Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PERTEMUAN 1

PEMBELAJARAN SENI RUPA


“PENGETAHUAN BERBAGAI MACAM DAN KARAKTERISTIK SENI
DAN BUDAYA DI BERBAGAI WILAYAH INDONESIA”

DOSEN PEMBINA
Drs. Yunisrul

DISUSUN OLEH:
Muhammad Fadil
21129249

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan keselamatan
semoga senantiasa di limpahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga hari pembalasan kelak. Dan tak lupa kami
bersyukur atas tersusunnya makalah kami yang berjudul “Pengetahuan Berbagai Macam dan
Karakteristik Seni dan Budaya di Berbagai Wilayah Indonesia”.

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu
pengetahuan kita semua, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pembelajaran Seni Rupa”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang berperan dalam membantu penyusunan makalah ini hingga selesai seperti ini.

Akhir kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas kekurangan kami dalam
penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para
pembaca.

Penulis

Muhammad Fadil

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................................1
A.     Latar Belakang...........................................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C.     Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................................3
A. Pengertian Seni Rupa.................................................................................................................3
B. Pengertian Unsur Seni Rupa......................................................................................................4
C. Unsur-Unsur Seni Rupa.............................................................................................................5
D. Pengertian Seni dan Budaya......................................................................................................
E. Unsur-Unsur Kebudayaan.........................................................................................................
BAB III....................................................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................................7
A.    Kesimpulan..................................................................................................................................7
B.    Saran............................................................................................................................................7
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki ciri khas tertentu yang membedakan dari
negara lain. Keanekaragaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri
khas masyarakat Indonesia. Identitas dijadikan tanda pengenal, memiliki makna pada budaya
yang diciptakan oleh masyarakat tersebut. Sebuah identitas sebagai karakter khusus yang
melekat pada setiap kebudayaan, sehingga bisa dibedakan antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan lainnya. Kebudayaan yang diangkat menjadi sebuah identitas Suatu budaya tidak
diciptakan begitu saja, namun memerlukan waktu yang cukup lama untuk diketahui, diakui,
ditaati dan diimplementasikan dalam lingkungan hidup. Identitas adalah Satu proses restrukturasi
(pembangunan) segala identifikasi dan gambaran diri terdahulu, dimana seluruh identitas
fragmenter yang dahulu (pun yang negatif) diolah dalam perspektif suatu masa depan yang
diantisipasi (Erikson, 1989: 186).
Setiap identitas yang dimiliki pada setiap budaya, tentu saja menjadi sebuah karakteristik
atau ciri-ciri budaya itu sendiri. Identitas seperti stereotip yang melekat terhadap diri sese orang,
karena kebudayaan itu dapat membentuk diri individu. Ketika akan berkomunikasi dengan
berbeda budaya, Seseorang tentu saja harus mempunyai gambaran dan bekal dari karakteristik
kebudayaan tersebut. Terkadang kebiasaan yang sudah membudaya tanpa sengaja ikut terbawa
dalam kehidupan sehari-hari. Bergaul dengan orang dan budaya lain membantu seseorang untuk
memahami kebudayaan orang lain.
                                                                                    

B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu:
1. Apa itu Pengertian Seni Rupa?
2. Apa itu Pengertian Unsur-Unsur Seni Rupa?
3. Bagaimana Unsur-Unsur Seni Rupa?
4. Apa itu Pengertian Seni dan Budaya?

