Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

“Wawasan Tentang Filsafat Pendidikan”

OLEH KELOMPOK 3:

Agus Erpan Lubis (20129002)

Ishmah Radhiah (20022155)

Siti Aisah (20022173)

Windi Elsa Putri (20022119)

Dosen Pengampu: Dr. Fetri Yeni J, M. Pd

FILSAFAT PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah tentang Wawasan
Tentang Filsafat Pendidikan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterima kasih pada ibuk Dr. Fetri Yeni J, M. Pd selaku Dosen mata kuliah Filsafat
Pendidikan dini yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Wawasan Tentang Filsafat Pendidikan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang, 09 September 2021

Penyusun

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................1
C. Tujuan Pembuatan Makalah..............................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................2
A. Pengertian Filsafat Pendidikan .........................................................................................2
1. Secara Terminologi………………………………………………………………2
2. Beberapa Definisi………………………………………………………………...2
B. Pendekatan Individualistik.................................................................................................5
1. Kontroversi yang Dilematis………………………………………………………5
2. Misteri Kehidupan………………………………………………………………...7
3. Karakteristik Biologis Manusia…………………………………………………...9
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................11
A. Kesimpulan .......................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran
ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang dapat diamati
oleh manusia saja. Filsafat menjadi sumber dari segala kegiatan manusia atau mewarnai semua
aktivitas warga negara dari suatu bangsa. Pendidikan adalah usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan. Ilmu
pendidikan yaitu menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejalan perbuatan mendidik.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika
formal yang dibangun atas prinsip koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip
menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interaktif antara filsafat dan pendidikan
berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan yang disebut dengan
filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara
mendalam sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari
filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat.
B Rumusan Masalah
1. Apa yang Dimaksud Dengan Filsafat Pendidikan
2. Apa yang Dimaksud Dengan Pendekatan Individualistik
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Mengetahui Pengertian Filsafat Pendidikan
2. Mengetahui apa-apa saja Pendekatan Individualistik

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan

1. Secara Terminologi
Filsafat pendidikan adalah salah satu cabang filsafat yang ruang lingkupnya
terfokus dalam bidang pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan filsafat khusus atau
filsafat terapan. Objek filsafat pendidikan adalah kenyataan. Filsafat ini menyelidiki
hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang,
cara, dan hasilnya, serta hakikat ilmu pendidikan, yang bersangkut paut dengan analisis
kritis terhadap struktur dan kegunaannya.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau
juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien: cinta dan sophia: kebijaksanaan.
Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah
pencari kebijaksanaan, pencinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.

2. Beberapa Definisi
Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan yang menyelidiki hakikat pendidikan
yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya. Selain itu
filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pendidikan yang bersangkut paut dengan
analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya. Filsafat pendidikan adalah aktivitas
pemikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun,
menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Dengan demikian secara
sederhana filsafat pendidikan juga berarti suatu pemikiran secara mendalam dan
sistematis tentang masalah-masalah pendidikan. Dalam makna lain filsafat pendidikan
adalah falsifikasi pendidikan, baik dalam makna teoritis konseptual maupun makna
praktis pragmatis yang menggejala.

2
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan.
Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif, preskriptif, dan
analitik. Filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif karena berusaha membangun
teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia, yang sangat bermanfaat
dalam menafsirkan data-data sebagai hasil penelitian sains yang berbeda.
Filsafat pendidikan dikatakan perspektif apabila filsafat pendidikan
menentukan tujuan-tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, serta menentukan cara-
cara yang tepat dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan tersebut. Dalam hal
ini, tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UUSPN No.20 Tahun 2003
merupakan pendidikan preskriptif, sebab menentukan tujuan atau target pendidikan
yang hendak dicapai. Filsafat pendidikan preskriptif ini sejalan dengan pendapat Ali
Khalil Abu ‘Ainaini yang mendefinisikan filsafat pendidikan sebagai kegiatan-kegiatan
pemikiran yang sistematis, diambil dari sistem filsafat sebagai cara untuk mengatur dan
menerangkan nilai-nilai tujuan pendidikan yang akan dicapai (direalisasikan).
Filsafat pendidikan dikatakan analitik apabila filsafat pendidikan menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif. Dengan kata lain, filsafat pendidikan
analitik mencoba menguji secara rasional tentang keabsahan dan kekonsistenan suatu
ide atau gagasan ihwal pendidikan. Contohnya menguji dari sudut pandang filsafat
tentang konsep pendidikan seumur hidup, pendidikan luar sekolah, dan sebagainya.
Dengan demikian, filsafat pendidikan mengarahkan manusia menjalankan tugas-
tugasnya dalam merealisasikan pendidikan.

