Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEDAGOGIK KEJURUAN
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Efrizon, M.T

OLEH:
KELOMPOK 1
Meysella Khanza Aresta (21076100)
Salma Maliki Ilmi (21076114)
Vina Fitri Andini (21076119)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Pedagogik Kejuruan dengan judul : “Teori Belajar Behaviorisme”

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Efrizon, M.T.
selaku dosen pengampu, dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam
berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Maka dari
itu, kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran guna memperbaiki kualitas agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Padang, 26 September 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 5
A. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme ............................................................................................. 5
B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik ............................................ 6
C. Contoh Teori Belajar Behaviorisme .................................................................................................. 8
D. Tujuan Pembelajaran Behaviorisme .................................................................................................. 9
E. Prinsip-Prinsip Teori Pembelajaran Behavioristik .........................................................................10
F. Kelebihan dan Kekurangan dalam Teori Pembelajaran Behavioristik ............................................11
BAB III PENUTUP .....................................................................................................................................13
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................13
B. Saran ................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang


yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang


membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan,
spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa
asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.
Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau puji.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Dari Teori Belajar Behaviorisme?
b. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori belajar Behaviorisme?
c. Bagaimana apklikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?
d. Apa tujuan pembelajaran Behaviorisme?
e. Apa prinsip-prinsip teori pembelajaran Behaviorisme?
f. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran Behaviorisme?

3
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar behaviorisme.
b. Untuk mengetahui dan menjelaskan dari pemikiran berbagai tokoh-tokoh
terhadap teori belajar behaviorisme.
c. Untuk mengetahui dan menjelaskan apklikasi teori behaviorisme terhadap
pembelajaran siswa.
d. Untuk menjelaskan tujuan pembelajaran behaviorisme/
e. Untuk mengetahui dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan dalam teori
pembelajaran behaviorisme.
f. Untuk mengetahui dan menjelaskan dari analisis dari teori behaviorisme.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme merupakan teori yang menjelaskan mengenai


pembelajaran dalam Kaitannya dengan peristiwa-peristiwa lingkungan. Teori behaviorisme
memberikan penekanan pada Keadaan lingkunganlah yang berkaitan erat dalam proses
pembelajaran (Schunk, 2012). Menurut (Nahar, 2016) teori belajar behaviorisme merupakan
teori belajar yang menuntut seorang guru Memberikan rangsangan sebagai stimulus kepada
anak dan hasil dari stimulus tersebut dapat diamati Dan diukur berdasarkan tujuan untuk
melihat ada tidaknya perubahan tingkah laku yang signifikan.

Teori belajar behaviorisme ialah teori yang mempelajari perilaku manusia. Teori
ini berfokus Pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi
melalui rangsangan atau Stimulus yang menimbulkan hubungan perilaku yang reaktif atau
respon. Dalam teori behaviorisme, Tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa
diramalkan dan bisa ditentukan. Menurut teori Ini, seseorang yang terlibat dalam tingkah laku
tertentu karena telah mempelajarinya atau Menghubungkan tingkah laku tersebut dengan
hadiah. Namun, seseorang dapat pula menghentikan Tingkah laku karena belum diberi hadiah.
Semua hasil tingkah laku tersebut merupakan tingkah laku Yang dapat dipelajari (Fahyuni &
Istikomah, 2016)

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dipahami bahwa teori belajar


behaviorisme memiliki Konsep dasar bahwa belajar merupakan interaksi antara rangsangan
(stimulus) dan tanggapan (respon). Stimulus ialah rangsangan atau dorongan yang digunakan
oleh guru untuk membentuk tingkah laku, sedangkan respon ialah tanggapan atau kemampuan
(pikiran, perasaan, ataupun tindakan

5
B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik

a. Edward Lee Thorndike (1874-1949)


Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (segala hal yang
dapat merangsang terjadinya belajar seperti pikiran, perasaan, dan gerakan) dengan
respon (reaksi yang dimunculkan anak ketika belajar seperti pikiran, perasaan dan juga
gerakan/tindakan). Jadi, Perubahan tingkah laku dari adanya kegiatan belajar dapat
berwujud sesuatu yang dapat diamati Ataupun sesuatu yang tidak dapat diamati
(Amalia & Fadholi, 2018).
Teori Thorndike juga dikenal dengan teori koneksionisme karena menurutnya
belajar adalah proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon.
Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum belajar, antara lain: (1) Law of
readines, yaitu belajar akan berhasil jika anak memiliki kesiapan untuk melakukan
suatu kegiatan karena jika anak memiliki kesiapan untuk merespon maka akan
menghasilkan respon yang memuaskan, (2) Law of exercise, yaitu belajar akan berhasil
apabila banyak latihan dan selalu mengulang-ngulangi apa yang telah didapat, (3) Law
of effect, yaitu belajar akan menjadi bersemangat apabila anak mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik (Abdurakhman & Rusli, 2017).
Menurut Thorndike, pembelajaran merupakan formasi koneksi antara stimulus-
respon yang Dikenal dengan nama koneksionisme. Dalam teori ini terdapat 3 hukum
yaitu hukum efek, hukum Latihan, dan hukum kesiapan. Pada hukum efek, ketika
sebuah koneksi stimulus-respon diberi Imbalan positif maka koneksi diperkuat
sedangkan ketika diberi imbalan negatif maka koneksi diperlemah. Pada hukum
latihan, ketika stimulus dipraktekkan lebih kuat maka respon akan semakin Kuat
sedangkan jika stimulus jarang dipraktekkan maka respon akan semakin lemah.

b. Burhus Frederic Skinner (1904-1990)


Skinner merumuskan teori pembelajaran yang dikenal dengan operan conditioning.
Teori ini Menyatakan bahwa aspek-aspek lingkungan seperti stimulus, situasi, dan
peristiwa berperan sebagai Tanda-tanda untuk pemberian respon. Penguatan dapat
memperkuat respon dan meningkatkan Kemungkinan terjadinya respon tersebut di

6
waktu lain ketika mendapat stimulus/rangsangan (Schunk, 2012). Jadi, hal ini
mengisyaratkan bahwa aspek lingkungan seperti stimulus dan Penguatan menjadi alur
kunci dalam menciptakan respon yang diharapkan dan akan kembali muncul Di
waktu/masa yang akan datang.
Skinner adalah tokoh behavioris yang mengemukakan bahwa perilaku individu
dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol
tingkah laku organisme melalui Pemberian reinforcement (penguatan) yang bijaksana
dalam lingkungan yang besar (Irwan, 2015). Menurut skinner, hubungan antara
stimulus-respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungan Akan menimbulkan
perubahan tingkah laku pada anak.
Menurut Skinner, ada 3 konsep yang berhubungan dengan operant conditioning
yaitu:
1. Penguatan positif (positive reinforcement), adalah penguatan yang
menimbulkan kemungkinan bertambahnya tingkah laku. Contohnya: seorang
anak mencapai prestasi yang baik diberikan hadiah maka anak tersebut akan
mengulangi prestasi itu dengan harapan bisa mendapatkan hadiah lagi.
2. Penguatan negatif (negatif reinforcement), adalah penguatan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan sehingga mengurangi terjadinya
tingkah laku. Contohnya: seorang anak akan meninggalkan kebiasaan terlambat
mengumpulkan tugas karena tidak tahan dimarahi oleh gurunya
3. Hukuman (punishment), adalah respon yang diberi konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan membuat anak tertekan. Contohnya: seorang anak yang
tidak mengerjakan tugas tidak diperbolehkan bermain bersama temannya
sebagai bentuk hukuman (Abdurakhman & Rusli, 2017).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa teori belajar skinner adalah teori
yang menekankan pada tingkah laku manusia dan memandang bahwa individu akan
memberi respon terhadap lingkungan dan pengalaman akan membentuk perilaku.
Selain itu, menurut Skinner unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.
Maksudnya, pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin

7
kuat bila diberi penguatan. Penguatan ini bisa dalam bentuk penguatan postif dan
penguatan negatif.

C. Contoh Teori Belajar Behaviorisme

Adapun contoh implementasi dari teori behaviorisme dalam praktik pendidikan nyata,
berdasarkan penjelasan di atas, antara lain:

1. Pembelajaran Secara Objektif: Teori behaviorisme memandang bahwa pengetahuan


bersifat pasti, tetap, dan tidak berubah. Oleh karena itu, guru berperan aktif dalam
memberitahukan hasil belajar, mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh siswa, dan
memberikan motivasi.

2. Siswa sebagai Objek Pasif: Dalam pendekatan ini, siswa berlaku sebagai objek pasif yang
memerlukan penjelasan, motivasi, dan materi yang diberikan oleh guru. Mereka menerima
informasi dan diarahkan oleh guru tanpa banyak partisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.

3. Bahan Ajar yang Terstruktur: Bahan ajar disusun secara hierarki dari yang kompleks ke
sederhana, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.

4. Mengoptimalkan Pelatihan Berulang: Penggunaan pelatihan berulang dalam pembelajaran


ditujukan untuk memaksimalkan bakat siswa dan membentuk kebiasaan yang diinginkan.

5. Penggunaan Imbalan daripada Hukuman: Teori ini menekankan pada meminimalisir


adanya hukuman dalam proses belajar-mengajar, dan lebih banyak menggunakan imbalan
atau pujian untuk menghindari respons peserta didik yang tidak diinginkan.

8
D. Tujuan Pembelajaran Behaviorisme

Beberapa tujuan utama dari teori belajar behaviorisme adalah:

1. Memahami hubungan stimulus dan respons. Maksudnya memahami bagaimana


stimulus dari lingkungan dapat mepengaruhi respons dan perilaku individu.
2. Membangun perilaku yang diinginkan. Teori belajar behaviorisme ini bertujuan untuk
membantu dalam membentuk dan mempertahankan perilaku yang diinginkan.
3. Mengukur proses pembelajaran.
4. Menawarkan pendekatan yang terstruktur. Teori ini menawarkan pendekatan yang
terstruktur dan sistematis dalam merancang strategi pembelajaran, sehingga membantu
dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang efektif.

Ada dua hal yang perlu disiapkan oleh guru untuk penerapan teori belajar behaviorisme
dalam pembelajaran agar tercapai tujuan secara maksimal.

1. Menganalisis kemampuan awal dan karakteristik anak; agar anak memiliki sejumlah
kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dasar, maka
perlu kiranya agar dianalisis kemampuan awal dan karakteristiknya karena akan ada
beberapa manfaat yang diperoleh guru jika melaksanakan hal tersebut, antara lain: a) guru
akan memperoleh gambaran yang terperinci mengenai kemampuan awal seorang anak
yang nantinya akan berfungsi sebagai prasyarat bagi bahan baru yang akan disampaikan,
b) guru akan mendapatkan gambaran dan jenis pengalaman yang telah dimiliki anak,
sehingga dapat memberikan bahan yang lebih relevan dan mudah dipahami oleh anak, c)
guru dapat mengetahui sosio-kultural anak termasuk latar belakang keluarga, ekonomi, dan
lain-lain, d) guru dapat mengetahui kebutuhan anak, mengetahui tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta mengetahui tingkat penguasaan yang sebelumnya telah
diperoleh anak
2. Merencanakan materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak; untuk dapat
memberikan layanan pembelajaran kepada semua kelompok siswa/anak, guru setidaknya
menggunakan dua pendekatan yaitu: a) Anak menyesuaikan diri terhadap materi yang akan
diberikan dengan cara guru memberikan tes dan pengelompokan (tes dilakukan sebelum

9
anak mengikuti pembelajaran), b) materi pembelajaran disesuaikan dengan keadaan anak.
Kemudian, atas dasar hasil analisis kemampuan awal siswa melalui tes tersebut, guru dapat
menganalisis tingkat persentase penguasaan materi pembelajaran dengan membaginya
menjadi dua yaitu sebagian anak yang sudah paham dan sebagian anak yang belum paham
terkait materi. Selanjutnya, rencana strategis yang dapat dilakukan oleh guru terkait
masalah tersebut yaitu bagi anak yang sudah mengetahui materi, maka bisa dilakukan
pembelajaran dalam bentuk ko-kurikuler yaitu anak diminta menalaah dan membahas
secara kelompok dan mempersentasekan hasilnya sedangkan bagi anak yang belum
mengetahui materi, maka guru hendaknya menjelaskan sepenuhnya kepada anak di dalam
kelas.

E. Prinsip-Prinsip Teori Pembelajaran Behavioristik

Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons


(Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah melihat
situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik menekankan pada pengaruh


lingkungan terhadap perubahan perilaku :

1. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling diperlukan


dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai
peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2. Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.

10
F. Kelebihan dan Kekurangan dalam Teori Pembelajaran Behavioristik

a. Kelebihan

Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat beberapa


kelebihan di antaranya:
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan,spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan ,
suka menirudan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti
diberi permen ataupujian.

b. Kekurangan

Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat beberapa


kelebihan di antaranya:
1) Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon
2) Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
3) Proses belajar berlangsung secara teori
Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam
menentukan teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi

11
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang
sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral,
bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif
e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi
oleh penguatan yang diberikan guru.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar behaviorisme memandang bahwa belajar merupakan sebuah proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara rangsangan (stimulus) dan
tanggapan (respon). Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Edward
Lee Thorndike dengan teori koneksionisme-nya menyatakan bahwa belajar adalah proses
pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut Edward Lee
Thorndike ialah pembentukan S-R sebanyak-banyaknya melalui latihan dan pengulangan
dengan prinsip trial and error. Adapun B.F. Skinner dengan teori operan conditioning
manyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya,
pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Penguatan ini bisa dalam bentuk penguatan postif dan penguatan negatif.

B. Saran
Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan
baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan
dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu
menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdurakhman, O., & Rusli, R. K. (2017). Teori Belajar dan Pembelajaran. DIDAKTIKA
TAUHIDI: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
https://unida.ac.id/ojs/index.php/jtdik/article/viewFile/302/173.
Amalia, R., & Fadholi, A. N. (2018). Teori Behavioristik [Universitas Muhammadiyah Sidoarjo].
http://eprints.umsida.ac.id/1402/.
Fahyuni, E. F., & Istikomah. (2016). Psikologi Belajar dan Mengajar. Nizamia Learning Center.
Irwan. (2015). Teori Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya dalam Pembelajaran
Improvisasi Jazz. Jurnal PPKn Dan Hukum, 10(2), 95–117.
https://pbpp.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPB/article/view/3652/3558.
Nahar, N. I. (2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Belajar. Nusantara Jurnal
Ilmu Pengetahuan Sosial, 64–74. http://jurnal.um-
tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/view/94/94.
Schunk, D. H. (2012). Learning Theories: An Educational Perspective (Teori - teori Pembelajaran:
Perspektif pendidikan). Pustaka Pelajar.

14

Anda mungkin juga menyukai