1
5. Bagaimana Unsur-Unsur Kebudayaan?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan tentang pengertian seni rupa
2. Mengetahui pengertian unsur-unsur seni rupa
3. Mengetahui unsur-unsur seni rupa
4. Mengetahui pengertian seni dan budaya
5. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni Rupa


Secara etimologis, istilah Logika berasal dari kata “logos” (Yunani) yang berarti
kata, ucapan, fikiran secara utuh, atau bisa juga mengandung makna ilmu pengetahuan.
Dalam arti luas Logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat
memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah.
Dalam mempelajari Logika kita akan berkenalan dengan istilah penalaran yang
diartikan sebagai penarikan kesimpulan dalam sebuah argumen. Penalaran yang sering
pula diartikan cara berfikir, merupakan penjelasan dalam upaya memperlihatkan
hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat-sifat atau hukum-hukum tertentu
yang sudah diakui kebenarannya dengan langkah-langkah tertentu yang berakhir dengan
sebuah kesimpulan.
Dalam logika kita mempelajari dan meneliti apakah sebuah penalaran yang kita
lakukan itu tepat atau tidak. Untuk dapat berfikir dengan tepat, logika menawarkan pada
kita sejumlah aturan atau kaidah -kaidah yang harus diperhatikan agar kesimpulan yang
kita peroleh hasilnya tepat.
“Dalam menghadapi kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk menggunakan akal
fikiran dalam melakukan setiap kegiatan kita, harus penuh pemikiran dan pertimbangan.
Oleh karena itu. Kita harus mempunyai pola pikir yang tepat, akurat, rasional dan
obyektif di samping dapat berpikir kritis. Pola berpikir seperti ini adalah pola berpikir
atau penalaran yang terdapat dalam Logika. Oleh karena itu, Logika sangat penting dalam
setiap bidang kehidupan manusia”. (Yaya S. Kusumah, 1986: 2)

B. Pengertian Unsur-Unsur Seni Rupa

3
Pengertian kalimat dalam kehidupan sehari-hari adalah kumpulan kata, frasa, dan
lambang yang mempunyai arti. Dalam matematika ada dua jenis kalimat, yaitu kalimat
terbuka dan kalimat tertutup (penyataan).
1. Pernyataan
Pernyataan adalah sebuah kalimat yang memiliki nilai logika (kebenaran) benar atau
salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Dengan kata lain, pemyataan adalah sebuah
kalimat yang sudah dapat ditentukan nilai kebenarannya, yaitu benar atau salah. Benar
dan salah maksudnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Nama lain dari pemyataan
adalah kalimat deklarat I f atau proposisi. Berikut ini adalah contoh suatu pernyataan dan
nilai kebenaran nya:
a. “Bangun datar persegi memiliki empat titik sudut’, pernyataan ini benar.
b. b. “Nilai x yang memenuhi 2x= 10 adalah 6”, pernyataan ini salah.
c. c. 3 adalah bilangan prima”, pemyat aan ini benar.
d. d. 7 kurang dari 6”, permyataan ini salah.

Perlu diketahui bahwa setiap pernyataan adalah kalimat, tetapi tidak setiap
kalimat merupakan pemyataan. Kalimat-kalimat yang bukan pemyataan ini tidak atau
belum dapat ditentukan nilai kebenarannya seperti kalimat tanya, kalimat perintah, dan
kalimat seru.

2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah suatu kalimat yang belum dapat ditentukan nilai
kebenarannya karena masih belum memuat variabel. Variabel atau peubah adalah
lambang yang digunakan untuk mewakili anggota sembarang dari suatu semesta
pembicaraan.
Berikut ini cuontoh kalimat terbuka:
a. 3r+3==7
b. 2 log x=1
c. -6r +9 =0
d. y-3<4
Suatu kalimat terbuka dapat berubah menjadi pernyataan apabila

4
Variabelnya diganti suatu konstanta, yaitu lambang yang mewakili anggota dari suatu
semesta pembicaraan. Konstanta pengganti variabel yang menyebabkan kalimat terbuka
menjadi pernyataan yang bernilai benar disebut penyelesai an kalimat terbuka atau
penyelesaian. Kumpulan semua penyelesaian disebut himpun an penyelesaian. Kalimat
terbuka juga dapat diubah menjadi pernyataan dengan meng gunakan kuantor.