Pengertian filsafat pendidikan menurut para ahli, yaitu:

a. Muhammad Labib Al-Najihi


Filsafat pendidikan adalah suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat
itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.

3
b. Kilpatrik dalam buku pilosophy of education
Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha. Berfilsafat adalah
memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik,
sedangkan mendidik adalah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu di
dalam kehidupan dan dalam kepribadian manusia. Mendidik ialah mewujudkan
nilai-nilai yang disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk
membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan
melembagakannya dalam kehidupan mereka.
c. John Dewey
Filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya
perasaan (emosional) menuju tabiat manusia.
d. Prof. Brameld
Filsafat pendidikan: kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-
persoalan pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin.
e. Imam Barnadib
Menurut Imam Barnadib filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang
pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis
filosof terhadap pendidikan.
Filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga
melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia
yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat
pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidikan. Oleh karena
bersifat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakikatnya adalah
penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.

Dengan demikian, dari uraian di atas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa
filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan
merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang
sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.

4
B. Pendekatan Individualistik

1. Kontroversi Yang Dilematis


Dalam pemikiran aksiologi sering muncul pandangan kontroversial bahkan
dilematis dalam pengembangan ilmu. Hal tersebut terjadi dalam kasus-kasus pemikiran
ilmu belakangan ini yaitu Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya
dengan kategori: (1) baik dan buruk; serta (2) indah dan jelek. Kategori nilai yang
pertama di bawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut etika, sedang kategori kedua
merupakan objek kajian filsafat keindahan atau estetika.
Ilmu tidak saja menjelaskan gejala-gejala alam untuk pengertian dan
pemahaman. Namun lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait
dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Misal,
ilmu mengembangkan teknologi untuk mencegah banjir. Bertrand Russell menyebut
perkembangan ini sebagai peralihan ilmu dari tahap kontemplasi ke manipulasi. Dalam
tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul kembali namun dalam kaitan
dengan faktor lain. Kalau dalam tahap kontemplasi masalah moral bersangkutan
dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi ini berkaitan dengan
masalah cara penggunaan pengetahuan ilmiah atau secara filsafat dapat dikatakan,
dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral yang di tinjau dari segi
ontologi keilmuan sedangkan dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah
moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan.
Mengenai kontroversi yang dilematis, kita meninjau berdasarkan poin silabus
mengenai pendekatan Individualistik, jadi yang diuraikan dalam hal ini adalah
kontroversi mengenai pendekatan Individualistik. Ditinjau terlebih dahulu apa itu
kontroversi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontroversi adalah suatu
perdebatan, persengketaan atau pertentangan. Sedangkan dilema sendiri menurut KBBI
adalah situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua
kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan atau
situasi yang sulit dan membingungkan. Jadi kontroversi yang dilematis ini maksudnya
adalah suatu keadaan yang menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat
sehingga menimbulkan pertentangan yang membingungkan, dimana harus memilih dua
persepsi yang berbeda dari satu permasalahan.

