Anda di halaman 1dari 24

Menjelaskan Kemajemukan Penduduk Indonesia

Dalam Hal Agama, Ras, Etnik, Konsep Dan BentukBentuk Region Di


Indonesia”

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmatnya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah pembelajaran pengantar IPS SD dengan judul " menjelaskan
kemajemukan penduduk Indonesia dalam hal agama, ras, etnik, konsep dan bentuk-bentuk
region di Indonesia ".
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa untuk
mengetahui tentang kemajemukan penduduk Indonesia dalam hal agama, ras, etnik, konsep
dan bentuk-bentuk region di Indonesia.

Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik
yang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan
menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha penulis.

Padang, 28 September 2021

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..... A.
Latar Belakang……………………………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 4
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………... 5

BAB II PENJELASAN…………………………………………………………………………..… A.
Defenisi Kemajemukan Dimasyarakat………………………………………………. 6
B. Faktor Penyebab Kemajemukan Masyarakat Indonesia……………………………... 7
C. Ciri-ciri Masyarakat Majemuk……………………………………………………….. 7
D. Kemajemukan Masyarakat Indonesia………………………………………………... 8
E. Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia……………………………………... 12
F. Pengertian Region……………………………………………………………………. 16

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………


Kesimpulan………………………………………………………………………………. 23
Saran……………………………………………………………………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………….... 25

2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke ini, terdiri dari
bermacam suku bangsa, budaya, ras dan agama. Disebut juga masyarakat majemuk atau multikultur.
Kondisi masyarakat seperti ini jika berjalan serasi dan harmonis akan menciptakan integrasi sosial. Jika
tidak, terjadilah disintegrasi sosial atau konflik sosial.Pengaruh kemajemukan masyarakat yang perlu
diperhatikan karena dapat menimbulkan konflik sosial adalah munculnya sikap primordial
(primordialisme) yang berlebihan dan stereotip etnik.
Keberagaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-jenis seperti
halnya binatang atau tumbuhan.Manusia sebagai makhluk tuhan tetaplah berjenis satu.Keberagaman
manusia yang dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.Perbedaan itu ada karena manusia
adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri khas tersendiri.
Indonesia dikenal dengan kemajemukan masyarakat, baik dari sisi etnisitas maupun budaya serta agama
dan kepercayaannya.Kemajemukan juga menjangkau pada tingkat kesejahteraan ekonomi, pandangan
politik serta kewilayahan, yang semua itu sesungguhnya memiliki arti dan peran strategis bagi masyarakat
Indonesia.Meski demikian, secara bersamaan kemajemukan masyarakat itu juga bersifat dilematis dalam
kerangka penggalian, pengelo1aan, serta pengembangan potensi bagi bangsa Indonesia untuk menapaki
jenjang masa depannya.
Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berpotensi membantu bangsa Indonesia untuk maju dan
berkembang bersama. Sebaliknya, jika kemajemukan masyarakat tersebut tidak dikelola dengan baik,
maka akan menyuburkan berbagai prasangka negatif (negative stereotyping) antar individu dan kelompok
masyarakat yang akhirnya dapat merenggangkan ikatan solidaritas sosial.

3
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kemajemukan agama, RAS, dan etnik, pembangunan di Indonesia?


2. Bagaimana kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
4. Sebutkan bentuk-bentuk region di indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian kemajemukan agama, RAS, dan etnik, pembangunan di Indonesia?


2. Mengetahui kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
3. Mengetahui pengaruh kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
4. Mengetahui bentuk-bentuk region di Indonesia ?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kemajemukan Masyarakat

Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk.
Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis.Istilah Masyarakat Indonesia Majemuk pertama
kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands India : A Study of Plural Economy (1967),
yang isinya menggambarkan kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan
etnis sehingga sulit bersatu dalam satu kesatuan sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia
ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal. Selain itu
ia juga mengatakan sepertibahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok
yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam suatu satuan
politik. Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial.Masyarakat Hindia-Belanda waktu
itu dalam pengelompokan komunitasnya didasarkan atas ras, etnik, ekonomi, dan agama.Konsep
masyarakat majemuk Furnivall diatas, dipertanyakan validitasnya sekarang ini sebab telah terjadi
perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Usman
Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk disuatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan
horizontal dan pembelahan vertikal.

Secara horizontal, masyarakat majemuk dikelompokan berdasarkan : a.


Etnik dan ras tau asal usul keturunan
b. Bahasa daerah
c. Adat istiadat atau perilau
d. Agama
e. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya

5
Secara vertikal, masyarakat majemuk dikelompokan berdasarkan : a.
Penghasilan atau ekonomi
b. Pendidikan
c. Pemukiman
d. Pekerjaan
e. Kedudukan sosial politik

B. Faktor Penyebab Kemajemukan Masyarakat Indonesia

1. Keadaan geografis wilayah Indonesia


Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan yang dipisahkan oleh laut dan selat
memungkinkan penduduk yang menempati pulau itu tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa yang
terisolasi dengan yang lain. Setiap suku bangsa mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan ikatan
kebudayaan lainnya yang berbeda dengan suku bangsa yang lain.

2. Letak kepulauan Indonesia diantara dua benua dan dua samudra


Letak geografis Indonesia memungkinkan masuknya pengaruh asing dari berbagai
bangsa.Bangsa asing tertarik untuk dating, singgah, dan menetap di Indonesia.Mereka berupaya
memperkenalkan budayanya terhadap bangsa Indonesia.

3. Pembangunan
Pembangunan di berbagai sektor memberikan pengaruh bagi keberagaman masyarakat
Indonesia.Kemajemukan ekonomi dan industralisasi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia
menghasilkan kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi.

