FILSAFAT PENDIDIKAN
(WAWASAN TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Anggota Kelompok :
1. Nadia El Khair (15029057)
2. Dinda Qisthina Gupa (16029107)
3. Marvia Afrita (16031045)
4. Listia Anita Wati (16046018)
5. Rica Sandra (16058029)
DOSEN PENGAMPU :
Dra. Zuwirna, M.Pd.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Filsafat Pendidikan dengan materi
pembahasan “Wawasan Tentang Filsafat Pendidikan” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Dra. Zuwirna, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah filsafat pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan,
pengetahuan serta penunjang atau referensi materi mata kuliah Filsafat Pendidikan terkait
dengan “Wawasan Tentang Filsafat Pendidikan”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang.
Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Kelompok 2
-1-|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................3
Latar Belakang.......................................................................................................................3
Rumusan Masalah..................................................................................................................3
Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4
Pengertian Filsafat Pendidikan.............................................................................................4
Pendekatan Individualistik...................................................................................................5
Pendekatan Sosialistik..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15
-2-|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat pendidikan baik secara terminologi maupun
dari beberpa definisi lainnya?
2. Bagaimana pendekatan individualistik dalam filsafat pendidikan?
3. Bagaimana pendekatan sosialistik dalam filsafat pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian filsafat secara terminologi dan dari beberapa definisi lainnya.
2. Mengetahui pendekatan individualistik dalam filsafat pendidikan.
3. Mengetahui pendekatan sosialistik dalam filsafat pendidikan.
-3-|Page
BAB II
PEMBAHASAN
1. Secara Terminologi
Filsafat pendidikan adalah salah satu cabang filsafat yang ruang lingkupnya terfokus
dalam bidang pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan filsafat khusus atau filsafat terapan.
Objek filsafat pendidikan adalah kenyataan. Filsafat ini menyelidiki hakikat pelaksanaan
pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya, serta
hakikat ilmu pendidikan, yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaannya.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari
bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa
dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari
kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
2. Beberapa Definisi
-4-|Page
d. Prof. Brameld
Filsafat pendidikan: kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-persoalan
pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin.
e. Imam Barnadib
Menurut Imam Barnadib filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidilkan. Baginya
filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosof terhadap pendidikan.
Filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga
melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang
berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat pendidikan
merupakan ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena bersifat filosofis,
dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu
analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.
Dengan demikian, dari uraian di atas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.
B. Pendekatan Individualistik
1. Kontroversi Yang Dilematis
Jadi kontroversi yang dilematis ini maksudnya adalah suatu keadaan yang
menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat sehingga menimbulkan pertentangan
yang membingungkan, dimana harus memilih dua persepsi yang berbeda dari satu
permasalahan.
-5-|Page
Dalam makalah ini, yang menjadi topik pembahasan yaitu kontroversi yang dilematis
yang terjadi dari pendekatan individualistik dalam filsafat. Individualisme adalah salah satu
paham yang paling sering dibahas sebagai karikatur dalam banyak perdebatan di kalangan
intelektual kita. Sehingga menimbulkan pro dan kontra dalam memahami makna
individualisme sendiri.
Lain hal dengan timbulnya pro dari beberapa kalangan mengenai pendekatan
individualistik ini, seringkali ketika seseorang mendengar tentang individualisme orang
cenderung menganggap bahwa ini adalah suatu paham yang negatif dan berhubungan dengan
kesombongan, keserakahan, egoisme, persaingan yang tidak sehat, dan sebagainya.
Pandangan semacam ini bagi mereka suatu hal yang begitu sempit dalam memahami paham
individualisme, bagi kalangan yang tidak men- judge negatif pendekatan individualisme,
terlebih dahulu mereka memahami arti individualisme.
-6-|Page
Paham yg menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih penting dari pada orang
lain.
Selanjutnya kami telaah arti yang digunakan dalam filsafat mengenai individualisme,
menurut “The Oxford dictionary of Philosophy“; “Individualisme adalah paham bahwa
perseorangan adalah unit dasar dari suatu uraian kehidupan, dengan keseluruhan sosial
menjadi konstruksi logis pendukungnya, atau jalan yang membicarakan jumlah dari individu-
individu yang ada dan hubungan diantara mereka”.
Perlu diperhatikan bahwa paham dengan pendekatan individualistik ini tidak menolak
adanya (kumpulan) masyarakat. Pandangan ini melihat bahwa masyarakat adalah koleksi
(kumpulan) dari individu-individu, tidak lebih dan tidak kurang.
Dari uraian tersebut diharapkan kita tidak lagi dilema dalam memahami pendekatan
individualistik yang pada akhirnya menimbulkan kontroversi berkepanjangan tanpa
mendapatkan suatu titik temu dari permasalahan tersebut. Dalam hal ini yang paling penting
adalah bagaimana kita menghargai suatu pemahaman yang masing-masing manusia berbeda.
2. Misteri Kehidupan
Menurut KBBI misteri adalah sesuatu yang masih belum jelas (masih menjadi teka-
teki; masih belum terbuka rahasianya, arti lain yaitu kenyataan yang begitu luhur sehingga
secara mendasar melampaui daya tangkap manusia; apa pun yg semakin dapat dimengerti
atau dihayati, tetapi tidak pernah ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia
menyangkut kehadiran atau kegiatan Illahi.
Ada satu pernyataan dari para ahli bahwa filsfat adalah suatu ketidaktuntasan atau
suatu fragmen yang tidak utuh. Sedikit mengacu pada pendapat Eran Dorfman dalam
bukunya “philosofy an an ‘AS’”. Menurutnya berfilsafat merupakan suatu hal yang
paradoksal. Jika kita berfilsafat, kita ingin mendeskripsikan realitas sebagaimana adanya,
namun agar dapat mendeskripsikannya kita harus mengambil jarak antar realitas itu sehingga
kita tidak akan memilikinya secara utuh. Maksudnya berfilsafat bukan berarti kita
mengetahui semua yang terkandung di alam semesta dengan seutuhnya, namun melalui
filsafat kita berusaha untuk mencari tahu apapun tanpa adanya batasan termasuk misteri
kehidupan di dunia ini. Walaupun filsafat adalah kegiatan olah nalar, yang sebenarnya
digumuli disana adalah kebutuhan terdalam ruh dalam dinamika jatuh bangunya pengalaman,
kebutuhan mendasar atas makna dan arah kehidupan, kebutuhan tentang bagaimana misteri-
-7-|Page
misteri kehidupan bisa dijelaskan dan dipahami, kebutuhan untuk mengerti apa yang
sesungguhnya yang diinginkan oleh jiwa itu sendiri.
Seringkali pada titik terdalam ruh tersentuh dan terisi bukan oleh hal-hal material,
bukan oleh kekuasaan atau kedudukan, bukan pula oleh kesuksesan, melainkan oleh rasa
penasaran, petualangan pencarian, keharuan, keheranan, kekaguman yang seiring demikian
misterius. Oleh karena itu, dalam berfilsafat kita dapat berusaha untuk mencari tahu tentang
misteri kehidupan.
Manusia memiliki otak yang digunakan untuk berakal dan berpikir, oleh karena
itu manusia adalah makhluk berpikir. Kemampuan manusia untuk menggunakan
akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang
memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu
melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan
dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir, oleh karena itu
sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam setiap diskursus
mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir,
kemanusiaan manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah
ada.
Manusia digolongkan dalam dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
Ciri-ciri fisik manusia berbeda dari setiap ras. Perbedaan ciri-ciri fisik terkait
dengan tinggi badan, warna kulit, warna rambut, warna mata dan lain-lain.
Ukuran biologis banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Manusia memiliki nafsu yang bisa di kendalikan.
Namun yang sangat membedakan manusia secara biologis dengan makhluk lainnya
terutama hewan adalah kemampuan manusia dalam menggunakan otaknya dalam berpikir.
Berpikir adalah daya paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari
hewan. Manusia dapat berpikir karena mempunyai bahasa. Dengan bahasa manusia dapat
memberi nama kepada segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang kelihatan maupun
yang tidak kelihatan.
-8-|Page
Dengan demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat
disimpannya, menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman yang kemudian
diolahnya (berpikir) menjadi pengertian-pengertian bermakna. Dengan singkat,karena
memiliki dan mampu berbahasa maka manusia berpikir. Kita berpikir untuk menemukan
pemahaman dari rasa keingintahuan kita terhadap sesuatu.
C. Pendekatan Sosialistik
1. Kemampuan Manusia Untuk Belajar dari Pengalaman Orang Lain
Pendidikan berfungsi sebagai pembaharuan hidup, “a renewal of life”. Hidup itu
selalu berubah, selalu menuju pada pembaharuan. Hidup merupakan keseluruhan tingkatan
pengalaman individu dengan kelompok. Untuk kelangsungan hidup diperlukan usaha untuk
mendidik anggota masyarakat dimana mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan sebagai
minat pribadi (personal interest). Pembaharuan hidup tidak otomatis, melainkan banyak
tergantung pada teknologi, seni, ilmu pengetahuan, dan perwujudan moral kemanusiaan.
Untuk itulah semuanya membutuhkan pendidikan.