5
Dalam makalah ini, yang menjadi topik pembahasan yaitu kontroversi yang
dilematis yang terjadi dari pendekatan Individualistik dalam filsafat. Individualisme
adalah salah satu paham yang paling sering dibahas sebagai karikatur dalam banyak
perdebatan di kalangan intelektual kita. Sehingga menimbulkan pro dan kontra dalam
memahami makna individualisme sendiri.
Salah satu kritikan yang menyerang individualisme adalah, person manusia
memperoleh kesejatian, dan meletakkan masyarakat dalam pandangan aksidental
(sekunder) yang akan berkhidmat (melayani) person. Person adalah berposisi sebagai
materi pembentuk masyarakat, dan masyarakat adalah sebagai penghubung antar
materi-materi tersebut. Dengan demikian, berdasarkan filsafat individualisme bahwa
nilai dan pentingnya penghubung lebih kecil ketimbang nilai dan pentingnya materi.
Kritikan tersebut juga menghantam filsafat hak-hak alamiah yang merupakan cabang
dari filsafat individualisme. Filsafat hak-hak alamiah hanya memberikan perhatian
kepada materi-materi pembentuk masyarakat, dan tidak memberikan perhatian ataupun
menganggap penting hubungan-hubungan antar materi yang mungkin saja sejalan
dengan kecondongan-kecondongan alamiah, ataupun mungkin juga berseberangan
(berlawanan) dengan materi-materi tersebut, ataupun hubungan-hubungan tersebut
membatasi materi. Pemikiran ini, pada abad setelahnya menjadi objek yang ditentang
oleh beberapa filosof seperti, David Hume dan lainnya. Hal inilah yang menjadikan
timbulnya kontra terhadap filsafat dengan menggunakan pendekatan Individualistik.
Lain hal dengan timbulnya pro dari beberapa kalangan mengenai pendekatan
Individualistik ini, sering kali ketika seseorang mendengar tentang individualisme
orang cenderung menganggap bahwa ini adalah suatu paham yang negatif dan
berhubungan dengan kesombongan, keserakahan, egoisme, persaingan yang tidak
sehat, dan sebagainya.
Pandangan semacam ini bagi mereka suatu hal yang begitu sempit dalam
memahami paham individualisme, bagi kalangan yang tidak men-judge negatif
pendekatan individualisme, terlebih dahulu mereka memahami arti individualisme.

Dalam KBBI, Individualisme mempunyai 3 arti, yaitu:

6
1) Paham yang menganggap manusia secara pribadi perlu diperhatikan
(kesanggupan dan kebutuhannya tidak boleh disamaratakan);
2) Paham yang menghendaki kebebasan berbuat dan menganut suatu kepercayaan
bagi setiap orang; paham yang mementingkan hak perseorangan di samping
kepentingan masyarakat atau negara;
3) Paham yang menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih penting dari pada
orang lain.

Selanjutnya kami telaah arti yang digunakan dalam filsafat mengenai


individualisme, menurut “The Oxford dictionary of Philosophy“; “Individualisme
adalah paham bahwa perseorangan adalah unit dasar dari suatu uraian kehidupan,
dengan keseluruhan sosial menjadi konstruksi logis pendukungnya, atau jalan yang
membicarakan jumlah dari individu-individu yang ada dan hubungan di antara
mereka”. Perlu diperhatikan bahwa paham dengan pendekatan Individualistik ini tidak
menolak adanya (kumpulan) masyarakat. Pandangan ini melihat bahwa masyarakat
adalah koleksi (kumpulan) dari individu-individu, tidak lebih dan tidak kurang.

Dari uraian tersebut diharapkan kita tidak lagi dilema dalam memahami
pendekatan Individualistik yang pada akhirnya menimbulkan kontroversi
berkepanjangan tanpa mendapatkan suatu titik temu dari permasalahan tersebut. Dalam
hal ini yang paling penting adalah bagaimana kita menghargai suatu pemahaman yang
masing-masing manusia berbeda.

2. Misteri Kehidupan
Menurut KBBI misteri adalah sesuatu yang masih belum jelas (masih menjadi
teka-teki; masih belum terbuka rahasianya, arti lain yaitu kenyataan yang begitu luhur
sehingga secara mendasar melampaui daya tangkap manusia; apa pun yang semakin
dapat dimengerti atau dihayati, tetapi tidak pernah ditangkap seluruhnya sehingga tetap
merupakan rahasia menyangkut kehadiran atau kegiatan Illahi.