3. Kata Hubung Logika dan Ingkaran


Jika terdapat dua permyat aan atau lebih, kita dapat membentuk sebuah
pemyataan baru dengan meng gunakan kata hubung logika. Pernyataan-pernyataan yang
dibentuk dengan menggunakan kata hubung logika dinamakan pernyataan majemuk atau
pemyataan komposisi, sedangkan pemyataan-permyat aan yang membentuk pernyataan
majemuk masing-masing disebut komponen pernyataan majemuk. Nilai kebenaran
pernyataan majemuk ghanya ditentukan oleh nilai kebenaran komponen-komponen
pembentuknya dan tidak diharuskan adanya hubungan antar komponen pembentuknya.
Pernyatan-permyataan majemuk diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Konjungsi, kata hunbungnya “dan” dilambangkan dengan “A”.
b. Disjungsi, kata hunbungnya “atau” dilambangkan dengan “V”.
c. Implikasi, kata hunbungnya “Jika .. maka …” dilambangkan dengan “yDgh
d. Biimplikasi, kata hunbungnya “.. jika dan hanya jika…” dilambangkan dengan
“BAAA

Selain menggunakan kata hubung logika, suatu pernyataan baru juga dapat
dibentuk dengan menggunakan ingkaran (negasi), yaitu pernyataan baru yang bermilai
benar apabila pernyataan semula bernilai salah demikian pula sebaliknya.

5
Cara membentuk ingkaran dari suatu pernyataan yaitu dengan menambahkan kata
“tidak/bukan” atau “tidak benar bahwa” sesuai berdasarkan aturan tata bahasa yang

benar. Jika suatu pernyataan dinotasikan dengan “p” maka negasi dari pembyataan p
dinotasikan dengan “~p” dibaca negasi p.
Keterangan: B = Benar
S =Salah
Berikut ini contoh dari ingkaran:
a. p : 100 habis dibagi 5.
~p : Tidak benar bahwa 100 habis dibagi 5.
~p : 100 tidak habis dibagi 5.
b. q : Semua ikan bernafas dengan insang.
~q : Tidak semua ikan bernafas dengan insang.
~q : Tidak benar bahwa semua ikan bernafas dengan insang.
c. r : 3 adalah faktor dari 13.
~r : Tidak benar bahwa 3 adalah faktor dari 13.
~r : 3 bukan faktor dari 13.

C. Operasi-Operasi Dalam Logika Matematika


1. Konjungi
Konjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q yang
dirangkai dengan menggunakan kata hubung “dan”.Konjungsi pernyataan p dan
pernyataan q dinotasikan sebagai berikut:
pAq (dibaca: p dan q)
Misalnya kita akan menyusun suatu konjungsi dari dua pernyataan berikut:
p : Ada kendaraan bermotor.

6
q : Tersedia bahan bakar.
Konjungsi dari dua perny at.aan tersebut adalah sebag ai berikut:
pAq ada kendaraan bermotor dan tersedia bahan bakar.
Karena konjungsi merupakan suatu pemyat aan maka dapat ditentukan nilai
kebenarannya, yaitu benar saja atau salah saja dan bukan keduanya.
Nilai dan tabel kebenaran Konjungsi.

2. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q yang
dirangkai dengan menggunakan kata hubung “atau”.
Disjungsi permyataan p dan pernyataan q dinotasi kan sebagai berikut:
pVq (dibaca: p atau q)
Misalnya kita akan menyusun suatu disjungsi dari dua pernyataan berikut:
p : Ada media elektronik.
q : Ada media cetak.
Disjungsi dari dua permyataan tersebut adalah sebagi berikut
pVq : Ada media elektronik atau media cetak.
Nilai dan tabel kebenaran Konjungsi.

3.Implikasi
Implikasi adalah pemyataan majemuk yang disusun dari dua buah
Pemyataan p dan q dalam bentuk “jika p maka q”.