-9-|Page
Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat instituisional dan
merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat meso. Khususan dari lembaga
mendapatkan perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah
ditetapkan dalam perencanaan makro ataupun meso.
b. Menurut tingkatannya
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis disebut juga dengan perencanaan jangka panjang. Strategi itu
menurut R.G. Muurdick diartikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan
tercapai pada masa depan. Bentuk konfigurasi terungkap berdasarkan:
1. Ruang lingkup
2. Hasil persaingan
3. Target
4. Penataan sumber-sumber.
Perencanaan strategis digunakan untuk mengatakan suatu lingkup perencanaan yang
lebih “general” disamping adanya beberapa jenis perencanaan lain yang disebut
stainer. Pengertian perencanaan strategis yaitu proses pendayagunaan sumber-sumber
dan strategi yang mengatur pengadaan dan pendayagunaan sumber untuk pencapain
tujuan . Hal tersebut bertujuan untuk mencari bentuk dan identitas pada masa yang
akan datang dengan mempertimbangkan berbagai kompleks dalam suatu sistem.
Berdasarkan hal diatas, metode penelaah dan pemecahan masalah didasarkan atas
kerangka ini mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut:
1. Sistematik dan sistemik
2. Berorientasi pada output dan konfigurasi keinginan
3. Mempunyai tujuan menyeluruh
4. Berdimensi jangka panjang, menengah, dan pendek
5. Menerapkan metode keilmuan analisis teoretik dan empiris dengan program
pengembangan.
6. Rencana operasional terjabar kedalam proyek dan program
7. Berlandaskan kebijakan
8. Memperhitungkan norma dan kaidah
9. Mempunyai pola input, proses, output dengan informasi umpan balik.
Perencanaan Koordinatif
Perencanaan koordinatif ditunjukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu dapat tercapai secara efektif dan efisien.
- 10 - | P a g e
Perencanaan ini mempunyai cakupan semua aspek operasi suatu sistem yang meminta
di taatinya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pada tingkat perencanaan
strategis. Sedangkan ada pendapat lain yang menyimpulkan yang hampir sama
dengan pengertian diatas yaitu dalam buku sistem informasi manajemen dan
perencanaan pembangunan pendidikan yang disusun Idocdi Anwar, dkk yang dikutip
dari H. Ozbehkan (D. Cleland & W.R king, 1975:31) mengemukakan tiga jenis
perencanaan, yaitu: “policy planning. strategic planning dan operational planning.
1. Perencanaan strategis berbagai upaya untuk mempersiapkan seperangkat desisi
dimasa yang akan datang yang mempengaruhi keseluruhan kegiatan yang
dilaksanakan oleh suatu organisasi.
2. Perencanaan taktis adalah sebagai upaya dalam mempersiapkan berbagai desisi
untuk kegiatan-kegiatan jangka pendek terutama dalam mengalokasi berbagai sumber
yang diperlukan dalam pencapaian tujuan.
3. Perencanaan teknis adalah proses upaya untuk mempersiapkan berbagai desisi
untuk dilaksanakan terutama dalam jangka waktu yang pendek dan untuk pelaksanaan
tugas-tugas yang spesifik dalam rangka pencapaian tujuan yang sudah pasti (target-
target).
- 11 - | P a g e
Perencanaan yang berhubungan dengan proses penetapan tujuan, pengalokasian
sumber-sumber untuk mencapai tujuan dan kebijakan-kebijakan yang dipakai sebagai
pedoman untuk memperoleh, menggunakan atau menghilangkan hal-hal tersebut.
Perencanaan strategis cenderung dipusatkan pada masalah-masalah yang tidak begitu
terstruktur yang melibatkan variabel-variabel yang jumlahnya banyak dan parameter
yang tidak pasti.
Perencanaan Manajerial
Perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Perencanaan Operasional
Perencanaan yang memusatkan perhatian pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat
pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana manajerial.
Perencanaan Regional
Perencanaan yang juga disebut dengan perencanaan daerah atau wilayah, diantaranya
Propeda dan perencanaan pendidikan di tingkat propinsi, kabupaten/kota.
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan yang mengupayakan pemanfaatan fungsi kawasan tertentu,
mengembangkan secara seimbang, baik secara ekologis, geografis maupun
demografis.
- 13 - | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena bersifat filosofis,
dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa
filosofis terhadap lapangan pendidikan.
Dalam memahami pendekatan individualistik agar tidak menimbulkan kontroversi
yang paling penting adalah bagaimana kita menghargai suatu pemahaman yang masing-
masing manusia berbeda.
Dalam pendekatan sosialistik yang merupakan hal penting adalah kemampuan
manusia untuk belajar dari pengalaman orang lain, jenis pendidikannya, serta pendidikan dan
kemajuan sosial.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami banyak
kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dalam ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan
maupun penggunaan bahasa yang kurang di pahami. Untuk itu kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya, di karenakan kami masih dalam tarap pembelajaran.
Seperti ada pepatah mengatakan : “Tak ada gading yang tak retak”. Maka dari itu
kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami
bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya sehingga makalah berikutnya lebih
sempurna dari pada makalah sebelumnya.
14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
(Scribd.com)
Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
15 | P a g e