Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Hakikat Manusia

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur

Mata Kuliah: Ilmu Dasar Pendidikan

Dosen Pengampu: Alif Ringga Persada S.Si. M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok T.MTK 4-B

Ridwan 1908105043

Juliannisa Fajrilianti 1908105056

Ratih Nuraeni 1908105057

Muhamad Rizki Subarkah 1908105067

Dyah Amelia Nurjanah A.P 1908105071

Kamilatuzzahro Wijaya 1908105079

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2020/2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullilah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Karena atas
berkah, rahmat, hidayat dan kesehatan dari-Nya, sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini.
Dan tak lupa shalawat dan salam kita kirimkan untuk baginda Nabiullah Muhammad Saw, nabi
yang telah membawa ummatnya dari zaman jahiliah kezaman yang terang-benderang, juga nabi
yang telah diutus oleh Allah Swt. kemuka bumi ini sebagai rahmatanlilalamin.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Dasar Pendidikan yang dibina oleh Ibu Herani Tri Lestiana, M.Sc. yakni mengenai Hakikat
Manusia. Kami berharap dalam penyusunan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua.
Tentunya kami sadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu saran dan kritik kami perlukan dalam hal yang bersifat membangun karena tidak
dipungkiri bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dalam penyusunanya.         
            

Cirebon, 28 Agustus 2020


                                                           
Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1............................................................................................................................ Latar Belakang
..................................................................................................................................................1
1.2....................................................................................................................... Rumusan Masalah
..................................................................................................................................................2
1.3........................................................................................................................ Tujuan Penulisan
..................................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1..........................................................................................................................Hakikat Manusia
..................................................................................................................................................6
2.2....................................................................................................Dimensi Kepribadian Manusia
..................................................................................................................................................7
2.3.....................................................................................................................Kebutuhan Manusia
..................................................................................................................................................8
2.4...................................................................................Kebutuhan Manusia terhadap Pendidikan
..................................................................................................................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................................................10
3.1..................................................................................................................................... Simpulan
................................................................................................................................................11
3.2........................................................................................................................................... Saran
................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

i
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia diciptakan Allah Ta’ala secara sempurna di alam ini. Hakekatmanusia yang menjadikan
ia berbeda dengan lainnya adalah bahwasesungguhnya manusia yang membutuhkan bimbingan
dan pendidikan.Hanya melalui pendidikan manusia sebagai homo educable dapat dididik,dengan
pelantara guru. Dan pendidikan sebagai alat yang ampuh untukmengembangkan potensi-potensi
yang ada dalam diri manusia. Sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan
pengembangkebudayaan.

Pendidikan adalah sebagian kehidupan masyarakat dan sebagi dinamisator masyarakat.


Bayangkan betapa runyamnya kehidupan ini apabila tidak ada dasar pijakan dan tidak ada
bintang penunjuk jalan.Banyak hal yang menjadi persoalan pendidikan memiliki keterikatan
dengan filssafat. Salah satunya adalah pendidikan selalu berusaha membentuk kepribadian
manusia sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. Dalam konteks itu pendidikan dihadapkan
pada perumusan tujuan yang akan dicapai seseorang setelah pendidikan itu berlangsung.
Selain itu pendidikan merupakan proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Jadi dalam hal ini
pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik. Jadi karena manusia diciptakan oleh Tuhan
dengan berbekal akal dan pikiran maka manusia membutuhkan pendidikan untuk
mengembangkan kehidupannya demi memuaskan rasa keingintahuannya.
Pada dasar nya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya sekedar
pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam hakikat pendidikan banyak hal menarik
untuk dipelajari contohnya saja seperti konsep ilmu pendidikan sebagai ilmu. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis dan membahas tentang hakikat manusia dan
hakikat ilmu pendidikan.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu hakikat manusia?
2. Apa itu dimensi kepribadian manusia?
3. Apa sajakah kebutuhan manusia?
4. Apa sajakah kebutuhan manusia terhadap pendidikan (Manusia sebagai
animaleducandum)?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui hakikat manusia
2. Untuk mengetahui dimensi kepribadian manusia
3. Untuk mengetahui kebutuhan manusia
4. Untuk mengetahui kebutuhan manusia terhadap pendidikan (Manusia sebagai
animaleducandum)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Manusia