7
Implikasi pernyatan p dan pernyataan q dinotasikan sebagai berikut:
P -> q(dibaca: jika p maka q)
Misalnya kita akan menyusun suatu disjungsi implikasi dari dua
Pernyataan berikut:
P : 2 x 2” = 2m*
Q : 2x 2 =27
Implikasi dari dua pernyat aan tersebut ad alah sebagai berikut:
p->q : Jika2”x2” = 2” maka 2x 2’ =2.
Dari pernyataan ini, bagian “jika 2” x 2” = 2* a” dinamakan alasan atau
Sebab dan bagian “maka 2’ x2’ = 2” dinamakan kesimpulan atau akibat.
Nilai dan tabel kebenaran Implikasi.

4. Biimplikasi
Biimplikasi adalah pernyataan yang disusun dari dua bua pernyataan p dan q yang
dirangkai dengan menggunakan kata hubung "jika dan hanya jika". Bi implikasi
pernyataan p dan pernyataan 4 dinotasikan sebagai berikut:
pq (dibaca:p jika dan hanya jika q)
Misalnya kita akan menyusun suatu bi implikasi dari dua pernyataan berikut:
p : Dua garis saling berpotongan tegak lurus.
q : Dua garis saling membentuk sudut 900
Biimplikasi dari dua pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
pq: Dua garis saling berpotongan tegak lurus jika dan hanya jika
kedua garis saling membentuk sudut 909.
Nilai dan tabel kebenaran Biimplikasi.

8
D. Tautologi, Kontradiksi, dan Kontingen
1. Tautologi
Tautologi adalah sebuah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya.”
Untuk dapat membuktikan apakah suatu pernyataan merupakan tautologi, kita dapat
menggunakan tabel kebenaran.
Contoh tautologi:
a. Buatlah sebuah tabel kebenaran pernyataan untuk membuktikan bahwa
(p Aq) →q merupakan tautologi.
Penyelesaian:

b. Buatlah sebuah tabel kebenaran pernyataan untuk membuktikan bahwa pV -p


merupakan tautologi.
Penyelesaian:

9
Berdasarkan pada kolom paling kanan kedua tabel di atas, tampa bahwa (p Aq) →q
dan p V -p selalu bernilai benar untuk setiap nilai kebenaran dan komponennya. Oleh
karena itu, pernyataan (p Aq) → 4 dan p V -p adalah suatu tautologi.

2. Kontradiksi
Kontradiksi adalah suatu pernyataan yang selalu bernilai salah untuk setiap nilai
kebenaran dari komponen-komponennya. Seperti pada tautologi, untuk membuktikan
apakah suatu pernyataan merupakan kontradiksi, kita dapat menggunakan tabel
kebenaran.
Contoh kontradiksi:
Tunjukan bahwa pernyataan majemuk q A (p 1-4) merupakan suatu kontradiksi.
Penyelesaian:

Pada kolom yang paling kanan dari tabel di atas, tampak bahwa q A (p A -q) selalu
bernilai salah untuk setiap kebenaran dari komponennya. Oleh karena itu, pernyataan
A (pA -q) adalah suatu kontradiksi.

3. Kontingen
Kontingen adalah pernyataan yang nilai kebenarannya merupakan
kumpulan dari nilai B dan S, di luar tautologi dan kontradiksi.
Contoh kontingen:
Tunjukan bahwa pernyataan p A [9 A (PV)] merupakan suatu
kontradiksi.
Penyelesaian:

10
Pada kolom paling kakan tabel di atas, tampak bahwa nilai kebenaran p A ( A p V q)]
bernilai salah dan benar untuk setiap kebenaran dari komponennya. Oleh karena itu, p
A [qA (PV) merupakan kontingen.

E. Ekuivalensi
1. Membuktikan Pernyataan Majemuk dengan Menggunakan Tabel Kebenaran
Dua pernyataan dikatakan ekuivalen apabila kedua pernyataan tersebut
mempunyai nilai kebenaran yang sama. Dua pernyatan p dan 47 yang ekuivalen
dinotasikan dengan p=q.
Contoh:
Dengan menggunakan tabel kebenaran, selidikilah apaka pernyataan-pernyataan
berikut ekuivalen.
a. – (p V q) dengan -p A-
b. pA ® dengan (p Aq) → (par)
Penyelesaian:
a. – (p V q) dengan – A –
Dari tabel di atas, tampak bahwa nilai kebenaran – (pVq) sama dengan nilai

kebenaran -p1-9. Jadi, dapat disimpulkan bahwa – (p V q) =-1-4.