7
Ada satu pernyataan dari para ahli bahwa filsafat adalah suatu ketidaktuntasan
atau suatu fragmen yang tidak utuh. Sedikit mengacu pada pendapat Eran Dorfman
dalam bukunya “philosofy an an ‘AS’”. Menurutnya berfilsafat merupakan suatu hal
yang paradoksal. Jika kita berfilsafat, kita ingin mendeskripsikan realitas sebagaimana
adanya, namun agar dapat mendeskripsikannya kita harus mengambil jarak antar
realitas itu sehingga kita tidak akan memilikinya secara utuh. Maksudnya berfilsafat
bukan berarti kita mengetahui semua yang terkandung di alam semesta dengan
seutuhnya, namun melalui filsafat kita berusaha untuk mencari tahu apa pun tanpa
adanya batasan termasuk misteri kehidupan di dunia ini.
Walaupun filsafat adalah kegiatan olah nalar, yang sebenarnya digumuli di sana
adalah kebutuhan terdalam ruh dalam dinamika jatuh bangunnya pengalaman,
kebutuhan mendasar atas makna dan arah kehidupan, kebutuhan tentang bagaimana
misteri-misteri kehidupan bisa dijelaskan dan dipahami, kebutuhan untuk mengerti apa
yang sesungguhnya yang diinginkan oleh jiwa itu sendiri. Sering kali pada titik
terdalam ruh tersentuh dan terisi bukan oleh hal-hal material, bukan oleh kekuasaan
atau kedudukan, bukan pula oleh kesuksesan, melainkan oleh rasa penasaran,
petualangan pencarian, keharuan, keheranan, kekaguman yang seiring demikian
misterius. Oleh karena itu, dalam berfilsafat kita dapat berusaha untuk mencari tahu
tentang misteri kehidupan.
Filsafat manusia perlu dipelajari karena manusia mempunyai kemampuan dan
kekuatan untuk menyelidiki dan menganalisis sesuatu secara mendalam. Manusia
berpikir dan menganalisis banyak hal. Pada suatu titik manusia akan sampai kepada
saat di mana dia akan bertanya mengenai arti keberadaannya sendiri sebagai
manusia. Dengan demikian filsafat manusia mengantar manusia untuk menyelami
kehidupannya sendiri, dan sangat mungkin mendapat pencerahan mengenai menjadi
manusia yang lebih utuh. Dalam sejarah, manusia selalu berusaha memecahkan
permasalahan pokok tentang makna dan eksistensinya yang selalu sulit memperoleh
jawaban. Filsafat manusia ada untuk mendorong manusia mencari hakikatnya.

8
3. Karakteristik Biologis Manusia
Setiap individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik
yang dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik
keturunan yang dibawa sejak ia lahir baik yang berhubungan dengan faktor biologis
maupun sosial psikologis. Keyakinan masa lalu mengatakan bahwa kepribadian
terbawa pembawaan dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk karena dua
faktor yang terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan
individu bawaan dan lingkungan dengan caranya masing-masing. Namun setelah
disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang atau apa yang
dirasakan oleh siapa pun merupakan hasil dari perpaduan dari apa yang ada di antara
faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Seorang anak memulai pendidikan formalnya di tingkat TK kira-kira pada usia
4-6 tahun. Tanpa memedulikan berapa umur anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-
kebiasaan yang dibawa ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan
hal itu tampak sebagai pengaruh penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa
perkembangan hidupnya di kemudian hari. Nature dan nurture merupakan istilah yang
biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan
emosional pada setiap tingkat perkembangan. Karakteristik yang berhubungan dengan
perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang
berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi merupakan pertemuan antara dua garis keluarga, yaitu keluarga ayah dan
ibu. Saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara
berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan yang membantu
mengembangkan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia
yang dibawa sejak lahir. Hal tersebut bisa membentuk pola karakteristik tingkah laku
yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda
dengan individu-individu yang lainnya.