4. Iklim dan tingkat kesuburan tanah yang berlainan di berbagai daerah di Indonesia
Iklim yang berbeda diberbagai daerah menimbulkan kondisi alam yang berlainan pula kondisi
demikian akan membentuk pola perilaku dan sistem mata pencaharian yang berbeda. Pada akhirnya akan
tercipta keberagaman antar daerah di Indonesia.

C. Ciri-ciri Masyarakat Majemuk


Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut Vandenberg : a.
Segmentasi ke dalam kelompok-kelompok

6
b. Kurang mengembangkan konsensus
c. Sering mengalami konflik
d. Integrasi sosial atas paksaan
e. Dominasi suatu kelompok atas kelompok lain

D. Kemajemukan Masyarakat Indonesia

1. Kemajemukan Agama

Kemajemukan agama akan mengantarkan setiap orang memiliki keyakinan untuk bersama, karena
ia tidak hidup sendirian melainkan berdampingan dengan penganut agama lain. Sebagai warga dunia,
setiap orang diarahkan untuk memahami cara baru mengenai cara tuhan menitipkan kebenaran dalam
setiap agama. Dengan demikian kemajemukan agama tidak hanya dipahami dengan mengatakan bahwa
masyarakat majemuk, beranekaragam dan terdiri dari berbagai suku dan agama.Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat religius (agamis).Kesetiaan dan kepatuhan nilai hidup religius atau keagamaan
menjadi jiwa atau semangat dasar sumber inspirasi, motivasi, dan tonggak pedoman arah bagi manusia
dalam menentukan dan mengambil sikap yang tepat dan benar terhadap setiap perkembangan dan
kemajuan yang ada.
Dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar, setiap agama mengajarkan agar manusia
senantiasa berusaha mengolah, dan memelihara kelestariannya.Kesalehan hidup religius dan kesetiaan
pada komitmen moral menjadi kompas kehidupan bagi manusia Indonesia di tengah amukan dan arus
badai masyarakat global.Penghayatan hidup religius yang baik dan benar serta kesetiaan merupakan
komitmen moral menjadikan manusia semakin manusiawi dan mampu menilai secara kritis setiap
perkembangan dan kemajuan yang ada serta dapat menentukan sikap yang tepat dan benar dalam situasi
tersebut.Dengan demikian tidak dapat tergoda dan tenggelam dalam superioritas dangkal dan mental
mencari gampang.Fakta bahwa manusia sering mengalami keterpecahan dan teraleinasi dari diri dan
dunianya, merupakan indikasi bahwa orang belum menghayati hidupnya secara baik dan benar sesuai
dengan ajaran imannya.Ia belum sanggup mengaktualisasikan visi dan misi dasar keagamaannya.
Kebinekaan agama (Islam, Protestan, Hindu, Budha, Katolik, Konghuchu dan Aliran Kepercayaan
Kepada Tuhan Yang Maha Esa.) merupakan kenyataan hidup dalam masyarakat Indonesia. Setiap agama
itu mempunyai ajaran dan cara mengungkapkan diri yang berbeda dalam kehidupan konkret, namun
semuanya mempunyai satu tujuan, yakni mau membimbing dan menuntun manusia kepada keselamatan.

7
Setiap agama mengajarkan dan menunjukkan kepada manusia jalan keselamatan, lewat ajarannya tentang
kebenaran, keadilan dan kasih.
Setiap agama melalui doktrin imannya, tidak pernah membenarkan dan mengamini setiap
perbuatan dan tindakan manusia yang dapat merugikan dan menghancurkan kehidupan sesama dan
lingkungannya.Ia mengajarkan bahwa dalam hubungan dengan sesama, manusia kiranya senantiasa
berusaha menciptakan sebuah relasi sosial yang harmonis dan human. Manusia semestinya selalu menjadi
sesama orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan lewat sikap saling menghormati dan menghargai, saling
membantu dan melayani serta saling mencintai.

Kesetiaan dan kepatuhan menghayati nilai-nilai hidup religius atau keagamaan menjadi jiwa atau
semangat dasar, sumber inspirasi, motivasi dan tonggak pedoman arah bagi manusia Indonesia, dalam
menentukan dan mengambil sikap yang tepat dan benar terhadap setiap perkembangan dan kemajuan
yang ada. Dengan demikian manusia Indonesia tidak terjerumus dan tergiur untuk menikmati
tawarantawaran kenikmatan dunia yang dangkal, seperti kekuasaan, pangkat, popularitas diri, dan harta
kekayaan. Sebaliknya, dengan menghayati nilai-nilai religius atau keagamaan secara baik dan benar,
orang justru semakin terbuka dan kritis untuk mengevaluasi dan melihat nilai-nilai luhur yang ada dibalik
setiap perkembangan dan kemajuan yang juga orang akan semakin peka dan tanggap memperhatikan
kehidupan sesama dan kelestarian lingkungan sekitarnya. Dengan demikian manusia tidak kehilangan
identitas dan jati dirinya sebagai homo religious dan man for other’s di tengah arus kemajuan tingkat
peradabannya sendiri.

2. Kemajemukan Ras

Kata ras berasal dari bahasa prancis dan italia, yaitu razza.Pertama kali istilah ini diperkenalkan
Franqois Bernier, antropologi prancis untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia
berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah.Setelah itu, orang lalu menetapkan
hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.
Dilihat dari sudut biologis, manusia merupakan suatu spesies tunggal, hal ini berarti suatu populasi
interbreeding yang berasal dari sumber yang satu. Adapun keragaman diantara manusia itu sendiri adalah
bebagai hasil dan proses difersipikasi dan rekombinasi didalam spesies itu sendiri. Ahli genetic
menyatakan bahwa pada keberagaman manusia pada dasarnya diterima dari sejumlah sifat orangtuanya,
seperti bentuk hidung, warna kulit, bentuk dan warna rambut, warna mata dan sebagainya.Unit-unit
pembawa sifat itu disebut genes ribuan pasang genes tersusun dalam pasanganpasangan krosoma, tetapi
setiap sel reproduktif dari seorang laki-laki dan perempuan yang hanya membawa satu dari setiap pasang

8
genes. Hasil kerjasama hasil vertilisasi dan atau perkawinan ini selanjutnya berkembang dalam setiap
janin sehungga jumlah pasangan gen tersebut menjadi sama seperti yang terdapat pada orang tuannya.
Kebayakan ilmuwan dewasa ini sependapat bahwa semua kelompok ras termasuk dalam satu
rumpun yang merupakan hasil dari suatu proses evolusi, dan semua kelompok ras kurang lebih
sama kadar kemiripannya dengan hewan lainnya.

Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras atas tiga
kelompok, yaitu :
 Kaukasoid
Kaukasoid ini ditandai dengan kulit dan mata terang, rambut mengkilap bergelombang,
hidung sempit, bibir tipis dan berbulu badan lebat.Seleksi wilayahnya di Eurasia barat dengan kondisi
iklim lembab, dingin, dan bentang alamnya merupakan semak yang berselang-seling.
 Negroid
Kelompok yang berkulit hitam, rambut hitam kriting halus, mata gelap, hidung lebar dan
datar, bibir tebal, kepala panjang, postur tubuh pendek dan kokoh.Seleksi wilayahnya tersebar di wilayah
Afrika Barat dengan wilayah bersuhu rata-rata tinggi, dan bentuk alamnya berbentuk savanna.
 Mongoloid
Rata-rata bercirikan kulit kuning terang sampai coklat, mata coklat rambut hitam lurus
hitam mengkilap, hidung dan muka datar, kepala datar, tulang pipi menonjol, postur tubuh pendek dan
kuat.Seleksi wilayahnya berkondisi kering, dan bentang alam stepa dilintang menengah, dengan
musim panas dan dingin yang jelas.

Adapun ras atau subras yang mendiami kepulauan Indonesia adalah sebagai berikut : a.
Papua melanesoid yang mendiami wilayah Papua, Aru, dan Kai.
b. Weddoid yang mendiami daerah Sumatra bagian barat laut.
c. Malayan Mongoloid yang meliputi Proto Melayu.
d. Negroid yang mendiami pegunungan Maoke Papua.
e. Asiatic Mongoloid yang terdiri atas keturunan Tionghoa dan jepang yang tinggal di Indonesia.
f. Kaukasoid terdiri atas keturunan Belanda, Inggris, keturunan Arab, India, Pakistan yang tinggal di
Indonesia.

Berdasarkan pada ras-ras tersebut, orang Indonesia dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu
sebagai berikut :

9
1. Golongan Papua Melanesoid
Ciri-cirinya : rambut kriting, bibir tebal, dan kulit hitam. Yang termasuk golongan ini adalah
penduduk Pulau Papua, Kai, dan Aru.
2. Negroid
Ciri-cirinya : rambut kriting, perawakan kecil, dan kulit hitam . persebaran golongan ini di
semenanjung malaya. 3. Golongan Weddoid
Ciri-cirinya : perawakan kecil, kulit sawo matang, dan rambut berombak. Persebarannya adalah
orang sakai, di Siak, orang kubu di Jambi. Orang Enggano, Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di
Kepulauan Muna.kebetulan di indonesia sendiri ada ras weddoid, dengan ciri berkulit hitam, bertubuh
sedang, dan berambut keriting. Ras ini datang dari India bagian Selatan, mendiami kepuluan Maluku, dan
Nusa Tenggara Timur (Kupang).
4. Golongan Melayu Mongoloid.
Ciri-cirinya : rambut ikal atau lurus dan muka bulat. Golongan Melayu Mongoloid adalah golongan
terbesar yang ditemukan di Indonesia dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. golongan
ini dibagi menjadi golongan melayu tua (Proto-Melayu) dan golongan Melayu Muda (Deutro Melayu).

3. Kemajemukan Etnis atau Suku Bangsa

Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup yang
memiliki sistem interaksi yang ada karena kontinunitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua
anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
Menurut Narral mendefinisikan etnis adalah sejumlah orang atau penduduk yang memiliki ciri-ciri
(a) secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan
(b) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk
budaya
(c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri (d) menentukan u kelompoknya yang diterima
oleh dan dpat dibedakan dari kelompok lain.
Tampak bahwa etnis berbeda dari ras.Jika pengertian ras lebih didasarkan pada persamaan ciri-ciri
fisik yang dimiliki oleh seseorang individu, maka pengertian etnis didasarkan kepada adanya
persamaan kebudayaan dalam kelompok masyarakat tersebut.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang
besar.Mengenai jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia telah dikemukakan oleh para ahli.Esser, Berg
dan Sutan Takdir Alisyahbana memperkirakan ada 200-250 suku bangsa.MA, Jaspan mengemukakan ada
366 suku bangsa.Koentjaraningrat memperkirakan ada 195 suku bangsa.Hildred Geertz menyatakan lebih

10
dari 300 suku bangsa dengan identitas budayanya sendiri.William G. Skinner memperkirakan ada 35 suku
bangsa dalam arti lingkungan hukum adat.
Di Indonesia, istilah kelompok etnis dapat disamaartikan dengan suku bangsa, di samping ada
pula yang menyebutkan dengan golongan etnis. Misal : golongan etnis Tionghoa.
Suku yang berkembang di Indonesia ada yang memiliki tingkat peradaban yang telah maju dan
mampu berbaur dengan suku bangsa lain. Di samping itu juga masih dijumpai suku bangsa atau
masyarakat terasing.Masyarkat terasing merupakan suku bangsa yang terisolasi dan masih hidup dari
berburu, meramu atau berladang padi, umbi-umbian dengan system lading berpindah.Masyarakat ini
terhambat dari perubahan dan kemajuan karena isolasi geografi atau upaya yang disengaja untuk menolak
bentuk perubahan kebudayaan.

E. Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia

Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku bangsa, ras dan agama dapat
dibagi atas pengaruh positif dan negatif.Pengaruh positifnya adalah terdapat keanekaragaman budaya
yang terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa. Pengaruh negatifnya antara lain :

a. Primordial
Karena adanya sikap primordial kebudayaan daerah, agama dan kebiasaan di masa lalu tetap
bertahan sampai kini.Sikap primordial yang berlebihan disebut etnosentris. Jika sikap ini mewarnai
interaksi di masyarakat maka akan timbul konflik, karena setiap anggota masyarakat akan mengukur
keadaan atau situasi berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Sikap ini menghambat tejadinya integrasi
sosial atau integrasi bangsa.Primordialisme harus diimbangi tenggang rasa dan toleransi.

b. Stereotip Etnik
Interaksi sosial dalam masyarakat majemuk sering diwarnai dengan stereotip etnik yaitu
pandangan (image) umum suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lain (Horton & Hunt).Cara
pandang stereotip diterapkan tanpa pandang bulu terhadap semua anggota kelompok etnis yang
distereotipkan, tanpa memperhatikan adanya perbedaan yang bersifat individual.Stereotip etnis disalah
tafsirkan dengan menguniversalkan beberapa ciri khusus dari beberapa anggota kelompok etnis kepada
ciri khusus seluruh anggota etnis.
Dengan adanya beberapa orang dari sukubangsa A yang tidak berpendidikan formal atau
berpendidikan formal rendah, orang dari suku lain (B) menganggap semua orang dari sukubangsa A

11
berpendidikan rendah. Orang dari luar suku A menganggap suku bangsanya yang paling baik dengan
berpendidikan tinggi. Padahal anggapan itu bisa saja keliru karena tidak semua orang dari sukubangsa di
luar sukubangsa A berpendidikan tinggi, banyak orang dari luar sukubangsa A yang berpendidikan
rendah. Jika interaksi sosial diwarnai stereotip negatip, akan terjadi disintegrasi sosial. Orang akan
memberlakukan anggota kelompok etnis lain berdasarkan gambaran stereotip tersebut. Agar integrasi
sosial tidak rusak, setiap anggota masyarakat harus menyadari bahwa selain sukubangsa ada faktor lain
yang mempengaruhi sikap seseorang, yaitu pendidikan, pengalaman, pergaulan dengan kelompok lain,
wilayah tempat tinggal, usia dan kedewasaan jiwa.

c. Potensi Konflik
Ciri utama masyarakat majemuk (plural society) menurut Furnifall (1940) adalah kehidupan
masyarakatnya berkelompok-kelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi mereka (secara essensi)
terpisahkan oleh perbedaan-perbedaan identitas sosial yang melekat pada diri mereka masing-masing
serta tidak tergabungnya mereka dalam satu unit politik tertentu.
Mungkin pendekatan yang relevan untuk melihat persoalan masyarakat majemuk ini adalah
bahwa perbedaan kebudayaan atau agama memang potensial untuk mendestabilkan negara-bangsa.
Karena memang terdapat perbedaan dalam orientasi dan cara memandang kehidupan ini, sistem nilai yang
tidak sama, dan agama yang dianut masing-masing juga berlainan. Perbedaan di dalam dirinya melekat
(inherent) potensi pertentangan, suatu konflik yang tersembunyi (covert conflict). Namun demikian,
potensi itu tidak akan manifes untuk menjadi konflik terbuka bila faktor-faktor lain tidak ikut memicunya.
Dan dalam konteks persoalan itu nampaknya faktor ekonomi dan politik sangat signifikan dalam
mendorong termanifestasinya konflik yang tadinya tersembunyi menjadi terbuka.
Furnivall sendiri sudah mensinyalir bahwa konflik pada masyarakat majemuk Indonesia
menemukan sifatnya yang sangat tajam, karena di samping berbeda secara horisontal, kelompokkelompok
itu juga berbeda secara vertikal, menunjukkan adanya polarisasi.Artinya bahwa disamping terdiferensiasi
secara kelompok etnik agama dan ras juga ada ketimpangan dalam penguasaan dan pemilikan sarana
produksi dan kekayaan.Ada ras, etnik, atau penganut agama tertentu yang akses dan kontrolnya pada
sumber-sumber daya ekonomi lebih besar, sementara kelompok yang lainnya sangat kurang.Kemudian
juga, akses dan kontrol pada sektor politik yang bisa dijadikan instrumen untuk pemilikan dan
penguasaan sumber-sumber daya ekonomi, juga tidak menunjukkan adanya kesamaan bagi semua
kelompok.
Di Kalimantan Barat dan Tengah para perantau Madura yang beragama Islam setahap demi
setahap bisa menguasai jaringan produksi dan distribusi ekonomi.Demikian pula dengan orang-orang
Bugis-Makassar dan Buton yang umumnya beragama Islam di kawasan Timur Indonesia telah membuat

12
jaringan yang cukup luas dalam sektor ekonomi ini.Termasuk dalam kasus ini adalah orang-orang Cina
yang sebagian besar beragama non-Islam yang menguasai sebagian besar sarana dan aset produksi serta
jaringan distribusi di kota-kota besar dan menengah Indonesia.Ketika Orde Baru memegang tampuk
pemerintahan tampaknya ketimpangan ekonomi dan politik antar kelompok etnik dan ras ini tidak secara
sungguh-sungguh dicoba untuk dihapuskan. Malah pemihakan pada kelompok tertentu sangat kentara,
sementara kelompok yang lain mengalami proses marjinalisasi. Di sinilah polarisasi antar kelompok
masyarakat yang berbeda secara kultural dan agama itu menjadi semakin tajam.Di samping itu,
pemerintah dan masyarakat di daerah secara politik betul-betul lemah, tidak memiliki saluran institusional
yang memungkinkan kepentingan dan kebutuhan mereka dapat diakomodasi.Di sini sentralisme adalah
ciri utama sistem politik negara Orde Baru.
Memang selama rezim Orde Baru berkuasa konflik itu tidak banyak muncul, kalaupun terjadi
ledakannya tidak besar dan akan segera diredam secara represif. Namun pendekatan keamanan itu tidak
menghilangkan potensi konflik tersebut, karena akar persoalannya tidak dipecahkan.Hubungan antar
kelompok tetap dalam situasi ketegangan, menunggu momen untuk meledak. Karena itu, ketika rezim
Orde Baru mulai kehilangan legitimasi dan kemudian jatuh, konflik yang tadinya laten menjadi terbuka.
Hal ini dikarenakan, bahwa pengkotakan masyarakat hanya mampu menekan eskalasi konflik dan
disharmoni sosial dalam masyarakat, namun ia tidak mampu menghilangkan poensi-potensi konflik yang
telah lama dan masih terpendam dalam masyarakat. Konflik dan disharmoni sosial dapat muncul karena
mereka, kelompok-kelompok sosial tersebut tetap hidup berdampingan secara fisik dalam suatu
komunitas masyarakat.Pembenaran atas ketidaksamaan, pada hakekatnya adalah juga sebentuk
pembenaran terhadap adanya potensi potensi konflik dalam masyarakat yang pluralis.

d. Pembangunan di Indonesia
Pembanguanan di Indonesia sudah selayaknya berorientasi kepada budaya bangsa karena untuk
mencapai keselarasan harus memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa juga kondisi dunia yang semakin
mengglobal. Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan illmu pengetahuan serta teknologi, terutama
perkembangan Teknologi Informasi yang menjembatani percepatan proses globalisasi.
Globalisasi membawa dampak terhadap proses pembangunan Indonesia yaitu akan membawa
peralihan dari kehidupan tradisional-terisolasi menuju kehidupan modern dan terbuka. Proses globalisasi
bukan masalah sederhana bagi masyarakat Indonesia. Dampaknya, selain menuntut prilaku dan gaya
hidup modern, juga menuntut integritas pribadi, kinerja, dan produktifitas yang tinggi sebagai ciri
manusia yang modern.

Dampak globalisasi adalah terciptanya ketidakseimbangan antara kepentingan-kepentingan


Negara kaya dan industry besar disatu pihak dan kepentingan Negara berkembang dan rakyatnya dilain

13
pihak.Hal ini dapat menimbulkan prustasi dan munculnya berbagai akses aktibat globalisasi. Karena
globalisasi tidak dapat dihindari, respon yang baik untuk menyongsong globalisasi tersebut adalah
bagaimana masyarakat Indonesia dapat belajar dari Negara-negara maju ketika mereka merelokasi
modalnya di Negara dunia ketiga, sepert dengan ikut magang ataun praktek kerja dan bagaimana cara
mereka meningkatkan kompetensi, kinerja, dan produktifitas.

Ciri kualitas kehidupan masa kini:

1. Kualitas kehidupan global


2. Adanya kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Dunia yang menghadapi perdagangan pasar bebas (WTO) sebagai dampak lanjutan proses globalisasi
4. Menguatnya tekanan penduduk terhadap berbagai sendi kehudupan
5. Kehidupan Indonesia di masa sekarang nampaknya diwarnai pula oleh kecenderungan kapitalisme
media masa yang mengarah pada penelanjangan hak-hak privasi orang dalam mengekspresikan
kebebasannya.

Perangkat pembangunan yang memungkinkan bangsa Indonesia untuk membangun sebenarnya telah
dikonsepkan dalam susunan kesadaran setiap warga Negara Indonesia, yaitu bahwa bangsa kita
memiliki modal pembangunan Nasional yaitu:
· Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia
· Kedudukan geografi Indonesia yang memberi kondisi alamiah serta kedudukan dan peranan
strategi yang sangat tinggi nilainya · Sumber-sumber kekayaan alam
· Jumlah penduduk yang besar
· Modal rohaniah dan mental
· Modal budaya
· Potensi efektif bangsa atau prestasi pembangunan yang telah dicapai termasuk kekuatan sosial
politik
· TNI sebagai kekuatan HANKAM dan kekuatan sosial
Selain modal dasar, bangsa Indonesia juga memiliki wawasan dan keyakinan bahwa rakyat,
bangsa, Negara, dan seluruh wilayah Nusantara tempat hidupnya merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan yang kemudian kita kenal wawasan nusantara yaitu wawasan yang telah
memperkuat rasa kekeluargaan, kebersamaan, dan menyadari kebhinekaan sebagai kekayaan yang utuh
diantara rakyat Indonesia.

14
F. Pengertian Region

Terjemahan region ke dalam bahasa Indonesia menjadi wilayah, rasanya kurang tepat karena
banyak bidang studi lain yang menggunakan kata wilayah tetapi mempunyai pengertian yang berbeda.
Untuk memahami pengertian region sebaiknya Anda pahami terlebih dahulu mengenai perbedaan
pemahaman landschaft dan landscape sebagai inti pada studi geografi. Pemahaman landschaft pada
mulanya oleh Alfred Hettner di Jerman diartikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang
memiliki sifat fisis yang karakteristik sebagai suatu individualitas tertentu, yang dapat dibedakan dari
wilayah lain di sekitarnya. Kemudian konsep tersebut diperluas tidak hanya terbatas pada keadaan fisis
saja, melainkan juga termasuk tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusianya. Berbeda halnya dengan
pemahaman landscape di Amerika Serikat dan Britania saat itu. Konsep landscape berarti bentuk luar dari
permukaan bumi di bawah atmosfir, atau dapat disebut permukaan bumi. Pengertian landscape dapat
dipandang sebagai obyek material wilayah yang terbatas atau dapat dikatakan sebagai suatu bentangan
(bentang alam dan bentang budaya) saja seperti yang kita lihat dari hasil pemotretan foto udara.
Seolaholah tanpa memperhatikan unsurunsur interelasi-interaksi-integrasinya dalam ruang. Untuk
menghindarkan pengertian yang kabur terhadap kedua konsep tersebut maka menurut Sumaatmadja
(1988:42) digunakan konsep region.
Selanjutnya dalam Sumaatmadja dikatakan bahwa, “Region berarti suatu wilayah yang memiliki
karakteristik tertentu yang khas, yang membedakan diri dari region-region lain di sekitarnya”. Region ini
memiliki ukuran yang bervariasi, dapat meliputi wilayah yang sangat luas maupun wilayah terbatas.
Karakter terpenting yang harus dimilikinya yaitu terdapatnya homogenitas tertentu yang khas.
Karakteristik yang khas ini dapat berupa aspek fisis maupun aspek kultural. Dengan demikian, menurut
Dickinson (dalam Sumaatmadja, 1988), “Suatu region adalah suatu komplek keruangan atau komplek
teritorial yang terdiri dari penyebaran gejala-gejala yang berbeda sesamanya, yang mengungkapkan suatu
keseluruhan aspek tertentu sebagai ruang geografi”. Sifat karakteristik sebagai suatu keseluruhan wilayah
geografi pada studi geografi digambarkan sebagaisuatu pengertian geografi yang dikenal sebagai konsep
regional.

15
Pembagian region dalam geografi dapat meliputi region berdasarkan unsur fisis misalnya region
geologi (geological region), regio jenis tanah (soil region), region iklim (climatic region), region vegetasi
(vegetation region), dan region berdasarkan aspek budaya seperti region bahasa (linguistic region), region
ekonomi (economic region), region sejarah (historical region), dan sebagainya. Dari pengertian di atas,
region dapat pula dibedakan sebagai berikut :
1) Pengertian internasional: region dapat meliputi beberapa negara yang mempunyai kesatuan alam
dan kesatuan manusia, misalnya : wilayah Asia Tenggara, wilayah Asia Timur, wilayah Amerika Utara,
Amerika Latin, Eropa Barat, Eropa Timur dan sebagainya.

2) Pengertian nasional: region merupakan sebagian dari negara, tetapi bagian tersebut mempunyai
kesatuan alam dan kesatuan manusia, misalnya: pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, dataran tinggi
Bandung dan sebagainya. Berkaitan dengan pengertian region adapula yang disebut kawasan, yaitu
bagian dari region yang digunakan untuk suatu fungsi tertentu, misalnya di pedesaan terdapat kawasan
perkampungan, kawasan pertanian, kawasan kehutanan. Demikian pula di perkotaan terdapat kawasan
permukiman, kawasan perkantoran, kawasan perniagaan, kawasan industri, kawasan rekreasi dsb.

Bentuk-bentuk Region:
Region dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu region formal (formal
region) dan region fungsional (functional region) atau disebut juga nodal. Apa
yang dimaksud dengan region formal dan region fungsional, secara lebih rinci akan
diuraikan sebagai berikut.

1) Region Formal
Region formal disebut juga region uniform dan bersifat statis, yaitu suatu wilayah yang
dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan termasuk kedalamnya kenampakan fisik muka bumi, iklim,
vegetasi, tanah, bentuk lahan, penggunaan lahan dsb.
Anda dapat membagi bentuk permukaan bumi berdasarkan topografi (tinggi-rendah) nya, misalnya
menjadi wilayah pegunungan (wilayah inimerupakan kesatuan kenampakan yang sama yaitu bentuk
bergunung-gunung, sejauh kenampakan muka bumi bergunung itu masih terkait atau retif sama, maka
sejauh atau seluas itu pula wilayah pegunungan tersebut). Demikian pula untuk dataran tinggi atau
dataran rendah.
Berdasarkan iklim, permukaan bumi dapat Anda kelompokkan menjadi tiga wilayah iklim, yaitu
wilayah iklim tropis dimana daerah ini rentangannya diantara 23½ºLU sampai 23½ºLS, wilayah iklim
Sedang yang rentangannya diantara 23½ºLU dan 23½ºLS sampai 66½ºLU dan 66 ½ºLS, dan wilayah
iklim Dingin atau Kutub yang rentangannya diantara 66½ºLU dan 66 ½ºLS sampai 90º LU dan 90º LS.

16
Pembagian tersebut hanya berdasarkan salah satu unsur iklim saja yaitu unsur suhu. Sementara jika
kriterianya lebih dari satu misalnya suhu dan curah hujan maka pengelompokkannya akan lebih beragam
lagi. Sebagai contoh karena di wilayah Indonesia terdapat suatu tempat yang memiliki ketinggian
mencapai 5000 meter dpl. maka sekalipun di wilayah tropis, tetapi juga memiliki salju seperti di wilayah
iklim sedang atau dingin. Contoh lainnya iklim mediteran di laut tengah ternyata terdapat pula di wilayah
negara bagian California Amerika Serikat dsb. Sehingga wilayah iklim dapat pula terpisah-pisah.