b. pA (→r) dengan (pAq) → (p Ar)
Par pq pAr 4-r pA(q—r) (Paq) – (par)

11
Dari tabel di atas, tampak bahwa nilai kebenaran p 1 (→) tidak sama dengan nilai
kebenaran (p Aq) → (p A r). Jadi, dapat disimpulkan bahwa p(q r) tidak ekuivalen
dengan (p Aq) → (PAr).

2. Negasi dari Pernyataan Majemuk


Negasi dari suatu pernyataan majemuk dapat dibentuk dari negasi
Pernyataan-pernyataan tunggal dengan menggunakan ukuivalensi, yaitu
Apabila permy at n-pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran
Yang sama dengan pernyataan majemuk negasi dari komponen-
Komponennya.
Dalam hal ini, terdapat ekuivalensi sebagai berikut:
a. –(pq) = -p V-
b. –(pVq)=-p1-4
c. (p) =p1-4
d. (pq) = (p 1-4) V(q4-p)
Contoh:
a. Buktikan bahwa –(p Aq) = -p V-4.
Bukti:

12
Terbukti bahwa –(p Aq) = -p V-4) = .
b. Tuliskan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut:
1) Nia adalah anak yang pandai dan pendiam.
2) Jika Anik mendapat nilai bagus maka ia naik kelas.
Penyelesaian:
1) Nia adalah anak yang tidak pandai dan dan pendiam.
2) Anik mendapat nilai bagus maka ia tidak naik kelas.

3. Membuktikan Pernyataan Majemuk tanpa Menggunakan Tabel Kebenaran


Untuk membukti kan kebenaran suatu pernyataan majemuk dapat dilakukan dengan
menggunak an tabel kebenaran. Akan tetapi, pembuktian dengan cara tersebut kurang
efisien. Oleh karena itu, kita dapat membuktikan kebenar an suatu pernyataan majemuk
dengan menggunakan sifat-sifat ekuivalensi, diataranya sebagai berikut:
a. *pVp=p
(pVq) VrpV (qVn
pVg=qVp
pV qAr)= (pV q) A (p Vn
-(pV q)=-p A-q
pAp=p
(pAg)Ar=pA (qAr)
pAqqAp
PAqV= (pAq)V (pAn
-(p Ag)-pV -q
b. (p) =P
C. (p )=p-q
P9P Vq
P-(qAr)= (P-9)^P-)
d. pq(p~9A (qp)

F. Implikasi, Konvers, Invers, dan Kontraposisi

13
Seperti yang telah kita ketahui, bah wa dua buah pernyataan atau lebih dapat dibentuk
menjadi suatu kalimat majemuk. Pemyataan-pemyataan majemuk yang menggunakan
kata hubung " adalah implikasi, konvers, invers, dan kontraposisi yang didefin isikan
sebagai berikut.
JIka p dan q adalah suatu pernyat aan, maka pemyataan majemuk:
1.pg disebut implikasi (diketahui)
2. p disebut konvers dari p q
3.Pq disebut invers dari p9
4. p disebut kontraposisi dari p ~q
Dengan menggunakan tabel kebenaran, kita dapat melihat nilai kebenaran dari masing-
masing pernyataan baru tersebut.
Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut.

Dengan memperhati kan nilai keben ar an pada tabel di atas, dapat


Disimpulkan sebagai berikut:
1. Implikasi ekuivalen deng an kontraposisinya.
P—q P
2. Konvers suatu implikasi ekuivalen dengan inversnya.
Contoh:
Tentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi “Jika PQRS
Adalah persegi, maka PQRS adalah persegi panjang”.
Pentelesaian:
Konvers : Jika PORS adalah pesegi panjang. Maka PQRS adalah persegi.
Invers : Jika PQRS bukan persegi, maka PQRS bukan persegi panjang.
Kontraposisi : Jika PORS bukan pesegi panjang, maka PQRS bukam persegi.