Adapun ciri-ciri biologis yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:

9
1) Manusia memiliki otak yang digunakan untuk berakal dan berpikir, oleh karena
itu manusia adalah makhluk berpikir. Kemampuan manusia untuk
menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar
yang memungkinkan manusia Berpikir, dengan Berpikir manusia menjadi
mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar
perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berpikir, oleh
karena itu sangat wajar apabila Berpikir merupakan konsep kunci dalam setiap
diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa
Berpikir, kemanusiaan manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak
akan pernah ada.
2) Manusia digolongkan dalam dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
Ciri-ciri fisik manusia berbeda dari setiap ras. Perbedaan ciri-ciri fisik terkait
dengan tinggi badan, warna kulit, warna rambut, warna mata dan lain-lain.
Ukuran biologis banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan.
3) Manusia memiliki nafsu yang bisa di kendalikan. Namun yang sangat
membedakan manusia secara biologis dengan makhluk lainnya terutama hewan
adalah kemampuan manusia dalam menggunakan otaknya dalam berpikir.
Berpikir adalah daya paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan
manusia dari hewan. Manusia dapat berpikir karena mempunyai bahasa.
Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu yang ada
di alam semesta, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

Dengan demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat
disimpannya, menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman yang
kemudian diolahnya (berpikir) menjadi pengertian-pengertian bermakna. Dengan
singkat, karena memiliki dan mampu berbahasa maka manusia berpikir. Kita berpikir
untuk menemukan pemahaman dari rasa keingintahuan kita terhadap sesuatu.

10
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan yang menyelidiki hakikat pendidikan yang
bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya. Selain itu filsafat pendidikan
menyelidiki hakikat pendidikan yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur
dan kegunaannya. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran yang teratur yang menjadikan
filsafat sebagai medianya untuk menyusun, menyelaraskan, dan memadukan proses
Pendidikan. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun
daya perasaan (emosional) menuju tabiat manusia.

Pada Pendekatan Individualistik terdapat tiga pendekatan yaitu yang pertama


Kontroversi Yang Dilematis yaitu dalam pemikiran aksiologi sering muncul pandangan
kontroversial bahkan dilematis dalam pengembangan ilmu. Hal tersebut terjadi dalam kasus-
kasus pemikiran ilmu belakangan ini yaitu Aksiologi adalah filsafat nilai. Kedua Misteri
Kehidupan yaitu menurut KBBI misteri adalah sesuatu yang masih belum jelas (masih menjadi
teka-teki; masih belum terbuka rahasianya, arti lain yaitu kenyataan yang begitu luhur sehingga
secara mendasar melampaui daya tangkap manusia; apa pun yang semakin dapat dimengerti
atau dihayati, tetapi tidak pernah ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia
menyangkut kehadiran atau kegiatan Illahi. Ketiga Karakteristik Biologis yaitu manusia Setiap
individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang dipengaruhi oleh
lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dibawa sejak ia
lahir baik yang berhubungan dengan faktor biologis maupun sosial psikologis. Keyakinan masa
lalu mengatakan bahwa kepribadian terbawa pembawaan dan lingkungan

11
B. Saran

Sebagai orang yang berpendidikan kita haruslah mengetahui tentang wawasan filsafat
Pendidikan ini. Karena dengan mengetahui hal ini pengetahuan kita akan tentang filsafat akan
menjadi bertambah. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari makalah ini, kami berharap
kritik atau saran dan masukan dari pembaca, untuk mewujudkan perubahan kelebih baik di
kemudian harinya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Anton. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2013. Filsafat Pendidikan Teknologi, Vokasi dan Kejuruan.
Bandung: Alfabeta

Mudyahardjo, Redja. 2012. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda.

Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. ISBN 979-602-39-7

Redja Mudyahardjo (2008). Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda. p. 5-10. ISBN 979-
692-027-1.

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

13

Anda mungkin juga menyukai