Anda di halaman 1dari 8

Psikologi Pendidikan

Perbedaan Individu dalam Belajar

Dosen Pembimbing : Zadrian Ardi, S.Pd, M.Pd, Kons

Oleh:
Muhdia Nahdhah
19033109
Pendidikan Fisika A

Universitas Negeri Padang


2019
Perbedaan Individu dalam Belajar
A. Siswa Berisiko
Anak  berisiko adalah anak-anak yang teridentifikasi memiliki potensi
untuk mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Hamdani
(2015) mengatakan ada tiga alasan untuk meyatakan bahwa anak memiliki
potensi untuk gagal di sekolah atau berksulitan belajar, diantaranya :
a.         Hasil Pemeriksaan Medis
Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat
diprediksi bahwa adanya kemungkinan kelak menjadi anak kesulitan dalam
belajar, meskipun prediksi ilmiah tidak selamanya tepat, tetapi dapat digunakan
untuk usaha intensif dalam mencegah terjadinya penyimpangan pada anak di
masa mendatang.
b.         Risiko Biologis
Risiko biologis menunjuk pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas
riwayat medis dan kesehatan yang dapat menimbullkan kesulitan belajar
disekolah. Contoh risiko biologis adalah prematuritas dan orang tua yang
kesulitan dalam belajar, meskipun tidak pasti tetapi banyak kasus disekolah
bahwa anak berkesulitan belajar adalah anak-anak yang memiliki latar belakang
prematuritas. Sehingga dapat diwaspadai akan pertumbuhan dan
perkembangannya.
c.         Risiko Lingkungan.
Terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkungan sosial yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi
tersebut mencakup fisik, emosi, kognitif, dan intuisi. Dari penyebab lingkugan
tersebut dapat diketahui, diprediksikan dan diinterfensi penyebab anak dalam
kesulitan belajar.

B. Siswa Berkebutuhan Khusus


1. Pengertian
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan  asal-
usul, status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak
yang mempunyai kelainan sebagaimana di amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Hamdani: 2015).
Hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya
diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang
berkebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat
diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan
(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada
umumnya (Hamdani: 2015). Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari
kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap.
Menurut World Health Organization (Hamdani: 2015), definisi masing-
masing istilah adalah sebagai berikut:
1)      Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan
dari impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya
atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
2)      Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis,
atau struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level
organ.
3)      Handicap : Ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari
impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan
peran yang normal pada individu.

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik


khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

2. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus


Hamdani (2015)mengatakan yang termasuk kedalam anak berkebutuhan
khusus antara lain:
1)       Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra
penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang
lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip
yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu
tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan
bersuara.
2)       Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi
tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan
pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan pendengaran ringan(41-
55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran
berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu
memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut
tunawicara.
3)       Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang
signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan
dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan.
klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
a.       Tunagrahita ringan (IQ : 51-70)
b.      Tunagrahita sedang (IQ : 36-51)
c.       Tunagrahita berat (IQ : 20-35)
d.      Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20)
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada
kemampuan bina diri dan sosialisasi.
4)       Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy,
amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah
ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetap
masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat
yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
5)        Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya
menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena
faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
6)       Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih
kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi
kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan
karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia,
dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata
atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik,
gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan
keterlambatan perkembangan konsep.

C. Pendekatan Pembelajaran sesuai dengan Keberagaman Peserta Didik


Dalam hal layanan pendidikan khusus tidak hanya faktor kebijakan saja
yang menentukan tetapi juga tim work yang mendukung (Hamdani: 2015),
berikut ini adalah komponen tim work :
1.    Guru pendidikan khusus adalah mereka yang memberikan pembelajaran
sehari-hari dan dukungan lain bagi siswa berkebutuhan khusus.

2.      Billingual special educator adalah guru yang memiliki pengetahuan baik di
bidang dwi bahasa maupun pendidikan khusus.

3.     Early childhood special educator adalah mereka yang memberikan


pelayanan pada balita, mereka dapat melakukan berkerja sama dengan guru-
guru pre sekolah dalam hal pendidikan umum.

4.     Speech/ language pathologist adalah mereka yang mendiagnosis anak-anak


berkebutuhan, mendesain tindakan dan layanan yang tepat serta memonitor
kemajuannya.
5.      School psychologist adalah mereka yang memiliki kompetensi untuk
menentukan kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus.

6.      School counselor adalah mereka yang menangani bukan saja siswa biasa
tetapi juga siswa dengan kebutuhan khusus, pada sekolah regular.

7.      School social worker adalah mereka yang meng koordinasika usaha-usaha
pendidik, keluarga dan orang-orag lembaga terkait untuk memastikan bahwa
siswa dapat menerima semua pelayanan yang mereka  butuhkan.

8.      School  Nurse adalah mereka yang bertanggung jawab dalam memeriksa
dan menjaga kesehatan siswa, serta mengatur distribusi obat-obatan yang
dibutuhkan siswa.

9.   Educational interpreter adalah mereka yang membantu siswa yang


mengalami kesulitan mendengar dengan menggunakan bahasa isyarat.

10.  General educational teacher adalah guru pada kelas regular yang memiliki
kemampuan untuk untuk memeberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan
khusus.

11.  Pareducator adalah para profesinal yang bekerja di bawah arahan guru  atau
professional dalam memberikan pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus.

12.  Parents atau Orang tua siswa yang memberikan kontribusi terhadap sekolah
mengenai perkembangan serta kehidupn anaknya di luar sekolah.

13.  Additional High Specialized Service Provider adalah mereka yang memiliki
keahlian spesifik di bidang tertentu guna menangani siswa yang
membutuhkan pelayanan khusus secara unik.

Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik


tertentu atau kelompok kecil peserta didik, dari pola pembelajaran yang lebih
khusus untuk seluruh kelas agar peserta didik menyukainya (Hamdani: 2015).

Beberapa prinsip mendasar yang mendukung keberagaman:


1.      Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam
Guru dan peserta didik memahami materi, cara mengelompokkan
peserta didik, cara mengases pembelajaran dan elemen kelas lainnya
merupakan alat yang bisa digunakan dalam berbagai cara untuk
menunjukkan keberhasilan individu dan seluruh kelas.

2.      Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus
dari kebutuhan belajar peserta didik
Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik diharapkan
dapat dihargai dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan
pembelajaran. Prinsip ini mengingatkan kita akan hubungan dekat antara
penilaian dan tugas. Kita bisa mengajar lebih efektif jika kita tahu
kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam kelas yang bervariasi,
seorang guru melihat semua hal yang dikatakan peserta didik atau
menciptakan informasi yang berguna untuk dipahami peserta didik.

3.      Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai


Dalam kelas yang bervariasi, tujuan guru adalah agar setiap peserta
didik merasa tertantang terus, sehingga pekerjaannya menarik atau
menyenangkan.

4.      Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran
Guru mengakses kebutuhan belajar, memfasilitasi pembelajaran dan
merencanakan kurikulum yang efektif. Dalam kelas diferensiasi, guru
mempelajari peserta didiknya dan terus melibatkan mereka untuk membuat
keputusan tentang kelas. Hasilnya peserta didik menjadi pembelajar yang
lebih mandiri.

Daftar pustaka
Hamdani, Muhammad . 2015. Perbedaan Individu Dalam Belajar Part II. Artikel
dipublikasikan di internet. (online)
http://mhdhamdani.blogspot.co.id/ 2015/01/psikologi-pendidikan-perbedaan-
individu.html?view=magazine

Anda mungkin juga menyukai