Gambar : Peta Wilayah Iklim di Dunia

Region dapat ditandai pula oleh bentuk-bentuk kenampakan lahan dengan pola umum
dari aktivitas pertanian, industri, pemukiman, perkebunan atau bentuk lahan lain yang relalif
tetap seperti lembah sungai yang dibatasi oleh daerah alirannya.
Berdasarkan vegetasi atau penggunaan lahan, maka Anda akan menyaksikan
wilayahwilayah dapat Anda sebut sebagai wilayah perkebunan, wilayah pertanian sawah,
wilayah pertanian kering, wilayah kehutanan. Mungkin saja tidak sepenuhnya di wilayah
tersebut bertani sawah, tetapi terdapat pula atau diselingi dengan jenis pertanian lainnya
misalnya pertanian kering, perkampungan atau permukiman, tetapi karena pertanian sawah
sangat dominan atau keseragaman sawah sangat menonjol, maka wilayah tersebut dapat Anda
katakan wilayah pertanian sawah. Demikian pula untuk wilayah penggunaan lahan lainnya. Bila
pada suatu tempat industri lebih dominan maka dapat Anda katakan wilayah tersebut sebagai
wilayah industri dsb. Gambar berikut ini, Anda dapat menunjukkan wilayah-wilayah di
permukaan bumi berdasarkan persebaran vegetasinya.

17
Gambar: Peta Wilayah Vegetasi Dunia

Region formal berdasarkan kenampakan budaya, misalnya di Jawa Barat dapat Anda
bedakan antara Wilayah Parahyangan dengan Wilayah Pantura (Pantai Utara Jawa). Pada kedua
contoh region ini kita dapat membedakan bagaimana karakter masyarakatnya yang berbeda, baik
dari aspek budaya maupun kehidupan sosialnya.
Pembagian wilayah secara politik atau administratif pun dapat Anda kelompokkan
menjadi wilayah formal, misalnya negara, propinsi, kabupaten atau kecamatan dan seterusnya.
Kadangkala wilayah berdasarkan kriteria tertentu dapat melampaui batas-batas politis tadi,
misalnya kebudayaan (dunia) Arab wilayahnya tidak terbatas pada negara-negara Arab yang
terdapat di Asia Barat Daya saja, tetapi membentang hingga ke Afrika Utara, demikian pula
kebudayaan atau dunia Cina dan sebagainya.
Di kota besar pun Anda dapat menjumpai misalnya daerah atau kawasan pusat
perniagaan yang disebut dengan Central Bussiness District (CBD), zone permukiman, zone
pinggiran kota, zona perindustrian dan sebagainya. Ini semua merupakan contoh lain dari region
formal.

2. . Region Fungsional
Region fungsional disebut juga region nodal. Region fungsional bersifat dinamis
daibandingkan dengan region formal, yaitu ditandai oleh adanya gerakan dari dan ke pusat. Pusat

18
tersebut disebut sebagai node. Sejauh mana node dapat menarik daerah sekitarnya sehingga
tercipta interaksi maksimal, maka sejauh itulah batas region nodalnya.
Contoh sederhana dapat Anda amati pada masyarakat tradisional atau praindustri,
dimana pada pusat perkampungan penduduk dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
Lahan pedesaan dapat menyediakan berbagai kebutuhan penduduk seperti makanan, nahan bakar
dan pakaian sederhana. Perkampungan merupakan pusat tempat dibuatnya berbagai keputusan
yang menyangkut kehidupan warga kampung, dan perkampungan pun merupakan pusat
pergerakan manusia atau penduduk kampung dan hewan sebagai alat bantu pembajakan lahan
pertaniannya ke lahan pertanian setiap pagi dan pulang di siang atau sore harinya.
Pada masyarakat maju, jumlah penduduk lebih banyak dan menyebar. Lokasi pasar,
sekolah, pusat kesehatan umumnya terkonsentrasi dalam satu tempat tertentu. Tempat tertentu
tersebut merupakan region nodalnya. Para petani menjual hasil panennya di pasar, anak-anak ke
sekolah, ibu-ibu berbelanja ke wilayah pusat perbelanjaan, para karyawan pabrik pergi setiap
hari kerja ke wilayah pusat industri.
Suatu region nodal terdapat empat unsur penting sebagai berikut :
1) adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia;
2) adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara terorganisir;
3) adanya wilayah yang makin meluas;
4) adanya jaring-jaring rute tempat tukar menukar berlangsung.
Pada region nodal terdapat fungsi suatu tempat sebagai sirkulasi. Pada wilayah tersebut
terdapat aktivitas yang diorganisir dan umumnya bersifat lebih dinamis seperti gerakan orang,
barang, berita atau pesan. Karena itu dalam region nodal meliputi wilayah di sekitar titik pusat.
Region formal tidak perlu memiliki core (inti), walaupun dalam beberapa hal memiliki
heartland area (wilayah jantung). Heartland area adalah daerah yang kenampakkan dari suatu
kriteria tertentu sangat jelas kenampakkannya.

19
Gambar : Perbandingan Region Formal dan Region Nodal

Gambar sebelah kiri di atas, menunjukkan yang menjadi inti pada region uniform/formal
adalah daerah yang hampir seluruhnya (>75%) digunakan untuk pertanian padi, sedangkan
wilayah sekitar inti (periphery) dominasi pertanian padi mencapai 50 – 75%, sedangkan daerah
yang pertanian padinya sekitar 25% saja tidak termasuk ke dalam region yang mempunyai
keseragaman dalam hal membudidayakan tanaman padi.
Sementara itu pada gambar sebelah kanan di atas, menunjukkan sebuah region nodal yang
dimana garis yang menghubungkan pusat dengan daerah sekitarnya dapat diartikan terjadinya
sebuah gerakan penduduk dari pedesaan ke kota atau sebaliknya untuk berbagai kepentingan,
misalnya membawa dan menjual hasil-hasil pertanian atau berbelanja.
Pusat kegiatan berkembang karena adanya kebutuhan manusia, baik kebutuhan biologis
maupun kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut sangat beragam dan tidak seluruhnya dapat
dipenuhi oleh produksi sendiri. Karena itu manusia membutuhkan manusia lain. Contoh petani
menghasilkan padi, akan tetapi mereka juga membutuhkan pakaian, barang bangunan dan
kebutuhan lainnya. Mereka perlu kerjasama atau saling tukar menukar barang dengan aorang lain
yang berbeda produksinya. Timbulah pertukaran atau proses jual beli pada masyarakat modern.
Tempat jual beli itu umumnya tempat-tempat yang dapat dengan mudah dijangkau dari berbagai
tempat. Dalam proses ineraksi itu ada berbagai aturan, dimana baik sipenjual maupun si pembeli
harus sepakat dan mematuhinya, sehinga terjadi kepuasan berbagai pihak. Dengan demikian
dalam region nodal tidak hanya terlibat sejumlah orang tetapi juga barang, jasa, transportasi dan
berbagai aturan sehingga membentuk suatu sistem yang saling menunjang. Misalnya, Kota
Cirebon di Jawa Barat merupakan suatu wilayah pertemuan lalu lintas darat antara wilayah

20
timur ke arah Jakarta atau ke arah Bandung, daerah ini akan sangat terasa sekali pada saat
menjelang dan sesudah hari raya idul fitri dengan arus lalu lintas yang padat dan macet. Wilayah
tersebut dinamakan wilayah fungsional (nodal) bagi pengendalian kelancaran arus lalu lintas.
Luas wilayah fungsional dapat saja lebih luas dari pada wilayah formal, misalnya
wilayah Bopuncur yaitu wilayah Bogor, Puncak, dan Cianjur yang merupakan wilayahfungsional
yang berfungsi sebagai daerah konservasi. Wilayah cekungan sedimen tersier di pulau Sumatera
merupakan wilayah fungsional karena memiliki cadangan minyak terbesar di Indonesia. Wilayah
hutan tropika merupakan wilayah fungsional karena berfungsi sebagai paru-paru dunia. Wilayah
Ujung Kulon merupakan wilayah fungsional bagi perlindungan satwa langka tropika seperti
badak bercula satu.

21
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

 Istilah masyarakat Indonesia majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam
bukunya Netherlands India : A Study of Plural Economy (1967), untuk menggambarkan
kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit
bersatu dalam satu kesatuan sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan
oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal.
 Faktor yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut : a.
Keadaan geografi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan.
b. Letak Indonesia diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua Asia.
c. Iklim yang berbeda serta struktur tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini merupakan
faktor yang menciptakan kemajemukan regional.
 Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan agama, ras dan suku bangsa dapat dibagi
atas pengaruh positif dan negatif.Pengaruh positifnya adalah terdapat keanekaragaman budaya yang
terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa.Pengaruh negatif, munculnya sikap
primordial (primordialisme) yang berlebihan yang mewarnai interaksi sosial sehingga muncul
disintegrasi atau konflik sosial.
 Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan agama, ras dan suku bangsa dapat dibagi
atas pengaruh positif dan negatif.Pengaruh positifnya adalah terdapat keanekaragaman budaya yang
terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa.Pengaruh negatif, munculnya sikap
primordial (primordialisme) yang berlebihan yang mewarnai interaksi sosial sehingga muncul
disintegrasi atau konflik sosial.
 Menurut Dickinson (dalam Sumaatmadja, 1988), “Suatu region adalah suatu komplek keruangan
atau komplek teritorial yang terdiri dari penyebaran gejala-gejala yang berbeda sesamanya, yang
mengungkapkan suatu keseluruhan aspek tertentu sebagai ruang geografi”.
 Region dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu region formal (formal region) dan region
fungsional (functional region) atau disebut juga nodal.

22
B. Saran
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka idiom yang harus lebih
diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal
Ika.Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa
ini berbeda-beda dalam satu kemajemukan.
Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna
tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk senantiasa menciptakan dan menyukai
keselarasan dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi.
Maka, Indonesia Baru yang kita ciptakan itu, hendaknya ditegakkan dengan menggeser perbedaan yang
ada dengan mengedepankan keBhinnekaan sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan sampai kita
salah langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) .Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan
Teknologi.Bandung : Yasindo Multi Aspek
Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi.(2007). Perspektif Sosial Budaya. Bandung:
UPI PRESS
Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) .perkembangan masyarakat dan Budaya. Bandung : UPI
PRESS
Kuswanto dan Bambang Siswanto.(2003). Sosiologi. Solo: Tiga Serangka
Cece Rahmat, Nandang Budiman, dan Nenden Ineu Herawati. (2006). Psikologi
Pendidikan.
Bandung : UPI PRESS

Diakses Melaui :

http://sriwildaningsih22.blogspot.com/2017/10/makalah-kemajemukan-agama-ras-dan-etnik.html?m=1

Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Bandung : PT. Alumni.
_______.1981. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : PT. Alumni.
_______. (1982). Geografi Kesejarahan. Jilid 1 dan 2. Bandung : Alumni.
Freeman, Otis W. 1959. Essentials of Geography. New York : Mc Graw-Hill Book
Company. Inc.
Kamil Pasya, G. 2002. Geografi: Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bandung:
Buana Nusantara.
Sandy, I. Made. 1985. Geografi Regional Indonesia. Jakarta: Puri Margasari.
Singh, Mahindar Santokh. 1985. Perkembangan Pemikiran Geografi. Pulau Pinang
: Universitet Sains Malaysia.

24

Anda mungkin juga menyukai