Dosen Pengampu:
Dr. Marwan, M.M.Pd. dan Dr. Hoirul Umam
Disusun Oleh:
Mariya Ulfah
NIM.
21030901214008
2022
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4
A. Pengertian Pendidikan Multikultural di tengah keragaman dalam
bingkai Bhineka Tunggal Ika .................................................................... 4
B. Masalah-masalah Keadilan Sosial............................................................... 7
C. Demokrasi Dan HAM ................................................................................. 9
D. Pentingnya pemahaman multicultural dalam membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara .......................................................... 11
E. Pengembangan prinsip solidaritas ...............................................................12
F. Upaya meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik social .................12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 15
B. SARAN ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat menentukan dalam
kemajuan suatu Negara.Indonesia adalah Negara kesatuan yang terdiri dari berbagai
macam suku, adat, agama,
bahasa, dan lain-lain. Kesatuan ini akan menjadi bentuk Negara secara plural melalui
pendidikan. Perbedaan ini dapat disatukan agar tidak terjadi diskriminasi yang
menyudutkan pada salah satu golongan sehingga pembangunan Indonesia terlambat.
Pada prinsipnya, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai
perbedaan. Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan struktur dan proses
dimana setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi. Tentu saja untuk mendesain
pendidikan multicultural secara praksis, itu tidaklah mudah.Tetapi, paling tidak kita
mencoba melakukan ijtihad untuk mendesain sesuai dengan prinsip-prinsip
pendidikan multikulturalisme. Setidaknya ada dua hal bila kita akan mewujudkan
pendidikan multikulturalisme yang mampu memberikan ruang kebebasan bagi semua
kebudayaan untuk berekspresi.
Pertama adalah dialog. Pendidikan multikultural tidak mungkin berlangsung
tanpa dialog. Dalam pendidikan multikultural, setiap peradaban dan kebudayaan
yang ada berada dalam posisi yang sejajar dan sama. Tidak ada kebudayaan yang
lebih tinggi atau dianggap lebih tinggi (superior) dari kebudayaan yang lain. Dialog
meniscayakan adanya persamaan dan kesamaan diantara pihak-pihak yang terlibat.
Aanggapan bahwa kebudayaan tertentu lebih tinggi dari kebudayaan yang lain akan
melahirkan fasisme, nativisme,dan chauvinisme. Dengan dialog, diharapkan terjadi
sumbang pemikiran yang pada gilirannya akan memperkaya kebudayaan atau
peradaban yang bersangkutan. Di samping sebagai pengkayaan ,dialog juga sangat
penting untuk mencari titik temu antar peradaban dan kebudayaan yang ada.
Pendidikan multikultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang
keanekaragaman kultural, hak-hak asasi manusia serta pengurangan atau
1
penghapusan berbagai jenis prasangka atau prejudise untuk membangun suatu
kehidupan masyarakat yang adil dan maju.
Bhineka Tunggal Ika merupakan ciri khas bangsa Indonesia.
Sebagaimanadiketahui, Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau
terbesar di dunia,mencapai 17, 667 pulau besar dan pulau kecil. Karena itu wajar
kalau dikatakan kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan suatu keniscayaan
yang tidak bisadielakkan, sekaligus anugerah Yang Mahakuasa. Kenyataan
menunjukkan terdapat 350 kelompok etnis, adat tradisi, dan cara-cara sesuai dengan
kondisi lingkungan tertentu, namun setiap warga negara Indonesia berbicara dalam
satu bahasa nasional.Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun
geografis yang begituberagam dan luas.Sebagai bangsa yang memiliki kekayaan budaya,
Indonesia sangat membutuhkan perdamaian, keadilan, persamaan, dan seterusnya yang
merupakanunsur yang dapat dilahirkan oleh pendidikan multikultural.Dalam konteks
ini, kesadaran akan multikulturalisme atau pluralisme lalumenjadi nilai yang sangat
penting. Kendati demikian, secara dini perlu agaknya kitamembedakan dua
persitilahan yang memiliki kemiripan: “pluralitas” dan“pluralisme.” Sebab tak
sedikit kalangan acap kali mengacaukan penggunaan dua peristilahan tersebut.
Pluralitas adalah sebuah fakta tentang kepelbagaian yang adasecara alami dan
berdasarkan hukum alam: ras, warna kulit, suku, agama,
budaya, jenis kelamin dan seterusnya. Pluralitas, karena itu, bukanlah sebuah pilihan
tapi anugerah Tuhan bagi manusia. Sebab itu, tidak ada yang salah dalam
pluralitas.pluralisme adalah sebuah sikap yang mengakui sekaligus menghargai,
menghormati,memelihara, dan, bahkan mengembangkan atau memperkaya keadaan yang
bersifatplural, jamak atau kepelbagaian itu. Dalam konteks teologi lintas-agama
misalnya,pluralisme membangun sebuah postulat: bahwa dalam jantung semua
agama dantradisi otentik mempunyai pesan kebenaran yang sama yakni kita semua
berasal danakan kembali kepada satu tujuan yang sama: kepada Yang Absolut, Yang
Awal-Yang Akhir, Yang Hollygious atau dalam teologi disebut sebagai Tuhan
(Sabri, 2015; 85)
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendidikan multicultural di tengah keberagaman dalam
bingkai Bhineka Tunggal Ika?
2. Apa masalah-masalah dalam keadilan social ?
3. Apa demokrasi dan ham?
4. Pentingnya pemahaman multicultural dalam membangun kehidupan berbangsa
dan bernegara?
5. Bagaimana pengembangan prinsip solidaritas?
6. Bagaimana upaya meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik social?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari pendidikan multicultural di tengah keberagaman
dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika
2. Mengetahui masalah-masalah dalam keadilan social
3. Mengetahui demokrasi dan ham
4. Mengetahui pentingnya pemahaman multicultural dalam membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara
5. Mengetahui pengembangan prinsip solidaritas
6. Mengetahui upaya meminimalisasi dan menah terjadinya konflik social
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya :
1. Memperluas cakrawala berfikir kita mengenai masalah-masalah yang ada di
Indonesia.
2. Sebagai media informasi dalam dunia pendidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pengertian “Multikultural” secara luas mencakup pengalaman yang membentuk
persepsi umum terhadap usia, gender, agama, status social ekonomi, jenis identitas
budaya, bahasa, ras, dan berkebutuhan khusus.
1. Dasar Pendidikan Multikultural
a. Kesadaran Nilai Penting Keragaman Budaya
Pendidikan multikultural ini memberikan pemahaman mengenai berbagai jenis
kegiatan pendidikan sebagai bagian integral dari kebudayaan universal.
b. Gerakan Pembaharuan Pendidikan
Ini ditujukan agar tidak ada kesenjangan sosial dan diskriminasi di
masyarakat.Contohnya seperti kesenjangan ketika muncul fenomena sekolah
favorit yang didominasi oleh golongan orang kaya karena ada kebijakan lembaga
yang mengharuskan untuk membayar uang pangkal yang mahal untuk bisa masuk
ke sekolah favorit itu.Sedangkan siswa dengan karakteristik budaya yang berbeda
tidak memiliki kesempatan itu.
c. Proses Pendidikan
Pendidikan multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang tujuannya
tidak akan pernah terealisasikan secara penuh. Pendidikan Multikultural harus
dipandang sebagai suatu proses yang terus menerus, dan bukan sebagai sesuatu
yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama dari pendidikan multicultural adalah
untuk memperbaiki prestasi secara utuh bukan sekedar meningkatkan skor.
3. Tujuan Pendidikan Multikultural
a. Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya
Mempelajari tentang latar belakang sejarah, bahasa, karakteristik budaya,
sumbangan, peristiwa kritis, individu yang berpengaruh, dan kondisi social,
politik, dan ekonomi dari berbagai kelompok etnis mayoritas dan minoritas.
b. Perkembangan Pribadi
Menekankan pada pengembangan pemahaman diri yang lebih besar, konsep
diri yang positif, dan kebanggaan pada identitas pribadinya yang berkontribusi
pada perkembangan pribadi siswa, yang berisi pemahaman yang lebih baik tentang
diri yang pada akhirnya berkontribusi terhadap keseluruhan prestasi intelektual,
akademis, dan social siswa.
5
c. Klarifikasi Nilai dan Sikap
Merupakan langkah kunci dalam proses melepaskan potensi kreatif individu untuk
memperbarui diri dan masyarakat untuk tumbuh-kembang lebih lanjut.
d. Kompetensi Multikultural
Dengan mengajarkan keterampilan dalam komunikasi lintas budaya, hubungan antar
pribadi, pengambilan perspektif, analisis kontekstual, pemahaman sudut pandang
dan kerangka berpikir alternatif, dan menganalisa bagaimana kondisi budaya
mempengaruhi nilai, sikap, harapan, dan perilaku.
e. Kemampuan Keterampilan Dasar
Untuk memfasilitasi pembelajaran untuk melatih kemampuan keterampilan dasar
dari siswa yang berbeda secara etnis dengan memberi materi dan teknik yang lebih
bermakna untuk kehidupan dan kerangka berpikir dari siswa yang berbeda secara
etnis.
f. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan
Tujuan persamaan multikultural berkaitan erat dengan tujuan penguasaan
ketrampilan dasar, namun lebih luas dan lebih filosofis. Untuk menentukan
sumbangan komparatif terhadap kesempatan belajar, pendidik harus memahami
secara keseluruhan bagaimana budaya membentuk gaya belajar, perilaku mengajar,
dan keputusan pendidikan.
g. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial
Tujuan terakhir dari Pendidikan multikultural adalah memulai proses perubahan di
sekolah yang pada akhirnya akan meluas ke masyarakat. Tujuan ini akan
melengkapi penanaman sikap, nilai, kebiasaan dan ketrampilan siswa sehingga
mereka menjadi agen perubahan sosial (social change agents) yang memiliki
komitmen yang tinggi dengan reformasi masyarakat untuk memberantas perbedaan
(disparities) etnis dan rasial dalam kesempatan dan kemauan untuk bertindak
berdasarkan komitmen ini. Untuk melakukan itu, mereka perlu memperbaiki
pengetahuan mereka tentang isu etnis di samping mengembangkan kemampuan
6
pengambilan keputusan, ketrampilan tindakan sosial, kemampuan kepemimpinan,
dan komitmen moral atas harkat dan persamaan.
h. Memiliki Wawasan Kebangsaan/Kenegaraan yang Kokoh
Dengan mengetahui kekayaan budaya bangsa itu akan tumbuh rasa kebangsaan yang
kuat. Rasa kebangsaan itu akan tumbuh dan berkembang dalam wadah negara
Indonesia yang kokoh. Untuk itu Pendidikan Multikultural perlu menambahkan
materi, program dan pembelajaran yang memperkuat rasa kebangsaan dan
kenegaraan dengan menghilangkan etnosentrisme, prasangka, diskriminasi dan
stereotipe.
i. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa sebagai
Warga Dunia.
Hal ini berarti individu dituntut memiliki wawasan sebagai warga dunia
(world citizen). Namun siswa harus tetap dikenalkan dengan budaya lokal, harus
diajak berpikir tentang apa yang ada di sekitar lokalnya. Mahasiswa diajak berpikir
secara internasional dengan mengajak mereka untuk tetap peduli dengan situasi
yang ada di sekitarnya - act locally and globally.
. Hidup Berdampingan secara Damai Dengan melihat perbedaan sebagai
sebuah keniscayaan, dengan menjunjung tinggi nilai kemanusian, dengan
menghargai persamaan akan tumbuh sikap toleran terhadap kelompok lain dan
pada gilirannya dapat hidup berdampingan secara damai.
7
Ada 2 elemen penting terkait dengan definisi masalah sosial. Elemen yang
pertama adalah elemen objektif. Elemen objektif menyangkut keberadaan suatu
kondisi sosial. Kondisi sosial disadari melalui pengalaman hidup kita, media dan
pendidikan, kita bertemu dengan peminta-peminta yang terkadangdatang dari rumah
ke rumah. Kita menonton berita tentang peperangan, kemiskinan, dan human
rafficking atau perdagangan manusia. Kita membaca diberbagai media, surat kabar,
bagaimana orangkehilangan pekerjaannya. Sementara itu elemen subjektif adalah
masalah sosial menyangkut pada keyakinan bahwa kondisi sosial tentu berbahaya
bagi masyarakat dan harus diatasi. Kondisi sosial seperti itu antara lain adalah
kejahatan, penyalahgunaan obat, dan polusi. Dan kondisi ini tidak dianggap oleh
masyarakat tentu sebagai masalah sosial tetapi bagi masyarakat yang lain, kondisi
itu dianggap sebagai kondisi yang mengurangi kualitas hidup manusia.
1. Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompoktersebut.
Tingkat kemiskinandimasyarakat dapatdiukur melaluiberbagaipendekatan, yaitu:
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompoktersebut. Tingkat
kemiskinandimasyarakat dapatdiukur melaluiberbagaipendekatan.
2. Kesenjangan Sosial Sebagai Masalah Sosial
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada
di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal
kesenjangan sosial sangatlah mencolokdari berbagai aspek misalnya dalam aspek
keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedakan dalam
aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampakdari hal ini,
memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya, yang miskin makin
miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya
kesenjangan yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak
orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah, apalagi jika ia miskin
8
dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihat pun mereka enggan.
C. Demokrasi Dan HAM
1. Demokrasi
Demokrasi merupakan terminologi yang sarat dengan makna dan tafsir.
Terminologi ini berkaian erat (lingkage) dengan sistem sosial yang mendukungnya.
Demokrasi mengandung unsur-unsur yang universal (common deminator) dan juga
muatan-muatan kontekstual yang melekat pasa suatu sistem sosial tertentu (cultural
relativism).
Secara etimologis demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani (Greek) yaitu demos yang artinya rakyat dan cartein atau cratos yang artinya
kekuasaan atau kedaulatan. Secara bahasa demo-cratein atau demo-cratos
(demokrasi) adalah keadaaan negara dimana dalam system pemerintahannya
kedaulatan berada ditanga rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan
kekuasaan oleh rakyat.
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana individu-individu memperolah kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat [Joseph A. Schementer].
Demokrasi merupakan bentuk suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
dimintai tanggungjawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh
warga negara yang bertindak secara langsung melalui kompetisi dengan para wakil
mereka yang telah teripilih [Philipe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl].
Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukan
bahwwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala berdasarkan
atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan [Henry. B. Mayo]
Affan Gaffar (2000) memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu
pemaknaan secara normatif dan empirik. Demokrasi normatif adalah demokrasi
yangseara ideal hendak dilakukan oleh sebuah negara. Sedangkan demokrasi
empirik adalah demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.
9
Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya
dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa, oleh karena itu
demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga dan perangkat pendukung yaitu
budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari suatu mind set(kerangka berpikir)
dan setting social (rancangan masyarakat). Bentuk konkrit dari manifestasi tersebut
dijadikannya demokrasi sebagai pandangan hidup (way of life) dalam setiap aspek
kehidupan bernegara baik oleh rakyat (masyarakat) maupun pemerintah.
2. HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan
atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
12
tujuan di mana setidaknya salah satu dari pihak-pihak tersebut menyadari perbedaan
tersebut dan melakukan tindakan terhadap tindakan tersebut. Dalam sosiologi konflik
disebut juga pertikaian atau pertentangan, dimana pertikaian merupakan bentuk
persaingan yang berkembang secara negatif. Hal ini berarti satu pihak bermaksud
untuk mencelakakan atau berusaha menyingkirkan pihak lainnya. Pertikaian
merupakan usaha penghapusan keberadaan pihak lain.
2. Problem-solving Approach
13
konflik yang berupaya untuk menemukan sebab-sebab fundamental dari suatu
konflik.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menentukan penerapan kearifan lokal untuk konflik sosial yang terjadi di
beberapa wilayah, sebaiknya pemerintah mempertimbangkan beberapa hal sebagai
sebagai berikut:
1. Dampak konflik masa lalu menimbulkan masalah baru dalam proses interaksi
antaretnik dan pola penanganan konflik masa depan diharapkan tidak terjadi
pewarisan kekerasan kepada generasi selanjutnya.
15
2. Menghindari sedini mungkin terjadinya perebutan sumber daya dan akses di
dalam masyarakat yang sekiranya dapat memicu konflik baru.
16
DAFTAR PUSTAKA
17