14
G. Kalimat Kuantor dan Negasinya
1. Kuantor Universal
Misalkan p(x) adalah suatu kalimat terbuka, dengan x anggota himpunan semesta
pembicaraan S.
Pernyataan:
(VxE S) p() atau (V) p()
Dibaca "untuk setiap x, berlakulah p(x) disebut kalimat berkuantor universal (universal
quatifier). Penggunaan kata "untuk setiap" pada kuantor universal senilai dengan kata
"untuk semua", *untuk tiap-tiap", dan "untuk seluruh".
Contoh:
a. Tuliskan kalimat untuk "Untuk setiap n anggota himpunan bilangna asli N, berlaku n
anggota himpunan bilangna real R" dengan notasi matematika.
Penyelesaian:
Kalimat tersebut adalah kalimat kuantor universal sehingga dengan notasi matematika
dapat ditulis (Vn) nEN-n E.
b. Jika senmesta pembicar aannya bilangan real R, tentukan nilai kebenaran
Dari (Yx)(r +3 <6).
Penyelesaian:
(Va) (x+3 <6) bemilai salah. Misalkan diambil salah satu nilai x = 4.
Akibatnya, 4 +3 < 6 (bermilai salah). Dengan demikian, tidak berlaku untuk setiap xE R

2. Kuantor Eksistensial
Misalkan p® adalah suatu kalimat terbuka pada suatu himpunan semesta pembicaraan S.
Pernyataan:
(rE S)p() atau (3x) p()
Dibaca “terdapat x sehingga ptxy” disebut kalimat kuantor eksistensial (existential
quantifier). Kata *terdapat” senilai dengan kata “ada”,
“beberapa”, “untuk suatu”, dan “untuk paling sedikit satu”.
Contoh:

15
Tentukan nilai kebenaran dari kalimat ber kuantor eksistensial berikut jika x dan y adalah
anggota himpunan bilangna real R.
a. (x)(6x+8= 0)
b. ( +9<0)
Penyelesaian:
a. () -6x +8 = 0) bermilai benar. Misalkan diambil x =2 atau x = 4
b. ax) +9<0) bernilai salah.
Untuk x E R, 2 0, sedangkan 9 > 0. Jadi. Tidak mungk in dua bilangan real positif jika
dijumlahkan hasilnya bemilai negatif.

3. Ingkaran (Negasi) Kalimat Berkuantor


Negasi kalimat berkuantor uni versal adalah kalimat berkuantor eksistensial, sedangkan
negasi kalimat berkuantor eksistensial adalah kalimat berkuantor universal. “Jika terdapat
kalimat berkuantor universal (Vx) pv) dan kalimat berkuantor eksistensial (3x) p(x),
negasi dari keduanya ditulis sebagai berikut
-I(¥A) ptx)] = (3) - p)
-I(ax) pl)]= (Vr) -p()
Contoh:
Tentukan negasi dari kalimat kuantor berikut jika x dan y adalah anggota himpunan bilan
gan real.
a. (Vx) (x+7 s9)
b. (A) (a=)
Penyelesaian:
a. -IV) Or+ 7s9)]= (x) -+7s9)
(a) (+7>9)
b. -I(ax) =X]= (V*) =)
(V) #)

H. Penarikan Kesimpulan
Untuk membuktikan suatu sifat atau menyelidiki kebenaran dari suatu kesimpulan
berdasarkan kebenaran yang sudah diketahui, dapat digunakan pola argumentasi

