Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT PENDIDIKAN

Tentang :

TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN PENDIDIKAN, KOMPONEN-


KOMPONEN KEHIDUPAN YANG BAIK

Disusun Oleh:

KELOMPOK 8

1. LYSA PUTRI MAHARANI (18129275)


2. NISA F. LINAJMI (18129071)
3. SATRIA MARDIKO (18129310)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Abna Hidayati, S.Pd., M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat-Nya lah
penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya.
Makalah yang berjudul “Tujuan Hidup dan Tujuan Pendidikan,
Komponen Kehidupan Yang Baik” ini diharapkan agar pembaca dapat
memahaminya. Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas terstruktur dari mata kuliah filsafat pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sehingga dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi yang
membutuhkan dan khususnya bagi penulis untuk memperbaiki makalah kedepannya.

Padang, 20 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………...

A. Latar Belakang………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan Penulis………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………

A. Tujuan Hidup……………………………………………………………………………
B. Tujuan Pendidikan………………………………………………………………………
C. Komponen – Komponen Kehidupan Yang Baik……………………………………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………...
B. Saran…………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut (Ahmadi, 2003) tujuan itu menunjukkan ketentuan arah daripada


suatu usaha, sedangkan arah itu menunjukkan jalan yang harus dilalui. Jalan
yang harus dilalui itu dimulai dari titik start yaitu pandangan hidup dan berakhir pada
titik finish yaitu tercapainya kepribadian hidup ya ng dicita -citakan. Ketentuan arah
tujuan hidup suatu bangsa akan tertuang pada UUD bangsa itu sendiri dan adapun
jalan yang harus dilalui yaitu cara-cara melaksanakan aktivitas.
Hidup dengan benar berarti setia berada pada jalan yang benar. Mereka yang
sudah memutuskan untuk melakukan apa yang benar tidak terusik oleh hal-hal sepele
atau menyimpang karena memilih jalan alternatif yang tampaknya lebih menggiurkan.
Komitmen untuk hidup dengan benar menyebabkan mereka tetap berjalan di jalan
yang sempit, dan tidak memilih jalan yang lebih menarik atau menguntungkan.
Sebagaimana dicatat dalam Amsal 4:26-27, “Tempuhlah jalan yang rata dan
hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri,
jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”
Tujuan umum pendidikan (Ali, 2007) adalah persiapan atas tugas
pelayanan Publik. Secara psikologi, tujuan pendidikan adalah pembentukkan
karakter yang berwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan
sikap hidup yang dimilikinya. Para pakar pendidikan sepakat untuk mengatakan
“perlunya keseimbangan antara dimensi kognitif dan afektif dalam proses
pendidikan”. Artinya untuk membentuk manusia seutuhnya tidak cukup hanya
dengan mengembangkan kecerdasan berpikir atau IQ anak didik melalui
segudang ilmu pengetahuan, melainkan juga harus dibarengi dengan
pengembangan perilaku dan kesadaran moral. Karena dengan hanya kombinasi seperti
itulah peserta didik akan mampu manghargai nilai-nilai yang ada di dalam dirinya dan
orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tujuan hidup dan tujuan pendikan?
2. Bagaimana saja komponen-komponen kehidupan yang baik?

