripada satisfied factor.
 Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah
peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai
unsur O (organisme). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu
yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R
yang berupa output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena
bukan behaviorisme sejati.
 Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi.
Di sini tampak pengaruh teori Darwin yang mementingkan
adaptasi biologis organisma.
 Hypothetico-deductive theory Adalah teori belajar yang
dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif.

Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus


didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan
fenomena individual (induktif). Teori ini terdiri dari beberapa
postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak,
reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya (Lundin,
1991). Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya
yang detil, ditunjang dengan hasil-hasil eksperimen yang cermat
dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh para ahli
behavioristik lainnya dan dikembangkan

7. Albert Bandura (1925)

Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa


dan kemudian mengajar di Stanford University. Sebagai seorang
behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar tentang
respon lingkungan. Oleh karenanya teorinya disebut teori belajar sosial,
atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi
resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan.
Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah
proses belajar. Inti utama dalam teori ini adalah bahwa dalam belajar tidak
hanya ada reinforcement dan punishment saja, namun menyangkut
perasaan dan pikiran. Teori belajar sosial menyatakan tentang pentingnya
manusia dalam proses belajar, yang disebutnya dengan sebutan proses
kognitif. Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:
1) perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik
pengamat.
2) penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean
simbolik
3) reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan
meniru, keakuratan umpanbalik
4) motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap
diri sendiri (Kusmintardjo dan Mantja, 2011).
Teori utama :

 Observational learning atau modeling adalah faktor penting


dalam proses belajar manusia.
 proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal
adlaah vicarious reinforcement, reinforcement yang terjadi
pada orang lain dapat memperkuat perilaku individu. Self-
reinforcement, individu dapat memperoleh reinforcement
dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari
luar yang memberinya reinforcement.
 Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti
self-judgement, self-control, dan lain sebagainya.
 Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement
demi kepuasan yang lebih tinggi di masa
c. Aplikasi Teori Behaviorisme Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk


memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswamenunjukkan
tingkah laku / kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu
menyiapkan dua hal, sebagai berikut:

1. Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa


2. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan
Sedangkan langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam
menerapkan

teori behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah :

 Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.


 Melakukan analisis pembelajaran
 Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal
pembelajar
 Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
 Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dan
lain-lain)
 Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode,
media dan waktu)
 Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan
(latihan, tugas, tes dan sejenisnya)
 Mengamati dan menganalisis respons pembelajaran
 Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif
maupun negatif,serta
 Merevisi kegiatan pembelajaran (Mukminan, 1997: 27).

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena


memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah
pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer
of knowladge) kepada orang yang belajar.

Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada
melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur
pengetahuan tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Ciri – ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik :
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan bagian – bagian (elementalistik)
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan
6. Mengutaman mekanime terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori
behavioristik yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001)
dapat digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah
pembelajara tersebut antara lain :

 Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran


 Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk
mengidentifikasi pengetahuan awal siswa
 Menentukan materi pembelajaran Memecah materi pembelajaran
menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan
sub pokok bahasan, topik dan sebagainya
 Menyajikan materi pembelajaran Memberikan stimulus, dapat berupa,
pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau kuis,
latihan atau tugas-tugas
 Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
 Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan
positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman
 Memberikan stimulus baru
 Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
 Evaluasi belajar

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek


pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik.
Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur
dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran
yang harus dicapai oleh para pebelajar.
Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-
hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak
teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.
Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan
belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas
diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar.
Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di
luar diri pebelajar.

d. Tujuan Pembelajaran Behaviorisme

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada


penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic,
yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi
atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau
akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.

1. Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran


pengetahuan dan kecakapan peserta didik (tidak
mempertimbangkan proses mental
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari
peserta didik yang dimunculkan dari stimulus
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon
sebaik mungkin pada kondisi respon diciptakan.

Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas


belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku
wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar
menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara
benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar
telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi
bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan pebelajar secara individual.

e. Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik

Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk waktu


yang lama untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan.

 Stimulus dan Respons


Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya alat peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka
membantu belajarnya. Sedangkan respons adalah reaksi siswa
terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi
ini haruslah dapat diamati dan diukur.
 Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku
disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang
tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan
hukuman (punishment).

1) Penguatan positif dan negative Pemberian stimulus positif


yang diikuti respon disebut penguatan positif. Sedangkan
mengganti peristiwa yang dinilai negatif untuk memperkuat
perilaku disebut penguatan negative
2) Penguatan primer dan sekunder Penguat primer adalah
penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik.
Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik.
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy) Penguatan
hendaknya diberikan segera setelah perilaku muncul karena
akan menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik
dari pada pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya.
4) Pembentukan perilaku (Shapping)
Menurut skinner untuk membentuk perilaku seseorang
diperlukan langkah-langkah berikut :

a. Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi


tahapan-tahapan yanglebih rinci;
b. Menentukan penguatan yang akan digunakan;
c. Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku
yang semakin dekat
d. dengan perilaku yang akan dibentuk.

5) Kepunahan (Extinction)
Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk
tidak mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu.

f. Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristik

Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah,
tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh- contoh baik dilakukan sendiri
maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan
tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

a. Kelebihan

Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik


terdapat beberapa kelebihan diantaranya :

1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi


dan kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan,spontanitas,
kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid
dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru
ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka
mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.

b. Kekurangan

1) Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan


respon
2) Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
3) Proses belajar berlangsung secara teori
Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam
menentukan teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara
lain:

a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan


pelajaran dalam bentuk yang sudah siap
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu
situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa
yang harus dipelajari murid
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses
pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif
e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para
tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling
efektif untuk menertibkan siswa
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru

g. Analisis Tentang Teori Behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan


tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk
merangsang siswa dalam berperilaku.
Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-
bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian,
bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai
yang komplek (Suparno, 1997).

Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu


menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi
sekedar hubungan stimulus dan respon.
Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dalam hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga
kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa,
walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini
tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan
pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu
pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat
kesulitannya.
Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang
dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier,


konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa
menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik
untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Padahal banyak faktor yang berpengaruh yang mempengaruhi proses belajar.
Jadi teori belajar tidak sesederhana yang dilukiskan teori behavioristik.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak
menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran.
Namun apa yang Teori Behaviorisme mereka sebut dengan penguat negatif
(negative reinforcement) cenderung membatasi siswa untuk berpikir dan
berimajinasi. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam
proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat
dengan Guthrie yaitu:

a) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat


sementara.
b) Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa siterhukum) bila hukuman berlangsung lama.
c) Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara
lain(meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.

Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal


lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negative.
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada
bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul
berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai
stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.
Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika
siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus
ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan siswa (sehingga ia
melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini
mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut
penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif
(positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon.
Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif
adalah mengurangi agar memperkuat respons.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:


 Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih
menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon.
 Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme,
pengkondisian, penguatan, dan Operant conditioning.
 Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia
bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
 Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.
 Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas
mimetic, yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes.
 Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar
Behavioristik. Edward Lee Thorndike (1874-1949) Burhus
Fredederic Skinner (1904-1990) David Ausubel Robert Gagne
Ivan Petrovich Pavlov Albert Bandura

b. Saran

Kita sebagai pelajar harus memahami cara belajar kita sendiri dan
sebagaimana nantinya kita akan menjadi pengajar di harapkan kita mampu
memahami berbagai metode pembelajaran karena itu sedini mungkin kita
harus mempelajari teori-teori pembelajaran yang ada agar kita dapat
menemukan kecocokan cara mengajar kita dengan tepat
Daftar Pustaka

1. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/teori-behavioristik-1.pdf
2. https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/59166859/teori-belajar-dan-
pembelajaran20190508-27344-1i80sot-with-cover-page-v2.pdf?
Expires=1664679983&Signature=N5m-bPqOpnFW7mHfj8UHi38RE2Srh-
CHSBvQG0RscAZBYJ5N7Y~2rV3uojL9bMk2MNXPIMb3CVQNvjwRIKAI3d
g42vUeOfzt3KgyMNq1H8oWCUe0N7tmMpwtq~SuRBW~9WoS32g79W2qgh
Owaih3yM8BEBHJzlbMD~r0mZ8B1V4ZtOxNaKApCV2vozpTUVy66xX2xBS
Th91vAQQf5VGqm9pVuehkMJR0J87K7nEPM8q5Wo5zaJ7gwtF4DEbfX5pH
FYdo0BnAqkxdPFfBBEhqKJ~v6k46T4qQG59i0GtbX81pvBfY~eeRXsOQoyG
phYK88DrWPfSZ78AYCnzmDpE-gg__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
3. https://www.researchgate.net/profile/Amirfan-Asfar/publication/
331233871_TEORI_BEHAVIORISME_Theory_of_Behaviorism/links/
5c6da922a6fdcc404ec18291/TEORI-BEHAVIORISME-Theory-of-
Behaviorism.pdf

Anda mungkin juga menyukai