Anda di halaman 1dari 12

Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

MAKALAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai Plagirism Checker
sebagai syarat kelulusan Pelatihan ICT 2019

Oleh
IHSAN MUHAMMAD AKBAR
NIM. 1172020107

BANDUNG
2019 M/1441 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik .......................................................... 3
B. Tokoh – Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik ...... 3
C. Tujuan Teori Belajar Behavioristik ................................................................ 4
D. Ciri – Ciri Teori Belajar Behavioristik ........................................................... 4
E. Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran ............................ 5
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik ............................... 7
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 8
A. Simpulan ............................................................................................................ 8
B. Saran ................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 9

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita penjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas berkah dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ber-judul “Teori Belajar
Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran” ini dengan sebaik-baiknya dan
untuk memenuhi salah satu tugas “Pelatihan ICT 2019”, sholawat beserta salam
semoga terlimpah curah pada Nabi Muhammad S.A.W.
Dalam pembuatan makalah ini penulis berusaha untuk melakukan yang terbaik
walaupun penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah penulis yang akan datang.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yang telah memberikan
dorongan, semangat dan masukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat pada
umumnya, serta mendapatkan ridha dari Allah S.W.T.

Bandung, 11 November 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar merupakan aktivitas individu yang melakukan belajar, yaitu proses kerja
faktor internal. Menurut Peaget belajar adalah proses penyesuaian atau adaptasi melalui
asimilasi dan akomodasi antara stimulasi dengan unit dasar kognisi seseorang yang
oleh Peaget menjadi schema. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon.
Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan teori
yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Ada berbagai
asumsi atau pandangan yang muncul tentang teori behavioristik. Teori behavioristik
memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol
stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan.
Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran kelompok kami menyusun makalah Teori Belajar Behavioristik dalam
rangka mengetahui lebih lanjut lagi tentang Teori Belajar Behavioristik dan diharapkan
tidak lagi muncul asumsi yang keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut,
sehingga pembaca memang benar-benar mengerti apa dan bagaimana
pendekatan behaviorisme.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik?
2. Siapa saja tokoh-tokoh dan apa pemikirannya mengenai teori belajar
behavioristik?
3. Apa tujuan dan kegunaan teori behavioristik?
4. Apa ciri – ciri teori belajar behavioristik?
5. Bagaimana apikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran?
6. Apa kekurangan dan kelebihan teori behavioristik?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik.
2. Mengetahui tokoh-tokoh dan apa pemikirannya mengenai teori belajar
behavioristik.
3. Mengetahui tujuan dan kegunaan teori behavioristik.
4. Mengetahui ciri – ciri teori belajar behavioristik.
5. Mengetahui apikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran.
6. Mengetahui kekurangan dan kelebihan teori behavioristik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Teori Belajar Behavioristik


Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu
aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gagedan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-
kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.
Tokoh – Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar
Behavioristik
Tokoh-tokoh utama teori belajar Behaviorisme adalah sebagai berikut:
a. Ivan Pavlov
Untuk menghasilkan teori ini, Ivan Pavlov melakukan percobaan terhadap anjing.
Belajar menurut Pavlov adalah sebuah proses perubahan yang terjadi sebab adanya
stimulus yang menimbulkan reaksi. Teori ini juga disebut sebagai aliran pengkondisian
klasik (Classical Conditioning).
b. Edward Lee Thorndike
Thorndike melakukan eksperimen pada kucing yang dimasukkan pada sangkar
dengan pintu otomatis. Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan hasil dari
proses interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini juga disebut sebagai aliran
koneksionisme (connectinism).

3
c. John B. Watson
Belajar menurut Watson sama halnya dengan Thorndike bahwa merupakan hasil
dari proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon-nya harus
dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Atau Conditioning
d. F. Skinner
Menurut Skinner belajar merupakan hasil interaksi antara stimulus dan respon
dalam suatu lingkungan yang menimbulkan perubahan tingkah laku. Misalnya dalam
penerapannya seorang Guru memberi hadiah kepada peserta didiknya sebagai
penghargaan nilai paling tinggi sehingga peserta didik itu lebih rajin. Teori ini juga
disebut dengan operant conditioning.
e. Albert Bandura
Bandura berpendapat bahwa belajar, terutama dalam sosial dan moral merupakan
hasil dari meniru (imitation) dan contoh berperilaku (Modelling). Bandura memandang
perilaku individu bukan semata-mata hasil dari refleks atas stimulus, melainkan ada
juga penyebab lain yakni hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitifnya
sendiri. Aliran ini disebut sosial learning.

Tujuan Teori Belajar Behavioristik


Tujuan dari teori belajar behavioristik ialah untuk memanfaatkan secara sistematis
pengetahuan teoritis dan empiris yang dihasilkan dari penggunaan metode eksperimen
dalam psikologi untuk memahami dan menyembuhkan pola tingkah laku abnormal.
Untuk pencegahan dan penyembuhan abnormalitas tersebut dimanfaatkan hasil studi
eksperimental baik secara deskriptif maupun remedial. Pendekatan behavior bertujuan
untuk menghilangkan tingkah laku yang salah atau tidak sesuai dan membentuk
tingkah laku baru. Pendekatan tingkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan
berbagai gangguan tingkah laku dari yang sederhana hingga yang kompleks, baik
individual maupun kelompok.

Ciri – Ciri Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik melihat semua tingkah laku manusia dapat ditelusuri dari
bentuk refleks. Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut juga dengan teori
pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian
lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini dilihat
secara sistematis dapat diamati dengan tidak mempertimbangkan keseluruhan keadaan
mental. Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristi kmempunyai ciri-ciri,
yaitu. Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,
melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.

4
Pengalaman-pengalaman batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang
dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala
perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang
paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks.
Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap
sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga, behaviorisme berpendapat
bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme
pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena
kebiasaan-kebiasaan dan pendidikan dapat mempengaruhi reflekkeinginan hati

Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran


Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa
hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media
dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak
pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran
adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir
yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir
seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-
standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar.
Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang

5
nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau
dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi
dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi
dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-
aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin
menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan
dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan
pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan
belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi
hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri
pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada
ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas
belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada
ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran
dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran,
dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

6
A. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
Aliran behaviorisme mendapatkan beberapa tanggapan yang bersifat kurang efisien
dalam pembelajaran karena tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks.
Disamping itu aliran ini juga dianggap efisien dan mempunyai banyak kelebihan
dalam pembelajaran. Berikut penjelasan mengenai kekurangan dan kelebihan pada
aliran behaviorisme dalam pembelajaran.

Kekurangan
1) Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru. Peserta didik hanya
mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru. Mereka tidak
diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik
cenderung pasif dan bosan.
2) Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru. Pembelajaran
seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman
biasanya sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.
3) Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Karena menurut teori ini
belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta didik untuk
mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus menerus tanpa ada
cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai
guru dan bahkan malas belajar.

Kelebihan
1) Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan. Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan
membuat peserta didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan
baik.
2) Materi yang diberikan sangat detail hal ini adalah proses memasukkan stimulus
yang yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan,
diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti setiap
pembelajarannya.
3) Membangun konsentrasi pikiran Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman
dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk
memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya
membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrai dengan baik

7
BAB III
PENUTUP
Simpulan

Behavioristik merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya


dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar.
Menurut teori ini, peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian
rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Refleks yang bisa meberikan
respons kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.
Tokoh – tokoh dan pemikirannya terhadap teori belajar behavioristik
a. Ivan Pavlov : Classical Conditioning
b. Edward Lee Thorndike : Connectinism
c. John B. Watson : Conditioning
d. F. Skinner : operant conditioning.
e. Albert Bandura : Imitation and modelling

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa


hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes.
Teori ini memliki banyak kelebihan dan kekurangan. Sehingga apa yang menjadi
kelebihannya bisa menjadikan motivasi untuk menggairahkan belajar Dan
kekurangannya kita renovasi agar bisa lebih baik lagi.

A. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusun makalah ini hanyalah manusia yang tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Tetapi satu harapan
kiranya dengan adanya makalah ini, bisa menambah wawasan para pembaca tentang
Aliran Teori Behavioristik.

8
DAFTAR PUSTAKA

[1] M. I.R.S.Munif, "PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR," vol. V, pp. 79-82, 2009.

[2] S. Sanyata, “Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling,” vol. VII, no. 14, pp. 1-
11, 2012.

[3] T. Nurhidayati, “IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV (CLASSICAL


CONDITIONING) DALAM PENDIDIKAN,” vol. III, no. 1, pp. 23-43, 2012.

[4] R. Litalisdiana, “PENERAPAN TEORI BEHAVIORISME DALAM PENDIDIKAN DASAR KELAS II SDN
PANGGANG,” pp. 1-12.

[5] FAMILUS, "TEORI BELAJAR ALIRAN BEHAVIORISTIK SERTA IMPLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN," vol. XI, no. 02, pp. 98-115, 2016.

[6] M. Nasution, “Teori Pembelajaran Matematika Menurut Aliran Psikologi Behavioristik (Tingkah
Laku),” vol. 03, no. 01, pp. 1-13, 2015.

[7] N. I. Nahar, “PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK,” vol. 01, pp. 1-11, 2016.

[8] I. W. Karya, “ASUMSI DASAR TEORI KOGNITIF, BEHAVIORISTIK DAN HUMANISTIK,” vol. 08, no. 02,
pp. 1-9, 2017.

[9] Zulhammi, “Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik dalam Perspektif Islam,” vol. 03, no. 01,
pp. 1-23, 2015.

[10] B. Kurniawan, “KONSEP TARGHIB DAN TARHIB DALAM PERSPEKTIF,” Teori Belajar Behavioristik
1, vol. 03, no. targhib, tarhib, behavioristik, pendidikan, pp. 1-16, 2016.

Anda mungkin juga menyukai