16
berdasarkan prinsip-prinsip logika. Kesimpulan ditarik dari beberapa pernyataan yang
diasumsikan benar terjadi. Asumsi-asumsi itu disebut juga premis. Suatu penarikan
kesimpulan dikatakan sah atau valid apabila impli kasi dari konjungsi premis-premis
dengan konklusi merupakan tautologi. Sebaliknya. apabila premis-premis tidak
memberikan informasi yang cukup untuk mendukung kesimpulan yang diambil maka
dikatakan penarikan kesimpu lan tidak valid.
Prinsip-prinsi yang digunakan untuk menganbik kesimpulan, antara lain modus ponen,
modus tollens, dan silogisme.
1. Modus Ponen
Penarikan kesimpulan dengan menggunakan modus ponen didasarkan pada prinsip “Jika
p g benar maka q pasti benar”. Prinsip tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Premis1:pq
Premis 2 :p
Konklusi 9
Tanda “ dibaca “maka” atau “jadi”.
Prinsip di atas dibaca: Jika p q benar dan p benar maka q benar.
Sahnya modus ponen dapat dibuktikan dengan tabel kebenaran pernyataan majemuk “TP-
q)Ap]”

17
Pada tabel tersebut tampak bah wa pada kolom kelima nilai kebenarannya adalah “benar”
seluruhnya. Oleh karena itu, (p q) Apl
Q merupakan suatu tautulogi.
Contoh:
Premis 1: Jika segitiga ABC sama sisi maka AB = AC= BC.
Premis 2 :Segitiga ABC sama sii.
Konklusi : Jadi, AB = AC = BC.

2. Modus Tollens
Penarikan kesimpulan pada modus Tolens didasarkan pada prinsip
“Jika pq benar dan q tidak benar maka p pasti tidak benar”. Prinsip
Tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Premis I P9
Premis 2
Konklusi -P
Prinsip ini dibaca: Jikapq benar dan-q benar maka -p benar.
Kebenaran dari modus tollens dapat dibuktikan dengan menggunakan tabel kebenar an
kontraposisi.
Contoh:
Premis 1:Jika segitiga ABC siku-siku di titik B maka AC = AB +BC
Premis 2: AC# AB +BC
Konklusi: Jadi, segitiga ABC tidak siku-siku di titik B.

3. Silogisnme
Penarikan kesimpulan dengan silogisme berdasarkan prinsip “Jika pq benar dan qr benar
maka p-r pasti benar”. Prinsip tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Premis 1 P9
Premis 2 r
Konklusi pr

18
Kebenaran dari silogisme dapat dilihat pada tabel kebenaran [(p q)A (q)]-(P-r) adalah
suatu tautologi.

Contoh:
Premis 1 :Jika guru Matematika tidak masuk sekolah maka murid-
murid bercengkrama.
Premis 2 : Jika murid-murid bercengkrama maka mereka bergembira.
Konklusi : Jadi, jika guru Matematika tidak masuk sekolah maka mereka bergembira.

I. Pembuktian
Pembuktian suatu sifat dalan matematika menunjukan kebenaran sifat
dalam matematika secara logika.
1. Pembuktian dengan Bukti Langsung
Pembuktian dengan bukti langsung digunakan untuk membuktikan
Sifat dalam matematika dengan implikasi p 4 Pembuktian ini
Menggunakan nilai kebenaran pernyataan (implikasi). Yaitu jika diketahui p benilai
benar (anteseden benar) dan implikasi bernilai benar, kemudian dengan langkah-langkah
yang benar, pasti dihasilkan q yang bernilai benar (konsekuen bernilai benar).
Contoh:
Buktikan bahwa jika x +2= 5 maka x = 3.
Bukti:
Diketahui x+ 2=5. Kemudian, akan dibuktikan bahwa x = 3. Karena x +2=5 maka x+2-
2=5-2 atau x= 3. Jadi, terbukti bahwa jika x +2=5
Maka x= 3.