2.1.1. Pengertian Hakikat Manusia
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau
yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar- benar diri. Sama dengan
pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Sedangkan manusia menurut bahasa berasal dari kata “manu” (sansekerta) atau “mens” (latin)
yang berarti berpikir, berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dari
dua definisi manusia tersebut dapat diketahui bahwa manusia adalah suatu kelompok (tidak dapat
hidup sendiri) atau individu yang berpikir, berakal budi. Pada dasarnya manusia merupakan
makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibanding dengan makhluk-makhluk
ciptaan Tuhan lainnya. Tingginya derajat manusia dibandingkan dengan makhluk lain ini
ditunjukkan dengan adanya akal dan pikiran pada manusia. Sebagaimana makhluk hidup,
tumbuhan juga tumbuh dan berkembang, namun ia tidak dapat berpindah, mempunyai emosi,
atau berinteraksi langsung dengan pihak lain yang memberikan suatu aksi atau tindakan pada diri
sendiri.
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala
sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang
berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam
rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri.
Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah,
filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi,
psikologi, politik).
Dalam kehidupannya yang riil manusia menunjukkan keragaman dalam berbagai
hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya, bahkan sebagaimana
dikemukakan di atas, pengetahuan tentang manusia pun bersifat ragam sesuai pendekatan
dan sudut pandang dalam melakukan studinya. Alasannya bukankah karena mereka

3
semua adalah manusia maka harus diakui kesamaannya sebagai manusia? (M.I.
Soelaiman, 1988). Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial setiap manusia
ini disebut pula sebagai hakikat manusia, sebab dengan karakteristik esensialnya itulah
manusia mempunyai martabat khusus sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya.
Contoh: manusia adalah animal rasional, animal symbolicum, homo feber, homo sapiens,
homo sicius, dan sebagainya.
Pendapat tentang hakikat manusia sangat beragam, tergantung pada sudut pandang
masing-masing. Ada beberapa konsep tentang makna manusia, antara lain homo sapiens
yaitu makhluk yang memiliki akal budi, animal rational yaitumakhluk yang memiliki
kemampuan berpikir, homo laquen yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan
berbahasa, homo faber atau homor toolmaking animal yaitu makhluk yang mampu
membuat perangkat peralatan (Djamal dalamJalaluddin 2011:77).
Menurut pandangan Islam Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna
dibanding dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan manusia dibanding makhluk lain
adalah karena mereka diberi akal sekali gus nafsu oleh Allah, jika manusia mampu
memanfaatkan dua hal ini dengan baik dan optimal maka akan membuatnya menjadi
sosok yang hebat dan luar biasa. “Sungguh aku telah jadikan manusia sebaik-baik
kejadian.(QS. 95 : 4).
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah.
Hakekat manusia adalah sesuatu yang amat vital yang menentukan kehidupannya,
baik di tengah masyarakat maupun di mata Allah. Amalnya yang mencakup ide/gagasan,
perbuatan dan karya. Gagasan dalam pikiran manusia adalah ide yang terdapat dalam alat
pikir yang disebut dengan akal atau otak. Idea yang dikembangkan terus menerus
menjadi suatu penalaran, sedangkan penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik.
(Hasan Basri dalam Filsafat Pendidikan Islam 2019:37).
Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.

3
2.1.2. Manusia sebagai Makhluk Individu, Sosial, Etika, dan Agama
a. Manusia sebagai Makhluk Individu
Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda walaupun manusia
tersebut dilahirkan secara kembar. Karenanya setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini
memiliki sifat atau karakter, keinginan, kebutuhan dan cita-cita yang berbeda dengan
manusia lainnya, sehingga dapat dibedakan dengan manusia lainnya.
Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai perseorangan atau
pribadi yang terpisah dari pribadi lain. Manusia secara individu adalah bebas, ia bisa
menetukan sendiri apa yang dilakukan berdasarkan kehendaknya.
Paham yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah
individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualisme. Paham individulaisme
menekankan pada kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan orang perorang.
Paham individualisme tumbuh dan berkembang di dunia barat oleh beberapa filsuf,
diantaranya Jean Jaques Rousseau. Dasar semangat individualisme adalah lahir secara
bebas dan merdeka, manusia boleh berbuat apa saja asalkan tidak mengganggu keamanan
orang lain.
Semangat individulisme menimbulkan revolusi besar, yaitu Revolusi Prancis pada
tahun 1789. Dengan semboyan liberty, egality, fraternity (kebebasan, persamaan dan
persaudaraan) Revolusi Prancis menjadi sumber kekuatan bagi demokrasi barat.

