FILSAFAT PENDIDIKAN
Hakikat dan Teori teori Kebenaran
KELOMPOK 8
1.
2.
3.
4.
dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan
mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia
sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya
dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang
dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
B. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
1. Teori Corespondence menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu keadaan benar
itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau
pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang
serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
Pernyataan (Statement)
Persesuaian (Agreemant)
Situasi (situation)
Kenyataan (reality)
Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan).
Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih
lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad
moderen.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori
kebenaran menuru corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan
moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah
merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan
sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
2. Teori Consistency Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti
kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturutturut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang
dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada
realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek di
dalam program solving.
4. Teori Religius Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan
individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia,
karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang
disampaikan melalui wahyu.
Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun
bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenaran
illahi ini adalah kebenaran tertinggi, dimana semua kebenaran (kebenaran inderan,
kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran
ini .
Keempat teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas
dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu
yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dan
mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu
dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai
penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan
jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Syam, Muhammad Noor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
Bertens, K. 1976. Ringkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: Yayasan Krisius
Sumantri Surya. 1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan