DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS 1B
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT dan junjungan besar
Nabi Muhammad SAW yang senantiasa memberikan kami curahan nikmat dan
kemudahan yang tiada hentinya dalam menyusun sebuah makalah ini. Judul
makalah ini ialah “ Teori Belajar Behavioristik”, di dalam makalah ini kami akan
menjelaskan apa itu teori belajar behavioristik dari berbagai sudut pandang
pengertian. Secara garis besarnya teori belajar behavioristik ialah Teori belajar
behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia. Teori
belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku manusia yang
menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik,sehingga
perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya
pengkondisian. Selain itu makalah ini akan menjabarkan ciri-ciri dan contoh
penerapannya dalam proses pembelajaran.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu yaitu ibu
Dr. Ririanti Rachmayanie, S.Psi, M.Pd yang telah membimbing kami sehingga
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Mungkin dalam pembuatan makalah
ini terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja oleh kami, sekiranya kami
mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, harapan kami agar makalah ini
bermanfaat bagi orang yang mau memanfaatkannya dan dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi pembaca. Sekian dari kami, terimakasih.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan
penjelasan atas sejumlah faktaserta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa
belajar. Penggunaan teori belajar dengan langkah-langkah pengembangan yang
benar dan pilihan materi pelajaran serta penggunaan unsur desain pesan yang baik
dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam memahami sesuatu yang
dipelajari. Selain itu, suasana belajar akan terasa lebih santai dan menyenangkan.
Proses belajar pada hakikatnya adalah kegiatan mental yang tidak tampak. Artinya,
proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat
disaksikan dengan jelas, tetapi dapat dilihat dari gejala-gejala perubahan
perilaku.Teori belajar yang menekankan terhadap perubahan perilaku siswa adalah
teori belajar behavioristik. Di lihat dari pengertiannya teori belajar behavioristik
merupakan suatu teori psikologi yang berfokus pada prilaku nyata dan tidak terkait
dengan hubungan kesadaran atau konstruksi mental. Ciri utama teori belajar
behavioristik adalah guru bersikap otoriter dan sebagai agen induktrinas idan
propaganda dan sebagai pengendali masukan prilaku. Hal ini karena teoribelajar
behavioristik menganggap manusia itubersifat pasif dan segalasesuatunya
tergantung pada stimulus yang didapatkan. Sasaran yang dituju dari pembelajaran
ini adalah agar terjadi perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Selain
dalam pemberian point terhadap pelanggaran aturan sekolah, teori belajar
behavioristik juga diterapkan dalam pembelajaran. Teori belajar behavioristik
melihat belajar merupakan perubahan tingkah laku. Seseorang telah dianggap
belajar apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan
behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus, dan
keluaran atau outputyang berupa respons. Teori belajar behavioristik menekankan
kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan antara
stimulus dengan respon yang biasa diamati dan tidak menghubungkan dengan
kesadaran maupun konstruksimental. Teori belajar behavioristik berlawanan
1
dengan teori kognitif yang mengemukakan bahwa proses belajar merupakan proses
mental yang tidak diamati secara kasat mata.
Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu
adanya perubahan perilaku yangdapat diamati, diukur dan dinilaisecara
konkret.Hasil belajar diperoleh dariproses penguatan atas respons yang muncul
terhadap lingkungan belajar, baikyang internal maupun eksternal. Belajarberarti
penguatan ikatan, asosiasi, sifat,dan kecenderungan untuk merubah perilaku. Teori
belajar behavioristik dalam pembelajaran merupakan upaya membentuk tingkah
laku yang diinginkan. Pembelajaran behavioristik sering disebut juga dengan
pembelajaran stimulus respons. Tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi
terhadap lingkungan dan segenap tingkah laku merupakan hasil belajar.
Pembelajaran behavioristik meningkatkan mutu pembelajaran jika dikenalkan
kembali penerapannya dalam pembelajaran. Berdasarkan komponennya, teori ini
relevan digunakan dalam pembelajaran sekarang ini. Penerapan teori belajar
behavioristik mudah sekali ditemukan di sekolah. Hal ini dikarenakan mudahnya
penerapan teori ini untuk meningkatkan kualitas peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori belajar behavioristik ?
2. Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar behavioristik ?
3. Apa sajakah ciri-ciri teori belajar behavioristik ?
4. Bagaimana belajar menurut pandangan teori belajar behavioristik ?
5. Apa saja jenis teori belajar menurut teori belajar behavioristik ?
6. Bagaimana penerapan teori belajar behavioristik ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas pisikologi yang
diberikan dosen pengampu dan juga sebagai materi pembelajaran yang pastinya
akan dipelajari, dipahami serta dimplikasikan dengan baik.
2
BAB III
PEMBAHASAN
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yangssss menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Sedangkan belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
3
Teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan
salah satu jenis perilaku (behavior) individu atau peserta didik yang dilakukan
secara sadar. Individu berperilaku secara sadar dan apabila ada rangsangan
(stimulasi), sehingga dapat dikatakan siswa dapat menerima rangsangan
pembelajaran dari guru. Semakin tepat dan intensif rangsangan dari guru maka
semakin intensif juga kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa . dalam belajar
tersebut kondisi lingkungan berperan sebagai perangsang (stimulator) yang harus
direspon oleh individu dengan sejumlah konsekuensi tertentu. Konsekuensi
tersebut ada yang bersifat positif dan juga negatif, yang bersifat positif berupa
(perasaan puas, gembira, pujian, dan lain-lain) yang negatif berupa (perasaan gagal,
teguran, sedih, dan lain-lain). Konsekuensi tersebut berfungsi sebagai penguat
(reinforce) dalam kegiatan pembelajaran.
a. John B.Watson
Menurut Watson dan para ahli lainnya meyakini bahwa tingkah laku
manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau
situasional. Tingkah laku dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan yang tidak
rasional. Hal ini didasari dari hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan
memanipulasi tingkah laku. Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah
lakunya dikontrol oleh faktor-faktor berasal dari luar.Salah satu faktor tersebut
yairu faktor lingkungan yang menjadi penentu dari tingkah laku manusia.
Berdasarkan pemahaman ini, kepribadian individu dapatdikembalikan kepada
hubungan antara Individu dan lingkungannya.Hal-hal yangmempengaruhi
perkembangan kepribadian individu semata-mata bergantung pada lingkungan.
Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku karena telah
mempelajarinya melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan
tingkah laku tersebut dengan hadiah-hadiah. Orang menghentikan tingkah
laku,karena belum diberi hadiah atau telah mendapatkan hukuman.Semua tingkah
laku,baik bermanfaat atau merusak merupakan tingkah laku yang dipelajari oleh
manusia.Menurut Watson (dalamPutrayasa, 2013:46), belajar sebagai proses
interaksi antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus
4
dapat diamati dan dapat diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri selama proses belajar. Seseorang
menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena
tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, kajiannya tentang
belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan
diukur. Watson berasumsi bahwa hanya dengan cara demikianlah akan dapat
diramalkan perubahan-perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan tindak
belajar.
Pandangan Utama Watson
1) Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology)
2) Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku
3) Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja
4) Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, makapsikologi harus
menggunakan metode empiris
5) Secara bertahap Watson menolak konsep instin
6) Konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson,
7) Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan
William Jam
8) Proses thinking and speech terkait erat.
9) Perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
b. Ivan P.Pavlov
Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P.Pavlov (1849-
1936), ilmuan Rusia yang mengembangkan teori perilaku melalui percobaan
tentang anjing dan air liurnya. Melalui paradigma kondisioning klasiknya, Pavlov
memperlihatkan anjing dapat dilatih mengeluarkan air liur bukan terhadap rangsang
semula(makanan), melainkan terhadap rangsang bunyi. Teori belajar
pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan karena satu
stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam
mengembangkan suatu respon. Prosedur ini disebut klasik karena prioritas
historisnya seperti dikembangkan Pavlov. Kata clasical yang mengawali nama teori
ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yangdianggap paling
5
dahulu dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya
dari teori conditioning lainnya. Perasaan orang belajar bersifat pasif karenauntuk
mengadakan respon perlu adanya suatu stimulus tertentu, sedangkanmengenai
penguat menurut pavlov bahwastimulus yang tidak terkontrol (unconditioned
stimulus) mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu
yangmenyebabkan adanya pengulangan tingkah lakudan berfungsi sebagai
penguat(Zulhammi, 2015).
c. B.F.Skinner
6
melalui penguatan rangsangan yang terencana (Desmita,2005:58).Konsep-konsep
dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Skinner menjelaskan konsep belajar secara sederhana,tetapi lebih
komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons yang
terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya,kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku yang tidak sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-
tokoh sebelumnya. Menurutnya respons yang diterima seseorang tidak
sesederhana demikian, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulusersebut yang mempengaruhi respons
yang dihasilkan. Respons yang diberikan ini memiliki konsekuensi-
konsekuensi.Konsekuensi-konsekuensi tersebut nantinya mempengaruhi
munculnya perilaku (Slavin, 2000).Skinner juga mengemukakan dengan
menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat menjelaskan tingkah laku
yang hanya menambah rumitnya masalah, sebab setiap alat yang digunakan perlu
penjelasan (Putrayasa,2013:48).
7
4.Belajar menurut pandangan teori belajar behavioristik
Ada tiga jenis teori belajar menurut teori behaviorisme yang perlu dipelajari, yaitu:
8
1) Teori Belajar Respondent Conditioning (pengkondisian respon)
Teori belajar respondent Conditioning(pengkondisian respon)
diperkenalkanoleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau
tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan. Guy R.
Lefrancois (1985) menjelaskan bahwa kondisi tertentu (yang disebut stimuli atau
rangsangan) dapat mempengaruhi individu dan membawanya ke arah perilaku
(respon) yang diharapkan. Keterpakuannya pada perilaku yang aktual dan yang
dapat diamati atau terukur itu yang menyebabkan teori ini digolongkan ke dalam
teori behaviorisme.
Implikasi kependidikan dari teori belajar respondent conditioningini
dibuktikanlewat penelitian C. Joan Early (1968) berikut.
9
selesai dilakukan lagi pengukuran sosiometri, dan sosiogramnya menunjukkan
bahwa peserta didik kelompok eksperimental(peserta didik yang terisolir) lebih
diterima atau disukai oleh temannya daripada peserta didik kelompok kontrol
(peserta didik yang tidak terisolir). Hal ini berarti, peserta didik di kelompok
eksperimen tidak lagi terisolir daritemannya setelah dikondisikan melalui
permainan bebas tersebut.
10
diamati, sedang perilakudan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Teori
Skinner(1954) sering disebut Operant Conditioning yang berunsur rangsangan
atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak sebagai
pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau
negatif, namun keduanya memperkukuh atau memperkuat (reinforcement
).Perbandingan antara teori belajarClassical Conditioningdan teori
belajarOperant Conditioning dikemukakan oleh Skinner dan Lefrancois. Skinner
menyebutkan bahwa banyak respon yang tidak hanya dipancing stimuli tetapi
dapat dikondisikan pada stimuli lain. Respon ini adalah kategori perilaku
pertama, disebut respondent behavior karena perilaku muncul sebagai respon
atas stimuli Selanjutnya dapat muncul kategori perilaku ke dua (perilaku yang
tidak dipancing stimuli), yang disebut operant behavior sebab telah dikerjakan
pebelajar. Sedangkan Guy R.Lefrancois (1985) memilah perbedaan antara
keduanya sebagai berikut :
Respondent Conditioning Operant Conditioning (Skinner)
(Pavlov)
11
Stimuli (S) Operant Consequence Implikasi
Response (R) (Reinforce-ment
atau Punishment)
Model perilaku belajar menurut teori belajar operant learning adalah seperti
kejadian percakapan antara John dan Bob berikut ini:
John Maksudmu jika kau marah, ibumu pasti akan membelikan buku baru
untukmu?
12
(c) konsekuensi berdampak pada peilakunya kelak.
13
3) Teori Observational Learning (Belajar Pengamatan) atau Socio-Cognitive
Leaarning (Belajar Sosio-Kognitif)
Proses belajar yang bersangkut paut dengan peniruan disebut belajar
observasi (observasional learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan bahwa
belajar observasi merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau
mengubah pola perilaku yang sudah dikuasai. Belajar observasi biasa juga
disebut belajar belajar sosial (social learning) karena yang menjadi objek
observasi pada umumnya perilaku belajar orang lain. Belajar sosial mencakup
belajar berperilaku yang diterima dan diharapkan publik agar dikuasai individu.
Di dalam belajar sosial, berlangsung proses belajar berperilaku yang tidak
diterima publik. Perilaku yang diterima secara sosial itu bervariasi sesuai
budaya, sub-budaya dan golongan masyarakat.
Masyarakat menghendaki setiap orang mampu menempatkan diri sesuai
usia, kedudukan, pendidikan dan jenis kelamin dalam konteks relasi antar
pribadi. Hal ini berkenaan dengan penyikapan diri di hadapan orang lain.
Seakrab apapun sikap guru, peserta didik menahan diri untuk berperilaku polos,
dan bebas pada gurunya. Paling tidak ada rasa segan yang membatasi peserta
didik, dan guru bersikap apa adanya dalam pergaulan mereka. Pada masyarakat
demokratis perilaku sosial seseorang diselaraskan dengan peran yang dipikul.
Hal ini berkaitan dengan harapan sosial agar orang berperilaku sesuai dengan
peran sosial. Pergaulan sosial yang selaras antara lawan jenis kelamin sangat
tergantung pada pola berperilaku yang dipandang sesuai dengan budaya yang
berlaku dimasyarakat, tetapi masih terdapat perbedaan pada kelompok usia dan
karakteristik individu seseorang.
14
model pebelajar yang meniru. Istilah modeling di gunakan untuk
menggambarkan proses belajar sosial. Model ini merujuk pada seseormg yang
berperilaku sebagai stimuli bagi respon pebelaja. Konsep dan prinsip peniruan
dalam belajar sosial dapat di jelaskan sebagai berikut.
(ii) Belajar sosial melalui peniruan dapat memberi pengusaan perilaku awal iyu
bersifat kontiguitas (kerapatan moment amat dekat dengan kejadian yang
diamti), yaitu rentetan perilaku yang dilihat atau didengar individu lewat
pancaindra. Daya perilaku yang dikuasai sekedar melalui pengamatan itu
tergantung pada penguatan. Teori ini biasa juga disebut teori modeling
kontiguitas, yang pada prinsipnya mengkondisikan peserta didik belajar sebaik-
baiknya didepan model pada waktu dan ruang yang tepat. Penguatan melalui
insentif (hadiah) inilah yang membuat individu belajar, apakah itu sebagai self-
reinforcement ataupun sebagai external-reinforcement.
(iii) Faktor yang mempengaruhi perilaku meniru adalah :
a. Konsekuensi respon model pada individu dalam kerangka hadiah dan
hukuman, meniru di mudahkan ketika model yang dikerjakan di hadapan
individu, perilakunya diberi penguatan. Meniru dihambat bila model perilaku
15
dihukum. Jika individu tahu model di beri hadiah atau hukuman, walaupun tidak
mengamati kinerja perilaku itu, ada kecenderungan yang sama untuk melakukan
perbuatan meniru atau tidak meniru.
b. Karakteristik individu dijelaskan dalam latar belakang individu yang
cenderung mudah meniru apabila :
1) Merasa kurang harga diri atau cakap karena terlalu sedikit diberi pujian
setelah mengkinerja perilaku yang cocok dengan perilaku prososial.
2) Pernah dipuji karena mengkinerja perilaku prososial.
3) Sering dipuji karena berkompromi dengan mengkinerjakan perilaku
prososial sehingga tergantung pada ujian itu.
4) Memandang diri lebih mirip dengan model dalam beberapa segi perilaku
atau keadaan tertentu.
5) Terangsang secara emosional sebagai akibat stres yang bersumber dari
lingkungan atau pengaruh bahan pemabuk.
1. Perhatian (attention)
Peserta didik mengamati perilaku model dalam proses meniru dipermudah
apabila peserta didik diberi tahu harus mengkinerjakan yang didemontrasikam
guru. Guru yang berwibawa, hangat dan khas membuat peserta didik bersedia
memusatkan perhatiannya.
2. Ingatan (retention)
Untuk mengkinerjkan kembali apa yang didemontrasikan guru menghendaki
agar peserta didik menyimpan di dalam ingatan sehingga dapat tereproduksikan
kembali kesan itu, proses ini ditopang dengan mengucapakan secara lisan
perilaku model yang telah peserta didik dengar atau lihat. Untukk itu guru perlu
16
mengucapakan secara gamblang setiap deskripsi tahapan perilaku yang
didemonstrasikannya.
3. Kinerja motorik (motorik reproduction)
Kinerja peserta didik di tentukan kapasitas ingtan yang sejalan dengan
perkembangan keterampilan motoriknya, karena itu guru perlu memastikan
perilaku yang didemonstrasikan selaras kemampuan peserta didik menirukan.
4. Kondisi penguatan dan insentif
Peniruan berlangsung memuaskan bila insentif, baik dari diri peserta didik
sendiri (rasa puas) dari guru atau teman sekelas berupa kekaguman lisan atau
non-verbal seperti anggukan dan senyuman tulus.
17
Mischel (1973) cenderung menggunakan istilah cognitive social-learning teory,
karena di dalamnya terkandung hal-hal berikut.
1. Harapan (expectancies)
Harapan belajar atas perilaku sendiri dan perilaku orang lain adalah penentu
perilaku itu.
2. Strategi memproses informasi dan memaknai stimuli secara pribadi
Anutan nilai yang di letakkan seseorang pada satu stimuli adalah penentu
penting perilakunya. Anutan nilai itu menurut spesifikasi rumit, dan hanya
berlaku pada situasi atau orang khusus. Joseph Wokpe (1963) menggambarkan
sifat situasional cemas. Fakta cemas hanya muncul di situasi tertentu. Seorang
peserta didik putra sangat cemas ketika dites matematika, namun tidak cemas
ketika dites bahasa inggris. Kecemasan menghemat ketika teman putrinya
duduk didekatnya, namun berkurang ketika berdampingan dengan golongam
putri lainnya. Jadi perilaku dan persepsi tentang perilaku tergantung pada
konteks sehingga pengertian ini di sebut situasionalisme.
Rancangan dan sistem pengaturan diri (self – regulatory system and plans).
Penguatan diri, kritik-diri dan patokan perilaku pribadi bervariasi pada peserta
didik. Perilaku tertentu penting bagi seorang peserta didik tetapi mencemarkan bagi
peserta didik lainnya. Dua peserta didik mendapat nilai 6,5 pada pelajaran biolog.
Yang satu membuang kertas pekerjaannya karena kecewa dan yang satu tersenyum
karena merasa pintar dengan nilai begitu. Keduanya merespon berbeda pada
stimulasi yang sama karena perbedaan dalam perilaku pribadi.
18
terjadi-tidaknya perubahan tingkah laku menjadi tingkah laku yang baru. Perubahan
tingkah laku disini adalah keseluruhan perubahan tingkah laku seseorang yang
menyangkut tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut pendapat
Stason (1978) hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
sebaiknya seimbang.
19
Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
d. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara
Itu berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap. Misal, kecakapan seseorang memainkan piano setelah belajar,
tidak akan hilang begitu saja dan akan terus dimiliki bahkan akan makin
berkembang jika terus dipergunakan tau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan
Perubahan itu terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai. Perbuatan
belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
Misal, seorang yang belajar komputer, sebelumnya sudah menetapkan
apa yang dapat dicapai dengan belajar komputer. Dengan demikian
perbuatan belajar yang dapat dilakukan senantiasa terarah kepada
tingkah laku yang telah ditetapkan.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika individu belajar
sesuatu, sebagai hasilnya mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Sebagai contoh, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka
perubahan yang tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda. Akan
tetapi ia telah mendapatkan pemahaman lainnya seperti tentang fungsi
sadel, pemahaman tentang alat-alat sepeda, ingin punya sepeda dan
sebagainya. Jadi aspek perubahan tingkah laku berhubungan erat dengan
aspek lainnya.
20
membuat individu belajar, yang dirumuskan Robert W. Gagne (1977) sebagai
pengaturan peristiwa yang ada diluar diri seseorang peserta didik, dan dirancang
serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar. Pengaturan situasi
pembelajaran biasanya disebut management of learning and conditions of learning.
21
bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar
behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar
merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu, siswa diharapkan memiliki pemahaman
yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan
oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.
Menurut Mukinan (1997:23), beberapa prinsip tersebut yaitu:
1. Teori belajar behavioristik beranggapan yang dinamakan belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan tingkah laku,
2. Teori ini beranghapan yang terpenting dalam belajar adalah stimulus dan
respons, karena hal ini yang dapat diamati, sedangkan apa yang terjadi
dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati
3. Pengauatan, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons,
merupakan faktor penting dalam belajar. Pendidikan berupaya
mengembangkan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Pendidik berupaya
agar dapat memahami peserta didik yang beranjak dewasa. Perkembangan
perilaku merupakan objek pengamatan dari ajaran-ajaran behaviorisme.
Perilaku daat berua sikap, ucapan, dan tindakan seseorang sehingga perilaku
ini merupakan bagian dari psikologi. Oleh sebab itu, psikologi pendidikan
mengkaji masalah yang mempengaruhi perilaku orang ataupun kelompok
dalam proses belajar.
Jika ingin siswa berhasil guru harus memperhatikan prinsip berikut guna
menilai suatu dari keberhasilan.
Pertama guru harus tahu stimulus yang tepat untuk diberikan kepada
siswa kedua, guru harus tahu nanntinya respon apa yang timbul ketika
sudah diberika stimulus. Agar menunjukkan respon itu apakah sudah benar
maka guru harus menetapkan bahwa respon tersebut harus dapat dilihat,
dinilai, dan diukur sekaligus pemberian hadiah terhadap siswa jika respon
itu sesuai.
22
Agar tujuan dalam pembelajaran sampai secara maksimal menurut teori ini
guru harus melakukan dan menyiapkan kegiatan berikut.
Kelebihan
23
diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti
setiap pembelajarannya.
3. Membangun konsentrasi pikiran. Dalam teori ini adanya penguatan dan
hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa
untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan adalah
yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrai
dengan baik.
Kekurangan :
1. Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru. Peserta didik
hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru.
Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan
perkembangannya. Peserta didik cenderung pasif dan bosan.
2. Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru..
Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu cara
untuk mendisiplinkan.
3. Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Karena menurut
teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta
didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus
menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan
tertekan, tidak menyukai guru dan bahkan malas belajar.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan padatingkah
laku manusia sebagai akibat dari nteraksi antara stimulus dan respon. Teori belajar
behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu. Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan
manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan
tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin di
kesampingkan dan hanya perubahan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari.
dikembangkan oleh beberapa para ahli seperti John B. Watson, Ivan P. Pavlov,dan
B.F. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu
membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa yang
tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori
belajar behavioristik memandan gpengetahuan adalah objektif, sehingga belajar
merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan kepada siswa. Hal yangpaling penting dalam teori belajar
behavioristik adalah masukan dan keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini,
antara stimulus dan respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak
dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yangdapat diamati hanyalah stimulus
dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang
dihasilkanoleh siswa semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan
untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sajikan materi Teori Belajar Behaviorisme
dalam makalah ini, Kami sangat berharap pembelajaran Psikologi Pendidikan ini
akan senantiasa berlanjut dengan mencari buku-buku pedoman lainnya hingga
tercapainya tujuan dari pembelajaran perkuliahan ini, dan berakhir memberikan
manfaat untuk kehidupan kita, banyak sekali kekurangan dari makalah kami, kami
memohon keridhoan teman-teman atau pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang membangun demi perbaikan makalah kami.
25
DAFTAR PUSTAKA
26