Pendidikan Multikultural
DOSEN PENGAMPU:
Dra. Hj Aprillitzavivayarti,. MM
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ―Pendidikan Kewarganegaraan dan
Keragaman Di Era Global‖, makalah ini kami buat untuk memnuhi tugas kelompok mata kuliah
Pendidikan Multikultural.
Dalam penyusunan makalah ini tentu saja sangat melelahkan.Namun,karena adanya kerja sama
dalam kelompok kami ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,untuk itu kami
sangat bersyukur atas terselesaikan nya tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan,sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian
khususnya kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Multikultural ini,agar kami dapat
meningkatkan mutu dalam penyajian berikunya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................................5
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
3.2 Saran.................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
Era globalisasi ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang amat
pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi , telah mengubah dunia seakan-akan
menjadi kampung dunia (global village). Dunia menjadi transparan tanpa mengenal batas negara.
Kondisi yang demikian itu berdampak pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Di samping itu, dapat pula mempengaruhi pola piker, pola sikap, dan pola tindak
seluruh masyarakat Indonesia. Dunia sudah dirasakan ibarat sebuah dusun global (global
village). Batas-batas geografis maupun Negara sudah tidak lagi penting (significant). Artinya
negara-negara itu harus berkompromi dengan logika ekonomi yang tidak mengenal batas
Negara. Dengan kata lain kita masih memiliki banyak system politik tetapi hanya satu system
ekonomi, yaitu system ekonomi dunia. Konsep satu ekonomi nampaknya telah mendorong
munculnya satu identitas global.
1.3 Tujuan
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani ―demos‖ yang berarti rakyat, dan ―kratos/kratein‖
yang berarti kekuasaan. John Dewey mengatakan bahwa demokrasi adalah pandangan hidup
yang dicerminkan dengan perlunya partisipasi dari setiap warga yang sudah dewasa dalam
membentuk nilai – nilai yang mengatur kehidupan bersama.
Keberagaman dan perbedaan masyarakat, dari segi etnis, suku bangsa, maupun adat
istiadat, menjadi ciri khas bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan. Memiliki wilayah darat
dan laut yang sangat luas, menjadikan Indonesia hidup dalam konsensus keberagaman dan
perbedaan yang sangat bermacam – macam. Masyarakat mengalami perubahan sosial yang
pesat.Perubahan awal ditandai dengan tumbuhnya kelas menengah baru yang muncul dari
berbagai latar belakang sosial. Sebagian kelompok ini memiliki orientasi agama atau etnis,
seperti tumbuhnya kaum kapitalis lokal yang berorientasi agama dalam kasus pengusaha santri di
Jawa atau kaum Cina yang melakukan ekspansi dagang.
Selain itu, mobilitas sosial masyarakat yang tinggi semakin mempercepat percampuran
dan pertukaran informasi budaya dan keragaman. Kehidupan bernegara yang saat ini memasuki
era milenial dan disrupsi, menjadikan warga negara harus memiliki prinsip – prinsip utama
dalam menjaga kedaulatan negara. Semakin mudahnya akses informasi, dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, dipandang sebagai sebuah konsensus yang dapat
memberikan dampak negatif kepada masyarakat. Saat ini yang rawan menjadi penggiringan
opini publik, penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian adalah hal – hal yang terkait dengan
keberagaman dan perbedaan masyarakat di Indonesia. Begitu mudahnya para penyebar hoax
menimbulkan perpecahan, sehingga saat ini masyarakat lebih beresiko untuk menghadapi
permasalahan – permasalahan yang dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini
disebabkan oleh bercampurnya masyarakat yang memiliki latar belakang bermacam – macam
pada satu wilayah pemukiman.
Dimana mereka memiliki tuntutan dalam hal ekonomi dan pekerjaan. Perkumpulan
pemukiman ini, disatu sisi mempermudah seseorang untuk bersikap toleransi. Akan tetapi juga
menciptakan sebuah konsensus baru, seperti halnya gaya hidup yang berubah, mengasimilasikan
budaya asing dengan budaya lokal, serta memiliki orientasi kehidupan yang semakin
berkemajuan. Pancasila sebagai falsafah dan pedoman hidup bangsa Indonesia mengandung butir
– butir sila yang sangat representatif dan up to date untuk dijadikan landasan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara saat ini. Dimulai dari sila keTuhanan, sila kemanusiaan, sila persatuan,
sila permusyawaratan dan sila keadilan sosial, masing – masing memberikan pedoman yang utuh
bagi warga negaranya. Tentu, jika dibenturkan dengan kondisi bangsa yang semakin heterogen
saat ini, pengamalan sila – sila Pancasila sudah menjadi prioritas utama.