19
2. Pembuktian dengan Bukti Terbalik
Pembuktian dengan bukti terbalik menggunakan prins ip modus
Tollens. Terdapat dua cara dalam pembuktian dengan bukti terbalik, yaitu kontraposisi
dan kontradiksi.
a. Kontraposisi
Pembuktian dengan kontraposisi digunakan untuk membuktik an
Sifat matematika yang mempunyai implikasi p9. Nilai kebenaran
Suatu implikasi sama dengan ni lai kebenaran kontraposisinya. Oleh
Karena itu, pembuktian dengan kontraposisi dari sifat matematika
Dengan implikasi p q dilakukan dengan menunjukan kebenaran sifat
Matematika-qp.
Misalkan akan dibuktikan sifat matematika p -~q Pembuktian dilakukan dengan
membuktikan q p. Dalam hal ini, diketahui -q bernilai benar dan implikasi bemilai benar,
kemudian dengan langkah-
Langkah yang benar., pasti dihasil kan -P yang benar.
Contoh:
Buktikan bahwa jika x dan y bilangan ganjil maka x +y bilangna genap.
Bukti:
Kontraposisi dari implikasi “Jika x dan y bilang an ganjil maka.x
+y bilangna genap” adalah “Jika x+y bukan bilangan genap makax
Dan y bukan bilangna genap.
Diketahui x + y bukan bilangan genap. Berarti x + y bilangan ganjil. Oleh karena itu, x
atau y merupakan bilangna ganjil berarti x atau Y bukan bilangan genap. Jadi, terbukti
bahwa jika x atau y bilangan ganjil maka x atau y bikangna genap.

b. Kontradiksi
Pembuktian dengan kontradiksi dapat digunakan untuk membuktikan sifat matematika
yang merupakan suatu implikasi. Untuk membuktikan sifat matematika yang merupakan
suatu implikasi p-» 9
Diandaikan tidak q. Selanjutnya, jika dihasi Ikan kontradiksi (sesuatu yang salah
misalkan tidak p karena yang diketahui adalah p), berarti pengandaian salah. Oleh karena

20
itu. Pengandaian harus diingkar. Jadi, diperoleh q. Sedangkan untuk membuktikan sifat
matematika yang berupa sifat p. diandaikan tidak p. Selanjutnya, jika dihasilkan
kontradiksi (sesuatu yang salah misalkan 1 bilangan genap). Berarti pengandaian salah.
Oleh karena itu, pengandaian harus diingkar.
Contoh:
Buktikan bahwa 2+4 = 6.
Bukti:
Andaikan 2 + 4 #6 maka 2 + 4 -4 #6- 4 atau 2 # 2. Hal ini kontradiksi dengan ketetuan
bahwa 2 2. Pengandaian 2 +4 #6 harus diingkar sehingga 2+ 4 =6. Jadi, terbukti 2 +4 = 6.

3. Pembuktian dengan Induksi Matematika


Pembuktian dengan induksi matematika digunakan untuk membuktikan sifat matemati ka
yang memuat bilangan asli. Misalkan akan dibuktikan bahwa untuk setiap n bilangan asli,
berlaku P(n). Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Dibuktikan berlaku P(n) untuk n = 1.
b. Pn) dianggap benar untuk n = k. Selanjutnya, dibuktikan bahwa P(n)
benar untuk n = k + 1.
c. Dari langkah a dan b, disimpulkan bahwa untuk setiap n bilangan asli berlaku P(n).
Contoh:
Buktikan bahwa untuk setiap n bilangan asli, 4”- 1 habis dibagi 3.
Bukti:
a. Untukn =1 maka 4-1 =4’- 1 =4-1 = 3 habis dibagi3.
b. Dianggap benar untuk n = k, ber arti 4- 1 habis dibagi 3. Selanjutnya,
untuk n = k + 1 berlaku sebagai berikut:
4-1 =4x 4)-1
= [4 x(3+ 1-1
14x 3)+(4*x 1)]-1
= (3x4)+ (4-1)
Karena 3 x 4 dan 4- 1 habis dibagi 3 maka 4*’- 1 =3 x 4) + (4*-
1) habis dibagi 3.

21
c. Dari langkah a dan b, disimpu lkan bahwa untuk setiap n bilangan asli, berlaku 4-1
habis dibagi 3.

Unsur-Unsur Seni Rupa

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

B.     Saran

DAFTAR RUJUKAN

22
23

Anda mungkin juga menyukai