b. Manusia sebagai Makhluk Sosial


Manusia adalah makhluk sosial, yang dimana setiap manusia membutuhkan
bantuan orang lain. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal pikiran yang berkembang serta
dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang
dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan
kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa

3
hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan
manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan
orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

c. Manusia sebagai Makhluk Susila (Etika)


Manusia sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai potensi dan kemampuan
untuk berfikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab, serta punya potensi untuk berbuat
baik. Karena itulah, eksistensi manusia memiliki aspek kesusilaan. Menurut Immanuel
Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan karena pada manusia terdapat rasio praktis
yang memberikan perintah mutlak (categorical imperative). Sebagai makhluk otonom
atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada satu alternatif tindakan yang
harus dipilihnya.
Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan norma- norma
moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai
kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada
penilaian moral atau tuntutan pertanggung jawaban atas perbuatannya.
d. Manusia sebagai Makhluk Beragama
Aspek Keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi
manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu
agama yg diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Keberagamaan menyiratkan adanya
pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama, adapun yang dimaksud
dengan agam ialah : “satu sistem credo (tata keimanan atau keyakinan) atas adanya
sesuatu yang mutlak di luar manusia, satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada
yang dianggapnya mutlak itu, dan satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur

3
hubungan manuisa denganmanusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan tata
keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas.
Manusia memiliki potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Di lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui utusan-
utusan-Nya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan oleh
manusia agar (sehingga) manusia beriman dan bertakwa kepada-Nya. Manusia hidup
beragama kerana agama menyangkut masalah- masalah yang bersifat mutlak maka
pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut
masing-maswing individu. Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya
menjadi bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tata cara hidup
dalam berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan
hidupnya.(Defindo Efendi 2015:2-4)

Hakikat manusia adalah sebagai berikut :


1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.
3. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
irinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain    dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak
bisa berkembang sesuai dengan    martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan
sosial.

3
2.2. Dimensi Kepribadian Manusia

Pada dasarnya, Kepribadian atau Personality dapat didefinisikan


sebagai keseluruhan cara dimana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan
lingkungan ataupun individu lainnya. Faktor-faktor yang menentukan kepribadian
seseorang dapat berasal dari Keturunan yaitu faktor genetis seorang individu dan Faktor
Lingkungan dimana orang tersebut dibesarkan seperti norma keluarga ataupun teman-
teman dan kelompok sosial.(https://ipqi.org/teori-kepribadian-model-lima-besar-big-five-
personality/)

Manusia memiliki karakteristik yang membedakannya dengan hewan, manusia juga


memiiki dimensi yang bersifat unik, potensial, dan dinamis. Ada 4 (empat) macam dimensi
manusia :

1. Dimensi Keindividualan
Banyak ahli berpendapat tentang individu :
a. Lysen mengertikan individu sebagai “orang seorang”, sesuatu yang merupakan
kebutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in divide).
b. Langeveld M.J (1995), mengertikan tidak ada individu yang identik dimuka bumi
walaupun berasal dari satu sel. Setiap orang memiliki individualitas.
c. Kecendrungan perbedaan ini sudah berkembang sejak usia dini. Selanjutnya
berkembang bahwa setiap anak memiliki pilihan, sikap kemampuan, bakat minat
yang berbeda.
d. Keberadaan tersebut bersifat potensial perlu ditumbuh kembangkan melalui
pendidikan juka tidak ia akan laten dalam pembentukan kepribadian yang bersifat
unik dalam menentukan dirinya sendiri.

2. Dimensi Kesosialan

· Manusia disamping sebagai mahluk individual, dia juga mahluk sosial. Socrates
mengatakan manusia adalah “Zoon Politicon” (Mahluk/hewan yang bermasyarakat).

3
· Dimensi kesosialan pada manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul
manusia tidak dapat hidup seorang diri (terisolir). Manusia hanya akan menjadi
manusia jika berada di antara manusia. Individualitas manusia terbentuk melalui proses
interaksi (pendidikan).