Adapun salah satu cara untuk mengenalkan Pancasila ialah dengan melakukan
pendidikan kewarganegaran dan Pancasila kepada generasi – generasi penerus bangsa. Di dalam
Pancasila sila ke – 4, yang berbunyi ―Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan‖, dipahami bahwa demokrasi sebenarnya sudah menjadi
falsafah dan pedoman hidup bangsa Indonesia. Keberagaman masyarakat yang dimiliki oleh
bangsa saat ini, menjadikan tuntutan dan kepentingan masyarakat yang harus diselesaikan
pemerintah semakin banyak.
Dengan munculnya etnis – etnis baru, seperti China yang melakukan ekspansi dagang,
serta menjadi role model dalam perdagangan di Indonesia, juga akan membentuk persepsi
masyarakat yang bermacam – macam. Setidaknya, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan oleh pemerintah untuk menjaga kepentingan dan kebutuhan bangsa di era milenial
ini. Nucholis Madjid berpendapat bahwa demokrasi pada dasarnya memiliki norma – norma
pokok, yaitu:
1. Pentingnya kesadaran akan pluralism.
2. Musyawarah
3. Cara haruslah sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai.
4. Pemufakatan yang jujur dan sehat.
5. Pemenuhan kebutuhan pokok secara berencana.
6. Kerjasama dan sikap saling mempercayai itikad baik.
7. Pentingnya pendidikan demokrasi
Dari pemaparan Nurcholis Madijd di atas, diketahui bahwa sejatinya demokrasi tetap
memperhatikan dan mengutamakan aspek persatuan dan kesatuan, serta kedaulatan negara.
Dalam proses demokrasi, tidak dikenal adanya mementingkan kepentingan individu. Mutlak
kepentingan bersama menjadi prioritas yang harus diutamakan. Selain itu, konsep pluralisme
yang dicantumkan oleh beliau, mendasarkan pada pentingnya sikap memahami perbedaan dan
keragaman bangsa Indonesia. Untuk dapat mencapai kata mufakat, sikap toleransi dalam
keragaman dan perbedaan, akan menjadi wadah yang relevan dalam perumusan tujuan bersama.
Selain itu, menurut Prof Azyumardi Azra, demokrasi dapat dikembangkan menjadi lebih baik
dengan memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat secara keseluruhan.
2. Pemberdayaan dan pengembangan kelompok – kelompok
masyarakat yang favourable bagi pertumbuhan demokrasi.
3. Hubungan internasional yang lebih adil dan seimbang.
4. Sosialisasi pendidikan kewarganegaraan.
Maka, demokrasi yang berasaskan Pancasila menjadi solusi yang jitu untuk mengatasi
berbagai problematika masyarakat yang menyangkut hal – hal tentang keberagaman dan
perbedaan. Kelima sila Pancasila yang saling memiliki keterkaitan, sejatinya merupakan sebuah
cita – cita luhur bangsa Indonesia, yakni membentuk manusia – manusia seutuhnya. Tidak hanya
rumusan yang simple, Pancasila juga memiliki sistem integrasi antara pengetahuan agama dan
budaya yang dibutuhkan oleh negara.
Dengan kata lain, falsafah hidup Pancasila dapat diterapkan secara universal, dan tidak
memihak pada satu agama, etnis ataupun kepentingan masyarakat tertentu. Konsep ―Bhinneka
Tunggal Ika‖ yang diartikan berbeda – beda tetapi tetap satu tujuan, hendaknya juga dijadikan
sebagai pondasi masyarakat dalam bersikap. Terkait dengan perbedaan dan keragaman yang
senantiasa lekat pada kehidupan berbangsa dan bernegara, demokrasi memiliki peran untuk
memperhatikan kepentingan – kepentingan masyarakat dengan menyampaikan aspirasi secara
berimbang, serta mendahulukan kepentingan bersama dan bangsa sebagai prioritas utama. Oleh
sebab itu, demokrasi Pancasila yang sedang diterapkan oleh bangsa saat ini, bisa menjadi sebuah
konsesi dan solusi yang tepat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat beragam.
2.2 Teori Asimilasi dan Pendidikan Kewarganegaraan
Asimilasi adalah pembauran satu kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.Asimilasi muncul apabila ada golongan
masyarkat dengan latar belakang budaya yang berbeda bergaul langsung secara intensif dengan
waktu yang lama.Suatu asmilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang
atau kelompok.Untuk mengurangi perbedaan itu,asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat
kesatuan tindakan,sikap,dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu dalam suatu
kelompok,atau bias juga batas-batas antar kelompok.
Selanjutnya individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan
bersama.Artinya,menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok.Demikian pula antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga
persyartan yaitu:
1. Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda.
2. Terjadi pergaulan antar individu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang lama.
3. Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri.
Dapat dipahami bahwa bahasa Indonesia menjadi bahasa Nasional sebagaimana pada
ayat 1. Dalam hal ini perlahan-lahan akan meleburkan bahasa asli daerah masing-masing
walaupun tujuan untuk keharmonisan bersama. Dalam ayat 3 juga terdapat penduduk berbasis
kosmopolitan menjadikan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pada pendidikan tertentu.
Aturan tersebut bisa menjadi keuntungan dan ancaman. Menggunakan bahasa asing sebagai
bentuk globalisasi yang cenderung membuka pikiran dari dunia luar. Ancamannya adalah
menjadikan anak bangsa yang kurang nasionalisme.
Dampak pendidikan berbasis kosmopolitan akan menjadi dua jalur. Apakah itu menjadi positif
atau negatif? Secara positif dalam dunia pendidikan dapt menjadikan kehidupan masyarakat
yang lebih maju. Namun, secara negatif ilmu tersebut bisa disalahgunakan. Maka dari itu, perlu
merumuskan kurikulum yang berbasis kebangsaan. Dengan adanya kurikulum tersebut dapat
mempertahankan jiwa patriotisme dan nasionalisme.
3. Identitas Lokal
Konsep multikultural tentang identitas adalah bahwa warga yang telah mengklarifikasi
dan bijaksana lampiran terhadap budaya, bahasa, dan nilai masyarakat mereka lebih mungkin
daripada warga yang kehilangan kasih budaya mereka untuk mengembangkan identifikasi
reflektif dengan negara-bangsa mereka. (Bank, 2004b; Kymlicka, 2004). Dapat dipahami bahwa
ketika individu dapat mengikuti identitas lokal akan lebih bijaksana dibandingkan dengan
individu yang enggan menunjukkan identitas lokalnya.
Sebagai individu yang menganut konsep multikultural. Dimana menghargai perbedaan
tanpa menghilangkan identitas lokal. Ada seorang pendukung kosmopolitan beranggapan bahwa
identitas setempat sebagai hal yang pentjng.
Identitas dalam KBBI dapat diartikan ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau bisa juga
disebut sebagai jati diri. Identitas juga berguna sebagai pembeda setiap individu. Pembeda
tersebut bukan berarti kita dapat mendiskriminasi kelompok lain. Tetapi, pembeda tersebut dapat
dijadikan pengingat individu lain dalam mengenal individu tersebut.
Sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung kebudayaan. Ada beberapa upaya untuk
mempertahankan identitas lokal. Dimana pada era globalisasi ini banyak penganut
kosmopolitanisme yang bermanipulasi untuk mengharmoniskan negara. Bentuk upaya
mempertahankan identitas nasional, yaitu:
1) Mempererat persatuan dan kesatuan.
2) Dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkadang di dalam Pancasila.
3) Dengan mengembangkan rasa cinta tanah air atau rasa nasionalisme pada diri kita.
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan materi ini yaitu bahwa demokrasi adalah pandanganhidup
yang dicerminkan dengan perlunya partisipasi dari setiap warga yang sudah dewasa dalam
membentuk nilai – nilai yang mengatur kehidupan bersama.
Keberagaman dan perbedaan masyarakat, dari segi etnis, suku bangsa, maupun adat istiadat,
menjadi ciri khas bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan. Memiliki wilayah darat dan laut
yang sangat luas, menjadikan Indonesia hidup dalam konsensus keberagaman dan perbedaan
yang sangat bermacam – macam.
Asimilasi adalah pembauran satu kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.Asimilasi muncul apabila ada golongan
masyarkat dengan latar belakang budaya yang berbeda bergaul langsung secara intensif dengan
waktu yang lama, keterkaitan antara kosmopolitanisme,multikulturalisme, dan globalisasi ialah
menyamaratakan perbedaan yang ada dengan mempertahankan identitas dan menerima
pemikiran dari luar yang memiliki tujuan untuk kehidupan yang harmonis dengan kehidupan
berkonstitusi dan beraturan.
Mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang perlunya mengambil tindakan
sebagai warga komunitas global untuk membantu memecahkan masalah global dunia yang
sulit. Pengalaman dan identifikasi budaya, nasional, regional, dan global bersifat interaktif dan
saling terkait secara dinamis.
3.2 Saran
Banks, Jemes A. 1994. An Introduction to: Multicultural Education The Phi Delta Kappan Vol.
75 No. 1
Yulianti, Endang. 2015. Tinjauan tentang Pendidikan Berbasis Kosmopolitan dalam Perspektif
Hukum dan Perubahan Sosial di Indonesia. Surakarta: Syariati.
https://kbbi.web.id
http://mochamad-arya-seta-fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-170145-
Kosmopolitanisme%20Nasionalisme%20dan%20Fundamentalisme-
Pengenalan%20Mengenai%20Teori%20Kosmopolitanisme.html
https://www.kompasiana.com/anitsa33929/5fdb663cd541df1e510fcda4/tantangan-dan-upaya-
mempertahankan-identitas-nasional-di-era-globalisasi
MF Rohman - researchgate.net