C. Tujuan
1. Memenuhi salah satu syarat mata kuliah filsafat pendidikan
2. Memberikan pengetahuan mengenai tujuan hidup dan tujuan pendidikan kepada
pembaca
3. Mengetahui komponen-komponen apa saja yang ada didalam kehidupan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Hidup
Mengetahui tujuan hidup tidak akan terlepas dari siapa yang memberikan
kehidupan sebagai asal kehidupan itu sendiri, dan mengetahui asal dari kehidupan
tidak bisa terlepas dari pengenalan terhadap diri sendiri, sebagai mana dijelaskan
oleh Imam Ali a.s. dalam Nahjul Balaghah bahwa, “Awwaluddiin
ma’rifatuhuu…” artinya “Awal agama adalah mengenal Allah”. Yang telah
memberikan kehidupan.
Dalam kesempatan yang lain Imam Ali a.s. menyatakan, “Siapa yang
mengenal dirinya pasti mengenal Tuhannya”. Karena diri adalah ego yang sering
membuat manusia itu egois dengan dirinya, lupa akan siapa dirinya yang tercipta
dari segumpal darah menjadi segumpal daging serta tanah tak tak bernilai, jika
manusia sadar mengapa dia tercipta dari tanah yang rendah dan slalu diinjak injak
pasti dia akan menyadari bahwa hidupnya hanyalah seorang budak yang setiap
saat tunduk serta merendahkan diri dan siap untuk menerima injakan dan cobaan
dari Penciptanya. Dalam hal ini Self-managing sangat berperan untuk lebih
mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita capai, selanjutnya adalah mengelola
diri kita untuk mencapai tujuan tersebut.
Manusia itu Ada dari tiada menjadi ada dan akan tiada untuk ada, manusia
lahir dalam keadaan lemah kemudian tumbuh besar menjadi kuat, sakit dikit
menjadi lemah sembuh merasa kuat tua menjadi lemah, manusia itu dari lahir
bodoh kemudian belajar menjadi pintar semakin blajar semakin merasa bodoh dan
ahirnya akan menjadi pintar, tua renta akan semakin pelupa dst. Daur kehidupan
haruslah difikirkan dan direnungkan agar lebih mengetahui tujuan dari hidup ini.
Daur kehidupan ini akan terjawab setelah kita merenungi dan memahami ” Dari
mana dan akan ke mana?” yang menuntut kita untuk mencari jawabannya.
Di dalam Alquran ditegaskan bahwa, “… Sesungguhnya kita semua
kepunyaan Allah dan akan kembali kepada-Nya” menunjukan bahwa tujuan kita
hidup semata mata untuk kembali kepadaNya Sang Maha Pencipta, kata kasarnya,
tujuan hidup kita adalah Mati, Namun kita tidak bisa melupakan atau
mengenyampingkan Apa Tugas yang dibebani oleh Allah S.W.T dalam mengisi
hidup di dunia untuk dipertanggungjawabkan setelah mencapai tujuan hidup nanti.
Manusia tidak tahu kapan akan mencapai tujuan hidupnya yaitu mati, karena
itu siapkanlah diri untuk menghadapi kematian dengan sebaik-baiknya. Dengan
kata lain, “Belajarlah mati sebelum mati” (Mutuu qabla an tamuutuu), yaitu
belajar dan berusaha agar kita selalu siap, agar sewaktu-waktu bila telah sampai
pada tujuan, kembalilah dengan selamat dan bahagia, yaitu matinya orang orang
yang bertakwa, yang hatinya selalu berzikir dan ingat kepada Allah dalam
keadaan apa pun, dalam Al qur’an dijelaskan ” Wajah-wajah mereka (orang-orang
beriman) pada hari itu berseri-seri. Mereka melihat kepada Tuhannya.
Dengan menentukan tujuan hidup, maka kita dapat menentukan sasaran/target
hidup dan bagaimana kita menggunakan waktu kita karena tujuan hidup tiap orang
bisa berbeda. Untuk menetapkan tujuan hidup biasanya melalui pemikiran yang
mendalam dan tentu saja membutuhkan waktu, gunakan waktu sebaik-baiknya
untuk menetapkan sasaran-sasaran tersebut.

Persoalan falsafah, “Apa makna hidup?” mempunyai makna yang berbeda


bagi setiap orang. Kekaburan pertanyaan ini terwujud dalam perkataan “makna”
yang menyebabkan persoalan ini boleh ditaksif dengan berbagai cara,
umpamanya:

1) Apakah puncaknya hidup?


2) Apakah sifatnya hidup (dan sifat alam semesta kita)?
3) Apakah maksudnya hidup?
4) Apakah yang bernilai dalam hidup kita?
5) Apakah tujuan hidup ataupun tujuan dalam kehidupan seseorang?

Persoalan ini telah menimbulkan berbagai jawaban yang bertentangan serta


perdebatan dari teori-teori saintifik ke teori-teori falsafah, teologi dan penjelasan-
penjelasan rohaniah. Semua gerak tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, didorong
oleh rasa hidup dengan maksud yang sama, yakni supaya berlangsung hidupnya dan
jenisnya. Tetapi cara manusia bergerak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
berbeda dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Cara bergerak tumbuh-tumbuhan dan hewan berlangsung tanpa pengertian,
karena mereka tidak memiliki pikiran. Sedangkan cara bergerak manusia
berlandaskan pengertian, sebab manusia memiliki pikiran. Jadi perbedaan antara
manusia dan benda hidup yang bukan manusia, hanya terletak pada kenyataan, bahwa
yang satu mempunyai pikiran, sedang yang lain tidak mempunyainya.
Jika seseorang memakai pikirannya untuk berpikir, maka ia akan mendapat
pengertian. Jumlah pelbagai pengertiannya ini merupakan ilmu. Maka tindakan
manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya perlu berlandaskan ilmu, karena tanpa
ilmu ia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Benda hidup lain, kecuali manusia, dapat bertindak untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya tanpa ilmu. Misalnya telur itik yang menetas langsung menjadi
anak itik. Anak itik itu walaupun baru sehari umurnya, bila terjun ke air sudah pandai
berenang. Sedang manusia yang belajar berenang dalam tiga bulan lamanya, masih
kalah pandainya dari anak itik. Dalam usahanya mencari makanan, anak itik tidak
pernah mendapat didikan dari induknya, namun ia tidak pernah salah menelan
pecahan kaca.
Tujuan hidup itu adalah untuk:
1. Untuk menjadi manusia yang dap[at mengabdi pada sang penciptanya (
Allah )
2. Mencari kebenaran dan keabsahan yang baik sesuai dengan filsafat dan
ajaran agama yang telah diwahyukan oleh Allah SWT
3. Menjadi manusia seutuhnya dan sebagai penata sosial yang kuat serta
berwibawa sehingga mampu menjalankannvisi dalam kehidupan sebagai
manusia utuh.
4. Dapat mengolah alam semesta yang disesuaikan oleh Allah SWT dengan
menggunakan akal pikiran yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT
5. Menjadi manusia yang bahagia, kaya serta sehat jasmani dan rohani
sehingga terjadi keseimbangan kehidupan di dunia dan kehidupan di
akhirat.
B. Tujuan Pendidikan
Menurut sejarah bangsa Yunani, tujuan pendidikannya ialah ketentraman.
Sedangkan menurut Islam, tujuan pendidikan ialah membentuk manusia
supayasehat, cerdas, patuh, dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi
larangan-larangan-Nya (Ahmadi,1991:99).
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai
oleh peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh
kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk
mencapaitujuan pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan
komponendari sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral.
Itu sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan baik
tujuan pendidikan (Suardi, 2010:7). Dalam Suwarno (1992) terdapat beberapa
pengertian tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh, diantaranya :
1. Ki Hadjar Dewantoro
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak agar menjadi manusia yang
sempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan manusia yang
selaras dengan alamnya (kodratnya) dan masyarakatnya.
2. Johan Amos Comenius (Austria, 1592 – 1670, tokoh aliran
realism pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang
mempunyai pengetahuan kesusilaan dan kasalehan sebagai persiapan
untuk kehidupan diakherat.
3. John Locke (Inggris, 1632–1704, tokoh aliran Empirisme dalam
pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah membentuk “Gentlemen”.
4. J.J. Rousseau (Perancis, 1712–1778, tokoh aliran Naturalisme)
Tujuan pendidikan adalah mempertahankan kebaikan yang ada pada
manusiamembentuk anak menjadi anggota masyarakat yang natural.
5. John Heinrich Pestalozzi ( Swiss, 1746 – 1827, tokoh pendidikan sosial)
Tujuan pendidikan adalah mempertinggi derajat rakyat (social
regeneration)dengan mengembangkan potensi jiwa anak secara wajar.
6. Friedrich Frobel (Jerman, 1782 – 1852, tokoh pendidikan anak-anak)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi makhluk aktif
dankreatif.
7. Herbert Spencer (Inggris, 1820 – 1903, tokoh gerakan ilmiah
dalam pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah mengilmiahkan usaha-usaha pendidikan,
sertamembentuk manusia ilmiah.
8. John Dewey (Amerika, 1859 – 1952, tokoh pendidikan sosial)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi anggota
masyarakatyang baik, yaitu anggota masyarakat yang mempunyai
kecakapan praktis dandapat memecahkan problem sosial sehari-hari
dengan baik.
9. George Kerchensteiner (Jerman, 1855 – 1932, tokoh
pendidikankewarganegaraan)
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak menjadi warga negara yang baik.
10. Maria Montessori (Italia, 1870 – 1952, tokoh pendidikan kanak-kanak)
Tujuan pendidikan adalah perkembangan anak secara bebas.
11. Helen Parkhurst (Amerika, 1887 – 1900, tokoh pendidikan individual)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi warga negara yang
baik.Karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap
perkembanganmanusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka masalah
pokok bagi pendidikanialah memilih arah atau tujuan.

C. Komponen-Komponen Kehidupan yang Baik


1. Prinsip Dasar Hidup yang Benar
Agar hidup kita bahagia, perlu kita miliki beberapa prinsip hidup:
1) Menempatkan rasa aman dan harapan pada Tuhan.
2) Kita harus memilki sasaran yang tepat dalam hidup.
3) Kita juga perlu memiliki pola pikir yang benar.
4) Berusahalah memahami orang lain dengan menempatkan diri kita sendiri pada
posisi orang yang bersangkutan
5) Apabila dinasehati janganlah melihat oleh siapa kita dinasehati dan bagaimana
orang tersebut menasehati, tetapi perhatikan apa isi nasehat dan mengapa
orang menasehati (jangan siapa dan bagaimana, lihat apa dan mengapa).
6) Waktu tidak akan pernah berhenti, maka pergunakanlah sebaik-baiknya!
Proyeksikanlah kegiatan-kegiatan kita dalam rencana-rencana, karena gagal
merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan.
7) Jangan menyakiti orang lain jika kita sendiri tidak mau disakiti. Yang hina itu
bukan orang yang dihina tapi orang yang menghina.
8) Ingat 5 perkara sebelum 5 perkara:
 Sehat sebelum sakit;
 Muda sebelum tua;
 Kaya sebelum miskin;
 Lapang sebelum sempit;
 Hidup sebelum Mati;
9) Nikahilah wanita karena 4 perkara:
 karena harta bendanya,
 keturunannya,
 kecantikannya,
 agamanya.
 Utamakanlah wanita yang taat kepada agamanya, niscaya kamu akan
bahagia.
10) Jaga jarak dengan orang/ hal-hal yang dapat mendatangkan madharat
11) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
12) Dalam menjalani hidup kejarlah hal-hal yang pasti terjadi, insya Allah hal-hal
yang mungkin terjadi dapat kita raih.
13) Apabila kita menghadapi masalah yang penting dan masalah yang mendesak,
selesaikanlah masalah yang mendesak terlebih dahulu, sebab hal yang penting
belum tentu mendesak.
14) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. [Q.S. Alam Nasyrah: 5-7]
15) Orang sukses mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak
dikerjakan oleh orang-orang gagal. Mereka (orang-orang sukses) belum tentu
suka mengerjakannya. Namun ketidaksukaan mereka tunduk pada kekuatan
tujuan mereka.
16) Orang yang berbakat gagal adalah orang yang mencari-cari alasan atas
kegagalannya, sedangkan orang yang berbakat sukses adalah orang yang
mencari alasan bagaimana bangkit dari kegagalannya.
17) Janganlah kita melihat tokoh dalam mencari kebenaran, tetapi selamilah
kebenaran itu sendiri niscaya kita akan mengetahui siapa tokoh di baliknya.
18) Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [QS Al-Baqarah: 216]
19) Perumpamaan orang yang bertakwa dalam bertingkah laku adalah seperti
berjalan di jalan yang lurus namun banyak duri yang berserakan.
20) Jangan biasakan berprasangka, sebab sebagian besar prasangka adalah dusta.
21) Dalam berusaha lihatlah orang yang nasibnya lebih bagus dari kita (orang di
atas kita), namun dalam hasil lihatlah orang yang nasibnya lebih buruk dari
kita (orang di bawah kita).
22) Hiduplah sesukamu tapi engkau pasti mati; berbuatlah sesukamu tapi pasti
engkau dibalas (menurut perbuatanmu itu); cintailah siapa saja tapi engkau
pasti akan berpisah dengannya.

2. Pentingnya Kehidupan yang Benar bagi Kehidupan Manusia dan


Pendidikan
Hidup dengan benar ditandai oleh pemilihan jalan yang benar.Seseorang yang
menjalani kehidupan pribadi dan pekerjaannya berdasarkan standar moral dan
etika yang tinggi dapat menjadi inspirasi bagi kita.Tidak jarang kita berusaha
mencontoh perilaku terpuji para tokoh panutan karena bagi kita mereka telah
meletakkan standar menjalani kehidupan dengan benar. Seperti diungkapkan
dalam Amsal 4:18-19, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian
bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti
kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.”
Hidup dengan benar berarti setia berada pada jalan yang benar. Mereka yang
sudah memutuskan untuk melakukan apa yang benar tidak terusik oleh hal-hal
sepele atau menyimpang karena memilih jalan alternatif yang tampaknya lebih
menggiurkan. Komitmen untuk hidup dengan benar menyebabkan mereka tetap
berjalan di jalan yang sempit, dan tidak memilih jalan yang lebih menarik atau
menguntungkan. Sebagaimana dicatat dalam Amsal 4:26-27, “Tempuhlah jalan
yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan
atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”
Hidup dengan benar membuahkan imbalan. Meski imbalan yang diterima
tidak selalu merupakan hasil hubungan sebab-akibat – yaitu kita menerima
imbalan yang baik sebagai hasil melakukan sesuatu yang benar – sering juga
imbalan dari menjalankan hidup yang benar kita terima dalam wujud yang
kelihatan.Di samping imbalan nyata, kita juga berkesempatan mengenyam
perasaan bebas dari rasa bersalah, kepuasan karena pekerjaan dapat diselesaikan
dengan baik, dan rasa hormat dari rekan sekerja sebagai “imbalan”. Hal ini ditulis
dalam Amsal 21:21, “Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh
kehidupan, kebenaran dan kehormatan”.
Hidup dengan benar tidak dibangun di atas dasar perasaan.Ungkapan masa
kini berbunyi, “Jika Anda rasa baik, lakukan saja.”Emosi, tidak selalu dapat
diandalkan. Emosi tak jarang memberi arahan yang keliru. Amarah dapat
menyebabkan kita menyerang seseorang, dan itu bukan hal yang benar.Mungkin
perasaan bahwa besar gaji yang kita terima tidak memadai itu benar, tetapi tidak
berarti kita diperkenankan mencuri uang perusahaan. Amsal 16:25 mengingatkan:
“Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”
Dalam kehidupan manusia diperlukan pendidikan agar tercapai kehidupan
yang benar dengan hal-hal yang harus dilakukan adalah:
1) Memelihara kesucian diri baik jasmani maupun rohan
2) Menanamkan disiplin baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga
3) Memelihara kerapian diri sebagai memperserasikan adanya disiplin pribadi
dan keharmonisan pribadi.
4) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru.
5) Menjaga keutuhan dan kebulatan serta kesinambungan dalam mewujudkan
pembinaan konseptual nilai-nilai dan moral dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan hidup dan pendidikan itu penting setiap orang pasti mempunyai tujuan
mengenai untuk apa dia hidup, dan untuk apa dia memperoleh pendidikan apalagi kita
kini hidup di era yang menganut nilai relativisme, suatu masa di mana berlaku
ungkapan, “Tidak ada kemutlakan!” Dalam banyak hal, garis pemisah antara
kebenaran dan kekeliruan telah menjadi kabur, jika tidak ingin dikatakan terhapus
sama sekali. Tetapi, jauh di dalam lubuk hati, kebanyakan dari kita masih tetap dapat
membedakan mana yang benar dan yang salah – paling tidak dalam beberapa aspek
kehidupan.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
kritikan untuk membangun dari pihak pembaca agar makalah ini lebih baik. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Nur Uhbiyati. 1991.Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka


Imam Bernadib. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Yayasan Penerbit IKIP
Yogyakarta
Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana
Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai