Anda di halaman 1dari 21

KLIPING

Pluralitas Sosial

Disusun Oleh :

M.Reyhan Miyuza

Kls VIII.5

SMPN 5 PADANG PANJANG


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan tugas makalah Ilimu Pengetahuan Sosial yang berjudul
“PLURALITAS SOSIAL” tepat pada waktunya.
            Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
            Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin

Padang Panjang,15 November 2022

                                                                                                             PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.    Latar Belakang................................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C.     Batasan Masalah............................................................................................. 1
D.    Tujuan.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A.    Pengertian Pluralitas Sosial............................................................................. 2
B.    Struktur pluralitas............................................................................................ 2
C.    Makna Pluralisme dan Pluralistik.................................................................... 4
D.   Pluralisme sebagai akar Masalah terjadinya Konflik....................................... 6
E.    Pengertian pluralitas Agama, Budaya, Suku Bangsa, dan Pekerjaan...............8
F.    Pluralisme sebagai akar Masalah terjadinya Konflik..................................... 15
E.    Dampak positif dan negative pluralitas Agama, Budaya, Suku Bangsa, dan
Pekerjaan............................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP............................................................................................... 18
A.    Kesimpulan.....................................................................................................18
B.     Saran..............................................................................................................18
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
       Indonesia adalah Negara yang memiliki ratusan plural kebudayaan yang
tersebar hampir  diseluruh penjuru bangsa. Dalam hal ini, kita akan membahas
dan memahami adanya pluralitas budaya yang bermacam-macam. Namun yang
harus kita ketahui, pluralitas kebudayaan juga terkadang menjadi konflik karena
kesalahpahaman. Oleh sebab itu keutuhan bangsa harus tetap dijaga dan dibina
dengan baik.
       Dan juga kita sebagai bangsa Indonesia harus tahu lebih awal dampak positif
ataupun negatif dari keberagaman budaya di Indonesia. Kebudayaan merupakan
sesuatu yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat-
istiadat, kesanggupan, serta kebiyasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
B.  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kita akan membahas masalah-masalah :
1. Apa yang dimaksud dengan pluralitas?
2. Apa saja struktur pluralitas?
3. Makna Pluralisme dan Pluralistik ?
4. Mengapa Pluralisme sebagai akar Masalah terjadinya Konflik ?
5. Apa pengertian pluralitas Agama, Budaya, Suku Bangsa, dan Pekerjaan?
6. Apa saja perbedaan agama,budaya, Suku Bangsa, dan Pekerjaan?
7. Apa saja dampak positif dan negative pluralitas Agama, Budaya, Suku
Bangsa, dan Pekerjaan?
C. Tujuan Dan Manfaat  Penulisan Makalah
       Dalam tujuan pembuatan makalah ini di maksudkan untuk memnjawab pokok
permasalahan pada pembahasan rumusan masalah diatas. Makalah ini juga
bermanfaat bagi kita semua, karena dengan adanya makalah ini, kita semua dapat
belajar bersama tentang topik pluralisme.        

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pluralitas
       Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius. Beberapa
agama dan kepercayaan dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia.
Indonesia  juga memiliki banyak suku bangsa. Itulah sebabnya Indonesia kaya
dengan budaya atau adat isitiadat. Kondisi geografis dan sosial Indonesia juga
memengaruhi berbagai kegiatan ekonomi masyarakat. Karena itu dapat ditemukan
berbagai pekerjaan masyarakat Indonesia di berbagai tempat. Kekayaan dan
keanekaragaman masyarakat Indonesia baik suku, agama, ras,  pekerjaan dan lain-
lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia itu bersifat plural.
Kata “plural” berasal dari Bahasa Inggris yang artinya “jamak”, sedangkan
“pluralitas” berarti “kemajemukan”.
       Pluralitas masyarakat Indonesia memiliki arti yang sama dengan
kemajemukan masyarakat Indonesia. Selain istilah pluralitas, istilah lain yang
berhubungan dengan keragaman, yakni multikultural. multikultural berasal dari
kata multi yang berarti banyak (lebih dari dua) dan culture yang berarti
kebudayaan. Masyarakat multikultural adalalah masyarakat yang memiliki banyak
(lebih dari dua) kebudayaan. Masyarakat multikultural tersusun atas berbagai
budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya kestabilan kehidupan
masyarakat pendukungnya. Keragaman budaya tersebut berfungsi untuk
mempertahankan identitas dan integrasi sosial masyarakatnya.
B.     Struktur Pluralitas
       Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yaitu secara
horizontal dan vertikal. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya
kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa,
perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertikal
struktur Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara
lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
       Perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat dan
kedaerahan sering kali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat
majemuk. Menurut Furnival, suatu masyarakat majemuk (Plural Society) yakni

2
suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-
sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu kesatuan politik.
       Sebagai masyarakat majemuk masyarakat Indonesia disebut sebagai suatu
tipe masyarakat daerah tropis dimana mereka yang berkuasa dan mereka yang
dikuasai memiliki perbedaan ras.
       Di dalam kehidupan politik, tanda paling jelas dari masyarakat indonesia
yang bersifat majemuk itu adalah tidak adanya kehendak bersama (Common
Will).
       Menurut Van den Berghe ada beberapa karakteristik sebagai sifat-sifat dasar
dari suatu masyarakat majemuk yakni:
·         Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok yang sering kali memiliki
sub kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
·         Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang
bersifat non komplementer.
·         Secara relative seing kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang
satu dengan yang lain.
·         Secara relative integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
       Suatu masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan masyarakat yang
memiliki unit-unit kekeraatan. Akan tetapi sekaligus juga tidak dapat disamakan
dengan masyarakat yang memiliki diferensiasi yang tinggi. Suatu masyarakat
yang terbagi-bagi kedalam berbagai kelompok berdasarkan garis keturunan, akan
tetapi memiliki struktur kelembagaan yang berrsifat homogeneus.
       Di dalam arti yang demikian itulah, maka masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat yang bersifat majemuk. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
pluralitas masyarakat Indonesia yang demikian terjadi: Keadaan geografis yang
membagi wilayah Indonesia kurang lebih 12.637 pulau yang tersebar di suatu
daerah ekuator sepanjang kurang lebih 3000 mil dari timur ke barat dan lebih
1000 mil dari utara ke selatan, merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya
terhadap terciptanya suku bangsa Indonesia.

3
C.     Makna Pluralisme Dan Pluralistik
        Makna Pluralisme
Pluralisme berasal dari kata plural yang berarti banyak, adalah suatu faham yang
mengakui bahwa terdapat berbagai faham atau entitas yang tidak tergantung yang
satu dari yang lain. Masing-masing faham atau entitas berdiri sendiri tidak terikat
satu sama lain, sehingga tidak perlu adanya substansi pengganti yang
mensubstitusi faham-faham atau berbagai entitas tersebut. Salah satu contoh misal
di Indonesia terdapat ratusan suku bangsa. Menurut faham pluralisme setiap suku
bangsa dibiarkan berdiri sendiri lepas yang satu dari yang lain, tidak perlu adanya
substansi lain, misal yang namanya bangsa, yang mereduksi eksistensi suku-suku
bangsa tersebut.
       Faham pluralisme melahirkan faham individualisme yang mengakui bahwa
setiap individu berdiri sendiri lepas dari individu yang lain. Faham individualisme
ini mengakui adanya perbedaan individual atau yang biasa disebut individual
differences. Setiap individu memiliki cirinya masing-masing yang harus dihormati
dan dihargai seperti apa adanya. Faham individualisme ini yang melahirkan faham
liberalisme, bahwa manusia terlahir di dunia dikaruniai kebebasan. Hanya dengan
kebebasan ini maka harkat dan martabat individu dapat didudukkan dengan
semestinya. Trilogi faham pluralisme, individualisme dan liberalisme inilah yang
melahirkan sistem demokrasi dalam sistem pemerintahan utamanya di Negara
Barat.
      Makna Pluralistik
       Pluralitas adalah sifat atau kualitas yang menggambarkan keanekaragaman;
suatu pengakuan bahwa alam semesta tercipta dalam keaneka ragaman. Sebagai
contoh bangsa
Indonesia mengakui bahwa Negara-bangsa Indonesia bersifat pluralistik, beraneka
ragam ditinjau dari suku-bangsanya, adat budayanya, bahasa ibunya, agama yang
dipeluknya, dan sebagainya. Hal ini merupakan suatu kenyataan atau keniscayaan
dalam kehidupan bangsa Indonesia. Keaneka ragaman ini harus didudukkan
secara proporsional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, harus dinilai
sebagai asset bangsa, bukan sebagai faktor penghalang kemajuan. Perlu kita
cermati bahwa pluralitas ini merupakan sunnatullah.

4
       Pola sikap bangsa Indonesia dalam menghadapi keaneka-ragaman ini
berdasar pada suatu sesanti atau adagium “Bhinneka Tunggal Ika,” yang
bermakna beraneka tetapi satu, yang hampir sama dengan motto  yang dipegang
oleh bangsa Amerika, yakni “e pluribus unum.” Sesanti ini berasal dari karya mPu
Tantular, yang terdapat dalam kakawin Sutasoma pada abad 14, dan telah
dikukuhkan menjadi semboyan dalam Lambang Negara yang tercantum dalam
Perubahan UUD 1945 dan tertera dalam pasal 36a. Dalam menerapkan pluralitas
dalam kehidupan, bangsa Indonesia mengacu pada prinsip yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945, bahwa yang diutamakan adalah kepentingan bangsa
bukan kepentingan individu, berikut frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945:
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa;
Bahwa kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa Indonesia, supaya rakyat
dapat berkehidupan kebangsaan yang bebas;
Bahwa salah satu misi Negara-bangsa Indonesia adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa;
Bahwa salah satu dasar Negara Indonesia adalah Persatuan Indonesia, yang
tiada lain merupakan wawasan kebangsaan.
Bahwa yang ingin diwujudkan dengan berdirinya Negara-bangsa Indonesia
adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
       Dari frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut jelas
bahwa prinsip kebangsaan mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
bangsa Indonesia. Istilah individu atau konsep individualisme tidak terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan kata lain bahwa pluralistik yang
diterapkan di Indonesia tidak berdasar pada individualisme dan liberalisme.
       Pluralitas atau pluralistik tidak merupakan suatu faham, isme atau keyakinan
yang bersifat mutlak. Untuk itu tidak perlu dikembangkan ritual-ritual tertentu
seperti halnya agama. Pluralistik yang diambil oleh bangsa Indonesia sebagai
salah satu prinsip dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
     Pluralistik mengandung pengertian bahwa dalam kehidupan bersama dilandasi
oleh sikap inklusif, yang bermakna bahwa dalam berhubungan dengan pihak lain

5
tidak bersikap menang-nya sendiri, bahwa pendapatnya tidak mesti yang paling
benar, tidak meremehkan pendapat pihak lain.
     Sikap pluralistik tidak bersifat sektarian dan eksklusif yang terlalu
membanggakan kelompoknya sendiri dan tidak memperhitungkan kelompok lain.
Sebagai akibat berkembang sikap curiga, cemburu dan berlangsung persaingan
yang kurang sehat.
     Sikap pluralistik tidak bersifat formalistik belaka, yang hanya menunjukkan
perilaku semu. Sikap pluralistik dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai
dan saling hormat menghormati. Bahkan harus didasari oleh rasa kasih sayang
sehingga dapat mempersatukan keanekaragaman dalam kerukunan.
     Sikap pluralistik mengarah pada tindakan konvergen bukan divergen. Sikap
pluralistik mencari common denominator atau de grootste gemene deeler dan de
kleinste gemene veelvoud dari keanekaragaman sebagai common platform dalam
bersikap dan bertingkah laku bersama.
     Sikap pluralistik tidak bersifat ekspansif, sehingga lebih mementingkan kualitas
dari pada kuantitas.
     Bersikap toleran, memahami pihak lain serta menghormati dan menghargai
pandangan pihak lain
     Sikap pluralistik tidak menyentuh hal-hal yang bersifat sensitif pada pihak lain.
     Sikap pluralistik bersifat akomodatif dilandasi oleh kedewasaan dan
pengendalian diri secara prima. Sikap pluralistik bersifat sportif, berani mengakui
keunggulan dan kelemahan diri dan mitra kerja atau mitra bertanding.
     Sikap pluralistik menghindari sikap ekstrimitas, mengmbangkan sikap moderat,
berimbang dan proporsional.
D.     Pluralisme Sebagai Akar Masalah Terjadinya Konflik
       Pluralisme tidak dapat dilepaskan dari faham penyerta yakni individualisme
dan liberalisme. Individualisme adalah faham yang terlalu mengagungkan
kepentingan pribadi dari pada kepentingan golongan. Sedang liberalisme memuja
kebebasan dengan menerapkan prinsip persaingan yang bebas. Penerapan kedua
faham tersebut tanpa kendali pasti akan memicu terjadinya perebutan kepentingan
yang bermuara pada konflik. Pertentangan atau konflik  dapat terjadi antar
individu, antara individu dengan kelompok, antar kelompok, maupun antara

6
individu, kelompok dan negara-bangsa, maupun antara kepentingan pemerintah
pusat dan daerah.
       Meskipun demikian bila kita telaah lebih dalam akar masalah terjadinya
konflik adalah perilaku yang kurang adil yang memicu ketidak puasan
masyarakat, atau sebagian masyarakat yang bermuara pada konflik. Sebagai
contoh misalnya mengenai Undang-undang tentang pornografi, terjadi perbedaan
kepentingan antara individu, kelompok tertentu dan negara-bangsa, sehingga pada
waktu penyusunan undang-undang tentang pornografi mengalami situasi konflik
yang berkepanjangan. Masing-masing pihak berargumentasi sesuai dengan
kepentingannya. Dalam mencari solusi mengenai konflik semacam ini maka perlu
adanya suatu acuan baku. Misal bahwa segala peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia harus merupakan penjabaran dari prinsip dan nilai yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Segala perturan perundang-undangan
diterbitkan demi kepentingan seluruh rakyat, bukan kepentingan sekelompok
masyarakat. Inilah acuan kritik terhadap segala produk hukum yang berlaku di
Indonesia.
       Salah satu contoh banyak Peraturan Daerah yang menyimpang dari prinsip
yang terkandung dalam Pancasila, misal bernuansa keagamaan tertentu atau
kedaerahan tertentu. yang harus diluruskan. Sementara itu prinsip bhinneka
tunggal ika harus diacu dalam menetapkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia yang sangat pluralistik. Sesuai dengan ketentuan yang
terdapat dalam Undang-undang No.10 tahun 2004, bahwa setiap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia di antaranhya harus berdasar:
     Asas kebangsaan, bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan sifat Negara yang berbhinneka tunggal ika, pluralistik dalam
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
     Asas bhinneka tunggal ika, bahwa materi muatan peraturan perundang-
undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, golongan,
kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah
sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
       Perlu kita cermati bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa bukan agama, apalagi
suatu agama tertentu. Ketuhaan Yang Maha Esa adalah suatu konsep religiositas

7
yang mengakui adanya zat gaib tertentu yang diibadati masyarakat sesuai dengan
keyakinan masing-masing.
Pancasila berpandangan bahwa Tuhan adalah sebagai prima causa , sebagai
pencipta segala alam semesta, pemelihara dan pengatur alam semesta, menyantuni
segala keperluan ciptaanNya. Maka manusia wajib bertakwa dan beribadah
kepada Tuhan. Manusia wajib mensyukuri segala nikmat karunia Tuhan dan
menyabari segala ujianNya. Religiositas Pancasila terjabar dalam prinsip
“Ketuhanan Yang Maha Esa.” Adapun prinsip yang terkandung dalam Pancasila
ialah:
      Pengakuan adanya berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa;
      Setiap individu bebas memeluk agamanya dan kepercayaannya;
      Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada pihak lain;
      Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing;
      Saling hormat-menghormati antar pemeluk agama dan kepercayaan;
      Saling menghargai terhadap keyakinan yang dianut oleh pihak lain;
      Beribadat sesuai dengan keyakinan agama yang dipeluknya, tanpa mengganggu
kebebasan beribadat bagi pemeluk keyakinan lain;
      Dalam melaksanakan peribadatan tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban
umum.
E.     Pluralitas agama, Budaya, Suku Bangsa, dan Pekerjaan
1. Pengertian Pluralitas agama, Budaya, Suku Bangsa, dan Pekerjaan
     Pengertian Pluralitas Agama
          Pluralisme Agama (Religious  Pluralism) adalah istilah khusus dalam kajian
agama-agama. Sebagai ‘terminologi  khusus’, istilah ini tidak dapat dimaknai
sembarangan, misalnya disamakan dengan makna istilah ‘toleransi’, ‘saling
menghormati’ (mutual  respect), dan sebagainya. Sebagai satu paham (isme), yang
membahas cara pandang terhadap  agama-agama yang ada, istilah ‘Pluralisme
Agama’ telah menjadi pembahasan panjang di kalangan para ilmuwan dalam studi
agama agama (religious studies).
     Pengertian Pluralitas Budaya

8
          Pluralitas budaya sering disamakan dengan istilah multikulturalisme, dua
istilah tersebut memang memiliki makna yang mirip.Akan tetapi,
multikulturalisme merupakan paham atau ideology yang menganjurkan
masyarakat untuk menerima dan menganggap keanekaragaman budaya adalah hal
yang ada dalam suatu wilayah.Ada pula istilah pluralitas kebudayaan. Menurut
Koentjaraningrat, pluralism kebudayaan adalah dua macam tradisi kebudayaan
atau lebih yang  membagi masyarakat kedalam golongan sosial yang berbeda-
beda.
          Menurut E. B. Y. Tylor kebudayaan merupakan sesuatu yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum adat istiadat kesanggupan,
serta kebiasaannya, maka dengan adanya pluralitas budaya dalam suatu negara
diperlukan nilai dan norma budaya untuk mengatur unsur-unsur yang mencakup
dalam kebudayaan tersebut.
     Pengertian Pluralitas Suku Bangsa
          Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan-
golongan sosial lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan
umum yang berkaitan dengan asal usul, tempat asal, serta kebudayaannya.
      Suku bangsa merupakan suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran
dan identitas akan kesatuan kebudayaan.
      Suku bangsa merupakan gabungan sosial yang dibedakan dari golongan-
golongan sosial karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan
dengan asal usul dan tempat asal serta kebudayaan.
      Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa berarti sekelompok manusia yang
memiliki kesatuan budaya dan terikat oleh kesadaran dan identitas tersebut.
Kesadaran dan identitas biasanya dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
                  Pengertian Pluralitas Pekerjaan
          Salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok sosial dan mungkin
merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu
pengetahuan,masyarakat ,perkembangan ekonomi.
2. Perbedaan Pluralitas agama, Budaya, Suku Bangsa, dan Pekerjaan
                  Perbedaan Pluralitas Agama

9
          Masyarakat Indonesia menganut berbagai agama. Terdapat enam agama
yang dianut oleh masyarakat Indonesia, yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen
Katolik, Hindu, Buddha, Konghuchu. Meskipun terdapat perbedaan agama kita
hendaknya saling menghargai dan menghormati antar pemeluknya.
a)    Agama Islam
          Terdapat tiga teori mengenai proses masuknya agama Islam ke Indonesia.
Yaitu teori Mekkah, Persia dan Gujarat. Menurut teori Mekkah, Islam dibawa ke
Indonesia sekitar abad ke-7 oleh para pedagang arab. Berdasarkan teori ini, bukti
yang mendukung adalah adanya permukiman Islam tahun 674 masehi di Baros,
pantai sebelah barat Sumatera. Adapun  menurut teori Persia, Islam dibawa masuk
ke Indonesia oleh orang-orang Persia sekitar abad 13. Menurut teori Gujarat,
Islam dibawa ke Indonesia oleh pedagang Islam Gujarat, India, sekitar abad 13.
Berdasarkan teori ini, buktinya adalah batu nisan Sultan Malik al-Shaleh (sultan
Samudra Pasai) yang bercorak Gujarat dan tulisan Marcopolo yang menyatakan
bahwa ia mendapati banyak  penduduk di Perlak (Peureula), Aceh Timur, yang
beragama Islam serta peran  pedagang India dalam penyebaran agama tersebut.
Pemeluk agama Islam pada tahun 2010 tercatat sebanyak 207,2 juta  jiwa atau
87,2% dari seluruh penduduk Indonesia. Banyaknya agama Islam di Indonesia
tidak lepas dari keberadaan kerajaan-kerajaan islam terdahulu. Adapun sejumlah
hari besar yang dimiliki oleh umat islam yakni :
1) Idulfitri
2) Iduladha
3) Tahun baru Islam pada tanggal 1 Muharam
4) Isra Mi’raj
5) Maulid Nabi
b)   Agama Hindu
          Menurut catatan sejarah, agama Hindu sudah masuk ke Indonesia sejak
sebelum abad ke- 5 masehi. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti
Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Agama Hindu berasal dari India. Terdapat 4
teori mengenai masuknya agama Hindu ke Indonesia, yaitu teori Brahmana,
Ksatria, Waisya dan Arus Balik.
  Teori Brahmana

10
       Teori ini diungkap oleh Jc.Van Leur. Dia mengatakan bahwa kebudayaan
Hindu India yang menyebar ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana.
Pendapatnya itu didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada
prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa.
Karena hanya golongan Brahmanalah yang menguasai bahasa dan huruf itu maka
sangat jelas di sini adanya peran Brahmana.
Teori Ksatria
       Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu yang
dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu:

      C. C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang turut menyebarkan


kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat
konflik dalam masalah  perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang
diberikan oleh  para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah
satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas
kemenangan itu, ada di antara mereka yang kemudian dinikahkan dengan salah
satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya
itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu kepada keluarga yang
dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu dalam kerajaan di
Indonesia.
      Sama seperti yang diungkap oleh C. C. Berg, Mookerji juga mengatakan bahwa
golongan ksatria dari Inilah yang membawa  pengaruh kebudayaan Hindu-Budha
ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang
berkembang menjadi sebuah kerajaan.
      J.L. Moens mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di
Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang
sama. Ternyata sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India
Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran.
Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.
Teori Waisya

11
Teori Waisya dikemukan oleh NJ. Krom. Ia menyebutkan bahwa  proses
masuknya kebudayaan Hindu dibawa oleh pedagang India. Para  pedagang India
yang berdagang di Indonesia menyesuaikan dengan angin musim. Sambil
menunggu perubahan arah angin, mereka dalam waktu tertentu menetap di
Indonesia. Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia,
memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan- perempuan pribumi.
Menurut NJ. krom, mulai dari sini pengaruh kebudayaan India menyebar dan
menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Teori Arus Balik
Pendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang
mengembangkan kebudayaan Hindu di Indonesia. Pendapat mengenai keaktifan
orang-orang Indonesia ini diungkap oleh F.D.K Bosch yang dikenal dengan Teori
Arus Balik. Teori ini menyebutkan bahwa banyak  pemuda Indonesia yang belajar
agama Hindu ke India. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali ke
Indonesia untuk     menyebarkannya. Agama Hindu menyebar ke berbagai
wilayah Indonesia, antara lain Jawa, Sulawesi, Bali dan NTT. Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2010,  pemeluk agama Hindu sejumlah 4 juta jiwa atau kurang
lebih1,7% dari seluruh  penduduk Indonesia. Hari besar umat Hindu antara lain :
              Nyepi
              Saraswati
              Galungan
c)      Agama Buddha
          Sama seperti halnya agama Hindu, agama Buddha juga telah masuk sejak
abad ke-5 masehi. Salah satu berita tertua tentang kehadiran agama Buddha di
Indonesia berasal dari berita Tiongkok yang ditulis Fa-Hsien pada tahun 414
masehi. Disebutkan bahwa di kerajaan Tarumanegara terdapat para  pemeluk
Buddha walaupun tidak banyak. Selain itu, terdapat bukti lain yaitu kompleks
percandian Buddha di Batujaya, Karawang, lokasi kerajaan Tarumanegara. Selain
itu, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat studi agama Buddha. Banyak sarjana
Tiongkok dan bangsa Asia Timur yang mempelajari agama Buddha di Sriwijaya.
Agama Buddha menyebar ke berbagai wilayah Indonesia antara lain Sumatera,
Jawa dan Sulawesi. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010,  pemeluk agama

12
Buddha sebanyak 1,7 juta jiwa atau 0,72% dari seluruh  penduduk Indonesia. Hari
besar umat Buddha antara lain sebagai berikut.
      Waisak
      Asadha
d)   Agama Konghucu
          Agama Konghucu diperkirakan masuk ke Indonesia sejak ratusan tahun
lalu. Terdapat klenteng-klenteng sebagai tempat ibadat umat Konghucu yang
sudah ada di beberapa tempat Indonesia. Misalnya Klenteng Hong Tiek Hian di
Surabaya yang diduga dibangun pada abad ke-13. Berdasarkan sensus penduduk
tahun 2010, pemeluk agama Konghucu sebanyak 117,1 ribu jiwa atau 0,05% dari
seluruh penduduk Indonesia. Hari  besar umat Konghucu antara lain :
              Imlek (perayaan tahun baru Konghucu)
              Cap Go Meh
e)   Agama Kristen Protestan
          Pada abad XVI, bangsa Portugis dan kemudian bangsa Belanda datang ke
Indonesia. Maksud kedatangan mereka ke Indonesia sebenarnya adalah mencari
rempah-rempah yang akan mereka perdagangkan di Eropa. Yang  pertama datang
ke wilayah Nusantara ini adalah armada dagang Portugis yang sebelumnya telah
merintis jalan melalui Tanjung Harapan. Kedua bangsa inilah yang
memperkenalkan agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan di
Indonesia. Pada dasarnya kedua agama tersebut sama, karena keduanya memiliki
kitab suci yang disebut Al-kitab yang terdiri dari perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru atau Injil. Akan tetapi keduanya mempunyai sejarah yang agak berbeda.
          Bangsa Belanda memperkenalkan agama Kristen Protestan untuk  pertama
kali di Indonesia. Mula-mula penyebaran itu di arahkan kepada orang yang berada
di sekitar tempat perdagangan rempah-rempah, umumnya di Maluku dan
kemudian meluas ke segala pelosok di tanah air.
          Pendeta-pendeta Protestan yang datang yang datang dari Negeri Belanda
pada umumnya bekerja untuk bangsa Belanda, tetapi kemudian mereka juga
mengajarkannya kepada penduduk asli. Dalam penyiaran ini  pemerintah
penjajahan sangat membatasi pekerjaan pengabaran agama kepada  penduduk asli,
karena takut mengganggu perdagangan yang mereka laksanakan. Namun,

13
penyebaran agama tidak dapat dan tidak boleh disamakan dengan kepentingan
dagang. Oleh karena itu, meskipun terdapat hambatan dari  pemerintah penjajah,
agama Kristen Protestan berkembang terus. Berdasarkan sensus penduduk tahun
2010 pemeluk agama Kristen Protestan berjumlah 16,5  juta jiwa atau 6,96%
penduduk Indonesia. Adapun hari besarnya yaitu :
      Natal pada tanggal 25 Desember.
      Jumat Agung
      Paskah
f)     Agama Kristen Katolik
          Ada pendapat yang menyatakan bahwa agama ini masuk ke Indonesia
tepatnya di Sumatera Utara sekitar abad VIII. Namun pendapat tersebut belum
didikung bukti yang kuat. Bukti yang paling kuat adalah kedatangan penjajah dari
bangsa Portugis dan Spanyol. Berdasarkan sensus 2010 jumlah  pemeluknya 6,9
juta jiwa atau 2,91% dari penduduk Indonesia. Adapun hari  besarnya yaitu :
      Natal pada tanggal 25 Desember.
      Jumat Agung
      Paskah
Perbedaan Pluralitas Budaya
          Pluralitas keragaman budaya dapat dilihat dari berbagai macam budaya
yang dimiliki suku bangsa di Indonesia, contohnya suku Bali memiliki budaya
Tarian pendet sebagai ciri khasnya dan suku jawa tepatnya di Jawa timur memiliki
Tarian Remo sebagai ciri khas mereka. Hal ini dinamakan dengan keragaman
budaya.
Perbedaan Pluralitas Suku Bangsa
          Pluralitas suku bangsa dapat ditinjau dan dimaknakan dari berbagai titik
pandang. Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai "faham" yang
menunjukkan adanya kemajemukan. Ini mengacu kepada kenyataan bahwa di
dalam hidup ini kita tidak hanya menghadapi sesuatu yang tunggal. Kenyataan itu
lebih dari satu. Maka, pluralitas adalah status yang memperlihatkan kenyataan
bahwa memang lebih dari satu. Asal-usul pluralisme secara harfiah dapat
ditelusuri dalam bahasa Latin: plus, pluris yang berarti "lebih". Secara filosofis,

14
pluralisme adalah wejangan yang menekankan bahwa kenyataan terdiri atas
kejamakan atau kemajemukan individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri.
Perbedaan Pluralitas Pekerjaan
          Salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok sosial dan mungkin
merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan,
masyarakat ,perkembangan ekonomi
F. Dampak Positif Pluralitas agama, Budaya, Suku Bangsa, dan
Pekerjaan.
1. Dampak Positif Agama
a) mendekatkan diri kepada Tuhan YME
b) mengajarkan kita kepada kebaikan
c) hidup lebih tenang
d) ada arah dan tujuan hidup yang jelas
2. Dampak Positif Budaya
Bahas lokal dapat memberikan tambahan istilah bagi bangsa Indonesia,
kearifan budaya local dapat memperkaya strategi pembangunan sesuai
lokasinya, atau teknologi tradisiaonal dapat menjadialternatif bagi
pengembangan dan pemasyarakatan.
Dengan adanya pluralitas budaya, maka kita memahami perasaan
kebersamaan. Adanya perbedaan tidak harus membuat masyarakat
berpisah, justru itu menjadi hal yang dapat dijadikan dasar  untuk bersatu .
Paham multikulturalisme merupakan antisifikasi terhadap bebbagai
konflik social dengan latar belakang perbedaan budaya. Multikulturalisme
lebih cenderung sebagai  paham atau ideology yang menganjurkan
masyarakat untuk menerima dan menganggap perbedaan budaya adalah
hal yang wajar didalam suatu wilayah. Multikulturalisme mengajarkan
hidup ditengah-tengah perbedaan.
3. Dampak Positif suku bangsa
a) bahasa lokal dapat memberikan, tambahan istilah bagi bahasa
Indonesia
b) kearifan budaya lokal dapat memperkaya strategi pembangunan sesuai
lokasinya

15
c) teknologi tradisional dapat menjadi alternative bagi pengembangan
d) pemasyarakatan teknologis oleh negara ataupun penanggulangan
bencana alam.
4. Dampak Positif Pekerjaan
a) Mempermudah masyarakat negara lain untuk beradaptasi di negara
lain yang terletak di asia tenggara.
b) Menambah devisa karena banyak nya budaya yang dimiliki untuk
membuat turis datang ke negara tersebut.
c) Melatih untuk menghargai perbedaan dan rasa toleransi.
d) Kita dapat mencontoh kebiasaan baik yang sering dilakukan oleh
suatu suku, agama, dan ras .
e) Memotivasi anak bangsa untuk tetap menjaga persatuan di tengah
perbedaan .
f) Membuktikan kepada dunia bahwa indonesia merupakan negara yang
kaya dan beragam.
G. Dampak Negatif Pluralitas agama, Budaya, Suku Bangsa, dan
Pekerjaan
1. Dampak Negatif Pluralitas Agama
a) Beberapa kelompok menyalahgunakannya, seperti munculnya
organisasi yang memecah persatuan  mengatasnamakan islam.
b) Adanya perbedaan pendapat dan pandangan yang berujung
perselisihan karena perbedaan agama dan keyakinan
c) Timbulnya diskriminasi akibat perbedaan agama
2. Dampak Negatif Pluralitas Budaya
Dampak negative dari pluralitas budaya di Indonesia , antara lain adanya
sistem nilai dan orientasi relegi yang berbeda dapat memberikan konflik
social antaretnis. Konflik social ini bukanlah bias berkembang menjadi
konflik berdarah dalam skala yang luas dan dpat memakan  korban jiwa
ataupun memakan korban harta benda. Misalnya, konflik di Kalimantan
barat, Kalimantan tengah, Ambon, Maluku, atau Poso.
Selain itu juga karena sentimen kesukubangsaan seperti konflik yang
ditujukan kepada orang Cina, sepertipada peristiwa kerusuhan 1998.

16
Konflik terjadi karena perebutan sumber ekonomi yang sengaja diciptakan
dengan melibatkan sentiment kesukubangsaan.Kehormatan yang dianggap
sudah dirusak dapat membuat seseorang melakukan apasaja untuk
membalas rasa sakit hatinya.
3. Dampak Negatif Pluralitas suku Bangsa
adanya sistem nilai dan orientasi religis yang berbeda dapat menimbulkan
konflik sosial antara etnik.
4. Dampak Negatif Pluralitas Pekerjaan
a) Bagi beberapa kalangan perbedaan menimbulkan perpecahan
b) Timbulnya kekerasan akibat kurangnya rasa toleransi dan kurangnya
menghargai perbedaan.
c) Timbul persaingan
d) Munculnya rasisme (membe0bedakan antar golongan)
e) Munculnya egoisme
f) Timbulnya individualisme

17
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
          Dari makalah ini dapat kami simpulkan bahwa pluralisme adalah suatu
penghormatan dan sikap toleransi terhadap kelompok-kelompok yang lain dan
multikulturalisme adalah keberagaman kebudayaan dan suku bangsa di
Indonesia.Pluralisme atau multikulturalisme keduanya mempunyai tujuan yang
tidak jauh berbeda yaitu menghormati orang lain dengan budaya, agama, ras, dan
adat istiadat mereka masing-masing.
          Dari makalah ini dapat penulis simpulkan bahwasanya pluralisme dan
multikulturalisme mempunyai tujuan yang tidak jauh berbeda, ialah sikap
toleransi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda keyakinan dengan kita. Baik
dari segi agama, budaya, suku, ras, adat istiadat mereka masing-masing.
B.   Saran
          Bangsa Indonesia saat ini sedang membutuhkan eksestensi Pancasila. Hal
itu muncul ketika disintegrasi bangsa begitu kuatnya menghantam Indonesia.
Dan hanya dengan mengembangkan ideologi Pancasila-lah persatuan dan
kesatuan bangsa ini kembali direkatkan. Untuk itulah perlunya dilakukan kembali
sosialisasi Pancasila. Pancasila harus kembali menjadi dasar kebijakan dari
pemimpin. Karena hanya Pancasila-lah satu-satunya konsep unggul pemersatu
bangsa.
Untuk itulah, dalam arus perubahan yang berjalan sangat cepat ini, nilai-nilai
luhur Pancasila harus terus menerus direvitalisasi, agar selalu sesuai dengan
tuntutan zaman, agar dapat menjadi pemandu perilaku dan aktivitas semua elemen
bangsa.

18

Anda mungkin juga menyukai