3. Dimensi Kesusilaan

· Manusia adalah mahluk susila. Dritarkara mengatakan manusia susila, yaitu


manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan mewujudkan dalam perbuatan.

· Nilai-nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia, mengandung


makna kebaikan, keluhuran kemuliaan dan dijadikan pedoman hidup.

· Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesediaan memikil kewajiban


disamping hak.

4. Dimensi Keberagaman

· Manusia adalah mahluk religius. Sejak zaman dahulu nenek moyang manusia
meyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta
ini. Untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan kekuatan tersebut ditempuh
dengan ritual agama.

· Beragama merupakan kebutuhan manusia, karena manusia adalah mahluk yang


lemah memerlukan tempay bertopang demi keselamatan hidupnya. Agama sebagai
sandaran vertikal manusia.

· Penanaman sikap dan kebiasaan beragama dimulai sedini mungkin, yang


melaksanakan dikeluarga dan dilanjutkan melalui pemberian pendidikan agama di
sekolah.

(http://triakurniaa.blogspot.com/2016/12/dimensi-kepribadianmanusia.html?m=1)

2.3 Kebutuhan Manusia

3
Pendidikan adalah bagian dari kebutuhan manusia. Manusia membutuhkan
pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya (Jalaluddin2011:107).
Jalan yang harus ditempuh manusia untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya adalah melalui pendidikan.
Pendidikan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga tidak dapat
terpisahkan. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan mempunyai arti apa-apa.
Zuhairini (2009:92): Dalam sejarahnya, pendidikan sebenarnya sudah dimulai sejak adanya
makhluk yang bernama manusia, yang berarti bahwa pendidikan itu berkembang dan
berproses bersama-sama dengan proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia itu
sendiri.
Pendidikan telah ada sejak manusia ada, demikian pula dengan perkembangannya
juga tumbuh dan berkembang bersama dengan proses perkembangan manusia. Manusia
sangat membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga
manusia mampu mewarnai kehidupannya.   
Dalam hidupnya manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan
sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam bermasyarakat. Manusia bukan hanya mempunyai
kemampuan -kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan -keterbatasan. Manusia tidak hanya
memiliki sifat-sifat yang baik namun juga mempunyai sifat-sifat yang kurang baik. Menurut
pandangan pancasila manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan menjaga
kehidupan lebih baik. Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan
manusia dapat mempunyai kemampuan - kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta
menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat
diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat
didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk
Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia
dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani
maupun bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan
perkembangan yang optimal sebagai manusia. Dalam kebutuhan manusia ada teori yang dinamakan
Hierarki kebutuhan Maslow, yaitu teori psikologi yang diperkenalkan oleh Abraham Maslow
dalam makalahnya, "A Theory of Human Motivation", di Psychological Review pada tahun 1943.

Yaitu di antara nya:


a. Kebutuhan fisiologis

3
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.[2][6] Kebutuhan-kebutuhan itu seperti
kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen (sandang, pangan,
papan). Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua
pemenuhan kebutuhan di atasnya.
b. Kebutuhan akan rasa aman
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa
yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-
kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas,
ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti
kriminalitas, perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana
alam.
c. Kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah
kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini
meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap sebagai warga
komunitas sosialnya. Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan
memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan
antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta
d. Kebutuhan akan penghargaan
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan bebas untuk
mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi dan memiliki prestise. Maslow
menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan
penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri, yaitu kebutuhan
untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain. ada tahap ini, seseorang
mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi yang dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi
diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang
terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat
untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut
kemampuannya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Hierarki_kebutuhan_Maslow)

3
2.4 Kebutuhan Manusia Terhadap Pendidikan
Anak manusia lahir dengan bermacam-macam potensi agar potensi sebagai modal
dasar dapat berkembang maka perlu bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari orang-orang
yang bertanggung jawab.
Pendidikan bertujuan membantu mengembangkan potensi kearah yang lebih
baik.Pendidikan tidak hanya berarti penyampaian pengetahuan tetapi merekomendasikan
nilai-nilai Manusia tidak akan menjadi manusia kalau tidak dibesarkan dalam lingkungan
manusia.
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/Hakekat+Manusia+.ip_.pdf)
Perlunya Pendidikan Bagi Manusia Sejak kelahirnannya manusia memang adalah
manusia, tetapi ia tidak secara otomatis menjadi manusia dalam arti dapat memenuhi
berbagai aspek hakikat kemanusiaan. Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa manusia
hidup di dunia dalam keadaan belum tertentukan menjadi apa atau menjadi siapa nantinya,
karena itu hakikat manusia pada dasarnya merupakan potensi sekaligus adalah sebagai
tugas yang harus diwujudkan oleh setiap manusia. Adapun untuk menjadi manusia yang
sesungguhnya diperlukan pendidikan atau harus dididik. “Man can become man through
education only”, demikian pernyataan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya
(Wahyudin, 2008: 1.21). ( http://reni-ariningsih.blogspot.co.id/2012/03/makalah-hubungan-
manusia-   dan-pendidikan.html)
Asas-Asas Kemungkinan Pendidikan Manusia perlu dididik, implikasinya manusia
harus melaksanakan pendidikan dan mendidik diri. M.J. Langeveld (1980) menyatakan
bahwa manusia adalah animal educantum, dan ia memang adalah animal educabile. Ada
lima asas antropologis yang mendasari kesimpulan bahwa manusia dapat dididik, yaitu
sebagai berikut.

1) Asas potensialitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia memiliki


potensi untuk dapat menjadi manusia.
2) Asas dinamika, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia memiliki dinamika
untuk menjadi manusia yang ideal.
3) Asas individualitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia memiliki
kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda dari yang lainnya dan memiliki keinginan
untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri.

3
4) Asas sosialitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia hidup bersama
dengan sesamanya, ia bergaul dengan orang lain, dan ada pengaruh timbal balik dari
pergaulan tersebut.
5) Asas moralitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena manusia memiliki
kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, dan pada dasarnya ia
berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung jawabnya (aspek
moralitas). (Wahyudin, 2008: 1.23). (Diamanti, Fani. 2012. Manusia Dan Pendidikan)

3
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
di jelas secara tersurat maupun tersirat.
3.2. Saran
Kita sebagai manusia untuk menjadi pemikir sejati, dibutuhan ketajaman pikiran,
kecerdasan, kepekaan diri, dalam memahami situasi, kecakapan dalam mencari jalan
keluar setiap persolan, serta memiliki hidup yang terus-menerus (istiqomah)dalam
menggali pengetahuan dan semua itu tak akan dapat semua tercapai kecuali dengan
proses belajar mengajar.
Kami menyadari bahwa mungkin makalah kami ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
peningkatan makalah kami ini dimasa mendatang. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amiin yarobbal’alamin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Defindo. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang


Jalaluddin. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sejarah dan Pemikirannya. Jakarta:
Kalam Mulia.
Anonim. Senin 11 Januari 2011.Dimensi-dimensi Hakekat Manusia. Diaksedu solok,
Oktober 2012
Soelaeman, M.I. 1988. Suatu Telaah tentang Manusia-Religi Pendidikan. Depdikbud.
Zuhairini, dkk. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
https://ipqi.org/teori-kepribadian-model-lima-besar-big-five-personality/
http://triakurniaa.blogspot.com/2016/12/dimensi-kepribadian-manusia.html?m=1
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/Hakekat+Manusia+.ip_.pdf

http://reni-ariningsih.blogspot.co.id/2012/03/makalah-hubungan-manusia-    dan-
pendidikan.html

Diamanti, Fani. 2012. Manusia Dan Pendidikan.

Footnote:

1. Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009). Cet. Ke-1. Hlm 37

Soelaeman, M.I. 1988. Suatu Telaah tentang Manusia-Religi Pendidikan. Depdikbud.

Efendi, Defindo. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang

Jalaluddin. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sejarah dan Pemikirannya. Jakarta: Kalam
Mulia.

Zuhairini, dkk. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

https://ipqi.org/teori-kepribadian-model-lima-besar-big-five-personality/

http://triakurniaa.blogspot.com/2016/12/dimensi-kepribadian-manusia.html?m=1

16
http://reni-ariningsih.blogspot.co.id/2012/03/makalah-hubungan-manusia-    dan-pendidikan.html

Diamanti, Fani. 2012. Manusia Dan Pendidikan.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/Hakekat+Manusia+.ip_.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai